Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT & HUKUM ISLAM

Mata Kuliah: Filsafat Hukum Islam

Dosen Pengampu: David Wildan, M.HI

Disusun oleh kelompok 2:

1. Alfiyah Dwi Yuni (20020260040)

2. Anastya Mawar Dini (2002026053)

3. Novsa Ferrari (2002026101)

Kelas HPI-A3

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH & HUKUM

UNIVEVRSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

Tahun Akademik 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Asaalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita kesehatan dan kesempatan dalam ramgka menyelesaikan kewajiban kami
sebagai mahasiswa. Yakni, dalam bentuk tugas terstruktur yang diberikan oleh Bapak Dosen
dalam guna menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi kami.

Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW,
semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti.

Segenap ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak David Wildan, M.HI selaku
dosen pengampu mata kuliah ini, karena berkat bimbingan beliau kelompok kami bisa
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT &
HUKUM ISLAM” iniselesai pada waktu yang telah ditentukan.

Adapun dalam makalah ini dijumpai kekurangan maupun kesalahan, kami selaku kelompok
pembuat makalah meminta maaf sebesar-besarnya serta meminta saran dan kritik untuk
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapa memberikan manfaat bagi kita semua.
Aamiin Ya Rabbal Alaamiin

Grobogan, 24 Agustus 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB 1............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................4

BAB II...........................................................................................................5

2.1 Filsafat Sebagai Servant (Pelayan) Terhadap Hukum Islam.................5

2.2 Filsafat Sebagai Tools of Analysis Bagi Hukum Islam......................6-7

2.3 Filsafat Sebagai Agama.....................................................................8-9

BAB III.......................................................................................................10

3.1 Kesimpulan............................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat seringkali menjadi suatu ilmu yang digunakan untuk membantu ilmu-ilmu
pengetahuan dalam menemukan serta menggali kebenaran. Hampir setiap cabang ilmu
pengetahuan pasti membutuhkan filsafat sebagai ilmu bantuan. Seperti halnya pada filsafat
hukum islam, yang mana di sini filsafat digunakan sebagai alat untuk menganalisis,
memahami maqashid al-syariah (tujuan hukum) dalam menetapkan hukum.

Tak hanya itu, karena banyak perbedaan pandangan, pola pikir, pendapat, faham, dan
berbagai perbedaan lain yang seringkali memicu perpecahan dalam lingkup memahami
hukum islam. Maka dalam hal ini filsafat hukum islam sangat membantu dalam rangka untuk
menganalisi hukum islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai alatnya, sehingga
mendapatkan keterangan yang mendasar.

Maka melalui filsafat hukum islam pula, para pengkaji hukum islam akan merasa sangat
terbantu. Terkhusus para akademisi serta mahasiswa hukum islam yang kini kerap salah
paham atau malah mungkin hanya sebatas mengetahui saja apa itu hukum islam, tanpa
mengetahui makna sebenarnya dari hukum islam.

1.2 Rmusan Masalah

2.1 Filsafat Sebagai Servant (Pelayan) Terhadap Hukum Islam

2.2 Filsafat Sebagai Tools of Analysis Bagi Hukum Islam

2.3 Filsafat Sebagai Agama

1.3 Tujuan Makalah

3.1 Untuk Mengetahui Filsafat Sebagai Servent Terhadap Hukum Islam

3.2 Untuk Mengetahui Filsafat Sebagai Tools of Analysis Bagi Hukum Islam

3.3 Untuk Mengetahui Filsafat Sebagai Agama

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Sebagai Servant (Pelayan) Terhadap Hukum Islam

A. Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum

1. Keadilan Menurut Plato

Plato memahami keadilan secara metafisis keberadaannya sebagai kualitas atau fungsi
makhluk super manusia, yang sifatnya tidak dapat diamati oleh manusia. Konsekuensinya
ialah, bahwa realisasi keadilan digeser ke dunia lain, di luar pengalaman manusia, dan akal
manusia yang esensial bagi keadilan tunduk pada cara-cara Tuhan yang tidak dapat diubah
atau keputusan-keputusan Tuhan yang tidak dapat diduga.1

2. Keadilan Menurut Aristoteles

Aristoteles dalam mengartikan keadilan sangat dipengaruhi oleh unsur kepemilikan


benda tertentu. Keadilan ideal dalam pandangan Aristoteles adalah ketika semua unsur
masyarakat mendapat bagian yang sama dari semua benda yang ada di alam. Manusia oleh
Aristoteles dipandang sejajar dan mempunyai hak yang sama atas suatu barang atau materi.
Pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa didapatkan dalam karyanya nichomachean
ethics, politics, rethoric. Buku ini sepenuhnya diajukan bagi keadilan yang berdasarkan
filsafa hukum Aristoteles mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, karena hukum
hanya bisa ditetapkan dalamb kaitannya dengan keadilan2.

3. Keadilan Menurut John Rawles

John Rawles menyatakan bahwa keadilan pada dasarya merupakan prinsip


darikebijakan yang diaplikasikan untuk konsepsi jumlah dari kesejahteraan seluruh
kelompok dalam masyarakat. Untuk mencapai keadilan tersebut, maka rasional jika
seseorang memaksakan pemenuhan keinginannya sesuai dengan prinsip kegunaan, karena
dilakukan untuk memperbesar keuntungan bersih dari kepuasan yang diperoleh oleh anggota
masyarakat3.

1
W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum, Susunan I, Diterjemahkan oleh M Arifin, Cetakan Kedua, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1993), h. 117.
2
Friedrich, Filsafat Hukum, h. 239.
3
John Rawles, A Theory of Justice, (Cambridge: The Belknap Press, 1971), h. 103.

5
B. Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum Islam

1. Keadilan Menurut Mu’tazilah

Menurut kaum Mu’tazilah bahwa Tuhan telahmemberikan kemerdekaan dan


kebebasan bagi manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Oleh karena itu
Tuhan bagi mereka tidak lagi bersifat absolut kehendak-Nya.4 Menurutnya Tuhan telah
menciptakan akal manusia sedemikian rupa sehingga mampu melihat yang baik dan yang
buruk secara obyektif.

2. Keadilan Menurut Asy’ariyah

Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan menghendaki apa yang ada dan tidak
menghendaki apa yang tidak ada. Dengan kata lain apa yang ada artinya dikehendaki dan apa
yang tidak ada artinya tidak dikehendaki. Tuhan menghendaki kekafiran bagi yang sesat dan
menghendaki iman bagi orang yang mendapat petunjuk. 5 Faham Asy’ariyah tentang keadilan
Tuhan merupakan keadilan raja yang absolut. Ketikdakadilan dapat terjadi pada saat
seseorang melanggar hak orang lain, tetapi tidak pada Tuhan. Tuhan tidak bisa dikatakan
tidak adil, walaupun manusia menganggap hal tersebut tidak adil. Apabila ini tetap dilakukan
oleh Tuhan, sesungguhnya Tuhan tidaklah berbuat salah dan Tuhan masih adil. Dengan
demikian faham Asy,sriysh yaitu apa yang salah telah ditetapkan oleh Tuhan itu adalah
keadilan.

3.Keadilan Menurut Maturudiyah

Mengenai perbuatan manusia Maturudiyah Bukhara berpendapat bahwa keadilan


Tuhan haruslah dipahami dalam konteks kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Al-Bazdawi
mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak mempunyai unsur pendorong
untuk menciptakan kosmos, Tuhan berbuat sekehendaknya sendiri. Ini berarti bahwa alam
tidak diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia atau dengan kata lain, konsep keadilan
Tuhan bukan diletakkan untuk kepentingan manusia, tetapi pada Tuhan sebagai pemilik
mutlak.6

4
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 118.
5
Ibid, h. 121.
6
Abdul Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cet. VI, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 159.

6
2.2 Filsafat Sebagai Tools of Analysis (Alat Analisis) Bagi Hukum Islam

A. Peranannya Dalam Menalar Hukum Islam

1. Filsafat Hukum Islam Adalah Kajian Filsafat

Filsafat hukum islam merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat. Sehingga wajar,
seluruh isi atau onten filsafat hukum islam dibahas melalui pendekatan yang amat identik
dengan akal sebagai sarananya. Dengan demikian, metode filsafat hukum islam adalah
metode akal. Filsafat sebagai metode telah banyak membantu kaum muslimin meyakini
ketepatan hukum islam dalam hal mengantarkan kepada kebahagiaan hakiki. Dengan filsafat
kita akan menuju pemahaman dan kesadaran yang tinggi terkait hukum islam.7

2. Filsafat Hukum Islam Adalah Kajian Filsafat Hukum

Filsafat hukum islam sejak kemunculannya diarahkan untuk menjembatani orang-orang


yang telah memiliki pemahaman yang matang tentang filsafat hukum secara umum. Adapun
isi dari filsafat hukum adalah kajian yang telah dipelajari dan dikembangkan oleh orang islam
sejak ribuan tahun lalu. Yaitu kajian-kajian Ushul Fiqih, Qawaid, dan ilmu-ilmu
metedeologis yang lain.

3. Filsafat Hukum Islam adalah Kajian Keislaman


Sebagai kajian keislaman, filsafat hukum islam memiliki wilayah kajian islam yang
amat luas, seluas kajian hukum islam itu sendiri. Filsafat hukum islam tidak hanya
membahas hukum dari sisi lahiriah manusia, namunjuga membahas hukum dari sisi lain
manusia, yaitu sisi batiniyah.

2.3 Filsafat Sebagai Agama

A. Pengertian Filsafat

Dilihat dari sematik, kata filsafat berasal dari Bahasa Yunani, ‘Philo Sophia’ yang berarti
pengetahuan, dan hikham. Sedangkan dari segi praktis, filsafat berarti alam pikiran atau alam
berfikir.8 Secara terminology, filsafat mempunyai arti yang bervariasi, sebanyak orang yang
memberikan pengertian, antara lain:

7
Saepudinonline.wordpres.com. (2011, 14 April). Peranan Filsafat Hukum Islam dalam Menalar Hukum.
Diakses pada 15 April 2011, dari https://saepudinonline.wordpress.com/2011/04/14/peranan-filsafat-hukum-
islam-dalam-menalar-hukum-/
8
Syadali, Ahmad dan Muzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Jaya, 1997), h. 11.

7
1. Plato: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di
dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Al-Farabi: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.9

Dari pengertian tersebut bisa dipahami bahwa filsafat adalah hasil akal seseorang manusia
yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Atau dengan kata
lain filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran
segala sesuatu.

B. Pengertian Agama

Kata “Agama” berasal dari Bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan “gam” yang berarti
kacau, jika tidak kacau. Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang
menilite hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan ini direalisasikan
dengan ibarat-ibarat.

Agama adalah kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan, agama juga diartikan dengan
mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia
pemeluknya.

C. Pengertian Filsafat Agama

Harun Nasution mengemukakan bahwa filsafat agama adalah berfikir tentang dasar-dasar
agama menurut logika yang bebas. Pemikiran ini terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:

1. Pertama membahas dasar-dasar agama secara analitis dankritis tanpa terikat kepada
ajaran agama, dan tanpa tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama.
2. Kedua membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk
menyatakan kebenaran suatu ajaran agama atau sekurang-kurangnya untuk
menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak
bertentangan dengan logika. Dasar-dasar agama yang dibahas antara lain pengiriman

9
Yaqub Hamzah, Filsafat Agama, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991), h. 3.

8
rasul, ketuhanan, roh manusia, keabadian hidup, hubungan manusia dengan Tuhan,
soal kejahatan, dan hidup ssesudah mati dan lain-lain.10

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa agama dan filsafat adalah dua pokok persoalan
yang berbeda. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha
Kuasa. Dalam agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam), Yang Kuasa itu disebut Tuhan
atau Allah, sedangkan dalam agama Ardi Yang Kuasa itu mempunyai sebutan Brahma,
Wisnu, dan Siwa dalam agama Hindu, dan sebagainya.

Menurut Prof. Nasrun, S.H, Ia mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah
berdasarkan kepada agama. Masalah filsafat yang sejati itu terkandung dalam agama. Apabila
filsafat tidakberdasarkan agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan akal dan
pemikiran saja, maka filsafat tidak akan memuat kebenaran obyektif, karena yang
memberikan pandangan dan keputusan hanyalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal
pikiran itu terbatas, sehingga filsafat yang hanya berdasarkan kepada akal pikiran semata
tidak sanggup memberikan kepuasan bagi manusia, terutama dalam tingkat pemahamannya
terhadap yang ghaib.11

Perbedaan antara filsafat dan agama bukan terletak pada bidangnya, tetapi terletak pada
cara menyelidiki bidang itu sendiri. Filsafat adalah berfikir, sedangkan agama adalah
mengabdikan diri, agama banyak hubungan dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungan
dengan pemikiran. Filsafat dan agama ternyat mempunyai beberapa hubungan yang tidak
dapat dipisahkan, dikarenakan objek materi filsafat yang tiidak dapat diteliti oleh sains. Objek
materi filsafat lebih luas dari objek materi sains. 12

BAB III

10
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 2008), h. 12.
11
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Jaya, 1999), h. 32-38.
12
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Rosda Karya, 1994), h. 19.

9
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Filsafat hukum Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan Islam
baik yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang
digunakan untuk memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum Islam, sehingga
sesuai dengan maksud dan tujuan Allah SWT menetapkannya di muka bumi yaitu untuk
kesejahteraan umat manusia seluruhnya. Dengan filsafat ini hukum Islam akan benar-
benar “cocok sepanjang masa di semesta alam (salihun likulli zaman wa makan)

Selanjutnya pemahaman terhadap “nash Al-Qur’an dan Hadits”, ahli hukum juga
dimunkingkan untuk menggali dan menemukan hukum yang berakar pada masyarakat.
Upaya ini dalam literatur hukum Islam lazim disebut Ijtihad. Dalam prosenya, ijtihad
meniscayakan adanya penalaran yang serius dan mendalam terhadap tujuan
ditetapkannya aturan Allah. Jelas dalam hal ini peranan akal tidak dapat dihindari. Dapat
dikatakan bahwa memahami tujuan ditetapkannya dalam Islam sama pentingnya dengan
memahami nas al-Qur’an dan al-Hadits. Tetu tujuan hukum ini juga dipahami dari nilai
dan semangat yang terkandung dalam wahyu Allah. Sedangkan peranan akal dan wahyu
dalam menetapkan hukum Islam merupakan kajian utama dalam filsafat hukum Islam.

DAFTAR PUSTAKA

10
Friedrich Carl Joachim, Filsafat Hukum: Perspektif Historis, Bandung: Nuansa
dan Busamedis: 2004.
Friedmann, W., Teori dan Filsafat Hukum, (Legal Theori), Susunan I,
diterjemahkan oleh Mohamad Arifin, Cetakan kedua, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 1993.
Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta : UI Press, 1986.
Rawls, John, A Theory of Justice, Cambridge : The Belknap Press, 1971.
Razak, Abdul dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cet. VI, Bandung : CV Pustaka
Setia, 2011.
Saepudinonline.wordpres.com. (2011, 14 April). Peranan Filsafat Hukum Islam
dalam Menalar Hukum. Diakses pada 15 April 2011, dari
https://saepudinonline.wordpress.com/2011/04/14/peranan-filsafat-
hukum-islam-dalam-menalar-hukum-/
Syadali, Ahmad dan Muzakir, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Jaya, 1997.
Hamzah, Yakub, Filsafat Agama, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991.
Tafsir, Ahmar, Filsafat Umum, Bandung: Rosda Karya, 1994.

11

Anda mungkin juga menyukai