DISUSUN OLEH :
NIM : 22020200022
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan hidayah-Nya serta petunjuk-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul ““Keadilan Dan Hukum Yang Benar Dan
Adil Dalam Perspektif Filsafat Hukum” Shalawat beriringkan salam kita hadiahkan
kepada junjungan alam baginda rasul Muhammad SAW, sebagai suri tauladan umat manusia di
dunia.
Dalam proses penyelesaian makalah Mata Pelajaran Filsafat Hukum ini, penulis
banyak menghadapi rintangan dan hambatan. Namun, Alhamdulillah berkat bimbingan
dari dosen yang telah memberikan tugas dalam pembuatan makalah ini dapat diatasi
dengan baik, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas dan arahan yang telah
diberikan.
Saya mengucapakan banyak terimaksih kepada pihak-pihak yang telah banyak
memberikan bantuan, dorongan dan juga doa sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. sebagai salah satu ucapan terimakasih penulis yang sedalam-dalamnya,
semoga selalu diberikan Allah kesehatan. Amiin
Dalam penyusunan dan penulisan Makalah ini hingga selesai penulis banyak
mendapat bimbingan, arahan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Semoga Allah membalas semua kebaikan.
RESSY SETIAWAN
DA F TA R I S I
KAPER JUDUL………………………………………………………………………….. i
KATAPENGANTAR…………………………………………………………………… ... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belaka ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah dan Tujuan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Hukum………………………………………. ………… 4
B. Sejarah Filsafat Hukum Pada Zaman Yunani (Kuno)…………………..... 5
C. Manfaat Filsafat Hukum……………………………………………………. 9
D. Arti Keadilan ………………………………………………………………… 9
E. Hukum Yang Adil Dan Benar……………………………………………… . 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………....... 14
B. Saran………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
seberapa jauh penerapan arti hukum dipraktekkan dalam hidup sehari-hari, juga
“subjek Hukum”, dunia hukum hanya ada dalam dunia manusia. Filsafat hukum
tak lepas dari manusia selaku subjek hukum maupun subjek filsafat, sebab
Kepeloporan manusia ini menjadi jalan untuk mencari keadilan dan kebenaran
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan mengukur apakah sesuatu itu adil,
universal yang berlaku untuk mendapatkan penilaian yang tepat dan pasti.
tidak hanya memikirkan bagaimana ketertiban harus berlaku tetapi juga karena
1
2
wilayah Romawi sangat luas serta persoalan yang dihadapi cukup rumit (Theo
Huijbers, 1982: 31). Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum
kajian dari filsafat hukum. Dengan pendekatan secara filsafat, keadilan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari tujuan hukum, disamping kepastian dan
kemanfaatan. Pengetahuan tentang keadilan terdapat beberapa perumusan dalam
memberikan definisi keadilan, namun tidak mudah untuk pemahaman makna
keadilan yang diberikan oleh para pakar. Keadilan merupakan salah satu tujuan
hukum yang menjadi tuntutan kesamaan hak dalam pemenuhan kewajiban. 1 Hal
tersebut dalam rangka menjaga kelestarian dan kebahagian kehidupan umat
manusia.
Keadilan hanya bisa dipahami jika diposisikan sebagai keadaan yang
hendak diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam
hukum tersebut merupakan proses yang dinamis yang memakan banyak waktu.
Upaya ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung
dalam kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikannya. 2 Keadilan
dalam cita hukum yang merupakan pergulatan kemanusiaan berevolusi mengikuti
ritme zaman dan ruang, dari dahulu sampai sekarang tanpa henti dan akan terus
berlanjut sampai sekarang tanpa henti dan akan terus berlanjut makhluk ciptaan
Tuhan yang terdiri atas roh dan jasad memiliki daya rasa dan daya pikir yang dua-
duanya merupakan daya rohani, dimana rasa dapat berfungsi untuk
mengendalikan keputusan-keputusan akal agar berjalan di atas nilai-nilai moral
seperti kebaikan dan keburukan, karena yang dapat menentukan baik dan buruk
adalah rasa.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dapat diuraikan berdasarkan latar belakang diatas
adalah mengenai Bagaimana keadilan dan hukum yang benar dan adil dalam
perspektif filsafat hukum. Filsafat hukum yang muncul dalam kehidupan tata
Negara yang berkaitan dengan Hukum dan Kekuasaan bahwa hukum bersifat
imperatif, agar hukum ditaati, tapi kenyataannya hukum dalam kehidupan
masyarakat tidak ditaati karena ketidakadilan.
C. TUJUAN
Adapun Tujuan dari Pembuatan makalah ini Untuk mengetahui keadilan
dan hukum yang benar dan adil dalam perspektif filsafat hukum Filsafat hukum
yang muncul dalam kehidupan tata Negara yang berkaitan dengan Hukum dan
Kekuasaan bahwa hukum bersifat imperatif, agar hukum ditaati, tapi
kenyataannya hukum dalam kehidupan masyarakat tidak ditaati karena
ketidakadilan.
BAB II
PEMBAHASAN
5
6
bersama harus disesuaikan dengan keharusan alamiah. Apabila hal ini terjadi,
maka timbullah keadilan (dike).
Sementara itu, Herakleitos berpandangan bahwa hidup manusia harus
sesuai dengan keteraturan alamiah, tetapi dalam hidup manusia telah digabungkan
dengan pengertian-pengertian yang berasal dari logos.
Sedangkan Parmenides sudah melangkah lebih jauh lagi. Ia berpendapat
bahwa logos membimbing arus alam, sehingga alam dan hidup mendapat suatu
keteraturan yang terang dan tetap.
Kondisi masyarakat pada saat kaum sofis ini hidup sudah terkonsentrasi ke
dalam polis-polis. Kaum sofis tersebut menyatakan bahwa rakyat yang berhak
menentukan isi hukum, dari sini mulai dikenal pengertian demokrasi, karena
dalam negara demokrasi peranan warga negara sangat besar pengaruhnya dalam
membentuk undang-undang. Dengan kata lain, kaum sofis tersebut berpendapat
bahwa kebenaran objektif tidak ada, yang ada hanyalah kebenaran subjektif,
karena manusialah yang menjadi ukuran untuk segala-galanya.
Tetapi Socrates tidak setuju dengan pendapat yang demikian ini. Socrates
berpendapat bahwa hukum dari penguasa (hukum negara) harus ditaati, terlepas
dari hukum itu memiliki kebenaran objektif atau tidak. Ia tidak menginginkan
terjadinya anarkisme, yakni ketidakpercayaan terhadap hukum. Ini terbukti dari
kesediaannya untuk dihukum mati, sekalipun ia meyakini bahwa hukum negara
itu salah. Dalam mempertahankan pendapatnya, Socrates menyatakan bahwa
untuk dapat memahami kebenaran objektif orang harus memiliki
pengetahuan (theoria). Pendapat ini dikembangkan oleh Plato murid dari Socrates.
Plato berpendapat bahwa penguasa tidak memiliki theoria sehingga tidak
dapat memahami hukum yang ideal bagi rakyatnya, sehingga hukum ditafsirkan
menurut selera dan kepentingan penguasa. Oleh karena itu, Plato menyarankan
agar dalam setiap undang-undang dicantumkan dasar (landasan) filosofisnya.
Tujuannya tidak lain agar penguasa tidak menafsirkan hukum sesuai
kepentingannya sendiri. Pemikiran Plato inilah yang menjadi cerminan bayangan
dari hukum dan negara yang ideal.
Aristoteles, murid dari Plato tidak sependapat dengan Plato. Aristoteles
berpendapat bahwa hakikat dari sesuatu ada pada benda itu sendiri. Pemikiran
7
D. ARTI KEADILAN
Membicarakan hukum tidak lepas dari kata “keadilan” yang sudah ada
sejak jaman Yunani Kuno. Masalah keadilan sudah mulai disinggung pada saat
Plato dan Aristoteles melontarkan pemikiran-pemikirannya yang menjadi latar
belakang perenungan tentang keadilan yang menguasai filsafat hukum.[6] Plato
10
14
DAFTAR PUSTAKA
15