Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MAKALAH

TENTANG “ HUKUM HAK ASASI MANUSIA DAN


DEMOKRASI DALAM ISLAM”

DOSEN PEMBIMBING : Drs. Basri, M. Si

Program Studi D3 Teknik Sipil


Fakultas Teknik
UNIVERSITAS RIAU

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia -Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alkhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.

Dengan membuat tugas ini kami harapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Hukum
Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam Islam. . Dalam penyelesaian makalah ini, kami
banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan
yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhimya
makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif,guna penulisan makalah yang lebih baik lagi
di masa yang akan datang.

Akhir kata kami berterima kasih kepada pihak yang telah berperan dalam penyusunan
makalah ini dan semoga Allah SWT. Meridhoi kita semua.

Pekanbaru, 28 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 4


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 5
C. TUJUAN......................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. HUKUM ISLAM ............................................................................................ 6


1. Pengertian Syari’ah dan Fiqih .................................................................. 6
2. Sifat dan Tujuan Hukum Islam ................................................................. 8
3. Fungsi Hukum Islam .............................................................................. 13
4. Sumber Hukum Islam ............................................................................. 14
5. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan
hukum Islam ........................................................................................... 21
B. Hak Asasi Manusia menurut Islam ............................................................... 23
1. Sejarah Ringkas Hak Asasi Manusia ................................................ 23
2. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM dalam Pandangan Islam dan
Barat ................................................................................................. 24
C. Demokrasi Dalam Islam ............................................................................... 30

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN ........................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 32

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata
karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semat-
mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Hak-hak tersebut bersifat
universal dan juga tidak dapat dicabut (inalieable). Artinya seburuk apapun
perlakuan yang telah dialami oleh seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan
seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap memenuhi
hak-hak tersebut. Hak itu melekat pada dirinya sebagai makhluk insani.
Asal usul gagasan hak asasi manusia ini bersumber dari teori hak kodrati
(natural right theory). Bermula teori hukum kodrati (natural law theory).1 Dalam
perspektif Barat Hak Asasi Manusia ialah karena ia semata-mata manusia, tindak
tanduknya merupakan sifat kemanusiaannya dan hak kodrati yang diberikan
Tuhan. Sebagai makhluk Tuhan yang memiliki hak-hak kodrati tersebut untuk
melindunginya secara universal maka PBB membuat aturan DUHAM. Di dalam
Pasal 29 DUHAM No.A/Res/217 10 Desember 1948 menyebutkan bahwa:
(1) Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat tempat satu-satunya
di mana dia dapat mengembangkan kepribadiannya dengan bebas dan penuh.
(2) Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang
harus tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-
undang yang tujuannya semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan yang tepat terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang
lain, dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil dalam hal kesusilaan,
ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.
(3) Hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini dengan jalan
bagaimanapun sekali-kali tidak boleh dilaksanakan bertentangan
dengan tujuan dan prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa2.
Berbeda halnya dengan konsepsi hak dan kewajiban seseorang dalam Islam dan
hak asasi manusia dalam Islam. Seperti konsepsi manusia pada salah satu ayat
disebutkan bahwa “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat:‟Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.‟ Mereka berkata:‟Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?‟ Tuhan
berfirman:‟Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (QS.Al Baqarah (2) : 30). Kemudian ditegaskan kembali oleh Pasal 25
No.A/CON.157/PC/62/Add.18 (1993) penjelasannya, pengklarifikasiannya
maupun batasan serta ruang lingkupnya adalah sesuai dengan hukum dalam
4
Agama Islam. Disebutkan bahwa:”Syariat islam adalah satu-satunya sumber
untuk penjelasan atau pengklarifikasian dalam deklarasi ini.”
Sehingga dalam Islam segala hak asasi itu bersumber dari syariat Islam dan
dijelaskan oleh syariat Islam, sehingga tentunya sesuai ayat-ayat Al Quran dan
Sunnah yang mana menjadi sumber ajarannya. Hak asasi manusia dalam konsepsi
Islam dipahami sebagai aktifitas manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di
bumi. Sedangkan dalam pemahaman barat, hak asasi manusia ditentukan oleh
aturan-aturan publik demi terciptanya perdamaian dan keamanan semesta alam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Syariah dan fiqih
a. Apakah pengertian syari’ah dan fiqih?
b. Apakah Sifat dan tujuan hukum islam?
c. Apakah fungsi hukum islam?
d. Apakah sumber hukum islam?
e. Apakah Kontribusi umat islam dalam peremusan dan penegakan hukum
islam?
2. Hak asasi manusia menurut islam
a. Apakah Sejarah ringkas tentang hak asasi manusia?
b. Apakah Perbedaan prinsip antara konsep ham dalam pandanagan islam
dan barat?
3. Demokrasi dalam islam

C. TUJUAN
1. Syari’ah dan fiqih
a. Mengetahui pengertian syari’ah dan fiqih
b. Mengetahui sifat dan tujuan hukum Islam
c. Mengetahui fungsi hukum Islam
d. Mengetahui sumber hukum Islam
e. Mengetahui kontribusi umat Islam dalam peremusan dan penegakan
hukum Islam
2. Hak asasi manusia menurut Islam
a. Mengetahui sejarah ringkas tentang hak asasi manusia
b. Mengetahui perbedaan prinsip antara konsep HAM dalam pandangan
Islam dan barat
3. Demokrasi dalam Islam

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Hukum Islam
1. Pengertian Syari’ah dan Fiqih
a. Pengertian Syari’ah
Istilah syari’ah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan
kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari tasyri, oleh
karena itu ada baiknya lebih dahulu istilah tasyri’ ini dibahas sebelum
memaparkan tentang makna syariah. Kata tasyri’ merupakan bentuk masdhar
dari syari’ah yang berarti menciptakan dan menetapkan syari’ah. Dalam
istilah para ulama fiqih syari’ah bermakna ’’menetapkan norma-norma
hukum untuk menata kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan
Allah maupun dengan umat manusia dan dengan alam lingkungan“ Dalam
redaksi yang lain syari’ah diartikan ”Seperangkat norma Ilahi yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lain
dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam
lingkungan hidupnya” Rumusan pengertian syari’ah tersebut, menunjukkan
bahwa syariah itu adalah ketentuan yang mengatur hidup manusia dalam
berhubungan dengan Allah seperti mengimani dan beribadah kepada
Nya, dan mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia seperti
muamalah dan munakahat serta mengatur hubungan manusia dengan benda-
benda alam lingkungan sekitar, seperti penggunaan atau pemanfaatan
sumber daya alam yang harus sesuai dengan ketentuan atau peraturan
Allah, maka syari’ah merupakan pedoman atau panduan bagi manusia
dalam menjalani kehidupan didunia ini sehingga terwujud kehidupan yang
harmonis.

6
b. Pengertian Fiqih

Dalam bahasa arab, perkataan fiqih yang ditulis fikih, artinya faham atau
pengertian. Jika perkataan fikih itu dihubungkan dengan perkataan ilmu,
maka disebut Ilmu fikih. Ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan
menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
ketentuan yang terdapat dalam hadits Nabi Saw. dalam redaksi yang lain,
fikih adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang
dikaji dari dalil-dalilnya yang terinci. Rumusan pengertian diatas
menjelaskan bahwa fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat
untuk menentukan dan menjelaskan norma-norma hukum yang diambil atau
dikeluarkan dari Al-Qur’an dan hadits untuk diaktualkan dalam kehidupan
keseharian.

Di dalam kepustakaan Hukum Islam berbahasa inggris Syari’at Islam


diterjemahkan dengan Islamic Law sedang fikih Islam diterjemahkan
dengan Islamic Juris Prudence, dalam bahasa Indonesia untuk Syari’at Islam
sering dipergunakan istilah hukum syari’at atau hukum syara’ untuk
fikih Islam.

Fikih berisi rincian syari’at, ia dapat dikatakan suatu hasil kegiatan ijtihad
dengan menggunakan akal atau al-ra’yu, maka ia tidak berlaku abadi dan dapat
berubah dari masa ke masa dan berbeda antara satu tempat dengan tempat lain.
Saat ini mulai dilakukan orang kajian ulang terhadap berbagai hal yang
berhubungan dengan teori fikih, karena teori ini hasil pemikiran manusia yang
bisa berubah sesuai dengan kondisi dan situasi,sedang hukum syari’at
mayoritas turun berdasarkan wahyu yang tidak bisa berubah sebab dia
bukan produk fikiran manusia.

Dari penjelasan-penjelasan diatas menjadi jelas yang mana syari’at dan


yang mana pula yang disebut dengan fikih itu. Secara rinci perbedaan
antara syari’at dengan fikih itu adalah seperti berikut :

• Syari’at seperti telah disinggung sebelumnya adalah wahyu Allah yang


terdapat dalam al-Qur’an dan kitab-kitab hadits. Fikih adalah pemahaman
7
manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad tentang syari’at dan hasil
pemahaman itulah yang disebut fikih.
• Syari’at bersifat fundamental dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas yang oleh banyak ahli dimasukkan juga akidah dan akhlak. Fikih
bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur
perbuatan manusia yang biasa disebut dengan perbuatan hukum
• Syari’at adalah ketetapan Allah dan ketentuan rasulnya, karena itu berlaku
abadi. Fikih adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi dapat
berubah dari masa kemasa.
• Syari’at hanya satu, sedang fikih mungkin lebih dari satu seperti yang
terlihat dalam aliran-aliran hukum disebut dengan istilah mashab.
• Syari’at menunjukkan pada kesatuan dalam Islam, sedang fikih
menunjukkan keragamannya (M.Daud Ali, 2006-50-51).

Sesuai dengan pengertian-pengertian tentang syari’ah dan pengertian tentang


fikih serta perbedaan antara keduaannya maka kajian fikih itu adalah hukum-hukum
syara’ yang bersifat amalia yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dalam
bentuk ibadah dan hubungan manusia sesama manusia dalam bentuk mu’amalah,dan
hubungan manusia dengan alam lingkungan sekitar dalam bentuk pembudayaan dan
pelestarian alam. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan akidah atau prinsip-prinsip
keimanan bukanlah objek kajian fikih.

2. Sifat dan Tujuan Hukum Islam


a. Sifat Hukum Islam

Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia baik


sebagai individu maupun masyarakat. Ketiga, ada individualistik dan
kemasyarakatan yang Hukum Islam mempunyai tiga macam sifat yaitu :
pertama, bidi mensional artinya hukum Islam itu mengandung segi
ketuhanan dan segi kemanusiaan, disamping itu hukum Islam itu
komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan saja
tetapi juga mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Kedua, Adil, sifat yang
kedua ini mempunyai hubungan yang erat sekali lagi dengan sifat Bidim

8
ensional. Dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi
merupakan sifat yang melelekat sejak kaidah-kaidah dalam syari’at Islam
ditetapkan. diikat oleh nilai-nilai transedental yaitu wahyu Allah yang
disampaikan kepada Muhammad Saw. Dengan sifat ini hukum Islam
memiliki validitas baik bagi perorangan maupun masyarakat. Ketiga macam
sifat tersebut menyatu dengan hukum Islam sehingga hukum Islam itu memiliki
kesempurnaan yang membuat ia berbeda dengan hukum yang lain. Ketaatan
orang Islam menegakkan dan menerima hukum Islam hanya karena Allah
semata,dan hukum Islam itu dibeban oleh Allah kepada hambanya sesuai dengan
kemampuan hamba tersebut. Sifat adil dalam hukum Islam dapat berarti
tidak memihak kepada yang batil dan tidak pilih kasih. Membela
kebenaran dan melenyapkan kebatilan. Hukum Islam melindungi orang
perorangan, maupun kelompok orang. Umat Islam tidak dibolehkan mengambil
hukum selain hukum yang ditetapkan Allah. Dalam Al-Qur’an surat al-Maidah
Allah menegaskan sebagai berikut “Barang siapa yang tidak memutuskan
(menetapkan hukum menurut yang telah diluruskan Allah, mereka itulah
orang-orang yang kafir”(Q.S;5;44” maka putuskanlah prahara mereka
menurut apa yang Allah turunkan, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran telah datang kepadamu’’Q.S; 5:48)”

Disamping sifat-sifat tersebut hukum Islam mempunyai cirri-ciri khas


karakteristik. Dalam membahas karakteristik tersebut para pakar hukum Islam
sepakat untuk berpedoman pada surat Al-A’raf ayat 157 yang artinya yaitu
“yaitu orang- orang yang mengikuti Rasul”Nabi yang ummi mereka dapati
tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka yang menyuruh
mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka berbuat yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari merekabeban-beban dan
belengu-belenggu yang ada pada mereka.Maka orang-orang yang beriman
kepedanya,memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an).Mereka itulah orang-orang yang
beruntung’’.

9
Ayat ini menyatakan bahwa semula manusia dibatasi untuk berperilaku,
kemudian Allah memberikan batasan-batasan supaya manusia berperilaku baik
serta terarah dalam perilakunya agar manusia memiliki dan berperilaku
baik,Allah memberi kelonggaran dan kemudahan (rukhshoh) sehingga segala
yang diperintahkan Allah dapat dengan mudah mereka laksanakan.

Menelaah firman Allah dalam surat Al –A’raf ayat 157 diatas dalam
dan beberapa karakteristik yang dirumuskan oleh Hasbi As-Shiddieqy dan
Muhammad Ali,secara singkat terumus karakteristik hukum Islam yaitu bahwa
hukum Islam itu mengarahkan manusia muslim pada perilaku yang baik,
memberi rukhshoh atau kemudahan (tidak mempersulit), sempurna, harmonis,
dinamis, mewujudkan maslahah dan adil.

b. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada
manusia dan mendatangkan kemaslahatan,mengarahkan manusia pada
kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat dengan
jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang
mudharat yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan manusia.

Tujuan hukum Islam yang dikemukakan oleh Sayid Sabiq adalah :

• Membentuk pribadi dari segi fisik, akal dan mental dengan jalan pendidikan
dan pengajaran.
• Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menegakkan keadilan sosial.
• Kedua hal tersebut diatas akan mendorong terpeliharanya agama, jiwa,
akal dan keturunan serta harta yang semuanya itu berarti. Terwujudnya
kesejahteraan pribadi dan kesejahteraan masyarakat umum

Pada prinsipnya tujuan hukum Islam itu adalah :

• Untuk Memelihara Agama


Untuk tetap terpeliharanya atau tegaknya agama dalam diri setiap orang
dan ajaran agama itu secara nyata teraktualkan dalam kehidupan keseharian
dan dalam kehidupan keluarga serta dalam bermasyarakat,dan pada gilirannya
agama islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang bermaksud

10
menghinanya atau merusak ajarannya dengan cara-cara mencampuradukkan
dengan faham atau ajaran-ajaran yang lain atau ingin melenyapkan ajaran
Islam dari kehidupan para penganutnya. Allah Swt tidak memaksakan
seseorang untuk memasuki atau menganut agama Islam, hal itu dengan tegas
Allah katakan dalam Al-qur`an surat Al-baqarah ayat 256 : Artinya” Tidak
ada paksaan untuk memasuki agama Islam,sesungguhnya sudah jelas jalan
yang benar dari jalan yang salah”. Namun bila seseorang telah menyatakan
diri untuk masuk menganut agama Islam,maka orang tersebut wajib
menjalani dan mentaati agama Islam itu secara utuh.
• Untuk memelihara jiwa

Dalam hukum Islam setiap orang wajib menjaga dan memelihara


dan melindungi jiwanya. Pembunuhan atau bunuh diri haram
hukumnya,orang yang menderita penyakit yang menurut pakar kesehatan
(Dokter) sangat kecil kemungkinan dia bisa sembuh,haram hukumnya
meminta dibunuh atau bunuh diri. Yang berhak menghidupkan dan
mematikan hanya Allah. Sehingga dalam ajaran Islam pembunuhan
sengaja atau tidak disengaja tetap ada sangsinya yang ditetapkan dalam
hukum Islam. Jika pembunuhan itu disengaja maka ditetapkan hukum
qishas. Dalam Al-qur`an Allah tegaskan seperti berikut : ”Hai
orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu qishas berkenaan orang
yang dibunuh orang merdeka dengan orang yang merdeka,hamba
dengan hamba wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat
pemaafan dari saudaranya,hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan
cara yang baik dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada
yang memberi maaf dengan cara yang baik. Yang demikian itu adalah
suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Dan barang siapa
yang melampaui batas sesudah itu,maka baginya siksaan yang sangat berat”
(QS ; 2 ; 178)

• Untuk memelihara akal

Akal sesuatu yang sangat berharga dan mulia sehingga dengan akal itu
manusia mulia dan bermartabat,dan membuat manusia menguasai ilmu dan
bekuasa sebagai khalifah dialam ini. Hukum Islam memberi ketetapan yang
pasti dan tidak seorang pun boleh melanggarnya, bahwa akal di jaga
kesehatan dan kecemerlangannya. Oleh karena itu lah Allah melarang

11
mengkonsumsi segala obat atau minuman yang dapat merusak akal.
Secara tegas Allah melarang perbuatan tersebut dalam firmannya : artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khomar,berjudi(berkorban)
untuk berhala,mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syetan,maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan”(Q.S;5:960). Segala perbuatan yang
melanggar hukum yang telah di tetapkan Allah itu,cepat atau lambat di
sadari atau tidak,pasti akibatnya akan di rasakan oleh si pelanggar hukum
Allah tersebut.

• Untuk Memelihara Keturunan

Dalam Islam setiap penganutnya wajib menjaga kesucian keturunannya.


Dalam al-Qur’an setiap orang di larang melakukan perbuatan zina. Seorang
wanita yang telah di cerai oleh suaminya tidak boleh menikah sebelum masa
iddahnya sampai,seorang wanita tidak boleh memiliki suami lebih dari satu.
Ketentuan itu adalah untuk menjaga kesucian dan kemurnian keturunan.
Pengharaman perbuatan zina di katakan Allah dalam ayat berikut;

Artinya: ”Janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adala


hsuatu perbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan” (Q.S;17:32).
Sedangkan wanita yang di cerai suami dilarang nikah sebelum habis masa
iddahnya di tegaskan Allah dalam ayat berikut. Artinya: ”Wanita-wanita
yang di talak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ tidak
boleh mereka menyembunyikan apa yang di ciptakan Allah dalam
rahimnya,jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir,dan suami
mereka lebih berhak merujukinya dalam masa menanti itu jika mereka
itu menghendaki islam” (Q.S;2:228).

• Untuk Memelihara Harta

Segala harta yang di miliki seseorang adalah anugrah Allah,namun di


perlukan adanya kepastia hukum dalam masyarakat,untuk menjamin
kedamaian dalam kehidupan bersama, maka hak milik seseorang atas
suatu benda di akui dengan pengertian bahwa hak milik itu di peroleh
secara halal dan berfungsi sosial. Jika diperhatikan dengan sungguh

12
ketentuan hukum islam yang di tetapkan Allah, maka yang halal dan yang
haram itu sudah jelas dan yang hak serta yang batil juga jelas maka Allah
melarang mencampur adukkan keduanya dan tidak boleh memakan harta
orang lain secara batil. Dalam ayat berikut Allah menegaskan larangan
disebut dalam ayat berikut. Artinya: ”Dan janganlah kamu memakan harta
sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan
janganlah kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu
dapat memakan sebagian dari harta orang lain dengan jalan berbuat dosa,
padahal kamu mengetahui” (Q.S;2:188).

3. Fungsi Hukum Islam

Hukum Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,segala aturan yang
mengatur hubungan manusia dengan penciptanya,dan hubungan antar manusia serta
hubungan dengan mahkluk alam sekitar telah terdapat dalam hukum Islam itu
sendiri,karena hukum Islam memberikan rambu-rambu yang harus di taati oleh
setiap umat Islam. Peranan hukum Islam itu dalam kehidupan bermasyarakat sangat
banyak, di antaranya adalah seperti berikut ini:

a. Fungsi Ibadah
Tujuan penciptaan manusia oleh Allah adalah untuk beribadah,aturan tata cara dan
pelaksaan upacara ibadah harus sesuai dengan aturan yang di tetapkan oleh Allah.
Kepatuhan dan ketaatan mengikuti aturan hukum Islam bernilai ibadah,dan
sekaligus indikasi keimanan seorang muslim,setiap pelaksanaan hukum Islam di
beri pahala dengan imbalan surga. Sebaliknya keingkaran dan pelanggaran
terhadap hukum Allah akan di ancam dengan siksaan.
b. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Hukum islam bersentuhan dengan hukum masyarakat. Proses pengharaman riba
dan khamar merupakan bentuk keterkaitan penetapan hukum (Allah) dengan
subjek dan objek hukum (pembuatan mukallaf). Fungsi hukun Islam dalam hal ini
adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan fungsi ini tercapailah tujuan hukum
Islam yaitu mencegah kemaksiatans dan mendatangkan kemaslahatan.
c. Fungsi Zawazir

13
Dalam hal ini hukum Islam fungsinya terlihat dalam pembunuhan dan
penzinaan yang disertai dengan sangsi hukum qishash dan ”diyat” diterapkan
untuk tindak pidana terhadap jiwa / badan, hudud untuk tindak pidana tertentu
(pencurian, perzinaan, qadzaf, hirabah dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana
selain kedua macam tindak pidana tersebut. Adanya sanksi hukum mencerminkan
fungsi hukum Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat
dari segala bentuk ancaman dan perbuatan yang membahayakan. Fungsi ini di
namakan Zawazir

d. Fungsi Tanzim wa Islah Al-Ummah

Fungsi ini adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan
memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujud masyarakat yang
harmonis, aman, sejahtera. , hukum Islam menetapkan aturan yang cukup, rinci,
dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan
masalah yang lain, yakni masalah mu’ammalah yang pada umumnya hukum
Islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.
Perinciannya diserahkan kerpada para ahli dan pihak-pihak yang berkompeten
pada bidang masding-masing, dengan tetap memperhatikan dan berpegang
teguh pada aturan pokok dan nilai –nilai dasar tersebut.Fungsi ini disebut dengan
tanzim wa islah al-ummah.

4. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum Islam adalah wahyu Allah yang di sampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw. Wahyu Allah itu di turunkan dalam bahasa arab yang
secara autentik terhimpun dalam mushaf Al-Quran. Untuk mengetahui apa saja
yang menjadi sumber hukum Islam tersebut dapat di simak dalam firman Allah
sebagai berikut. Artinya:’’ Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah
dan kepada RasuNya dan ulil amri di antara kamu ,kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu ,maka kembalikanlah hal itu kepada Allah
(Al-Qur’an) dan RrasulNya (Hadist),jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya (Q.S;4:59).
Dalam ayat tersebut telah di tegaskan oleh Allah bahwa sumber hukum islam itu
ada tiga macam yaitu al-Qur’an, Hadist / Sunnah,dan idjitihad. Yang di maksud
dengan kata ulil amri dalam ayat di atas adalah orang-orang yang memenuhi syarat

14
untuk beridjitihad karena ”Kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan
(ajaran) hukum Islam dari sumber utamanya yakni al-Qur’an dan dari kitab-
kitab hadist yang memuat sunah Nabi Muhammad Saw.. Akal pikiran dalam
kepustakaan hukum Islam di sebut dengan ar-ra’yu atau pendapat orang-orang yang
memenuhi persyaratan untuk menentukan nilai dan norma pengatur tingkah laku
manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Al-Qur’an dan sunnah yang
terdapat dalam kitab-kitab hadist merupakan sumber utama,sedangkan akal
pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk beridjitihad menentukan norma benar
salahnya suatu perbuatan merupakan sumber tambahan atau sumber pengembangan.
Dari penjelasan diatas menjadi jelas bahwa sumber hukum Islam yang selain al-
Qur’an dan sunnah adalah ra’yu atau Ijtihad. Untuk mengenali secara umum
masing suber itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Pertama

Al-Qur’an secara harfiah berarti bacaan sempurna,merupakan suatu nama pilihan


Allah yang sungguh tepat,karena tiada suatu bacaan sejak manusia mengenal tulis
baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an
(Qurashishihab,1999,3) al-Qur’an adalah kitab suci yang demikian
masyhur sehingga sulit untuk menemukan suatu definisi yang mencakup
keseluruhan al- Qur’an,karena itu definisi yang ada masih bersifat parsial.

Al Qur’an sebagai sumber nilai mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut :

• Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul,


hari akhir,Qodho dan Qadar dan sebagainya.
• Prinsip-prinsip syariah,tentang ibadah khas (shalat, zakat, puasa, haji)dan
ibadah umum(Perekonomian, Pernikahan, hukum dan sebagainya.
• Janji dan ancaman, eperti tentang janji kepada orang yang baik dan
ancaman kepada orang yang berbuat jahat.
• Sejarah, seperti tentang Nabi-nabi terdahulu, masyarakat dan bangsa terdahulu.
• Ilmu pengetahuan, seperti mengenai ilmu ketuhanan, agama, hal-hal
yang menyangkut manusia, masyarakat dan hal-hal yang berhubungan dengan
alam.

Segala aspek kehidupan manusia pada hakekat tidak luput dari aturan atau
norma hukum Islam terutama yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah

15
serta muamalah. Dalam aspek aqidah dan ibadah mahdha Allah mengaturnya
secara rinci, sedang dalam bidang mu’amalah kebanyakannya diatur secara garis
besarnya, seperti ketatanegaraan, perekonomian,dan keuangan dan tidak
diterangkan secara rinci.

Dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 7,Allah berfirman,Artinya: ”Dialah


yang menurunkan al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu,diantara isinya ada ayat-ayat
yang muhkamat”. Itulah pokok-pokok al-Qur’an dan yang lain (Ayat-ayat)
mutasyabihat.

b. Hadist atau Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam Kedua


Sunnah dikenal juga dengan hadist,menurut arti harfiah kata sunnah berarti jalan,
tabiat, perikehidupan, adat istiadat. Menurut istilah,sunnah ialah perkataan,perbuatan
atau penetapan (Takrir) rasulullah Saw Kata sunnah sering di artikan dengan kata
al-Hadist,kata al-Hadist sering di gunakan oleh para ahli hadist dengan maksud yang
sama dengan kata ”sunnah” menurut pengertian yang digunakan oleh para ahli
usul,dikalangan ulama ada yang membedakan al-Sunnah dengan al- Hadist. Kata
hadist lebih banyak mengarah pada ucapan Nabi Muhammaad Saw, sedang kata
al-Sunnah mengarah pada perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad Saw yang sudah
menjadi tradisi dalam kehidupan beragama. Sunnah atau hadist ditinjau dari
bentuknya terdiri dari tiga macam seperti terlihat dalam pengertian hadist
sebelumnya yaitu: Qauliyah (Perkataan),Fi’liyah (perbuatan) dan taqririyh (
pengakuan / persetujuan terhadap perkataan atau perbuatan orang lain). Sunnah
kauliyah sering dinamakan hadist perkataan (Sunnah ini keluar dari Nabi
Muhammad Saw dalam bentuk ajaran atau ucapan yang menyangkut dengan
syariat). Sunnah fi’liyah atau amaliyah adalah seperti hadist-hadist yang diriwayat
tentang perbuatan Nabi,seperti perbuatan dalam menunaikan shalat,melaksanakan
haji,keputusan terhadap suatu perkara dengan seorang saksi dan sumpah yang
terdakwah, dipotong tangan pencuri dan sebagainya. Sunnah taqriyah adalah
pengakuan / pembenaran Nabi Muhammad Saw terhadap perbuatan atau perkataan
yang bersumber dari sahabatnya,baik dengan diamnya maupun dengan tidak
diingkarinya atau dengan menyatakan persetujuannya,baik perkataan atau
perbuatan sahabat itu dilakukan didepan Nabi Muhammad Saw ataupun di
belakangnya. Pembenarannya terhadap perkataaan atau perbuatan sahabat

16
dipandang sebagai hadist beliau juga,karena sekiranya perkataan dan perbuatan
sahabat itu mungkar tentu beliau akan melarangnya,karena Nabi Muhammad Saw
itu bertugas pula mencegah yang mungkar.

Di tinjau dari segi jumlah orang yang menyampaikannya terbagi kepada:

• Hadist Muttawatir, yaitu hadist yang di riwayatkan orang banyak yang


menurut akal tidak mungkin orang banyak tersebut bersepakat bohong.
• Hadist masyhur, yaitu hadist yang di riwayatkan orang banyak kepada
orang banyak lain tetapi tidak sampai pada derajat muttawatir.
• Hadist ahad, yaitu hadist yang di riwayatkan seseorang atau lebih tetapi tidak
sampai pada derajat masyhur.

Ditinjau dari segi kualitasnya hadist terbagi kepada:

• Hadist shahih, yaitu hadist yang sehat di riwayatkan oleh orang


baik,diriwayatkan kepada orang yang kuat kepadanya,materinya baik dan
persambungan sanadnya dapat di pertanggung jawabkan.
• Hadist hasan, yaitu hadist yang memenuhi pearsyaratan hadist shahih,kecuali
dari segi hapalan,pembawaanya kurang baik.
• Hadist dla’if, yaitu hadist lemah baik karaena terputusnya salah satu
sanadnya atau salah seorang pembawanya kurang baik.
• Hadist maudlu’, yaitu hadist palsu, hadist yang di buat-buat oleh seseorang
dan dikatakan sebagai sabda atau perkataan rasul.

Dari penjelasan singkat di atas dapat di pahami bahwa hadist sebagai sumber hukum
Islam yang kedua di samping al-Qur’an punya kelemahan.Kelemahan itu
tersebab karena sejarah pembukuannya berbeda dengan al-Qur’an. Al-Qur’an
semenjak di turunkan Allah langsung dihapal oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya
dan juga langsung ditulis oleh juru tulis Nabi Muhammad Saw yaitu Zaid Bin
Tsabit,sedangkan hadist yang di keluarkan / di sampaikan Nabi Muhammad Saw.
Semasa hidupnya tidak ditulis, hanya dihafal saja. Karena Nabi Muhammad Saw
khawatir tercampurnya hadist dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dalam proses turun.
Tepatnya usaha penulisan hadist secara resmi baru dimulai pada sekitar tahun 100
Hijriyah yaitu pada masa pemerintahan Umar bin Abdil Aziz, kholifah ke delapan
dari bani Umaiyah. Buku-buku yang ditulis saat itu tidak sampai ketangan kita
sakarang,buku-buku yang sampai ketangan kita sekarang adalah kitab-kitab hadist
yang lahir pada periode berikutnya.

17
Kalangan ahli Hadist telah melakukan penelitian yang seksama tentang hadist,
mereka membuat klasifikasi berdasarkan cara pemberitaannya atau dari segi
sedikit atau banyaknya rawi yang menjadi sumber berita dari hadist tersebut. Ada
(hasil penelitian itu) yang membuahkan keyakinan dan ada pula yang melahirkan
sangkaan- sangkaan (dugaan kuat) saja. Dalam menjelaskan hubungan “yakin”
dan sangkaan- sangkaan suatu hadist, para ulama Hadist memberi nama
dengan ”Mutawatir dan Ahad”

Hadist Mutawatir yaitu hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang
menurut akal,mustahil mereka bersepakat berbohong. Hal demikian itu mesti
dapat dibuktikan dalam segala tingkatan baik dalam permulaannya (kalangan tabi’in)
maupun akhirnya (perawi dikalangan tabi’ tabi’in) demikian seterusnya sampai
kepada rawi yang mengkodifikasikan hadist tersebut. Hadist mutawatir ini bernilai
yakin bahwa ia datang dari Rasulullah SAW.

Untuk menentukan suatu hadist menempati derajat mutawatir para ulama hadist
menetapkan tiga syarat yang perlu dipenuhi yaitu:

• Pewartaan oleh para rawi harus beardasarkan tanggapan panca indra.


• Jumlah para rawi harus mencapai suatu ketentuan yang tidak
meamungkinkan mereka bersepakat untuk berbohong.
• Adanya keseimbangan jumlah antara para rawi dilapisan( thabaqot) pertama
dengan para rawi dalam lapisan berikutnya .

c. Ra’yu / Itjihad Sumber Hukum Islam yang ketiga.

Sumber hukum Islam yang ketiga ialah ra’yu atau akal manusia yang
memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada
padanya. memahami kaedah hukum yang fundamental yang terdapat dalam al-Qur’an,
kaedah-kaedah hukum yang bersifat umum yang terdapat dalam sunnah
Nabi Muhammad Saw dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang
dapat diterapkan pada garis tertentu. Al-ra’yu berasal dari kata ra’a yang berarti
melihat,maka kata ra’yu dapat di artikan sebagai penglihatan. Yang di maksud
penglihatan di sini adalah penglihatan akal bukan penglihatan mata. Itjihad berasal

18
dari kata ijtahada,yajtahidu,ijtihadan yang artinya melakukan kesungguhan dan
ketekunan optimal untuk menetapkan hukum-hukum syara’. Kesungguhan memahami
sumber Islam (al-Qur’an dan sunnah) yang di lakukan oleh para mujtahid dengan
memahami apa yang tersirat di dalam nash dengan memperhatikan
jiwa,rahasia-rahasia hukum,illat sebab dan unsur-unsur kemaslahatan yang
terkandung dalam nash tersebut. Para ulama menetapkan syarat-syarat tertentu yang
menjadi rambu-rambu peringatan untuk tidak melakukan ijtihad dalam hal-hal berikut:

• Ijtihad tidak boleh di lakukan terhadap keberadaan Allah,sesungguhnya telah


di yakini Allah itu ada. Upaya apapun dilakukan untuk memikirkan wujud
Allah,tak akan mampu bahkan akan mengakibatkan kekhufuran.
• Ijtihad tidak di perkenankan terhadap kebenaran Nabi Allah,karena juga
akan menuju pada kekafiran.
• Ijtihad tidak boleh di lakukan untuk menguji kebenaran al-Qur’an.

Sebelum seseorang dapat di sebut mutjahid, maka ia harus memiliki


pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Dinul Islam. al-Qur’an, hadits Fiqh,dan
Usul Al -Fiqh. Selain itu seseorang itu harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

• Harus memahami al-Qur’an dengan baik,faham sebab-sebab turun ayat dan


surah- surah dalam al-Qur’an dan kapan diwahyukan.
• Sangat memahami hadist Nabi Muhammad Saw sehingga dapat
membedakan antara hadist yang shahih dan hadist-hadist penting lainnya.
Mengetahui hadist hasan,hadist dla’if,dan seterusnya.
• Mengetakui dengan baik prinsip ijma`
• Mengetahui dengan baik bentuk-bentuk dan perintah-perintah qiyas berserta
persyaratan yang melingkupinya.

Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan ijtihad, baik ijtihad
dilakukan sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara
metode atau cara berijtihad itu adalah, ijma`, Qiyas istishab, istihsan, istislah,
saddal zari’ah. Untuk dapat memahami secara singkat masing-masing metode
tersebut penulis mencoba menjelaskan masing-masing sebagai berikut:

• Ijma

19
Artinya konsesensus atau kesepakatan menurut ahli ashul fiqih adalah kesepakatan
para imam majtahid dikalangan umat islam tentang hukum islam , pada suatu masa
pasca rasullulah SAW wafat , ijamah harus memiliki empat unsur yaitu:
➢ Sejumlah majtahid terlibat langsung dalam menetapkan suatu konsensus
➢ Konsensus lahir tanpa mendatangkan perbedaan
➢ Konsensus diiringi oleh pendapat masing – masing secara jelas baik secara
tertulis (ijma’kitabi), perkataan (ijma ‘qauli),dan tindakan (ijma’fi’li).
➢ Konsensus semua majtahid dapat diwujudkan dalam suatu keputusan dan bentuk
hukum

Secara istilah pengertian ijma’ masih diperselisihkan oleh para ulama. Disamping
dikemukakan dengan redaksi yang berbeda. Ijma’ juga memiliki subtansi yang
diperdebatkan oleh para ulama. Pada kesempatan ini penulis tidak memasuki
perdebatan tersebut. Maka yang dimaksud ijma’ secara sederhana adalah
consensus para ulama terhadap suatu masalah hukum.

• Qiyas
Yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu pada perbuatan lain yang memiliki
kesamaan . misalnya al – Qur,an melarang jual beli ketika jum,at dan hukum selain
dagang juga terlarang karena sama – sama mengganggu shalat jum,at .Dalam Al-
Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 9, Allah berfirman, Artinya:”Hai orang-orang
yang beriman apabila diseru untuk melaksanakan shalat jum’at maka
bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S;62:9). Dalam ayat ini setiap
muslim diperintah untuk menunaikan shalat jum’at dan meninggalkan jualbeli
(dagang),maka aktifitas selain dagang juga di terlarang (haram) untuk dilakukan
karena menghambat atau mengganggu aktivitas shalat jum’at. Larangan
meminum khamar juga dilarang secara tegas dalam Al-Qur’an Surah Al-
Maidah ayat 90, sebab dilarangnya adalah illatnya yakni memabukkan. Minuman
yang memabukkan dari apapun di buat, hukumnya sama dengan khamar yaitu
di larang (haram) untuk di minum.
• Isthisab
Ialah menjadikan lestari keadaan sesuatu yang sudah ditetapkan pada masa lalu
sebelum ada dalil yang mengubahnya. jadi apabila di tetapkan suatu perkara pada
sesuatu waktu, maka ketentuan hukumnya tetap seperti itu, sebelum ada dalil yang
mengubahnya. sebaliknya apabila sesuatu perkara telah ditolak oleh sesuatu waktu,
maka persoalan itu tetap berlaku sampai akhir masa, sebelum ada dalil yang
menerima perkara itu.
20
Argumentasi para ulama bahwa istishab itu menjadi salah satu hujjah syariah adalah :
Pertama, bahwa kelestarian suatu hal yang sudah ada di masa lalu adalah suatu yang
fitri yang selalu di praktek manusia.
Kedua, bahwa penelitian terhadap hukum syara’ membuktikan bahwa syari’
memutuskann hukum tetapnya keadaan yang sudah ditetapkan sebelum ketentuan
yang terjadi mengubahnya.
• Istihsan
Yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum agama
Islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang, misalnya seseorang harus memilih
satu dari alternative perbuatan yang sama-sama buruk, maka ia mengambil salah satu
yang diyakini paling ringan keburukannya. Istihsan adalah cara menentukan hukum
dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang telah ada demi keadilan dan
kepentingan sosial. Contohnya adalah pencabutan hak milik seseorang atas tanah
untuk pelebaran jalan, pembuatan irigasi, untuk mengairi sawah-sawah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial.
• Istislah
Yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan atau kemanfaatannya sesuai dengan
tujuan syariat. menurut istilah ulama ushul, adalah menetapkan hukum suatu peristiwa
hukum yang tidak disebutkan nashnya. Ijmak berlandaskan pada pemeliharaan
maslahah mursalah yang berarti maslahah yang tidak ada dalil syara’ yang
menunjukkan diakuinya atau ditolaknya. Demikian apabila prinsip tersebut berstatus
pasti berdasarkan kumpulan dalil-dalil syara’, sebab dalil tidak harus menunjukkan
dalil yang pasti secara berdiri sendiri tanpa digabungkan dengan yang lain.
• Zadd al-Zari’ah
Menurut bahasa ialah wasilah/sarana
Menurut istilah ialah sesuatu yang menjadi jalan bagi yang diharamkan atau yang
dihalalkan, maka ditetapkan hukum sarana itu menurut yang ditujunya. Sarana/jalan
kepada yang haram adalah haram dan sarana/jalan yang mubah adalah mubah.
Menurut Ibnu Qayyim pengertian al-Zari’ah ialah juga mempunyai pemahaman juga
kepada sesuatu yang dianjurkan.
• ‘urf
Adalah perkataan atau perbuatan yang di kenal di kalangan masyarakat dan
menjadiadat kebiasaan diantara mereka. Para ulama mengklasifikasikan ‘urf terbagi 2,
yaitu pertama al-‘urf al-shahih yang berarti adat istiadat yang telah diterima dan
berlaku di masyarakat luas, tidak bertentangan dengan syara’ dan dibenarkan oleh
pertimbangan akal sehat, serta membawa kebaikan dan menghindarkan kerusakan.
Yang kedua al-‘urf fasid yang berarti adat istiadat yang berlaku dikalangan
masyarakat, namun tidak dapat diterima oleh pertimbangan akal sehat dan
pertimbangan sayara’.

5. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum Islam

21
Dalam kenyataan yang ada penduduk dalam negara kesatuan republik Indonesia
ini mayoritas menganut agama Islam jauh sebelum indonesia merdeka. Sangat besar
partisipasi mereka dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia ini, sehingga
tokoh-tokoh perumus piagam Jakarta UUD 1945, menyebutkan kalimat yang kalimat
tersebut menjadi keyakinan umat Islam. Kalimat tersebut tercantum dalam alenia ketiga
yang berbunyi: ”Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan
dengan keinginan luhur untuk berkebangsaan yang bebas”, demikian juga dalam alenia
ke empat yang berbunyi: ”.....maka disusunlah kemerdekaan itu dalam suatu hukum
dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan yang maha Esa dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya”.
Teuku Muhammad Rodhi mengemukakan bahwa salah satu syarat agar hukum dapat
berlaku dengan baik dalam masyarakat antara lain,hukum tersebut harus sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Khusus bagi penganut agama Islam dapat beribadah
tanpa rintangan dari pemerintah,bahkan pemerintah memfasilitasi pelaksanaan beribadah
seperti perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji.
Peraturan undang-undang,peraturan pemerintah,keputusan /intruksi
presiden yang berkaitan dengan hukum Islam,di antaranya adalah:
a. Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
tidak sehat dilarang melakukan tindakan penetapan harga yang sering disebut sebagai
price fixing. Larangan ini nampak dari bunyi pasal 5 ayat 1, yang berbunyi: ”Pelaku
usaha dilarang untuk menetapkan harga suatu barang atau jasa yang harus dibangun
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”.
b. Undang-undang No .1 tahun 1974 tentang perkawinan terdapat cukup banyak pasal
dalam Undang-undang ini berasal dari hukum islam seperti pasal 2, ayat 1,
perkawinan sah, apabila dilakukan menurut agama dan kepercayaan itu. Ayat 2: tiap
tiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang-undangan, demikian sehingga
pasal 3, pasal 4, pasal 5 tentang poligami. Peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri
sipil. Dalam pasal 2 berisi ”kewajiban bagi pegawai negeri sipil untuk
memberitahukan secara tertulis kepada pejabat tentang pernikahannya paling lama 1
tahun setelah pernikahannya. Pasal 3 tentang perizinan perceraian dari pegawai negeri
sipil, demikian seterusnya”.
c. Undang-undang nomor 7 tahun 1984 tentang peradilan agama merupakan salah satu
perundang-undangan pelaksanaan dari undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang
pokok-pokok kekuasaan kehakiman. Dalam pasal 1 ayat 1 di sebutkan: Peradilan
agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama islam. Pada pasal 2 di
sebutkan: peradilan agama adalah merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara
perdata tertentu yang di atur dalam undang-undang ini.
d. Instruksi presiden nomor 1 tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam (KHI)
merupakan salah satu keberhasilan besar umat Islam Indonesia dalam upaya
menegakkan hukum Islam menjadi hukum positif di Indonesia. KHI berisi tentang
himpunan hukum Islam yang berkenaan dengan perkawinan,waris dan wakaf.
e. Undang-undang nomor 7 tahun1992 tentang peraturan pemerintah nomor 70 dan 72
tahun 1992 tentang bank bagi hasil berdasarkan sari’at. Sedangkan penjelasan pasal 7
ayat 1 disebutkan bahwa prinsip bagi hasil dalam PP ini adalah pribsip muamalat
berdasarkan sari’at dalam melakukan kegiatan usaha bank.

22
f. Undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Berdasarkan
undang-undang ini,dibentuk badan amil zakat sampai tingkat / kecamatan,bertujuan
meningkatkan manfaat zakat baik bagi pembayar zakat maupun penerima.
g. Undang-undang nomor 17 tahun 1999 tantang penyelenggaraan ibadah haji. Dengan
undang-undang ini maka pemerintah Mentri agama dibantu Departemen Agamapusat
dan daerah mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan ibadah haji.
h. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan dan tanah milik
peraturan pelaksanaan pasal 49 ayat 3 undang-undang nomor 5 tahun 1960 dalam
pasal 1 dinyatakan berwakap adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum
yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan
melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau
kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Upaya untuk menegakkan hukum islam dalam praktek masyarakat harus melalui proses yakni
proses cultural,dakwah,melalui lembaga pendidikan pada sekolah-sekolah agama khususnya
atau lembaga lain yang berbasiskan Islam. Dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang
mayoritas Islam ini
kebebasan menyampaikan aspirasi dan kebebasan berfikir dilindungi oleh undangundang.
Hal ini menjadi sangat penting untuk mengembangkan pikiran khususnya dibidang hukum
Islam.

B. Hak Asasi Manusia Menurut Islam


1. Sejarah Ringkas Hak Asasi Manusia
Sesungguhnya hak asasi manusia lahir bersama-sama dengan manusia, artinya
sejak manusia ada permasalahan hak asasi manusia sudah timbul. Membicarakan hak
asasi manusia, berarti membicarakan dimensi kehidupan manusia. HAM ada bukan
karena di berikan oleh mayarakat atau kebaikan dari Negara, melainkan berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. pengakuan atas eksistensi manusia sebagai mahkluk
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menurut Jan Materson dari komisi hak asasi manusia PBB, hak asasi manusia
adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia. Menurut Baharuddin Lopa,kalimat ”mustahil dapat
hidup sebagai manusia” hendaklah diartikan” mustahil dapat hidup sebagai manusia
yang bertanggung jawab”.
Konsepsi HAM dikalangan sejarawan Eropa tumbuh dari konsep hak (right)
pada yurisprudensi Romawi, kemudian meluas pada etika teori hukum alam (Natural
Low).
Secara ringkas uraian berikut menggambarkan kronologis konseptualisasi
penegakan HAM yang diakui secara yuridis formal. Perkembangan berikut
menggambarkan pertumbuhan kesadaran pada masyarakat Barat. Tonggak-tonggak
sosialisasinya adalah sebagai berikut, Pertama, dimulai yang paling dini oleh
munculnya perjanjian agung magna charta di Inggris pada 15 juni 1215, sebagai
bagian dari pemberontakan para baron terhadap raja john (Saudara raja Richard
berhati singa, pemimpin tentara salib). Isi pokok dokumen itu adalah hendaknya raja
tak melakukan pelanggaran terhadap hak milik dan kebebasan pribadi seorangpun dari
rakyat (sebenarnya cukup ironis bahwa pendorong pemberontakan para baron antara
lain, dikenakannya pajak yang sangat besar dan dipaksakannya para baron untuk
membolehkan anak-anak perempuan mereka kawin dengan rakyat biasa). Kedua,
Keluarnya Bill of Rights 1628 yang berisi penegasan tentang pembatasan kekuasaan
raja dan di hilangkannya hak raja untuk melaksanakan kekuasaan terhadap siapapun,
atau untuk memenjarakan, menyiksa, dan mengirimkan tentara kepada siapapun tanpa

23
dasar hukum. Ketiga, Deklarasi kemerdekaan amerika serikat 6 juli 1779, yang
memuat penegasan bahwa setiap orang dilahirkan dalam persamaan dan kebebasan
dengan hak untuk hidup dan mengejar kebahagiaan serta keharusan mengganti
pemerintah yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut. Keempat,
Deklarasi hak asasi manusia dan warga negara (Declaration des droits del homne etdu
citiyen/Deelaration of the rights of the man and of the citizen) dari prancis 4 agustus
1798, dengan titik berat lima hak asasi pilihan harta (propiete), kebebasan (liberte),
persamaan (egalite), keamanan (securie) dan perlawanan terhadap
penindasan(resitence of appression)”. Kelima, Deelarasi universal tentang hak-hak
asasi manusia (Universal Declaration of Human Rights / UDHR pada 10 desenber
1948 yang memuat tentang pokok-pokok kebebasan, pemilihan harta, hak-hak dalam
perkawinan, pendidikan, hak kerja, dan kebebasan beragama (termasuk pindah
agama)”.
2. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Pandangan Islam dan Barat
Menurut Supriyanto Abdi, setidaknya terdapat tiga varian pandangan tentang
hubungan Islam dan HAM, baik yang dikemukakan oleh para sarjana barat atau
pemikir muslim sendiri, yakni, Pertama, Menegaskan bahwa Islam tidak sesuai
dengan gagasan-gagasan dan konsepsi HAM modern. Kedua,menyatakan bahwa
Islam menerima semangat kemanusiaan modern, tetapi pada saat yang sama,menolak
landasan sekulernya dan menggantikannya dengan landasan Islami (bisa dan
seharusnya) memberikan landasan normative yang sangat kuat.Ungkapan di atas
menampakkan bahwa konsepsi HAM dalam dunia Barat berbeda dengan konsep
HAM dalam Islam. Islam tidak menerima konsep HAM sekuler, namun Islam sangat
mendukung semangat HAM. Islam memberikan landasan normatif yang sangat kuat
dan sakral bagi HAM itu sendiri. Hak asasi msnusia menurut pemikiran Barat semata-
mata bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dalam
konsep Islam seseorang hanya mempunyai kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas
kepada Allah karena harus mematuhi hukumnya. Namun secara paradoks, didalam
tugas-tugas inilah letak semua hak dan kemerdekaannya. Menurut ajaran Islam
manusia mengakui hak-hak manusia lain karena merupakan kewajiban yang
dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah sebagai pencipta. Aspek khas
dalam konsep HAM Islam adalah tidak adanya orang lain yang
dapat mema’af kan pelanggaran hak-hak.
Dalam undang-undang Internasional tentang hak-hak asasi manusia banyak
terdapat pasal yang di dalamnya tertuang hak-hak asasi manusia (Human Rights).
Prinsip-prinsip human rights yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut:
Pasal 1
Sekalian orang yang merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan kehendaknya satu sama lain dalam
persaudaraan,
Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum
dalam pernyataan ini dengan tak ada perkecualian apapun, seperti misalnya
bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain,
asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, milik kelahiran ataupun
kedudukan lain.
Pasal 3
Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan
seseorang.

24
Pasal 4
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan, perhambaan dan
perdagangan budak dalam bentuk apa pun mesti dilarang.
Pasal 5
Tidak seorang pun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam, dengan
tidak mengingat kemanusiaan ataupun jalan perlakuan atau hukum yang
menghinakan.
Pasal 6
Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap
undangundang dimana saja dia berada.
Pasal 7
Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas
perlindungan hukum yang sama dengan tak ada perbedaan.
Pasal 8
Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim nasional
yang kuasa terhadap tindakan perkosaan hak-hak dasar yang diberikan
kepadanya yang diberikan oleh undang-undang dasar Negara atau undang-
undang.
Pasal 9
Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara
semenahmenah.
Pasal 10
Setiap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya didengarkan
suaranyadi muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang adil dan tidak
memihak. Dalam hal menetapkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam
setiap tuntutan pidana yang di tujukan kepadanya.
Pasal 11
1) Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu
pelanggaran pidana dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikannya
kesalahannya menurut undangundang dalam suatu pengadilan yang terbuka,
dan dia dalam sidang itu diberi segala jaminan yang perlu untuk
pembelaannya.
2) Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana
karena perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran
undang-undang nasional atau internasional.
Pasal 12
Tidak seorang pun dapat diganggu sewenang-wenang dalam urusan
pribadinya, keluarganya, rumah tangganya, atau hubungan surat-menyuratnya,
juga tidak diperkenankan pelanggaran atas kehormatannya dan nama baiknya.
Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan undang-undang terhadap
gangguan-gangguan atas pelanggaran-pelanggaran demikian.
Pasal 13
1) Setiap orang berhak atas kebebasan, bergerak dan berdiam didalam
lingkungan batas-batas tiap negara.
2) Setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya
sendiri, dan berhak kembali ke negerinya
Pasal 14
1) Setiap orang berhak mencari dan mendapat tempat pelarian di Negeri-
negeri lain untuk menjauhi pengejaran.

25
2) Hak ini tidak dapat di pergunakan dalam pengejaran yang benar-benar
timbul dari kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan perkara atau
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan tujuan-tujuan dan dasar-dasar
perserikatan bangsabangsa.
Adapun prinsip- prinsip HAM yang terdapat dalam ajaran agama Islam tersebut di
antaranya adalah:
a. Tentang Martabat Manusia
Ajaran Islam menempatkan manusia pada martabat dan harkat yang tinggi,
manusia memiliki akal budi kehendak, manusia itu tanpa kecuali mempunyai
harkat dan martabat yang sama, cacat atau tidak, manusia yang satu sama
mulianya dengan manusia yang lain. Kelebihan dan kekurangan ada pada setiap
manusia, namun itu dalam ajaran Islam bukan merupakan perbedaan yang
menyebabkan hilangnya derajat seseorang. Maka setiap orang harus menempatkan
dirinya dan orang lain pada derajat yang sama, seperti yang di tegaskan Allah
dalam firmannya: ”Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri, dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai“. (Q.S;31:18-
19).
b. Hak Persamaan dan Kebebasan
Kedudukan sederajat termasuk sederajat dimuka umum adalah persamaan yang di
miliki oleh manusia di hadapan hukum tanpa ada perbedaan di antara mereka,
baik karena perbedaan etnis, warna kulit, agama, bangsa, keturunan, kelas maupun
kekayaan. Di samping itu tanpa dibedakan antara muslim, nasrani, atau lainnya
antara cendekiawan dengan yang bukan, antara kuat dengan yang lemah. Dalam
hal ini Allah berfirman: ”Dan apabila kamu menghukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil” (Q.S;4:58). ”Hai manusia sesungguhnya kami
menciptakankamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kanu berbangsa-bangsa,bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang-orang
yang paling bertaqwa.’’ Mahmengenal” (Q.S;49:13). Kedua ayat di atas
menunjukkan bahwa Allah menempatkan manusia sebagai mahluk yang mulia
dan bermartabat dan tidak ada perbedaan manusia yang satu dengan manusia lain.
Ini berarti bahwa ajaran Islam lebih dahulu mengakui HAM, dalam hal persamaan
dan kebebasan serta saling menghormati.
c. Hak hidup , Kemerdekaan dan Keselamatan
Di daerah yang dikuasai Islam, bagi orang yang belum menganut agama Islam
diberi hak dan kemerdekaan untuk memilih agama, apakah mereka memeluk
agama Islam atau tetap dalam agama mereka. Ini adalah bukti bahwa umat Islam
tidak melakukan paksaan, namun tetap menghormati kemerdekaan beragama
walaupun terhadap golongan minoritas. Di samping itu, ayat-ayat Al-Qur’an,
Menegaskan bahwa Islam meletakkan satu system konkrit yang menjamin
penghapusan perbudakan secara berangsur-angsur dengan mempersempit sebab-
sebab perbudakan. Usaha itu perlu dilakukan agar terjamin hal-hal pribadi
seseorang dan mendapat perlindungan dari pebuatanperbuatan aniaya. Allah
melarang antar sesama manusia berlaku aniaya yang dapat menyebabkan hak
hidupnnya terganggu. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Tidak ada paksaan untuk
memasuki agama Islam, sesungguhnya sudah jelas jalan yang benar dan jalan
yang sesat. Barang siapa yang ingkar kepada taghut dan beriman kepada Allah,

26
Maka sesungguhnya ia telah berpegang pada bukul tali yang kokoh yang tidak
akan putus. Dan Allah maha mendengar lagi maha melihat.” (Q.S;2:256) . ”Dan
tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain) kecuali
karena tersalah (tidak sengaja) dan barang siapa membunuh seorang mukmin
tanpa sengaja, hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman
serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarga (siterbunuh itu), kecuali jka
mereka (keluarga siterbunuh) bersedekah. Jika ia (siterbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal dia mukmin (maka hendaklah sipembunuh) memerdekakan
hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (siterbunuh) dari kaum (kafir) yang ada
perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, (maka hendaklah si pembunuh)
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (siterbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak
memperolehnya ,maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-
turut sebagai cara bertaubat kepada Allah dan Allah Maha mengetahui dan Maha
bijaksana.” (Q.S;4:92). Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat
melindungi hak-hak hidup dan kemerdekaan dan kebebasan dan keselamatan
setiap orang siapapun dan apapun agamanya atau tidak beragama. Islam juga
menghapus perbudakan dan mengutamakan kebebasan sesuai koridor hukum yang
diatur dalam ajaran agama Islam tersebut.
d. Tidak Seorangpun yang boleh Diperbudak
Islam sangat melarang perbudakan karena bertentangan dengan prinsip kesamaan
derajat dan prinsip kemanusiaan. Dalam Islam setiap orang berada dalam derajat
yang sama dan setiap orang kurang yang beruntung hidupnya dalam segala
aspeknya, menjadi kewajiban orang lain untuk memberi pertolongan kepadanya
sehingga terwujud keserasian dan kesamaan derajat.
e. Tidak seorangpun boleh diniaya atau diperlakukan secara kejam.
Islam sangat menentang kezaliman dan tindakan kekejaman, sangat banyak ayat
Al-Qur’an yang melarang perbuatan-perbuatan kezaliman ,dan pelakunya dian
diancam dengan neraka. Dalam hal ini Allah berfirmannya: ”Janganlah kalian
mempunyai kecendrungan membenarkan orang-orang yang aniaya (zalim),
Karena kelak kalian akan dibakar api neraka”. (Q.S;11:113). Dalam sebuah hadist
Qudsinya Allah berfirman: ”Allah mewahyukan kepada Nabi Daud AS:
”Katakanlah kepada orang-orang yang melakukan perbuatan kezaliman, Janganlah
kalian berzikir kepadaKu (kecuali setelah bertaubat). Karena Aku selalu
memperhatikan orang yang berzikir kepadaKu, tetapi perhatianKu terhadap (orang
yang melakukan ke zaliman) berupa laknat terhadap mereka. Ayat dan hadist
Qudsi di atas menunjukkan larangan Allah atas perbuatan Zalim atau kekejaman
dan Allah menunjukan kebencian atas perbuatan zalim dan kekejaman tersebut,
dengan melarang orang yang zolim untuk berzikir kepadaNya. Dan mengancam
pelaku perbuatan zolim tersebut dengan neraka.
f. Hak Untuk Diakui Sebagai Manusia Pribadi Dihadapan Undang-Undang
Tidak ada suatu ayat atau hadistpun yang menempatkan manusia dihadapan
hukum berbeda. Semua umat Islam dalam ajaran Islam wajib mempatkan manusia
sebagai manusia, bahkan dalam pergaulan masyarakat setiap orang harus
menghargai orang lain. Dalam ayat ini Allah menjelaskan; ”Sesungguhnya kami
telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya
menghukum di antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena
(memebela) orang yang berkhianat.’’ (Q.S;4:105). Ketetapan Allah adalah bahwa
manusia adalah makhluk termulia dan sesama manusia sama mulianya. Orang

27
yang melakukan pelanggaran hukum siapapun orangnya, baik dia rakyat biasa
maupun penegak hukum sendiri sama-sama mendapat sangsi hukum tidak ada
perbedaan manusia dengan manusia lain.
g. Setiap orang sama terhadap Undang-Undang dan berhak atas Perlindungan
Hukum tanpa ada Perbedaan.
Undang-undang merupakan seperangkat aturan yang berguna untuk menata
kehidupan sosial manusia dan untuk melindungi manusia serta mengarahkannya
kepada kedamaian, sehingga terwujud keserasian dalam kehidupan, tidak seorang
pun yang boleh melanggar peraturan tersebut karena bisa berakibat terganggunya
hak-hak orang lain. Karena itu setiap umat islam diperintahkan oleh Allah untuk
mematuhi undang-undang atau peraturan tersebut seperti Allah tegaskan dalam
ayat berikut: ”Hai orang-orang yang beriman patuhilah kamu kepada Allah (Al-
Qur’an) dan patuhlah kamu kepada rasul(Hadist) dan patuhlah kamu kepada ulil
amri (pemimpin) diantara kamu.jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu hal
kembalikan kepada Allah (Al-Qur’an) dan rasulnya (Hadist), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari akhir ,yang demikian itulah yang lebih baik
akibatnya.” (Q.S;43:58). Perintah Allah di atas berisi tentang suruhan mematuhi
peraturan-peraturan dan ketentuan Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
dalam hadist. Semua peraturan dan ketentuan tersebut pastilah untuk melindungi
dan menyelamatkan para hambaNya disamping itu Allah juga memerintahkan
untuk patuh pada pemimpin. yang dimaksud adalah mematuhi peraturan dan
perundang-undangan yang ditegakkan oleh para pemimpin untuk mengatur dan
melindungi masyarakat dan umat.
h. Hak Kebebasan Mempunyai dan Menyampaikan Pendapat
Setiap orang punya peluang yang sama untuk menyampaikan pandangan atau
pendapatnya asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam serta
dapat di pertanggung jawabkan. Dalam sidang musyawarah untuk merumuskan
suatu program untuk kepentingan umat diperlukan pendapat orang banyak.
Apalagi musyawarah untuk menyelesaikan suatu permasalahan penting umat.
Allah menyuruh untuk bermusyawarah, penyelesaian masalah, merumuskan
program untuk kemaslahatan umat sangat perlu pendapat atau pandangan orang
lain. Untuk itu musyawarah diperintahkan Allah dalam ayat berikut: ”Dan urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka.” (Q.S;42:38).” Dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah bulat tekad, maka bertawakallah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya. (Q.S;3:159). Demikianlah
petingnya pendapat atau pandangan orang lain dalam kehidupan umat islam.
Bermusyawarah adalah bentuk kebersamaan menuju kekompakan.
i. Kebebasan Menganut Agama.
Islam sebagai agama universal tidak memaksa orang untuk menganutnya. Semua
rasul-rasul yang di utus oleh Allah hanya bertugas untuk menyampaikan petunjuk
agama dari Allah, mereka itu diutus bukan untuk memaksa orang menganut
agama yang dibawanya.mereka para rasul itu menyampaikan risalahnya dan
mengajak orang dengan suka rela untuk menganutnya tapi tidak memaksa. Islam
tidak memaksa orang kepada keselamatan tetapi menawarkan orang untuk beralih
kepada keselamatan. Islam tidak suka orang terjerumus dalam kesengsaraan.
Karena itu Islam menawarkan jalan keselamatan, dalam hal ini Allah berfirman: ”
Tidak ada paksaaan menganut agama Islam, Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang engkar kepada taghut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali

28
yang kokoh yang tidak akan putus, dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui. (Q.S;2:256). Memilih agama memang menjadi hak asasi setiap
orang, maka setiap orang harus memilih agama dengan cerdas, bila salah memilih
tentu akan berakibat yang buruk.
j. Setiap Orang sebagai Anggota Masyarakat berhak atas Jaminan Sosial.
Setiap orang terutama sebagai anggota masyarakat mempunyai kemampuan yang
berbeda, tingkat kehidupan yang tidak sama mujurnya.Supaya tingkat kehidupan
yang berbeda itu tidak menjadi jurang pemisah, maka agama Islam mensyariatkan
orang yang mempunyai tingkat kehidupannya lebih, diwajibkan untuk membantu
yang lain dalam segala aspek kehidupan seperti kelebihan dibidang skil, ilmu
pengetahuan, spesialisasi, khususnya kelebihan dibidang ekonomi,harus ditransfer
kepada orang lain untuk meningkatkan taraf hidup orang lain guna mencerahkan
kehidupannya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: ”Bukanlah kewajibanmu
membuat mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk
siapa yang di kehendakiNya. Dan apa saja yang baik yang kamu kerjakan (dijalan
Allah), maka pahalanya untuk kamu, dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu
melainkan harus mencari keridho’an Allah. dan apa saja harta baik yang kamu
nafkahkan, niscaya kamu diberi pahala yang cukup,sedangkan mereka sedikitpun
tidak akan dianiaya’’ (Q.S;2:272).
k. Hak atas Pengadilan Efektif oleh Hakim yang Diberikan Undang-Undang
Kepadanya.
Dalam ajaran Islam setiap orang harus diperlakukan adil oleh pengadilan,
sehingga pengadilan tidak dibenarkan berlaku berat sebelah atau memihak atau
penyelewengan yang bertentangan dengan prinsip keadilan sehingga orang
terzalimi. Seorang hakim harus berpegang teguh pada undang-undang yang
berlaku, tidak terayu oleh bujukan-bujukan yang membuat dia mengingkari
perbuatan adil. Allah menyuruh pengadilan berlaku adil terhadap semua orang.Dia
berfirman : ”Dan Allah menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (Q.S;4:581). Hak diperlakukan
dengan adil diantara manusia merupakan kebutuhan mutlak, perilaku menyimpang
dari prinsip keadilan dapat menimbulkan gejolak dan permusuhan dan bentrokkan
antara umat manusia yang dapat menimbulkan akibat yang fatal.
l. Tidak Boleh Mengganggu Seseorang dan Kelurganya
Dalam ajaran Islam dilarang mengganggu seseorang,keluarga, dan rumah
tangganya. Seorang muslim punya hak atas dirinya dan keluarga serta rumah
tangganya. Sehingga orang lain tidak boleh berlaku sewenang-wenang
terhadapnya dan keluarganya. Karena seseorang berdaulat tehadap keluarga dan
rumah tangganya. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu
agar kamu selalu ingat. jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka
janganlah kamu masuk sebelum mendapat izin, jika di katakan kepadamu
”kembali sajalah” maka hendaklah kamu kembali, itu lebih baik bagimu dan Allah
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’ (Q,S;24:27-28). Ayat diatas
menetapkan dengan tegas bahwa seseorang tidak dapat dengan sewenang-wenang
memasuki rumah orang lain, karena halitu akan mengganggu ketenangan dan
kedamaian dalam keluarga orang lain. Pada tanggal 21 zulhijjah atau tanggal 19
september 1981 para ahli hukum Islam mengemukakan Universal Islamic
Delaration of Human Righgts yang di angkat dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi
Muhammad Saw. Pernyataan HAM menurut ajran Islam ini, terdiri dari XXIII dan

29
63 pasal yang meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, khususnya
umat Islam.
C. DEMOKRASI DALAM ISLAM
Pemerintahan Islam didirikan atas dasar musyawarah (demokrasi) Dalam hal ini Allah
menegaskan: ”Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka.”
(Q.S;42:38). Demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos (rakyat) dan kratos
(kekuasaan) yang berarti kekuasaan oleh rakyat. Karena itu demokrasi merupakan suatu
system politik dimana para anggotanya saling memandang antara satu dengan yang
lainnya sebagai orang yang sama dari segi politik,mereka bersama-sama berdaulat.
(Sukron Kamil,2002,16).
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam, banyak
perhatian diberikan kepada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai mengukuhkan konsep Islam yang sudah lama berakar,
yaitu musyawarah (syuro), persetujuan (ijmak), dan penilaian interpretative yang mandiri
(ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik Barat, istilah-istilah ini tidak terlalu
dikaitkan dengan pranata demokarasi dan banyak mempunyai konteks dalam wacana
muslim dewasa ini. Perlunya musyawarah merupakan konsekwensi politik ke khalifaan
manusia. Masalah musyawarah ini dengan jelas disebutkan dalam Al-Qur’an surat 42;38
(yang sudah di sebutkan sebelumnya), yang isinya perintah kepada para pemimpin dalam
kedudukannya dalam menyelesaikan urusan mereka yang dipimpin dengan cara
musyawarah dengan demikian tidak akan terjadi kesewenangan dari seorang pemimpin
terhadap rakyat yang dipimpinnya. Selain syuro dan ijma’ ada konsep yang sangat
penting dalam proses demokrasi Islam yakni Ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini
merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah tuhan disuatu tempat atau waktu.
Pada prinsipnya semua aspek yang menyangkut hak-hak asasi manusia yang mengarah
pada kebaikan dan kemaslahatan umat manusia adalah menjadi hak-hak asasi manusia
dalam Islam. Dalam konteks modern, Ijtihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan
pembaharuan radikal. Dalam hal ini Altaf Gautar mengatakan bahwa dalam Islam
kekuasaan berasal dari kerangka Al-Qur’an bukan dari sumber lain. Tugas para
cendekiawan muslim saat ini adalah melakukan Ijtihad Universal disemua tingkatan.
Prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis. Pendekatan kitalah yang menjadi statis. Oleh
karena itu sudah selayaknya saat ini dilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk
membuka jalan bagi munculnya eksprolasi, inovasi dan kreatifitas. Ijma’ dan suro
merupakan satu kesatuan yang saling menyempurnakan dalam system konstitusi apa lagi
pada masa kini. Syuro dan ijma’ mempunyai hubungan yang sangat erat, karena keduanya
memerlukan Ijtihad. Ijma’ merupakan kumpulan dari berbagai Ijtihad yang mengeluarkan
banyak pendapat secara dialogis dimusyawarahkan.

30
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena
ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh
masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semat-mata berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. Hak-hak tersebut bersifat universal dan juga tidak
dapat dicabut (inalieable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh
seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti
menjadi manusia dan karena itu tetap memenuhi hak-hak tersebut. Hak itu melekat
pada dirinya sebagai makhluk insani.

31
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud, 2006, Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam di Indonesia, Raja
Grapindo Persada..Jakarta
Abdullah, Sulaiman, 2004, Sumber Hukum Islam, Sinar Grafi. Jakarta
Departemen Agama 2000, Buku Teks Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, .
Direktorat Jendral Pembinaan Agma Islam.Jakarta.
Drajat, Zakiah, Dkk, 1986, Dasar-dasar Agama Islam, Buku Daras Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Departemen Agama.Jakarta
Departemen Agama RI, 2000, Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum Prodi Sosiologi, Direktorat Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam. Jakarta
Forsithe, David, 1993, Hak Asasi Manusia dan Politik Dunia, Angkasa .Bandung
Iberani,Jamal Syarif,MM,Hidayat ,2003,Mengenal Islam.El-Kahfi. jakarta
IKatan, Koelany. HD, 2000, Islam dan Aspek-aspek Kemsyarakatan, PT Bumi
Aksara.Jakarta
Kamil, Sukran, 2002, Islam dan Demokrasi, PT Raja Grapindo Pratama. jakarta
Manan, Abdul, 2006, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, PT Raja Grapindo
Persada.Jakarta
Muhtaj, Majda El,2006, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Prenada
Media. jakarta
Mansyur, Hamdan, Dkk, 2004, Materi Insruksional Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum, Dirjen Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen
Agama. Jakarta
Rosyada, Dede, 1999, Hukum Islam dan Pranata Sosial, PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta
Sabiq, Sayid, 1981, AnashiruQualifil islam, Alih Bahasa, Haryanos S. Yusuf, Jakarta PT
Inter Masa. Jakarta
Shihab, Quraish, 1999, Wawasan Al-Qur’an, Mizan. Bandung
Syaukani, Imam, 2006, Efistemologi Hukum Islam Indonesia, PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta

32

Anda mungkin juga menyukai