Anda di halaman 1dari 15

“Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam”

Disusun Oleh:

 Muhamad Iklas
 Khaeruniya Amali
 Dede Permana

Dosen Abdullah Zaky , SS., M. Hum


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Hukum dan Hak ASASI Manusia
(HAM) dalam Islam ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

I
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................... I


Daftar Isi................................................................................................................... II
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
BAB 2 Pembahasan ................................................................................................ 5
2.1 Definisi HAM dan konsepnya dalam Islam ................................................. 5
2.2 Upaya pemecahan masalah HAM ............................................................... 7
BAB 3 Penutup..................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 12
3.2 Saran ........................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 13

II
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai oleh semua orang sesuai dengan
kondisi yang manusiawi. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa HAM adalah
“kekuasaan dan keamanan” yang dimiliki oleh setiap individu.

Ide mengenai HAM timbul pada abad ke-17 dan ke-18, sebagai reaksi terhadap
keabsolutan raja-raja dan kaum feodal di zaman itu terhadap rakyat yang mereka peerintah
atau manusia yang mereka pekerjakan, yaitu masyarakat lapisan bawah. Lapisan bawah ini
tidak mempunyai hak-hak, mereka diperlakukan sewenang-wenang sebagai budak yang
dimiliki. Sebagai reaksi terhadap keadaan tersebut, timbul gagasan supaya masyarakat
lapisan bawah ini tidak mempunyai hak-hak, mereka diperlakukan sewenang-wenang
sebagai budak yang dimiliki. Sebagai reaksi terhadap keadaan tersebut, timbul gagasan
supaya masyarakat lapisan bawah tersebut diangkat derajatnya dari kedudukannya sebagai
budakmenjadi sama dengan masyarakat kelas atas, karena pada dasarnya mereka adalah
manusia juga. Oleh karena itu, muncullah ide untuk menegakkan HAM, dengan konsep
bahwa semua manusia itu sama, semuanya merdeka dan bersaudara, tidak ada yang
berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah, dengan demikian tidak ada lagi budak.

Sejak masa itu, usaha penegakkan HAM terus berlangsung, mulai dari usaha menghapus
perbudakan, perlindungan terhadap kelompok minoritas, sampai pada perlindungan
terhadap korban perang. Puncak dari usaha tersebut adalah dikeluarkannya Deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Right) oleh Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 1948, yang menjelaskan hak-hak asasi fundamental yang
disetujui oleh pemerintah untuk dilindungi. Deklarasi tersebut bertujuan untuk melindungi
hidup, kemerdekaan dan keamanan pribadi; menjamin kebebasan menyatakan pendapat,
berkumpul secara damai, berserikat dan berkepercayaan agama dan kebebasan bergerak;
dan melarang perbudakan, penahanan sewenang-wenang, pemenjaraan tanpa proses

2
peradilan yang jujur lagi adil, dan melanggar hak pribadi seseorang. Di samping itu, Deklarasi
tersebut juga mengandung jaminan terhadap hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.

Menyusul disetujuinya Deklarasi Universal tersebut, Komisi PBB tentang Hak-hak Asasi
Manusia telah membuat draft International Bill of Rights berikutnya yaitu : The International
Covenant on Civil and Political Right (Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan
Politik), The International Covenant on Economic Social and Cultural Right (Perjanjian
Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya), dan The Optional Protocol to
The Civil and The Political Covenant (Protokol Fakultatif pada Perjanjian Sipil dan Politik).

Hak-hak yang tercantum dalam Deklarasi Universal maupun International Bill of Rights
tersebut pada dasarnya berlaku bagi semua warga negara, tidak peduli apa pun warna kulit
mereka, asal usulnya, keyakinan agamanya, ideologi paham politiknya, bahasa yang mereka
gunakan maupun jenis kelaminnya.

Ide mengenai HAM juga terdapat dalam Islam, yang telah tertuang dalam syari’ah sejak
diturunkannya Islam. Hal ini dapat dilihat dalam ajaran tauhid. Tauhid dalam islam
mengandung arti bahwa hanya ada satu pencipta bagi alam semesta. Ajaran dasar pertama
dalam Islam adalah la ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah SWT). Seluruh alam dan
semua yang ada dipermukaan bumi adalah ciptaan Allah, semua manusia, hewan,
tumbuhan dan benda tak bernyawa berasal dari Allah. Dengan demikian, dalam tauhid
terkandung ide persamaan dan persaudaraan seluruh manusia.

Dari ajaran dasar persamaan dan persaudaraan manusia tersebut, timbullah


kebebasankebebasan manusia, seperti kebebasan dari perbudakan, kebebasan beragama,
kebebasan mengeluarkan pendapat dan lain-lain. Dari situ pulalah timbul hak-hak asasi
manusia, seperti hak hidup, hak memiliki harta, hak berbicara, hak berpikir dan sebagainya.

3
1.2 Rumusan Masalah
Al-Qur‟an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup telah memberikan
penghargaan yang tinggi terhadap Hak Asasi Manusia. Al-Qur‟an dan as-Sunnah telah
meletakkan dasardasar HAM jauh sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada
masyarakat dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam al-Qur‟an
antara lain: terdapat 80 ayat berbicara tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan
sarana kehidupan; 150 ayat berbicara tentang ciptaan dan makhluk-makhluk serta
tentangpersamaan dalam penciptaan; 320 ayat berbicara tentang sikap menentang kezaliman
dan orang-orang yang berbuat zalim; 50 ayat memerintahkan berbuat adil diungkapkan
dengan kata: „adl dan qisth; 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa untuk
menjamin kebebasan berfikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi; dan dan lain
sebagainya.Hukum Islam telah merumuskan pengaturan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia seperti yang tertuang dalam dalam al-Qur‟an dan asSunnah,.

1.3 Tujuan

 Memahami Apa itu HAM


 Mengetahui Hukum dan HAM dalam islam bagi masyarakat
 Memahami Hak dan Kewajiban kita Sebagai Umat Islam
 Cara Menegakkan Hukum dan Hak Asasi dalam Islam
 Dapat Mengaplikasikan Dalam Kehidupan sehari-hari

4
BAB 2 Pembahasan
2.1 Definisi HAM dan konsepnya dalam Islam
Definisi HAM sampai saat ini belum ada yang baku, pengertian dan perkembangan tentang
hak tersebut selalu berubah sesuai dengan dinamika dari manusia itu sendiri. Bila di lihat dari
definisi yang ada, pada hakikatnya membicarakan hak-hak yang ada pada manusia sebagai
makhluk hidup. Berikut ini akan dikemukakan definisi yang di rumuskan oleh be-berapa ahli,
yitu: A. Mansur Efendi memberikan definisi hak manusia adalah hak milik bersama umat
manu-sia yang diberikan oleh Tuhan untuk selama hidupnya.

Dad Darmodiharjo memberi-kan definisi: Hak asasi manusia untuk dasar dan hak-hak
pokok yang mem-bawa manusia semenjak lahir sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sidney Hook, memberi defi-nisi; Hak asasi manusia adalah tuntut-an yang secara moral bisa
dibenarkan, agar seluruh manusia dapat menikmati dan melaksa-nakan kebebasan dasar
mereka harta benda dan pelayanan-pelayanan mereka yang dipandang perlu untuk mencapai
hakikat manusia.

Berdasarkan beberapa definisi para ahli tersebut, dapat dipahami bahwa HAM adalah
berbagai fasilitas dasar yang diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia, yang diantara sesama
manusia tersebut memiliki fasilitas yang sama. Hanya pada level praktisnya, antara yang satu
dengan yang lainnya akan ditemukan banyak perbedaan. Hal ini tergantung pada sejauh mana
manusia itu sendiri mampu mengusahakan hak tersebut secara optimal. Misalnya manusia
sama-sama mempunyai hak hidup pada kenyatannya kehidupan manusia itu ada yang hidupnya
dapat memberi manfaat kepada orang lain, ada juga yang hidupnya justru membahayakan
(merugikan) bagi orang lain. fiqih abad pertengahan. Dalam fiqih kate- gori haaq Al-Abd., hak
individu muslim, kasus yang tindakan hukumnya terdapat pelanggaran diserahkan kepada
kebijaksanaan pihak yang dirugikan, berbeda dengan kategori hak Tuhan, haaq Allah yang
tindakan hukumnya harus dilakukan dengan perintah. Satu prinsip fiqih yang dapat disamakan
dengan hak dalam penger-tian moderen adalah hak pemilik harta untuk mendapatkan bantuan
hukum terhadap gangguan atas hartanya.

Menurut Dr. Syekh Syaurat Hussain, terdapat dua macam HAM jika dilhat dari ketegori
huquuqul' ibad yaitu Pertama: HAM yang keberadaanya dapat diselenggarakan oleh suatu

5
negara (Islam). Kedua: HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat dilaksana-kan
oleh suatu Negara.

Hak-hak pertama yang dapat disebut sebagai hak-hak legal, sedang yang kedua disebut
sebagai hak-hak moral. Perbedaaan keduanya hanya ter-letak pada masalah pertanggung-
jawaban didepan suatu negara Islam. Adapun dalam masalah sumber asal, filsafat dan
pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT Yang Maha Kuasa itu sama.

Aspek khas dalam konsep HAM Islam adalah tidak adanya orang lain yang dapat
memaafkan suatu pelanggaran hakhak jika pelanggan itu terjadi atas seseorang yang harus
dipenuhi haknya. Meskipun Allah sendiri telah menganugerahkan hak-hak ini, dan secara
asalnya adalah tetap bagiNya. Serta didepanNyalah semua manusia wajib memper-
tanggungjawabkan, Allah tidak akan melaksanakan kekuasaanNya untuk mengampuni
pelanggaran hak-hak pada hari akhirat kelak.

Secara universal, pada hakikat-nya misi Rasulullah itu sendiri adalah untuk menegakkan
HAM. Beliau sebagai Rahmat Lil Alamin, dalam setiap kesem-patan selalu mendahulukan
HAM sekali-gus KAM (Kewajiban Hak Asasi Manusia). Keadilan sebagai ciri HAM adalah
tuntunan jelas yang tercantum dalam Al Qur'an surah Al-isra ayat 70

۞ ‫ت ِمنَ َو َرزَ ق ٰن ُهم َوالبَح ِر البَ ِر فِى َو َح َمل ٰن ُهم ٰادَ َم بَنِى ك ََّرمنَا َولَـقَد‬ َّ ‫ع ٰلى َوفَضَّل ٰن ُهم‬
ِ ‫الط ِي ٰب‬ َ ‫ضي ًل َخلَقنَا ِم َّمن َكثِير‬
ِ ‫ ت َف‬٧٠

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna.”

Adapun Islam telah memberikan jaminan pada kebebasan manusia. Dalam Al Qur'an Allah
menegaskan bahwa memeluk agama tidak dipaksakan, sebab telah jelas yang baik dan buruk
itu. Demikian juga kebebasan berpendapat, Islam meletakkan kedudukannya pada posisi
tinggi, bila berangkat dari niat suci semata karena Allah. Oleh karena itu banyak ayat-ayat Al
Qur'an yang mendo-rong umat Islam agar menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir
(yatafakkaruun) dan berkontemplasi (yatadabbaruun). Sampai abad ke-1 8 bangsa-bangsa di
dunia masih meletakkan sekatsekat yang kokoh dalam kelas dan kasta. Namun kehadiran Islam

6
sejak lebih empat belas abad lampau telah menghilangkan dinding pemisah itu dengan
semangat persamaan (egalitarianisme) sebelum bast melakukannya.

dalam hal ini mnegenai persamaan tersebut, termaktub dalam QS. Al Hujarat (49):13.

ُ َّ‫شعُو ًۭبًا َو َجع َ ْلنَ ٰـ ُك ْم َوأُنث َ ٰى ذَكَر ِمن َخلَ ْقنَ ٰـكُم إِنَّا ٱلن‬
‫اس يَ ٰـٰٓأَيُّ َها‬ َ َ‫ّلل عِند َ أ َ ْك َر َم ُك ْم ِإ َّن ۚ ِلتَع‬
ُ ‫ارفُ ٰٓوا َوقَبَآٰئِ َل‬ ِ َّ ‫علِيم ٱ َّّللَ ِإ َّن ۚ أَتْقَ ٰى ُك ْم ٱ‬
َ ‫َخبِ ًۭير‬
١٣

Yaitu Artinya "Hai sekalian manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Kemudian semasa kerasulan nabi Muhammad SAW yang bersamaan pula dengan para
sahabat, membebaskan system perbudakan yang marak saat itu. Tanpa membedakan warna
kulit, suku, ras maupun agama. Ajaran persamaan itu telah berhasil membentuk watak para
sahabat nabi yang umumnya semula sangat feodal dan aristrokat, begitu tinggi men-junjung
hak asasi manusia.

Dengan mengacu kepada landasan Yuridis diatas, dipahami bahwa pada dasarnya Islam,
sejak awal telah mengedepankan konsep hak asasi manusia. Dan konsep HAM bukanlah hasil
evaluasi apapun dari pemikiran manusia, namun merupakan hasil wahyu Ilahi yang telah
diturunkan melalui RasulNya.

2.2 Upaya pemecahan masalah HAM


Persoalan HAM saat ini muncul kepermukaan dengan menyita perhatian umat manusia.
Kaum buruk menuntut hak-haknya, para tenaga kerja wanita menuntut hak-haknya pula dan
rakyat pun menuntut hak-hak demokrasinya. Jika dipahami kata "hak' tidak bisa dibicarakan
terpisah dari kewajiban, karena tidak akan ada hak tanpa kewajiban. Keduanya berjalan
seimbang, dan keseimbangan inilah yang mewujud- kan keadilan.

Salah satu prinsip Islam, menyebutkan bahwa semua kita adalah pemimpin yang akan
dimintai pertanggungi awaban atas kepemimpinan-nya. Pemimpin bertanggung jawab
berlaku adil yaitu menjamin bahwa apa dan siapapun yang dipimpinnya akan mendapat

7
semua haknya tanpa terkecuali. Dan karena semua orang adalah pemimpin, maka kewajiban
menjamin hak-hak siapa saja. Dan ini adalah ajaran dasar tentang hak asasi manusia dan
makhluk lainnya. "

Kemudian dalam prinsip al-amru bil ma'ruf wan nahyu 'anil munkar, jelas tergambar
bahwa dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara, tiap-tiap warga negara mempunyai hak
untuk mendukung yang baik dan melakukan sosial kontrol terhadap yang tidak baik. Dalam
hal ini tergambar bahwa Islam memerintah-kan umatnya untuk beriman, melarang keja-hatan
dan memerintahkan kebajikan. Dengan memerintahkan kewajiban ini, Islam dapat
menjadikan masya-rakat waspada terhadap negara atau kekuasaan asasi manusia dan
makhluk lainnya serta masya-rakat waspada terhadap negara atau kekuasaan yang melanggar
batasan.”

Pemikiran filsafat telah banyak memberi petunjuk kepada manusia ten-tang bagaimana
hubungan sese-orang dengan orang lain, antara seorang warga negara dengan pe-merintah
dan sebalik-nya. Akan tetapi dalam praktek kehidupan sehari hari sering terjadi perbedaan
dan bahkan pertentangan dengan ajaran-ajaran filsafatnya sendiri.

Dalam situasi ini, diperlukan jaminan hukum. Hak-hak seorang warga negara terhadap
negaranya harus dijamin secara timbal balik. Dan diberikan persamaan hak untuk
membicarakan masalah-masalah bersama. Tidak ada hak monopoli bagi suatu golongan
dalam menangani masalah-masalah bersama. Bahkan hal ini hams juga meliputi hak-hak
untuk berpartisipasi. Karena dengan member-lakukan hak berpartisipasi itu akan lebih
mendekatkan orang kepada tanggung jawabnya terhadap kehidup-an bersama.

Jika dilihat dari hasil deklarasi HAM Islam sedunia, dimana deklarasi ini berdasarkan
kitab Al-Qur'an dan Hadits. Sangatlah tepat jika hal ini dijadikan upaya pemecahan masalah.
yang sampai saat ini masih dirasakan umat manusia.

Dalam deklarasi HAM tersebut, terdapat komitmen bersama untuk menegakkan HAM,
yaitu meliputi:

1) Hak hidup
2) Hak Kemerdekaan
3) Hak persamaan dan larangan terhadap adanya diskriminasi yang tidak terizinkan.

8
4) Hak mendapatkan keadilan
5) Hak mendapatkan proses hukum yang adil
6) flak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan kekuasaan.
7) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyiksaan.
8) Hak untuk mendapatkan perlindungan atau kehormatan dan nama baik.
9) Hak untuk memperoleh suaka
10) Hak-hak yang minoritas.
11) Hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan urusan- urusan
publik.
12) Hak kebebasan percaya, berfikir dan berbicara.
13) Hak kebebasan beragama.
14) Hak berserikat bebas.
15) Susunan ekonomi dan hak berkembang darinya.
16) Hak memperoleh perlindungan atas harta benda.
17) Status dan martabat pekerja dan buruh.
18) Hak membentuk suatu keluarga dan masalah-masalahnya.
19) Hak-hak wanita yang sudah menikah.
20) Hak mendapatkan pendidikan.
21) Hak menikmati keleluasaan pribadi.
22) Hak mendapatkan kebebasan ber pindah dan bertempat tinggal.

Berdasarkan deklarasi HAM diatas, dipahami bahwa HAM dalam Islam bertujuan
mengarahkan. Martabat dan kehormatan bagi umat manusia, serta dicanangkan untuk
menghapus segala penindasan dan tidak adilan. Olehnya itu upaya pe-mahaman (interpretasi)
yang baik terhadap nilai-nilai persamaan dan keadilan dalam Al-Qur'an maupun hadits, perlu
ditingkatkan bahwa diaplikasikan dalam situasi sekarang.

 Dalam hal ini terdapat beberapa usaha perlindungan dalam Islam terhadap
pelaksanaan HAM yaitu Adanya konsep kedaulatan Allah, dimana umat Islam
ataupun seluruh umat manusia dianggap sebagai warga negara dari sang penguasa
yang sebenarnya. Tak ada seorang pun yang mempunyai superioritas diatas lainnya.
Manusia dilarang melakukan tindakan pelanggaran HAM.

9
 Manusia diangggap sebagai Khali-fah, dimana dengan amanah ke-khalifahan
manusia harus melakukan aktifitasnya sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan
Allah SWT.
 Adanya konsep kesucian hak-hak manusia karena Al-Qur'an menyatakan bahwa
barang siapa membunuh seorang anak manusia, maka seakan-akan is telah
membunuh seluruh manusia.
 Pendidikan masyarakat yakni dengan mengadakan pendidikan masyarakat yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajibannya. Dan pendidikan meru-pakan jaminan
yang nyata terhadap HAM.
 Dengan melihat uraian di atas, bahwa dengan melaksanakan ajaran Islam tentnag
HAM, maka segala upaya yang merugikan akan lenyap bahkan melanggar HAM
tidak akan pernah terjadi.

10
Adapun Ayat-ayat Al-Qur’an yang dijadikan dasar tentang HAM, diantaranya:
1) Hak persamaan dan kebebasan (QS. Al-Isra’ : 70; Al-Nisa :58, dan 135;
Al-Mumtahanah :8)
2) Hak hidup (QS. Al-Maidah :45 dan Al-Isra’ : 33)
3) Hak Perlindungan Diri (QS. Al-Balad :12-17 dan At-Taubah : 6)
4) Hak Kehormatan Pribadi (QS. Al-Taubah : 6)
5) Hak Berkeluarga (QS. Al-Baqarah:221; Ar-Rum:21; An-Nisa’ : 4; da At-
Tahrim :6);
6) Hak Kesetaraan Wanita dengan Laki-laki (QS. Al-Baqarah: 228 dan Al-
Hujurat :13);
7) Hak Anak dari Orang tua (QS. Al-Baqarah:233; dan Al-Isra’ : 23-24);
8) Hak Mendapatkan Pendidikan (QS. At-Taubah :122 dan Al-‘Alaq 5);
9) Hak Kebebasan Beragama (QS. Al-Kafirun :1-6; Al-Baqarah: 265, dan
Al-Kahfi : 29);
10) Hak Kebebasan Mencari Suaka (QS. An-Nisa :97)
11) Hak Memperoleh Pekerjaan (QS. At-Taubah : 105; Al-Mulk : 15);
12) Hak Memperoleh Perlakuan yang Sama (QS. Al-Baqarah : 275 – 278; dan
Ali Imran : 130);
13) Hak Kepemilikan (QS. Al-Baqarah :29; dan An-Nisa :29);
14) Hak Ketahanan (QS. al-Mumtahanah : 8)

11
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan Hak asasi manusia dalam pe-
laksanaannya telah ada sejak adanya Islam, karena prinsip-prinsip HAM sudah tertuang
kedalam Al-Qur'an dan Hadits Muhammad SAW. Bahwa hal-hal yang fundamental dan
kebebasan-kebebasan universal dalam Islam adalah suatu bagian yang integral dari agama
Islam itu sendiri. Untuk melindungi dan menegakkan HAM, harus berdasarkan hukum yang
jelas dan adil, menegakkan perlindungan HAM akan lebih terjamin.

3.2 Saran
Penghadapan antara hukum Islam dan hak-hak asasi manusia universal memang telah
melahirkan persoalan sendiri bagi umat Islam. Sangat wajar apabila kemudian muncul wacana
yang beragam dalam meresponnya. Sebagian menaggapinya dengan sikap skeptik sekaligus
konservatif, tetapi di pihak lain secara optimistik menyatakan bahwa hukum Islam sangat
kompatibel dengan hak-hak asasi manusia universal meskipun secara konseptual hal itu datang
dari dunia Barat. Dalam Islam, selain Hak Asasi Manusia (HAM) ada Kewajiban Asasi
Manusia (KAM) yang harus dijunjung tinggi. Sehingga hukum yang sejatinya merupakan
pengikat, pengantur dan pengontrol masyarakat dapat berjalan seimbang, selaras dan sesuai
dengan tujuan kemaslahatan umat.

Sebagai Manusia kita diwajibkan untuk menghormati sesama Manusia dan menegakkan
HAM dalam kehidupan. Terutama Sebagai Umat Muslim, dalam Islam sangat Menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia. Tetapi disertai juga Hukun dan Aturan yang berlaku untuk membuat
keteraturan dalam Masyarakat.

12
Daftar Pustaka

Darmodiharjo, D. (1989). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jurnal, 25.


Diktum. (2017). Hak dan Hukum. Jurnal Syari'ah, 15, 56 - 66.
Efendi, M. (Alumni 1980). Tempat Hak Asasi Manusia dalam Hukum
Nasional/International. Jurnal, 20.
Hussain, S. S. (1996). Hak Asasi Manusia dalam Islam. (A. Rohim, Ed.) Jurnal, 55.
Nasution, H., & Effendy, B. (1995). Hak Asasi Manusia dalam Islam. Sidney hook et.al,
19.

13

Anda mungkin juga menyukai