KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan kesempatan keapda penulis, sehingga penulisan makalah yang berjudul Konsep
HAM Dalam Islam dan Barat ini terselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tecurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta Keluarga
beliau, Para sahabat dan Para pengikut beliau sampai akhir zaman, amin ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari, bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,. Oleh karena itu
kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan
untuk perbaikan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..
DAFATAR ISI..
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............
11
14
3.2. SARAN..
14
DAFATAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai pemimpin, setiap manusia harus
mengerti terlebih dahulu hak-hak dasar yang melekat pada dirinya seperti kebebasan,
persamaan, perlindungan dan sebagainya. Hak-hak tersebut bukan merupakan pembererian
seseorang, organisasi, atau Negara, tapi adalah anugrah Allah yang sudan dibawanya sejak
lahir kea lam dunia. Hak-hak itulah yang kemudian disebut dengan Hak Azazi Mannusia.
Tanpa memahami hak-hak tersebut adalah mustahil ia dapat menjalankan tugas serta
kewajibannya sebagai khalifah Tuhan. Namun persoalannya kemudian, apakah setiap
manusia dan setiap muslim sudah menyadari hak-hak tersebut? Jwabannya, mungkin belum
setiap orang, termasuk umat islam menyadarinya. Hal ini mungkin akibat rendahnya
pendidikan atau sistem social politik dan budaya di suatu tempat yang tidak kondusif untuk
anak dapat bekembang dengan sempurna (Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam
2003:5).
Dalam sudut pandang Islam Hak Asasi Manusia suadah diatur berdasarkan atau berpedoman
pada Al-Quran dan Hadist. Karena Al-Quran dan Hadist merupakan pedoman hidup bagi
seluruh manusia yang ada di bumi ini pada umumnya dan bagi umat islam pada
khususnya.oleh karena itu umat munusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya
apabila tidak ingin hak-haknnya diramapas oleh orang lain, maka hendaknya ia harus
mengetahui hak-haknya dan selalu memperjuangkannya selama tidak mengambil atau
melampui batas dari hak-hak orang lain.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
A. Apakah yang dimaksud dengan hak asasi manusia?
B. Bagaimanakah sejarah lahirnya hak asasi manusia?
C. Bagaimanakah perbedaan pandangan antara Islam dan Barat tentang HAM?
D. Bagaimanakah Hak Asasi Manusia Menurut Islam?
E. Bagaimanakah Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam
F. Bagaimanakah hubungan antara Hukum Islam dan HAM
G. Apa saja Contoh Kasus Pelanggaran HAM Dari Sudut Pandang Islam
1.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN
3
A. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1) Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang HAM
B. Kegunaan
Kegunaan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1) Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin megetahui bagaimana Islam
memandang HAM
2) Bagi penulis, untuk menambah wawasan dalam menulis Karya Ilmiah
3) Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik, yang diberikan oleh Dosen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian HAM
Berikut ini beberapa pengertian tentang hak asasi manusia, antara lain:
a.
Secara etimolgi hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman prilaku
melindumgi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam
4
menjadi harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar yang
dimiliki manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk mengintervensinya apalagi
mencabutnya.
b. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia
c. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
d. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang,
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2.2. Sejarah HAM
Negara yang sering disebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak asasi
manusia adalah Inggris. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris.
Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil
disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah MAGNA CHARTA. Tindakan
sewenang-wenang Raja Inggris mengakibatkan rasa tidak puas dari para bangsawan yang
akhirnya berhasil mengajak Raja Inggris untuk membuat suatu perjanjian yang disebut
Magna Charta atau Piagam Agung. Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip
dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada
kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas
harta kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali
berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah
diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam
tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia
mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan
raja.
Perjuangan di negara Inggris memicu perjuangan-perjuangan di banyak negara untuk Hak
Azasi Manusia. Seperit misalnya Amerika Serikat dengan Presiden Flanklin D. Roosevelt
tentang empat kebebasan yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6
Januari 1941 antara lain kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of
speech and expression), kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan
5
kepercayaannya (freedom of religion), kebebasan dari rasa takut (freedom from fear),
kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi
manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of human
right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt.
Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang
diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu
berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia
tentang Hak Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil
dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2
negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari
Hak Asasi Manusia
2.3. Perbedaan Pandangan antara Islam dan Barat Tentang HAM
Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan HAM
dalam konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh perangkat-perangkat internasional.
HAM dalam Islam didasarkan pada premis bahwa aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi. Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun, percaya bahwa pola tingkah laku hanya
ditentukan oleh hukum-hukum negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk
tercapainya aturan-aturan publik yang aman dan perdamaian semesta.
Selain itu, perbedaan yang mendasar juga terlihat dari cara memandang terhadap HAM itu
sendiri. Di Barat, perhatian kepada individu-individu timbul dari pandangan-pandangan yang
besifat anthroposentris, dimana manusia merupakan ukuran terhadap gejala tertentu.
Sedangkan Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha
Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Berdasarkan atas pandangan yang
bersifat anthroposentris tersebut, maka nilai-nilai utama dari kebudayaan Barat seperti
demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat yang mendukung
tegaknya HAM itu berorientasi kepada penghargaan terhadap manusia. Dengan kata lain
manusia menjadi akhir dari pelaksanaan HAM tersebut.
Berbeda keadaanya pada dunia Timur(Islam) yang bersifat theosentris, larangan dan perintah
lebih didasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist. Al-Quran
menjadi transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Manusia disuruh untuk hidup dan
bekerja diatas dunia ini dengan kesadaran penuh bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya
kepada kehendak Allah swt. Mengakui hak-hak dari manusia adalah sebuah kewajiban dalam
rangka kepatuhan kepada-Nya.
6
Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu, Al-Quran juga berbicara tentang kehormatan
dalam 20 ayat. 2.) Al-Quran juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat tentang ciptaan dan
makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat AlHujarat ayat 13. 3.) Al-Quran telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orangorang yang berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50
ayat yang diungkapkan dengan kata-kata : adl, qisth dan qishash. 4.) Dalam Al-Quran
terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa untuk menjamin
kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya yang dikemukakan
oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.
Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi Muhammad saw telah memberikan tuntunan
dan contoh dalam penegakkan dan perlindungan terhadap HAM. Hal ini misalnya terlihat
dalam perintah Nabi yang menyuruh untuk memelihara hak-hak manusia dan hak-hak
kemuliaan, walaupun terhadap orang yang berbeda agama, melalui sabda beliau : Barang
siapa yang menzalimi seseorang muahid (seorang yang telah dilindungi oleh perjanjian
damai) atau mengurangi haknya atau membebaninya di luar batas kesanggupannya atau
mengambil sesuatu dari padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku lawannya di hari
kiamat.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan kami berikan kepada mereka ganjaran dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan(Q.s.An-Nahl/16:97) .
b.
Dialah yang menajadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala
penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki Nya. Dan hanya kepada Nya lah kamu kembali
(Q.S.Al-Mulk/67:15).
c.
Israa/17:84).
10
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Islam memberikan kesempatan kepada manusia untuk
bekerja dan berusaha serta memperoleh imbalan berupa upah dari apa yang dikerjakannya
untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi dirinnya. Pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh seseorang hendaklah yang sesuai dengan bidang keahliannya. Allah SWT juga
mengakui adanya jenis-jenis pekerjaan yang beraneka ragamnya, dan oleh karena itu,
seseorang yang akan bekerja itu harus ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya supaya
ia bertanggung jawab dengan pekerjaannya tersebut. Sebab, seseorang yang mengerjakan
suatu
pekerjaan
yang
bukan
bidang
keahliannya
bukan
saja
tidak
bisa
aktifitas ekonomi seperti pasar sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget yaitu pasar yang
muncul mendadak di suatu daerah yang dulunya bukan pasar hal ini sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan riil masyarakat; transportasi menggunakan jalur laut tetapi sekarang sering terjadi
penembakan yang mengakibatkan korban luka dan tewas; serta jalur jalur distribusi barang
ini biasa dilakukan diperbatasan antara supir Islam dan Kristen tetapi sejak 1 bulan lalu
sekarang tidak lagi juga sekarang sudah ada penguasa penguasa ekonomi baru pasca
konflik.
3. PELANGGARAN HAM ATAS NAMA AGAMA
Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama, berlindung dalam
lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan kemanusiaan (crimes against humanity)
entah itu Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama agama yang suci mereka melakukan
pelecehan yang tidak suci kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20 atau awal abad 21,
akhir-akhir ini kita disuguhi sajian-sajian berita akan kebobrokan manusia yang beragama
melanggar hak asasi manusia, misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya menteror dengan
bom, dan olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice menempatkan orang-orang
Muslim di sekitar kita sama jahatnya dengan kelompok Al-Qaeda.
Di sisi lain Amerika Serikat (AS) sebagai polisi dunia sering memakai isu terorisme yang
dilakukan Al-Qaeda untuk melancarkan macam-macam agendanya. Invasi AS ke Iraq,
penyerangan ke Afganistan dan negara-negara lain yang disinyalir ada terorisnya. Namun
kehadiran pasukan AS dan sekutunya di Iraq tidak berdampak baik, mungkin pada awalnya
terlihat AS dengan sejatanya yang super-canggih menguasai Iraq dalam sekejap, namun
pasukan mereka babak-belur dalam perang-kota, ini mengingatkan kembali sejarah buruk,
dimana mereka juga kalah dalam perang gerilya di Vietnam. Kegagalan pasukan AS
mendapat kecaman dari dalam negeri, bahkan sekutunya, Inggris misalnya. Tekanan-tekanan
ini membuat PM Inggris Tony Blair memilih mengakhiri karirnya sebelum waktunya barubaru ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit : menuruti tuntutan dalam negeri ataukah
menuruti tuan Bush.
4. PELANGGARAN HAM OLEH MANTAN GUBERNUR TIM-TIM
Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak Asasi
Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran HAM berat di Timtim dan
dijatuhi vonis 3 tahun penjara. Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan
tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar
berdasarkan rasa keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk mengamankan suatu
keputusan politik yang dibuat Pemerintah Indonesia waktu itu dengan mencari kambing
12
hitam atau tumbal politik. Beberapa hal yang dapat disimak dari keputusan pengadilan
tersebut adalah sebagai berikut ini.
Pertama, vonis hakim terhadap terdakwa Abilio sangat meragukan karena dalam UndangUndang (UU) No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37 (untuk dakwaan primer)
disebutkan bahwa pelaku pelanggaran berat HAM hukuman minimalnya adalah 10 tahun
sedangkan menurut pasal 40 (dakwaan subsider) hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama
dengan tuntutan jaksa. Padahal Majelis Hakim yang diketuai Marni Emmy Mustafa
menjatuhkan vonis 3 tahun penjara dengan denda Rp 5.000 kepada terdakwa Abilio Soares.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia di atas dapatlah kita tarik kesimpulan
bahwa Islam itu adalah agama yang asy-syumul (lengkap). Ajaran Islam meliputi seluruh
aspek dan sisi kehidupan manusia. Islam memberikan pengaturan dan tuntunan pada
manusia, mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan manusia yang berskala besar.Dan
tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap HAM.
Memang tidak dalam suatu dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci AlQuran dan Sunnah Nabi saw.
Hak Asasi Manusia telah di atur dalam Al-Quran dan Hadist dan umat islam harus benarbenar mengetahui hak-hak yang diberikan kepadanya dan menggunakan haknya tersebut
sebaik-baiknya selama tidak bertentangan dan melanggar hak orang lain.
3.2. SARAN
a. Setelah membaca dan membahas makalah ini, hendaklah kita sebagai mahasiswa
menghormati hak orang lain
b. Hendaklah kita terus mengkaji secara mendalam pengetahuan kita tentang HAM
c. Penulis mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
demi
kesempurnaan
makalah
ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
14