Anda di halaman 1dari 20

HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam 4 yang diampu oleh:

Nurma Khusna, S.H.I., M.S.I.

Disusun Oleh :

1. Arum Setiyaningsih 2017100059


2. Nur Khafidhoh 20171000

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN 2019


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “HAM dalam Perspektif Islam” ini
dengan baik.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas terstruktur yang diberikan


Dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam 4 , Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi,Universitas Sains Al-qur’an.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik
yang membangun perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan dari
pembaca, guna memperbaiki dan meningkatkan pembuatan makalah atau
tugas yang lainnya pada waktu mendatang.

Kiranya yang Maha Kuasa tetap menyertai kita sekalian, dengan


harapan pula agar karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Wonosobo, Mei 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak-hak dasar yang melekat pada diri kita seperti kebebasan,


persamaan, perlindungan dan sebagainya. Hak-hak tersebut bukan merupakan
pembererian seseorang, organisasi, atau Negara, tapi adalah anugrah Allah
yang sudan dibawanya sejak lahir kea lam dunia. Hak-hak itulah yang
kemudian disebut dengan Hak Azazi Mannusia. Tanpa memahami hak-hak
tersebut kita tidak dapat menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai
khalifah Tuhan. Namun belum setiap orang, termasuk umat islam
menyadarinya. Hal ini mungkin akibat rendahnya pendidikan atau sistem
social politik dan budaya di tempat tersebut. Dalam sudut pandang Islam Hak
Asasi Manusia suadah diatur berdasarkan atau berpedoman pada Al-Qur’an
dan Hadist. Karena Al-Qur’an dan Hadist merupakan pedoman hidup bagi
seluruh manusia yang ada di bumi ini oleh karena itu apabila tidak ingin hak-
hak kita diramapas oleh orang lain, maka hendaklah kita harus mengetahui
hak-hak kita dan selalu memperjuangkannya selama tidak mengambil atau
melampui batas dari hak-hak orang lain.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM
Secara etimolgi hak merupakan unsur normative yang berfungsi
sebagai pedoman prilaku melindumgi kebebasan, kekebalan serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjadi harkat dan
martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar
yang dimiliki manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun
makhluk mengintervensinya apalagi mencabutnya.
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam
Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip
Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang
kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.

B. Sejarah HAM
Negara yang sering disebut sebagai negara pertama di dunia yang
memperjuangkan hak asasi manusia adalah Inggris. Tonggak pertama
bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut
tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil
disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah MAGNA
CHARTA. Tindakan sewenang-wenang Raja Inggris mengakibatkan
rasa tidak puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak
Raja Inggris untuk membuat suatu perjanjian yang disebut Magna
Charta atau Piagam Agung. Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215
yang prinsip dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi
manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.
Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau
dirampas harta kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun
dirampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum.
Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab
hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah.
Piagam tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap
hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang
derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
Perjuangan di negara Inggris memicu perjuangan-perjuangan di
banyak negara untuk Hak Azasi Manusia. Seperit misalnya Amerika
Serikat dengan Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang “empat
kebebasan” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat
tanggal 6 Januari 1941 antara lain kebebasan untuk berbicara dan
melahirkan pikiran (freedom of speech and expression), kebebasan
memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya (freedom
of religion), kebebasan dari rasa takut (freedom from fear), kebebasan
dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah
rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama
untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18
anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of
human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah
pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10
Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana
Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu
berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau
Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari
30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48
negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara
lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati
sebagai hari Hak Asasi Manusia.

C. Sejarah Perkembangan HAM

Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki mausia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersmaan dengan kelahran atau
kehadirannya didalam kehidupan masyarakat. Hak-hak in dimiliki
manusia tanpa perbedaan bangsa,ras, agama atau kelamin, karenanya
bersifat asasi dan universal.
Setelah dunia mengalami dua perang yang melibatkan hampir
seluruh kaeasan dunia, dimana hak-hak asasi manusia diinjak-injak,
timbul keinginan untuk merumuskan hak-hak asasi manusia itu di
dalam suatu naskah international. Usaha ini baru dimulai tahun 1948
dengan diterimanya universal declaration of human right (pernyataan
dunia tentang hak-hak asai manusia) oleh negara-negara yang
bergabung dalam perserikatan bangsa-bangsa dengan kata lain,
lahirnya dwklarasi ham univeersal merupakan reaksi atas kejahatan
keji kemanusiaan yang dilakukan oleh kaum sosialis di Jerman selama
1933 sapai 1945.
Terwujudnya declarasi ham universal yang di declarasikan pada
tanggal 10 desember 1948 harus melewati prosses yang cukup panjang.
Dalam prosses ini telah lahir beberapa naskah ham yang mendasari
kehidupan manusia, dan yang bersfat unuversal dan asasi. Naskah –
naskah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Magna Charta (Piagam Agung 1215): suatu dokumen yang
mencatat beberapa hak diberikan oleh Raja jhon dari Inggris kepada
beberapa Bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini
sekaligus membatasi kekuasaan Raja John itu.
2. Bill of Rights (UU hak 1689): suatu undang-undang yang diterima
oleh parlemen Inggris sesudah berhasil dalam tahun ssebelumnya,
mengadakan perlawanan terhadap Raja James II dalam suatu revolusi
hak berdarah yang dikenal dengan istilah The Glorious revolution of
1688.
3. Declaration des Drits de I”homme et du citoyen (pernyataan hakhak
manusia dan warga negara,1789): suatuu naskah yang dicetuskan pada
permulaan Revolusi Prancis, sebagai perlawanan terhadap kewenangan
regim lama.
4. Bill of Rights (undan-undang Hak): Suatu naskah yang disusun oleh
rakyat Amerika Pada tahun 1769 dan kemudian menjadi bagian dari
undang-undang dasar pada tahun 1791.
Hak-hak manusia yang dirumuskan sepanjang abad ke-17 dan
18 ini sangat dipengaruhi oleh gagasan mengenai hukum alam (Natural
Law), seperti yang dirumuskan oleh John Lock (1632-1714) dan Jean
Jaques Rousseau dan hanya membatasi pada hak-hak yang bersifat
poltis saja, seperti kesamaan hak atas kebebasan, hak untuk memilih
dan sebagainya.
Akan tetapi, pada abad ke-20 hak-hak polik ini dianggap
kurang sempurna. Dan mulailah dicetuskan hak-hak lain yang lebih
luas cakupannya. Suatu diantara yang paling terkenal ialah empat hak
yang dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat F.D. Rooevelt pada
awal PD II.Sejalan dengan pemikiran ini maka PBB memparkrasai
berdirinya sebuah komisi HAM untuk pertama kali yang diberi nama
Comission on Human Rights pada tahun 1946.
Komisi inilah yang kemudian menetapkan secara terperinci
beberapa hak-hak ekonomi dan sosial, disamping hak-hak politisi
yaitu:
1. Hak hidup,kebebesan dan keamanan pribadi (pasal3)
2. Larangan perbudakan (pasal 4)
3. Larangan penganiayaan (pasal 5)
4. Larangan penangkapan, penahanan atau pengasingan yang
sewenang-wenang (pasal 9)
5. Hak atas pemeriksaan pengadilan yang jujur (pasal 10)
6. Hak atas kebebasan bergerak (pasal 13)
7. Hak atas harta dan benda (pasal17)
8. Hak atas kebebasan berfikir, menyuarakan hati nurani dan
beragama (pasal18)
9. Hak atas engemukakan pendapat dan mencurahkan pikiran
(pasal19)
10. Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat (pasal 20)
11. Hak untuk turut serta dalam Pemerintahan (pasal 21)

Deklarasi sedunia ini juga menyebutkan beberapa hak sosial dan


ekonomi yang penting :
1. Hak atas pekerjaan (pasal 23)
2. Hak atas taraf hidu yang layak (pasal 25)
3. Hak atas pendidikan (pasal26)
4. Hak kebudayaan meliputi hak untuk turut serta dalam kehidupan
kebudayaan masyarakat, ambil bagian dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan hak atas perindungan kepentingan moral dan
material yang timbul dari hasil karya cipta seseorang dalam
bidang ilmu,kesusatraan, dan seni (pasal 27). (hal 210-212)

D. Prinsip-prinsip HAM dalam Islam


Hak asasi manusia dalam islam sebagaimana termaktub dalam
fikih menurut Masdar F. Mas’udi, memiliki lima perinsip utama,
yaitu:
1) Hak perlindungan terhadap jiwa
merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh
dilanggar oleh siapapun. Allah berfirman dalam surat al-
baqarah ayat 32:
“membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
menyelamatkan kehidupan manusia semuanya.’’
2) Hak perlindungan keyakinan
Dalam hal ini Allah telah mengutip dalam alqur’an yang
berbunyi “la iqrah fi-dhin dan lakum dinukum waliyadin”
3) Hak perlindungan terhadap akal pikiran
Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di
terjemahkan dalam perangkat hokum yang sangat
elementer, yakni tentng haramnya makan atau minum hal-
hal yang dapat merusak akal dan pikiran manusia.
4) Hak perlindungan terhadap hak milik
Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan
dalam hokum sebagaimana telah diharamkannya dalam
pencurian.

E. Perbedaan Pandangan antara Islam dan Barat


Tentang HAM
Ada beberapa pandangan perbedaan antara Islam dan HAM Barat
yaitu;
- Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan Hadis sedangkan
HAM Barat bersumber dari pemikiran filosofis semata.
- HAM dalam Islam bersifat theosentris sedangkan HAM Barat
antroposentris.
- HAM Barat lebih mementingkan hak daripada kewajiban, ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban pada HAM dalam
perspektif Islam.
- HAM Barat bersifat individualistik , HAM Islam memerhatikan
kepentingan sosial.
- HAM Barat melihat manusia sebagai pemilik sepenuhnya hak-
hak dasar, HAM Islam melihat manusia sebagai makhluk yang
dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, sehingga mereka wajib
mensyukuri dan memeliharanya,
Terdapat juga perbedaan-perbedaan yang mendasar antara konsep
HAM dalam Islam dan HAM dalam konsep Barat sebagaimana yang
diterima oleh perangkat-perangkat internasional. HAM dalam Islam
didasarkan pada premis bahwa aktivitas manusia sebagai khalifah
Allah di muka bumi. Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun, percaya
bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh hukum-hukum negara
atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya aturan-
aturan publik yang aman dan perdamaian semesta.
Selain itu, perbedaan yang mendasar juga terlihat dari cara memandang
terhadap HAM itu sendiri. Di Barat, perhatian kepada individu-
individu timbul dari pandangan-pandangan yang besifat
anthroposentris, dimana manusia merupakan ukuran terhadap gejala
tertentu.
Sedangkan Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris,
yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi
kepada-Nya. Berdasarkan atas pandangan yang bersifat anthroposentris
tersebut, maka nilai-nilai utama dari kebudayaan Barat seperti
demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai
perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi kepada
penghargaan terhadap manusia. Dengan kata lain manusia menjadi
akhir dari pelaksanaan HAM tersebut.
Berbeda keadaanya pada dunia Timur(Islam) yang bersifat
theosentris, larangan dan perintah lebih didasarkan pada ajaran Islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Al-Qur’an menjadi
transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Manusia disuruh untuk
hidup dan bekerja diatas dunia ini dengan kesadaran penuh bahwa ia
harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah swt.
Mengakui hak-hak dari manusia adalah sebuah kewajiban dalam
rangka kepatuhan kepada-Nya.

F. HAM Menurut Islam


Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara jelas untuk
kepentingan manusia, lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui
wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga
mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang
ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu.
Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya
kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud
tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang
persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama
manusia. Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia
sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya
keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainya
hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai
berikut :“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari
laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum adalah yang
paling takwa.”
Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok
yang terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut
juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia
dalam Islam). Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus
dijaga oleh setiap individu, yaitu hifdzu al-din (penghormatan atas
kebebasan beragama), hifdzu al-mal (penghormatan atas harta
benda),hifdzu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan atas jiwa, hak
hidup dan kehormatan individu) hifdzu al-‘aql(penghormatan atas
kebebasan berpikir) dan hifdzu al-nasl(keharusan untuk menjaga
keturunan).

Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat
Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih
manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu atas individu,
individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat,
masyarakat dengan negara dan komunitas agama dengan
komunitas agama lainnya.

G. Islam Dan HAM


Cara pandang Islam terhadap HAM tidak terelepas dari cara
pandangnya terhadap status dan fungsi manusia. Manusia adalah
makhluk Allah yang terhormat (Q.S. Al-Israa’/17 :70), (Q.S. Al-
Hijr/15 :28-29) dan fungsional (Q.S. Al-An’aam/6 :165) serta (Q.S.
Al-Ahzab/33 :72). Dari eksistensi ideal, manusia ditarik kepada
kehidupan yang ideal, manusia ditarik pada kehidupan yang riil
(realitas empirik) agar ia dapat terpuji sebagai makhluk yang
fungsional.
Dalam kaitan ini, ia disebut khalifah, dalam pengertian
mandataris, yang diberi kuasa, dan bukan sebagai penguasa. Dalam
status terhormat dan fungsi mandataris ini, manusia hanya
mempunyai kewajiban kepada Allah (karena itu, Allah semata
yang mempunyai hak-hak) dengan cara mematuhi hukum-
hukumnya. Semua kewajiban itu merupakan amanah yang diemban
(Q.S. Al-Ahzab/33 :72), sebagai realisasi perjanjiannya dengan
Allah pada awal mula penciptaannya (Q.S. At-Taubah/9 :111).
Walaupun manusia mempunyai kewajiban-kewajiban kepada
penciptanya, namun kewajiban-kewajiban ini pada gilirannya
menimbulkan segala hak yang berkaitan dengan hubungan antar
sesama manusia. Kewajiban bertauhid (mengesakan Allah),
misalnya, bila dilaksanakan dengan benar, akan menimbulkan
kesadaran akan hak-hak yang berkaitan dengan hubungan antar
sesama manusia, seperti hak perasamaan, hak kebebasan dan
memperoleh keadilan. Seorang manusia mengakui hak-hak
manusia lain karena hal itu merupakan kewajiban yang dibebankan
kepadanya dalam rangka mematuhi Allah.

Karena itu, Islam memandang hak asasi manusia dengan cara


pandang yang berbeda dari Barat, tidak bersifat anthroposentris,
tetapi bersifat theosentris (sadar kepada Allah sebagai pusat
kehidupan).i Penghargaan kepada hak asasi manusi, dengan
demikian, merupakan bentuk kualitas kesadaran keagamaan yaitu
kesadaran kepada Allah sebagai pusat kehidupan. Dibawah ini
kami mencoba memaparkan konsep dasar HAM dalam Islam yang
bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadis .

H. Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam


Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam
memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia.
Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah
meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh
sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat
dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam Al-Qur’an, antara lain :
1. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup,
pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana kehidupan,
misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu, Al-
Qur’an juga berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat.
2. Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat tentang
ciptaan dan makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam
penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat ayat 13.
3. Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman
dan orang-orang yang berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat,
dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang
diungkapkan dengan kata-kata : ‘adl, qisth dan qishash.
4. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara
mengenai larangan memaksa untuk menjamin kebebasan
berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya
yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.

Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi Muhammad saw


telah memberikan tuntunan dan contoh dalam penegakkan dan
perlindungan terhadap HAM. Hal ini misalnya terlihat dalam
perintah Nabi yang menyuruh untuk memelihara hak-hak manusia
dan hak-hak kemuliaan, walaupun terhadap orang yang berbeda
agama, melalui sabda beliau : “Barang siapa yang menzalimi
seseorang mu’ahid (seorang yang telah dilindungi oleh perjanjian
damai) atau mengurangi haknya atau membebaninya di luar batas
kesanggupannya atau mengambil sesuatu dari padanya dengan
tidak rela hatinya, maka aku lawannya di hari kiamat.”
I. Hukum Islam dan HAM
Hukum Islam telah mengatur dan melindungi hak-hak azasi
manusia. Antar lain sebagai berikut :
a) Hak hidup dan memperoleh perlindungan
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia,
yang merupakan karunia dari Allah bagi setiap manusia.
Perlindungan hukum islam terhadap hak hidup manusia dapat
dilihat dari ketentuan-ketentuan syari’ah yang melinudngi dan
menjunjung tinggi darah dan nyawa manusia, melalui larangan
membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri.
Membunuh adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan
balasan neraka, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-
Nisa’ ayat 93 yang artinya sebagai berikut : “Dan barang siapa
membunuh seorang muslim dengan sengaja maka balasannya
adalah jahannam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka
atasnya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang
berat.”
b) Hak kebebasan beragama
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM,
almnya kebebasan menganut agama sesuai dengan
keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras adanya
pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah
menganut agama lain. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat
AL-Baqarah ayat 256, yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dan jalan yang salah.”
c) Hak atas keadilan.
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan
untuk menegakkan kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak
ayat-ayat Al-Qur’an maupun Sunnah ang mengajak untuk
menegakkan keadilan, di antaranya terlihat dalam Surat Al-
Nahl ayat 90, yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji ,
kemungkaran dan permusuhan.”
d) Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak di
antara manusia tanpa memndang warna kulit, ras atau
kebangsaan, melainkan menjadikannya realitas yang penting.
Ini berarti bahwa pembagian umat manusia ke dalam bangsa-
bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok dan suku-suku adalah
demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras
atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang
berasal dari ras atau suku lain.
Al-Qur’an menjelaskan idealisasinya tentang persamaan Surat
Al-Hujarat ayat 13, yang artinya : ”Hai manusia, sesungguhnya
Kami ciptakan kamu laki-laki dan perempuan, dan Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu adalah yang paling takwa.”
e) Hak mendapatkan pendidikan
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan
tiap orang berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan
kesanggupan alaminya. Dalam Islam, mendapatkan pendidikan
bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban
bagi setiap manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits
Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari :“Menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim.”
Allah juga memberikan penghargaan terhadap orang yang
berilmu, di mana dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 dinyatakan
bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu.
f) Hak kebebasan berpendapat
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan dapatnya
dalam batas-batas yang ditentukan hukum dan norma-norma
lainnya. Artinya tidak seorangpun diperbolehkan menyebarkan
fitnah dan berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan
mencemarkan nama baik orang lain. Dalam mengemukakan
pendapat hendaklah mengemukakan ide atau gagasan yang
dapat menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pendapat juga
dijamin dengan lembaga syura, lembaga musyawarah dengan
rakyat, yang dijelaskan Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 38,
yang artinya : “Dan urusan mereka diputuskan dengan
musyawarah di antara mereka.”
g) Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan mengharamkan
apa pun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan
haknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah
ayat 188, yang artinya : “Dan janganlah sebagian kamu
memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan
bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim
agar kamu dapat memakan harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya.
h) Hak mendapatkan pekerjaan dan Memperoleh Imbalan
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak, tetapi
juga sebagai kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang
perlu dijamin, sebagaimana sabda Nabi saw : “Tidak ada
makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada
makanan yang dihasilkan dari tangannya sendiri.” (HR.
Bukhari)
J. Contoh-Contoh Pelanggaran HAM
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniorny
dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya
Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan
penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa
merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan
pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga
menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan
sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan
merupakan pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan
sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus
kendaraan yang tertib dan lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk
pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan
pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak
bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia di atas dapatlah kita


tarik kesimpulan bahwa Islam itu adalah agama yang asy-syumul
(lengkap). Ajaran Islam meliputi seluruh aspek dan sisi kehidupan
manusia. Islam memberikan pengaturan dan tuntunan pada manusia,
mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan manusia yang
berskala besar.Dan tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan
penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Memang tidak dalam suatu
dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi saw.

Hak Asasi Manusia telah di atur dalam Al-Qur’an dan Hadist dan umat
islam harus benar-benar mengetahui hak-hak yang diberikan
kepadanya dan menggunakan haknya tersebut sebaik-baiknya selama
tidak bertentangan dan melanggar hak orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

- Kosasih, Ahmad. 2003. HAM Dalam Perspektif Islam.


Jakarta:Salemba Diniyah
- Mujaid Kumkelo, Moh. Anas Kholish, Fiqh Vredian Aulia Ali.
2015. FIQH HAM, Otodoksi dan Liberalisme Hak Asasi
Manusia dalam Islam. Malang:Setara Press

- Hussain, Syekh Syukat. 1996. Hak asasi Mausia Dalam Islam.


Jakarta: Gema Insani Press.

- A. Ubaidillah, Abdul Rozak dkk, 2000. Pendidikan


Kewarganegaraan (Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani). Penerbit IAIN Jakarta Press : Jakarta.
- H.A.R. Tilaar. Dimensi-dimensi Hak Asasi Manusia dalam
Kurikulum Persekolahan Indonesia.PT Alumni, Bandung,
2010, hlm.
- Sidney Hook, dkk. Hak Azazi Manusia dalam Islam. Pustaka
Firfdaus, 1987,
- Abdul Azis Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Ictiar
Baru van Hoeve, Jakarta, 1996.Adam Kuper dan Jessica
Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, Rajawali
Pers, Jakarta, 2000. Buletin Jum’at, No. 14/28 Juli 2000.
- Dalizar Putra,Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur’an, PT. Al-
Husna Zikra, Jakarta, 1995.
- Eggi Sujana, HAM dalam Perspektif Islam, Nuansa Madani,
Jakarta, 2002.
- Harun Nasution dan Bahtiar Effendi (ed), Hak Asasi
Manusia dalam Islam, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
1987.
- M. Luqman Hakim (ed), Deklarasi Islam tentang HAM,
Risalah Gusti, Surabaya, 1993.
- T. Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Islam dan Hak
Asasi Manusia, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1999.
- Wacana, Edisi 8, Tahun II/2001.

Anda mungkin juga menyukai