Anda di halaman 1dari 32

HAK ASASI MANUSIA

Dosen Pengajar :
SUGINO
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3
1. ADEARTHA SARAGI
2. CHRISTY TANDELLA
3. VINY LEA KASTILA
4. HENDRA SAPUTRA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

Daftar Isi
I.

Pendahuluan .........................................................3
I.1 Latar Belakang.................................................3
I.2 Rumusan Masalah...........................................3
II. Pembahasan .........................................................4-11
II.1 Pengertian HAM...............................................4
II.2 Perkembangan HAM........................................4
II.3 Macam-Macam HAM.......................................6
II.4 HAM dalam UU No. 39 Tahun 1999................7
II.5 Pelanggaran HAM............................................8
III.Penutup ...................................................................10
III.1 Kesimpulan......................................................12
III.2 Daftar Pustaka ................................................13

1.1 Latar Belakang

BAB I
PENDAHULUAN

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya
berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya
antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah
HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi
ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era
sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan
kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam
hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis
mengambil judul Hak Asasi Manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?
2. Jenis-jenis HAM?
3. Sejarah HAM?
4. Prinsip HAM?
5. Konsep HAM?
6. Ciri-ciri Pokok HAM?
7. Pasal dalam HAM?
8. Piagam PBB tentang HAM?
9. HAM Internasional?
10. HAM di Indonesia?
11. HAM dalam perspektif dan gereja Katolik?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara harfiah hak asasi manusia (HAM) dapat dimaknakan sebagai hak-hak yang dimiliki
seseorang karena keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak ini bersumber dari pemikiran moral
manusia dan diperlukan untuk menjaga harkat dan martabat suatu individu sebagai seorang
manusia. Dengan kata lain, HAM secara umum dapat diartikan sebagai hak-hak yang melekat
pada diri segenap manusia sehingga mereka diakui keberadaannya tanpa membedakan seks, ras,
warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan kelahiran.
Berikut ini Pengertian HAM dari beberapa ahli :

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya

(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat

hidup sebagai manusia.


John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh

Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan

2.2 Perkembangan Pemikiran HAM


Perkembangan HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya

keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum
yang baru.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak
sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan
perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua,
hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak
3.

sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.


Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum
dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam
pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami
ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan
sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang

dilanggar.
4. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak
negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan
melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People
and Government
Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:

Magna Charta

Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa
dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang
tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).

The American declaration

Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of


Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa
manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir
ia harus dibelenggu.

The French declaration

Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi Perancis), dimana
ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara
lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku
prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan
dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.

The four freedom

Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama
dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan
dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera
bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan
serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).
2.3 Macam-Macam Hak Asasi Manusia
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, beperg
ian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di
mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

2.4 Sejarah HAM


2.4.1 Sejarah HAM di Dunia

Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas
pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya
tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi
Prancis.
1. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan disebut Magna Charta.
Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta
keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan.
Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh
para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem
konstitusional Inggris.
2. Revolusi Amerika (1776)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi
Amerika. Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi
negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.
3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI)
yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de Ihomme et du
citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis.
Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).
4. African Charter on Human and People Rights (1981)
Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU)
mengadakan konferensi mengenai HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara Afrika secara
tegas berkomitment untuk memberantas segala bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk

mengkoordinasikan dan mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik bagi masyarakat Afrika.
5. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)
Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan deklarasi dari negaranegara anggota Organisasi Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan
gambaran umum pada Islam tentang hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai
satu-satunya sumber. Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman umum bagi
negara anggota OKI di bidang hak asasi maunsia.
6. Bangkok Declaration (1993)
Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara Asia pada tahun 1993. Dalam
konferensi ini, pemerintah negara-negara Asia telah mengegaskan kembali komitmennya
terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Mereka
menyatakan pandangannya saling ketergantungan dan dapat dibagi hak asasi manusia dan
menekankan perlunya universalitas, objektivitas, dan nonselektivitas hak asasi manusia.
7. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993
Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang ditandatangani oleh semua negara anggota B.
Sejarah HAM di Indonesia
2.4.2 Sejarah HAM Di Indonesia
Sepanjang sejarah kehidupan manusia ternyata tidak semua orang memiliki penghargaan yang
sama terhadap sesamanya. Ini yang menjadi latar belakang perlunya penegakan hak asasi
manusia. Manusia dengan teganya merusak, mengganggu, mencelakakan, dan membunuh
manusia lainnya. Bangsa yang satu dengan semena-mena menguasai dan menjajah bangsa lain.
Untuk melindungi harkat dan martabat kemanusiaan yang sebenarnya sama antarumat manusia,
hak asasi manusia dibutuhkan. Berikut sejarah penegakan HAM di Indonesia.
1. Pada masa prakemerdekaan

Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Orang Indonesia
pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng
Kartini. Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum
proklamasi kemerdekaan.
2. Pada masa kemerdekaan
Pada masa orde lama
Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang BPUPKI. Tokoh yang
gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang itu adalah
Mohammad Hatta dan Mohammad Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya
sedikit nilai-nilai HAM yang diatur dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh HAM
diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
Pada masa orde baru
Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi terutama karena HAM
dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila.
Karena itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada
tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik karena kondisi politik.
Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran
HAM berat. Hal itu akhirnya mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri
kekuasaan orde baru.
Pada masa reformasi
Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad dan komitmen yang kuat
dari segenap komponen bangsa terutama pada era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai
dengan membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik.
Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen yang sangat penting dalam penegakan
HAM, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR)
menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 2005, dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil
dan Politik (ICCPR) menjadi Undang-Undang No. 12 tahun 2005.PBB di ibu kota Austria, yaitu
Wina. Oleh karenanya dikenal dengan Deklarasi Wina. Hasilnya adalah mendeklarasikan hak
asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Deklarasi ini sesungguhnya adalah re-evaluasi
tahap dua dari Deklarasi HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian yang disetuju semua
anggota PBB, termasuk Indonesia.
2.5 Prinsip HAM
Konsep Hak Asasi Manusia Pada dasarnya Hak Asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki
oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat
keberadaannya. Hak-hak tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Setiap manusia memiliki derajat dan martabat yang sama. Jika
berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan
bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tersebut adalah:
a. Hak untuk hidup, Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan
taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Setiap orang berhak untuk membentuk
kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah atas kehendak yang bebas.
c. Hak mengembangkan diri, Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan
dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.
d. Hak keadilan, Setiap orang berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi
serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara

yang menjamin pemeriksaan secara obyektif oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh
putusan adil dan benar.
e. Hak kemerdekaan, setiap orang berhak untuk mendapat kebebasan untuk memilih dan
mempunyai keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masingmasing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak,
berpindah dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia.
f. Hak berkomunikasi, setiap orang berhak untuk mengemukakan pendapatnya dalam
mengeluarkan berbagai aspirasinya.
g. Hak keamanan, . Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
h. Hak kesejahteraan, Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak
melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan,
kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan
memperjuangkan kehidupannya.
i. Hak perlindungan, setiap masyarakat berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah.
Misal Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara
serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak dirampas
kebebasannya secara melawan hukum. Hak asasi manusia merupakan sebuah hal yang menjadi
keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui Deklarasi
Universal HAM 10 desember 1948 yang merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan
hak asasi manusia sebagai manusia. Naskah tersebut menyerukan pernyataan sedunia tentang
hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10 Desmber sering diperingati sebagai hari hak asasi
manusia. Isi pokok deklarasi tersebut tertuang pada Pasal 1 yang menyatakan bahwa Sekalian
orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal dan budi, hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan. Hak- hak yang diatur
menurut Piagam PBB tentang deklarasi Universal Human Rights 1948 itu adalah:
a. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,
b. Hak memiliki sesuatu,
c. Hak mendapatkan aliran kepercayaan atau agama,

d. Hak untuk hidup,


e. Hak untuk kemerdekaan hidup,
f. Hak untuk memperoleh nama baik,
g. Hak untuk memperoleh pekerjaan,
h. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

2.6 Prinsip HAM


. Prinsip-prinsip hak asasi Manusia Beberapa prinsip telah mencakup hak-hak asasi manusia
internasional. Prinsip-prinsip tersebut pada umumnya terdapat di hampir semua perjanjian
internasional dan diaplikasikan ke dalam hak-hak yang lebih luas. Prinsip kesetaraan, pelarangan
diskriminasi dan kewajiban positif yang terletak pada setiap negara digunakan untuk melindungi
hak-hak tertentu, tiga contoh di antaranya akan didiskusikan dibawah ini: .
a Prinsip Kesetaraan Hal yang sangat fundamental dari hak asasi manusia pada jaman sekarang
adalah ide yang meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi
manusia.
(1) Definisi dan Pengujian Kesetaraan Kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang setara,
di mana pada situasi sama harus diperlakukan dengan sama, dan dengan perdebatan, di mana
pada situasi yang berbeda diperlakukan dengan berbeda pula.
(2) Tindakan Afirmatif (atau Diskriminasi Positif) Masalah muncul ketika seseorang berasal dari
posisi yang berbeda dan diperlakukan secara sama. Jika perlakuan yang sama ini terus diberikan,
maka tentu saja perbedaan ini akan terjadi terus menerus walaupun standar hak asasi manusia
telah meningkat. Karena itulah penting untuk mengambil langkah selanjutnya guna mencapai
kesetaraan. Tindakan afirmatif mengizinkan negara untuk memperlakukan secara lebih kepada
grup tertentu yang tidak terwakili. Misalnya, jika seorang laki-laki dan perempuan dengan
kualifikasi dan pengalaman yang sama melamar untuk perkerjaan yang sama, tindakan afirmatif
dapat berupa mengizinkan perempuan untuk diterima hanya dengan alasan lebih banyak laki-laki
yang melamar di lowongan pekerjaan tersebut. Sebagai tambahan, beberapa negara mengizinkan
masyarakat adat untuk mengakses pendidikan yang lebih tinggi dengan kebijakan-kebijakan
yang membuat mereka diperlakukan secara lebih (favourable) dibandingkan dengan orang-orang

non adat lainnya dalam rangka untuk mencapai kesetaraan. Pasal 4 CEDAW dan 2 CERD adalah
contohnya. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa tindakan afirmatif hanya dapat digunakan dalam
suatu ukuran tertentu hingga kesetaraan itu dicapai. Namun ketika kesetaraan telah tercapai,
maka tindakan ini tidak dapat dibenarkan lagi.
b Prinsip Diskriminasi Pelarangan terhadap diskriminasi adalah salah satu bagian dari prinsip
kesetaraan. Jika semua orang setara, maka seharusnya tidak ada perlakuan yang diskriminatif
(selain tindakan afirmatif yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan).
(1) Definisi dan Pengujian Diskriminasi Apakah diskriminasi itu? Pada efeknya, diskriminasi
adalah kesenjangan perbedaan perlakuan dari perlakuan yang seharusnya sama/setara.
(2) Diskriminasi Langsung dan Tidak Langsung Diskriminasi langsung adalah ketika seseorang
baik langsung maupun tidak langsung diperlakukan dengan berbeda (less favourable) daripada
lainnya. Diskriminasi tidak langsung muncul ketika dampak dari hukum atau dalam praktek
hukum adalah bentuk dari diskriminasi, walaupun hal itu tidak ditujukan untuk tujuan
diskriminasi. Misalnya, pembatasan pada hak kehamilan jelas mempengaruhi lebih kepada
perempuan daripada kepada laki-laki.
(3) Alasan Diskriminasi Karakteristik hukum hak asasi manusia internasional telah memperluas
alasan diskriminasi. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyebutkan beberapa asalan
dskriminasi antara lain ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau opini
lainnya, nasional atau kebangsaan, kepemilikan akan suatu benda (property), kelahiran atau
status lainnya. Semua hal tersebut merupakan alasan yang tidak terbatas dan semakin banyak
pula instrumen yang memperluas alasan diskriminasi termasuk di dalamnya orientasi seksual,
umur dan cacat tubuh.
c. Kewajiban Positif untuk Melindungi Hak-Hak Tertentu Menurut hukum hak asasi manusia
internasional, suatu negara tidak boleh secara sengaja mengabaikan hak-hak dan kebebasankebebasan. Sebaliknya negara diasumsikan memiliki kewajiban positif untuk melindungi secara
aktif dan memastikan terpenuhinya hak-hak dan kebebasan-kebebasan.
(1) Arti Untuk kebebasan berekspresi, sebuah negara boleh memberikan kebebasan dan sedikit
memberikan pembatasan. Satu-satunya pembatasan adalah suatu hal yang dikenal sebagai
pembatasan-pembatasan (yang akan didiskusikan di bawah ini). Untuk hak untuk hidup, negara
tidak boleh menerima pendekatan yang pasif. Negara wajib membuat suatu aturan hukum dan
mengambil langkah-langkah guna melindungi secara positif hak-hak dan kebebasan-kebebasan

yang dapat diterima oleh negara. Karena alasan inilah negara membuat aturan hukum melawan
pembunuhan untuk mencegah aktor non negara (non state actor) melanggar hak untuk hidup.
Sebagai persyaratan utama bahwa negara harus bersifat proaktif dalam menghormati hak untuk
hidup dan bukan bersikap pasif.
(2) Beberapa Contoh Di antara beberapa contoh yang paling umum adalah hak untuk hidup dan
pelarangan penyiksaan. Negara tidak boleh mengikuti kesalahan negara lain yang merampas hak
individu untuk hidup atau pelarangan penyiksaan. Negara tidak boleh membantu negara lain
untuk menghilangkan nyawa seseorang atau melanggar pelarangan akan penyiksaan.
Sebagaimana telah didiskusikan dalam bagian lain, hal ini mengandung masalah bagi suatu
negara ketika mempertimbangkan untuk menolak mengakui status pengungsi, mendeportasi
orang-orang non nasional ataupun menyetujui permintaan ekstradiksi.
2.7 Hak Asasi Manusia dalam UU No. 39 Tahun 1999
Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada falsafah dan ideology pancasila, pembukaan
UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentanghak asasi manusia, dan UU
No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasimanusia.UU No. 39 Tahun 1999 mencantumkan
asas-asas dasar hak asasi manusiadiantaranya:Beberapa asas dasar hak asasi manusia yang
tercantum dalam UU No. 39 Tahun1999 adalah:
a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuanhokum yang
adil serta mendapat kepastian hokum dan perlakuan yang sama didepan hukum.
b. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia,
tanpa diskriminasi.
c. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran danhati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangidalam keadaan apa pun dan
oleh siapa pun.

d. Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan
serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabatkemanusiaannya di depan hukum.
e. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dan pengadilan yang
objektif dan tidak berpihak.
2.8 Ciri-ciri Pokok HAM
ciri-ciri pokok hak asasi manusia - HAM-. hak asasi atau Human rights telah disebutkan
Dalam pasal I Undang-Undang Nomor 39 Tahun I999 tentang HAM disebutkan bahwa :
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri-ciri
pokok hakikat Hak Asasi Manusia yaitu :
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-asul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM .
2.9 Piagam PBB tentang HAM
Deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM) atau Universal Independent of Human Righ dicetuskan
pada tanggal 10 Desember 1948. Deklarasi tersebut dilatarbelakangi oleh usainya perang dunia II
dan banyaknya negara-negara di Asia dan Afrika merdeka dan bergabung dalam United Nation
of Organization ( UNO )atau Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ), yang tujuan awalnya adalah
untuk mencegah terjadinya perang dunia kembali. Deklarasi HAM PBB terdiri dari 30 pasal,
antara lain sebagai berikut:

Pasal 1

Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.

Pasal 2

Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam
Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan,
hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau
kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara
yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah
batasan kedaulatan yang lain.

Pasal 3

Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu

Pasal 4

Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan; perhambaan dan perdagangan budak
dalam bentuk apa pun mesti dilarang.

Pasal 5

Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, diperlakukan atau dihukum
secara tidak manusiawi atau dihina.

Pasal 6

Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia
berada.

Pasal 7

Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi
yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada
diskriminasi semacam ini.

Pasal 8
Setiap orang berhak atas pemulihan yang efektif dari pengadilan nasional yang kompeten
untuk tindakan-tindakan yang melanggar hak-hak dasar yang diberikan kepadanya oleh
undang-undang dasar atau hukum.

Pasal 9

Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang.

Pasal 10

Setiap orang, dalam persamaan yang penuh, berhak atas peradilan yang adil dan terbuka oleh
pengadilan yang bebas dan tidak memihak, dalam menetapkan hak dan kewajiban-kewajibannya
serta dalam setiap tuntutan pidana yang dijatuhkan kepadanya.

Pasal 11

Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu tindak pidana dianggap tidak
bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan yang terbuka,
di mana dia memperoleh semua jaminan yang perlukan untuk pembelaannya.
Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan tindak pidana karena perbuatan atau kelalaian
yang tidak merupakan suatu tindak pidana menurut undang-undang nasional atau internasional,
ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman yang lebih
berat daripada hukum yang seharusnya dikenakan ketika pelanggaran pidana itu dilakukan.

Pasal 12

Tidak seorang pun boleh diganggu urusan pribadinya, keluarganya, rumah tangganya atau
hubungan surat menyuratnya dengan sewenang-wenang; juga tidak diperkenankan melakukan
pelanggaran atas kehormatan dan nama baiknya. Setiap orang berhak mendapat perlindungan
hukum terhadap gangguan atau pelanggaran seperti ini.

Pasal 13

Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam batas-batas setiap negara.
Setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya sendiri, dan berhak kembali
ke negerinya.

Pasal 14

Setiap orang berhak mencari dan mendapatkan suaka di negeri lain untuk melindungi diri dari
pengejaran.
Hak ini tidak berlaku untuk kasus pengejaran yang benar-benar timbul karena kejahatankejahatan yang tidak berhubungan dengan politik, atau karena perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan tujuan dan dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 15

Setiap orang berhak atas sesuatu kewarganegaraan.


Tidak seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut kewarganegaraannya atau ditolak hanya
untuk mengganti kewarganegaraannya.

Pasal 16

Laki-laki dan Perempuan yang sudah dewasa, dengan tidak dibatasi kebangsaan,
kewarganegaraan atau agama, berhak untuk menikah dan untuk membentuk keluarga. Mereka
mempunyai hak yang sama dalam soal perkawinan, di dalam masa perkawinan dan di saat
perceraian.
Perkawinan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pilihan bebas dan persetujuan penuh oleh
kedua mempelai.
Keluarga adalah kesatuan yang alamiah dan fundamental dari masyarakat dan berhak
mendapatkan perlindungan dari masyarakat dan Negara.

Pasal 17

Setiap orang berhak memiliki harta, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain.
Tidak seorang pun boleh dirampas harta miliknya dengan semena-mena.

Pasal 18

Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini termasuk
kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dengan kebebasan untuk menyatakan agama atau
kepercayaan dengan cara mengajarkannya, melakukannya, beribadat dan menaatinya, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.

Pasal 19

Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini
termasuk kebebasan menganut pendapat tanpa mendapat gangguan, dan untuk mencari,
menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apa pun dan
dengan tidak memandang batas-batas.

Pasal 20

Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat tanpa kekerasan.
Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk memasuki suatu perkumpulan.

Pasal 21

Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya, secara langsung atau melalui
wakil-wakil yang dipilih dengan bebas.Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk
diangkat dalam jabatan pemerintahan negaranya.
Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kehendak ini harus dinyatakan
dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dan murni, dengan hak pilih yang
bersifat umum dan sederajat, dengan pemungutan suara secara rahasia ataupun dengan prosedur
lain yang menjamin kebebasan memberikan suara.

Pasal 22

Setiap orang, sebagai anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan berhak akan
terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang sangat diperlukan untuk martabat dan
pertumbuhan bebas pribadinya, melalui usaha-usaha nasional maupun kerjasama internasional,
dan sesuai dengan pengaturan serta sumber daya setiap negara.

Pasal 23

Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak atas syaratsyarat perburuhan yang adil dan menguntungkan serta berhak atas perlindungan dari
pengangguran.
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama.
Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan menguntungkan, yang
memberikan jaminan kehidupan yang bermartabat baik untuk dirinya sendiri maupun
Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat pekerja untuk melindungi
kepentingannya.

Pasal 24

Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam kerja yang
layak dan hari liburan berkala, dengan tetap menerima upah.

Pasal 25

Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya
dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta
pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita
sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.
Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa. Semua anak-anak, baik
yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus mendapat perlindungan sosial yang
sama.

Pasal 26

Setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan harus dengan cuma-cuma, setidaktidaknya untuk tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus
diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka bagi semua orang, dan
pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama oleh semua orang, berdasarkan
kepantasan.
Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta untuk
mempertebal penghargaan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar.
Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian, toleransi dan persahabatan di antara semua
bangsa, kelompok ras maupun agama, serta harus memajukan kegiatan Perserikatan BangsaBangsa dalam memelihara perdamaian.
Orang tua mempunyai hak utama dalam memilih jenis pendidikan yang akan diberikan kepada
anak-anak mereka.

Pasal 27

Setiap orang berhak untuk turut serta dalam kehidupan kebudayaan masyarakat dengan bebas,
untuk menikmati kesenian, dan untuk turut mengecap kemajuan dan manfaat ilmu pengetahuan.
Setiap orang berhak untuk memperoleh perlindungan atas keuntungan-keuntungan moril maupun
material yang diperoleh sebagai hasil karya ilmiah, kesusasteraan atau kesenian yang
diciptakannya.

Pasal 28

Setiap orang berhak atas suatu tatanan sosial dan internasional di mana hak-hak dan kebebasankebebasan yang termaktub di dalam Deklarasi ini dapat dilaksanakan sepenuhnya.

Pasal 29

Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat tempat satu-satunya di mana dia dapat
mengembangkan kepribadiannya dengan bebas dan penuh.
Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya
pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang yang tujuannya semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan yang tepat terhadap hak-hak dan kebebasan-

kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil dalam hal kesusilaan,
ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.
Hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini dengan jalan bagaimana pun sekali-kali tidak boleh
dilaksanakan bertentangan dengan tujuan dan prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 30

Tidak sesuatu pun di dalam Deklarasi ini boleh ditafsirkan memberikan sesuatu Negara,
kelompok ataupun seseorang, hak untuk terlibat di dalam kegiatan apa pun, atau melakukan
perbuatan yang bertujuan merusak hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang mana pun yang
termasuk di dalam Deklarasi ini.
2.10. HAM Internasional
Yang dimaksud dengan hukum HAM internasional di sini adalah hukum mengenai perlindungan
terhadap hak-hak individu atau kelompok yang dilindungi secara internasional dari pelanggaran
yang terutama dilakukan oleh pemerintah atau aparatnya, termasuk di dalamnya upaya
penggalakkan hak-hak tersebut. Cabang hukum ini seringkali disebut sebagai perlindungan
internasional terhadap HAM, atau hukum HAM internasional. Walaupun tidak terdapat
kesepakatan mengenai peristilahan ini, tetapi istilah-istilah tersebut seringkali digunakan secara
bergantian dalam berbagai kepustakaan.
Hukum HAM internasional bermula dari sejarah perkembangan doktrin-doktrin dan institusiinstitusi internasional. Yang penting diantaranya adalah doktrin dan lembaga, intervensi
humaniter, tanggung jawab negara terhadap kerugian yang diderita orang asing, perlindungan
golongan minoritas, Sistem Mandat dan Minoritas dari LBB, serta hukum Humaniter
Internasional.
Suatu prinsip dalam hukum internasional menyatakan bahwa suatu negara membatasi
kedaulatannya dengan suatu perjanjian internasional, dan dengan demikian telah
menginternasionalisasikan sesuatu hal yang sebelumnya tidak diatur oleh hukum
internasional. Sebagai contoh, suatu negara membuat suatu perjanjian dengan negara
lain yang pada intinya menyepakati untuk memperlakukan secara manusiawi warga

negara mereka dan sekaligus mengukuhkan hak-hak asasi tertentu. Dalam hal ini telah
terjadi internasionalisasi hal-hal yang sebelumnya secara eksklusif berada di
dalam yurisdiksi nasional. Karenanya negara yang bersangkutan tidak dapat lagi
menyatakan bahwa perlakuan terhadap warga negaranya sepenuhnya merupakan
urusan dalam negeri.
Prinsip ini sangat berperan penting di dalam perkembangan hukum HAM
internasional dan internasionalisasi HAM secara gradual. Walaupun proses
internasionalisasi ini sedang terus berlangsung dengan berlakunya berbagai
perjanjian internasional mengenai HAM, tetapi pada awalnya bermula dari abad ke19, ketika dirumuskannya berbagai perjanjian internasional untuk melarang
perbudakan dan untuk melindungi kaum minoritas Kristen di Ottoman (Turki).
Misalnya Treaty of Paris 1856, dan Treaty of Berlin 1878, yang memberikan kewenangan
kepada negara-negara yang tergabung dalam Concert of Europe untuk campur
tangan secara diplomatik bahkan secara militer terhadap Turki atas nama penduduk
yang beragama Kristen. Treaty of Berlin mempunyai kekhususan karena telah
memberikan status hukum tertentu kepada berbagai kelompok pemeluk agama, dan
telah menjadi model dalam membentuk Sistem Minoritas yang kemudian dibentuk
di bawah Liga Bangsa-Bangsa.
1. Liga Bangsa Bangsa (LBB)
The Covenant of the League of Nations yang mendirikan LBB dan berlaku sebagai
konstitusi organisasi tersebut, tidak memuat ketentuan umum tentang HAM. Teori yang
mengemukakan bahwa HAM perlu dilindungi secara internasional belum diterima secara
meluas oleh masyarakat bangsa-bangsa, bahkan belum secara sungguh-sungguh
dipertimbangkan oleh
para perumus Covenant. Namun demikian, dua pasal (Pasal 22 dan 23) dari Covenant
merupakan ketentuan yang penting dalam perkembangan hukum HAM internasional.
LBB juga telah berperan penting dalam pengimplementasian perlindungan kelompok
minoritas pada masa setelah Perang Dunia ke-II.
2.11 HAM di Indonesia

Dasar Hukum HAM di Indonesia - Pengaturan HAM dalam ketatanegaraan Republik Indonesia
terdapat dalam perundang-undangan yang dijadikan acuan normatif dalam pemajuan dan
perlindungan HAM. Empat hukum tertulis yang menyatakan tentang HAM.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. TAP MPR
3. UU
4. Peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti Peraturan Pemerintah, Kepres, dan lainlain.
1. UUD 1945
a)

Hak atas persamaan keududukan dalam hukum dan pemerintahan, Pasal 27 Ayat 1

b)

Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, Pasal 27 Ayat 2

c)

Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, Pasal 28

d)

Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, Pasal 29 Ayat 2

e)

Hak dalam usaha pembelaan negara, Pasal 30

f)

Hak mendapat pengajaran, Pasal 31

g)

Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, Pasal 32

h)

Hak di bidang perekonomian, Pasal 33

i)

Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, Pasal 34.
2. Undang-Undang
a)
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
b)
UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
c)
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
d)
UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
e)
UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan, Perlakuan
atauPenghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat.
f)
UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat
g)
UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
h)
UU Nomor 20 Tahun 1999 Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 tentang Usia
Minimum BagiPekerja.
2.11.HAM dalam gereja Katolik
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia
tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak
asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham
di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari
Indonesia.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

2.12 Pelanggaran Hak Asasi Manusia / HAM


Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

Pembunuhan masal (genosida)


Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
Penyiksaan
Penghilangan orang secara paksa
Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis

b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

Pemukulan
Penganiayaan
Pencemaran nama baik
Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
Menghilangkan nyawa orang lain

Beberapa Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia


a. Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari
masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana
terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan.

b. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jatim
(1994)
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di PT Catur Putera
Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban
pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan.
c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas
yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.
d. Peristiwa Aceh (1990)
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban, baik dari pihak
aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur
politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh merdeka.
e. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap para aktivis yang
menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 orang
lainnya masih hilang).
f. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya lukaluka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil meninggal)
dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa meninggal dan 217 orang
luka-luka).
g. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999 di timor timur
secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP)
Indonesia - Timor Leste kepada dua kepala negara terkait.

h. Kasus Ambon (1999)


Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang merambat kemasalah
SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi penganiayaan dan pembunuhan
yang memakan banyak korban.
i. Kasus Poso (1998 2000)
Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri dengan bentuknya
Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso.
j. Kasus Dayak dan Madura (2000)
Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian etnis) yang juga memakan banyak
korban dari kedua belah pihak.
k. Kasus TKI di Malaysia (2002)
Terjadi peristiwa penganiayaan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia dari persoalan
penganiayaan oleh majikan sampai gaji yang tidak dibayar.
l. Kasus bom Bali (2002) DAN beberapa tempat lainnya
Telah terjadi peristiwa pemboman di Bali, yaitu tahun 2002 dan tahun 2005 yang dilakukan oleh
teroris dengan menelan banyak korban rakyat sipil baik dari warga negara asing maupun dari
warga negara Indonesia sendiri.
J. Kasus Pembunuhan Aktivis HAM Munir
Kasus munir merupakan contoh lemahnya penegakkan HAM di Indonesia. Kasus Munir juga
merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saatitu lebih bersifat otoriter.
Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar meninggalkan caracara yang bersifat otoriter karena setiap manusia atau warga Negara memiliki hak untuk
memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa aman.
Sedangkan bangsa Indonesia saat ini.
Selain itu dapat kita temukan pelanggaran HAM di sekitar kita yang menimpa anak-anak.
Misalnya banyak anak di bawah umur dipaksa untuk bekerja mencari uang dalam memenuhi

kebutuhannya antara lain menjadi pengamen di jalanan, menjadi buruh, bahkan dieksploitasi
untuk dipekerjakan yang tidak patut. Dari anak-anak itu telah kehilangan hak anak yang berupa
perlindungan oleh orang tua , keluarga masyarakat dan Negara dari eksploitasi ekonomi dan
pekerjaan. Ada juga sejumlah kasus anak yang melanggar hokum misalkan pencurian,
penganiayaan, penggunaan narkoba, pemerkosaan, perampokan, penjambretan, curanmor dan
perkelahian.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan :
Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan YangMaha Esa kepada
seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang dapatmengganggu gugat, tidak terkecuali

pemerintah. Jadi sudah sepatutnya pemerintahmemberikan apa yang seharusnya rakyat miliki
yang diantaranya adalah hak untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran.
Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39 Tahun1999 yang isinya
mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu Hak hidup, Hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak memperoleh keadilan, Hak atas
kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak ataskesejahteraan, Hak turut serta dalam
pemerintah, Hak wanita dan Hak anak.
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang berlaku

Daftar Pustaka
Internet :
1. Final act of the United Nations diplomatic conferene of plenipotentiaries
on the establishment of an international criminal court. Icc official
website.

2. Berjalan Menuju Roma (Refleksi Berlakunya Statuta Roma). Kompas


Online.com. 2002
3. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan (Crimes Againts humanity),
http://www.organisasi. com.
Universitas

BUKU
1. Ahmad Samawi, 2008, Pendidikan Hak Asasi Manusia, Jakarta, Diroktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan nasional.
2. M.Rizki,Rudi,2005.Pokok Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional.Seri
Bacaan kursus HAM untuk Pengacara.Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat.Jakarta.
3. Andre Sudjatmoko, Perlindungan HAM dalam hukum HAM dan Hukum
Humaniter Internasional, Pusat Studi Hukum Humaniter, Fakultas Hukum
Trisakti, Jakarta, 1999.
4. Arthur Nussbaum, Terjemahan Sam Suheidi, Sejarah Hukum
internasional.Bina Cipta, Bandung, 1969.
5. Eddy Damian, Kapita Selekta Hukum Internasional, Alumni, Bandung,
1991.
6. Gultom Hasiholan Gultom, Kompetensi Mahkamah Pidana Internasional
dan Peradilan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Di Timor Timur, PT
Tatanusa, Jakarta, 2006.
7. ICRI (International Committe of The Red Cross), Protokol Additional to
the Geneva Convention, 1949, Geneva, 1977.
8. ICRC (International Committee Of the Red Cross), Pengantar Hukum
Humaniter, Miamita Print, Jakarta, 1999.
9. I Wayan Parthiana, Ekstradisi Dalam Hukum Internasional dan Hukum
Nasional. Alumni Bandung 1993.
10. I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi,Yrama
Widya,2004.

Anda mungkin juga menyukai