Anda di halaman 1dari 21

A.

    Sejarah Kebudayaan Sulawesi Utara


Provins Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup
panjang sebelum daerah yang berada paling ujung utara Nusantara ini menjadi
Provinsi Daerah Tingkat I. Pada permulaan Kemerdekaan Republik Indonesia,
daerah ini berstatus Keresidenan yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1960 Provinsi Sulawesi dibagi
menjadi dua bagian iaitu, Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Provinsi Sulawesi
Utara-Tengah. Gabenor pertama Provinsi Sulawesi Utara-Tengah adalah MR. A.A.
Baramuli dan Wakil Gabenor Latkol F.J. Tumbelaka. Wilayah Provinsi Daerah
Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah adalah Kotapraja Manado, Kotapraja Gorontalo,
dan delapan Daerah Tingkat II masing-masing Sangihe Talaud, Bolaang
Mongondow, Minahasa, Gorontalo, Buol Toli-Toli, Donggala, Poso dan
Luwuk/Banggai. Pada tanggal 23 September 1964, di saat Pemerintah Republik
Indonesia memberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 yang
menetapkan perubahan status Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dengan
menjadikan Sulawesi Utara sebagai Daearh Otonom Tingkat I, dengan Manado
sebagai Ibukotanya. Sejak saat itu, secara de facto Daerah Tingkat I Sulawesi Utara
membentang dari Utara ke Selatan Barat Daya, dari Pulau Miangas ujung utara di
Kabupaten Sangihe Talaud sampai Molosipat di bagian Barat Kabupaten Gorontalo.
Dalam perjalanan panjang sampai dengan Tahun 2000, Wilayah
Administrasi Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 5 Kabupaten dan 3 Kotamadya,
iaitu : Kabupaten Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangihe dan Talaud,
Boalemo serta Kotamadya Manado, Bitung dan Gorontalo.
Selanjutnya seiring dengan Nuansa Reformasi dan Otonomi Daerah, maka
telah dilakukan pemekaran wilayah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo sebagai
hasil pemekaran dari Provinsi [Sulawesi Utara malalui Undang-Undang No. 38
Tahun 2000. Pada tahun 2002 dan 2003 Provinsi Sulawesi Utara ketambahan
Kabupaten Talaud berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002 yang
merupakan hasil pemekaran Kabupaten Sangihe dan Talaud dan Undang-Undang
Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan Undang-Undang No.
10 Tahun 2003 serta berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2003 terbentuk
juga Kabupaten Minahasa Utara. Ketiga daerah tersebut adalah hasil pemekaran
Kabupaten Minahasa. Akibat adanya pemekaran Provinsi Gorontalo dan
ketambahan Kabupaten dan Kota, maka Provinsi Sulawesi Utara menjadi delapan
wilayah administrasi Kabupaten/Kota, masing-masing :
a.    Kabupaten Bolaang Mongondow
b.    Kabupaten Minahasa
c.    Kabupaten Sangihe
d.   Kabupaten Talaud
e.    Kabupaten Minahasa Selatan
f.     Kabupaten Minahasa Utara
g.    Kota Manado
h.    Kota Bitung
i.      Kota Tomohon

Daerah-Daerah Dan Bandar-Bandar Di Sulawesi Utara

a)    Daerah Minahasa
b)   Daerah Minahasa Utara
c)    Daerah Minahasa Selatan
d)   Daerah Bolaang Mongondow
e)    Daerah Kepulauan Sangihe
f)    Daerah Kepulauan Talaud
g)   Bandar Manado
h)   Bandar Bitung
i)     Bandar Tomohon

B.     Adat Istiadat Sulawesi Utara

Provinsi Sulawesi Utara mempunyai beberapa tari tradisional seperti tarian


maengket, tarian kabasaran, tarian katrili, tari poco-poco, upacara tulude, tari
masamper, tari cakalele, tari tumatenden dan berbagai tarian daerah lainnya. Selain
berbagai macam tarian provinsi Sulawesi Utara juga mempunyai beberapa alat
musik khas daerah yakni musik kolintang dan musik bambu. Sedangkan rumah adat
Sulawesi Utara adalah rumah panggung.
Selain kaya akan sumber daya alam sulawesi utara juga kaya akan seni dan
budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya dari
berbagai suku yang ada di provinsi sulawesi utara justru menjadikan daerah nyiur
melambai semakin indah dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya
maupun tradisi dari nenek moyang memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang
terkenal akan kecantikan dan ketampanan nyong dan nona Manado.
Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar
yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow.
Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi
yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa
daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan
dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan
Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua
bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama
seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keaneka
ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai
suku dan golongan.
Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku
Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-
sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat
mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di
Minahasa
Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun)
dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang
bersifat keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh
karena berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil
memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang
baru
Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari
kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni
menirukan laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan.
Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap
sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik
buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado festival
figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan tulude
yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe
Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya, perayaan/upacara
ini juga rutin dilaksanakan di Sulawesi Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara
ini dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang yang memotong-motong
badan dan mengiris lidah dengan pedang yang tajam serta menusuk pipi dengan
jarum besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka ketika
Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat
Minahasa yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan.
Biasanya pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan
acara keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen
yang dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan setiap tahun oleh
masyarakat suku Minahasa pada hari Minggu umumnya antara bulan Juni hingga
Agustus. Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga menyediakan makanan
untuk para tamu yang akan datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti
nasi jaha dan dodol.
C.    Pakaian Adat Sulawesi Utara
             Pakaian adat dari Sulawesi Utara sering disebut dengan pakaian
Sangihe.Pakaian adat suku bangsa Sangihe Talaud sejak dulu menggunakan bahan
serat kofo.Kofo atau fami manila adalah sejenis pohon pisang yang banyak tumbuh
di daerah Sangihe talaud yang berikim tropis Seratnya diambil untuk menghasilkan
benang kofo.Benang kofo ditenun dengan alat tenun yang disebut
“kahuwang”.Pakaian adapt Sangihe Talaud disebut “laku tepu”.Laku artinya
pakaian ,sedang tepu artinya agak sempit,maksudnya pakaian yang bagian lehernya
agak sempit atau tidak terbuka.
BUSANA WANITA. Laku tepu yang bentuknya memanjang dari leher
sampai di betis ,merupakan baju terusan terbuat kain kofo.Pada bagian leher
terdapat lipatan berbentuk segitiga atau huruf V,sebesar ukuran kepala agar mudah
memakainya. Kahiwu atau kain sarung.Kahiwu juga dibuat dari kain kofo,merupakan
pelapis bagian dalam yang diikat dipinggang.Kahiwu mempunyai lipatan seperti
kain(wiron)terletak agak kekiri disebut “leiwade”.Lipatan untuk rakyat biasa
berjumlah 5 lipatan dan untuk bangsawan 7 atau 9 lipatan.Bandang.Bandang ialah
selembar kain kofo yang berukuran panjang 1,5 meter dengan lebar kira-kira 5
sentimeter.Pemakaiannya diletakkan di bahu kanan dan ujungnya diikat pada
pinggang sebelah kiri.Bandang digunakan oleh wanita biasa,sedangkan wanita
keturunan bangsawan menggunakan“kaduku atau animating” ,adalah selembar kain
kofo dengan ukuran yang sama seperti bandang,hanya perbedaannya tergantung
dari cara mengikat.Kaduka atau animating kegunaannya untuk memperindah Laku
Tepu dan melambangkan derajat sosial masyarakat. Boto Pusige (konde) atau
sanggul Pusige artinya ubun-ubun kepala.Boto Pusige artinya sanggul yang terletak
pada ubun-ubun kepala wanita.Sanggul ini biasanya dibuat dari rambut wanita
sendiri diatas kepala.Semakin tinggi Boto Pusige semakin indah. Untuk menjaga
agar Boto Pusige tetap kuat digunakan Sasusu Boto (tusuk Konde) yang ditusukkan
dari sebelah kanan sampai kiri.
BUSANA PRIA. Pakaian laki-laki juga disebut Laku Tepu,perbedaannya
bagian lehernya berbentuk setengah lingkaran,berlengan panjang dan panjang
pakain sampai ketumit.Laku tepu yang panjang berfungsi menutupi
tubuh,melambangkan keagungan masyarakat Sangihe Talaud.Paporong atau
pengikat kepala menggunakan bahan dari kain kofo dengan ukuran 1 kali 1
meter.Paporong dibentuk segitiga sama sisi,alasnya dilipat tiga kali dengan lebar 3
sampai 5 sentimeter.Paporong diikat pada bagian kepala menutupidahi.Paporong
untuk laki-laki disebut paporong lingkaheng dan untuk keturunan bangsawan disebut
paporong Kawawantuge.Popehe(pengikat pinggang), bahan dari kofo ukuran 1,5
sentimeter panjang dan lebar 5 cm.Popehe diikat pada pinggang pengantin pria
pada sebelah kiri dan ujungnya terurai kebawah.Fungsinya memperindah laku tepu
sekalgus mengatur Laku Tepu apabila kepanjangan dapat diatur dengan menarik
keatas.Popehe juga memiliki makna membangkitkan semangat dalam
melaksanakan tugas ataupun mengatasi berbagai rintangan.

D.    Senjata Adat Sulawesi Utara


Senjata Tradisional :Keris,Peda,Sabel

E.     Makanan Adat Sulawesi Utara


Resep ikan mas bumbu woku
Bahan
 500 gram ikan mas (3 ekor)
 1 butir jeruk nipis, ambil airnya
 2 sdt garam
 3 sdm minyak untuk menumis
Haluskan
 10 buah cabai merah keriting
 5 buah cabai rawit merah
 2 cm jahe
 3 cm kunyit
 3 butir kemiri, sangrai
 1 sdt garam
 ½ sdt gula pasir

 6 lembar daun jeruk, iris halus


 2 lembar daun pandan, poong 1 cm
 1 batang serai, iris halus
 4 buah tomat hijau, belah-belah
 1 batang daun bawang, potong-potong
 200 ml air
 1 ikat kecil kemangi, petik daunnya
Cara membuat
1. bersihkan ikan mas, lumuri dengan air jeruk nipis dan garam. Sisihkan.
2. tumis bumbu halus bersama daun jeruk, daun pandan, serai, tomat hijau, dan daun
bawang sampai harum dan matang. Beri air dan biarkan mendidih.
3. masukkan ikan mas, kecilkan api, dan masak sampai bumbu terserap serta ikan
matang. Tambahkan daun kemangi, aduk lalu angkat.

F.     Rumah Adat Sulawesi Utara


Rumah adat suku Minahasa dari Provinsi Sulawesi Utara  disebut Rumah
Pewaris  atau Walewangkoa.

Rumah Pewaris tampak dari samping. Foto: Kidnesia.com


Rumah ini merupakan rumah panggung yang dibangun di atas tiang dan
balok-balok yang di antaranya terdapat balok-balok yang tidak boleh disambung.
Rumah Pewaris memiliki 2 buah tangga. Letaknya di sisi kiri dan kanan bagian
depan rumah. Eh, kok ada 2 tangga, sih? 
Hmm.. konon, kalau ada roh jahat yang naik dari salah satu tangga, maka ia
akan kembali turun di tangga sebelahnya. Hihihi.. benar, nggak sih?
Asal kamu tahu saja, seluruh rumah terbuat dari kayu, lho!
Dulunya, rumah adat Minahasa ini hanya terdiri dari satu ruangan saja. Kalau pun
harus dipisahkan, biasanya hanya dibentangkan tali rotan atau tali ijuk saja, yang
kemudian digantungkan tikar.
Sekarang ini, Rumah Pewaris  memiliki beberapa ruang. Misalnya, Setup
Emperan  yang digunakan untuk menerima tamu.

G.    Agama Sulawesi Utara

Mayoritas penduduk disana beragama Kristen dan Katolik. Sejumlah besar


gereja dapat ditemui di seantero kota. Meski demikian, masyarakat Manado terkenal
sangat toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya Kota Manado memiliki
lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang
relatif aman di Indonesia. Hal itu tercemin dari semboyan masyarakat sekitar yaitu
Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara).
Perkotaan + Perdesaan | Laki-laki + Perempuan
Agama Satuan: jiwa
Nama
Khong Tidak Tidak
Kabupaten/Kota Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah
Hu Chu Terjawab Ditanyakan

Bolaang
01 129 531 70 492 2 168 11 276 11 6 0 0 0 213 484
Mongondow

02 Minahasa 20 358 263 860 24 941 217 66 4 10 1 927 310 384

Kepulauan
03 25 489 98 456 1 105 15 3 2 899 6 125 126 100
Sangihe

Kepulauan
04 2 606 78 157 2 370 6 0 1 269 0 25 83 434
Talaud

Minahasa
05 17 727 171 757 5 782 26 36 42 4 1 178 195 553
Selatan

06 Minahasa Utara 35 102 140 919 12 633 135 59 17 30 6 3 188 904

Bolaang
07 Mongondow 62 214 8 385 74 15 2 3 0 0 0 70 693
Utara

Siau
08 Tagulandang 2 027 61 387 343 7 6 2 0 1 28 63 801
Biaro

Minahasa
09 17 854 81 769 812 2 3 2 0 1 0 100 443
Tenggara

Bolaang
10 Mongondow 53 101 3 804 29 59 3 0 5 0 0 57 001
Selatan

Bolaang
11 Mongondow 46 543 15 886 1 208 12 5 0 0 0 0 63 654
Timur

12 Kota Manado 128 483 254 912 20 603 692 2 244 412 87 40 3 008 410 481
Agama Satuan: jiwa
Nama
Khong Tidak Tidak
Kabupaten/Kota Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah
Hu Chu Terjawab Ditanyakan

13 Kota Bitung 66 654 113 234 5 824 199 362 13 31 27 1 308 187 652

14 Kota Tomohon 3 536 66 164 20 925 41 112 1 28 0 746 91 553

Kota
15 90 474 14 959 1 163 431 164 6 0 0 262 107 459
Kotamobagu

Provinsi Sulawesi
701 699 1 444 141 99 980 13 133 3 076 511 1 363 83 6 610 2 270 596
Utara
Keterangan
AgamaKonsep Definisi
Agama merupakan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang harus
dimiliki oleh setiap manusia. Agama dibedakan menjadi Islam, Kristen, Katholik,
Hindu, Budha, Khong Hu Chu, dan Agama Lainnya.KegunaanPenentuan kebijakan
yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama, contoh: kebijakan Kementerian
Agama dalam pembangunan tempat-tempat ibadah.

H.    Bahasa Sulawesi Utara


Penduduk Sulawesi Utara terdiri atas 3 etnis dan bahasa yang berbeda-
beda, yaitu :
1. Suku Minahasa
(Toulor, Tombolu, Tonsea, Tontenboan, Tonsawang, Ponosokan, dan Batik)

2. Suku Sangine dan Talaud


(Sangie Besar, Siau, Talaud)

3. Suku Bolaang Mongindow


(Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang)

Walaupun demikian,Bahasa Indonesia digunakan dan dimengerti dengan


baik oleh sebagian besar penduduk Sulawesi Utara didominisi oleh :
-Suku Minahasa (33,2%)
-Suku Sangir (19,8%)
-Suku Bolaang Mangondow (11,3%)
-Suku Gorontalo (7,4%)
-Suku Totemboan (6,8%)
Bahasa daerah Manado menyerupai Bahasa Indonesia tapi denganlogat
yang khas.
Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari Bahasa Belanda dan Portugis karena daerah
ini merupakan wilayah jajahan Belanda dan Portugis.

I.       Sistem Kekerabatan
                        Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo atau sering
disebutDaliken Sitelu atau Rakut Sitelu. Tulisan ini disadur dari makalah berjudul
“Daliken Si Telu dan Solusi Masalah Sosial Pada Masyarakat Karo : Kajian Sistem
Pengendalian Sosial” oleh Drs. Pertampilan Brahmana, Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
Secara etimologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken = batu
tungku, Si = yang, Telu tiga). Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untuk
menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari yang namanya
tungku untuk menyalakan api (memasak). Lalu Rakut Siteluberarti ikatan yang tiga.
Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun ada
pula yang mengartikannya sebagaisangkep nggeluh (kelengkapan hidup).
Menurut Drs. Pertampilan Brahmana, konsep ini tidak hanya ada pada
masyarakat Karo, tetapi juga ada dalam masyarakat Toba dan Mandailing dengan
istilah Dalihan Na Tolu juga masyarakat NTT dengan istilah Lika Telo
Unsur Daliken Sitelu ini adalah
 Kalimbubu (Hula-hula (Toba), Mora (Mandailing))
 Sembuyak/Senina (Dongan sabutuha (Toba), Kahanggi(Mandailing))
 Anak Beru (Boru (Toba, Mandailing))
Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik
sebagai kalimbubu,senina/sembuyak, anakberu, tergantung pada situasi dan kondisi
saat itu.

KalimbubuKalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat


dihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini
bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga
dengan Dibata Ni Idah(Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti
hatikalimbubu sangat dicela.
Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat
prioritas utama, para anakberu (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani
mendahului makan sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila
selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum
pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam
hal nasehat, semua nasehat yang diberikankalimbubu dalam suatu musyawarah
keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak
masalah lain.
Oleh Darwan Prints, kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif, pembuat undang-
undang.
Kalimbubu dapat dibagi atas 2:
1. Kalimbubu berdasarkan tutur
1. Kalimbubu Bena-Bena disebut juga kalimbubu tua adalah
kelompok keluarga pemberi dara kepada keluarga tertentu yang dianggap
sebagai keluarga pemberi anak dara awal dari keluarga itu.
Dikategorikan kalimbubu Bena-Bena, karena kelompok ini telah berfungsi
sebagai pemberi dara sekurang-kurangnya tiga generasi.
2. Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongankalimbubu yang ikut
mendirikan kampung. Statuskalimbubu ini selamanya dan diwariskan secara
turun temurun. Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga.
Kalimbubu ini selalu diundang bila diadakan pesta-pesta adat di desa di Tanah
Karo.
2. Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan)
1. Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihak pemberi wanita
terhadap generasi ayah, atau pihak clan (semarga) dari ibu kandung ego
(paman kandung ego). (Petra : ego maksudnya orang, objek yang dibicarakan)
2. Kalimbubu I Perdemui atau (kalimbubu si erkimbang), adalah
pihak kelompok dari mertua ego. Dalam bahasa yang populer adalah bapak
mertua berserta seluruh senina dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa si
pemberi wanita ini tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-Bena dan
Kalimbubu Si Mada Dareh.
3. Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu, yaitu pihak
subclan pemberi anak dara terhadap kalimbubu ego. Dalam bahasa sederhana
pihak subclan dari istri saudara laki-laki istri ego.
4. Kalimbubu Senina. Golongan kalimbubu ini berhubungan erat
dengan jalur senina darikalimbubu ego. Dalam pesta-pesta adat, kedudukannya
berada pada golongan kalimbubuego, peranannya adalah sebagai juru bicara
bagi kelompok subclan kalimbubu ego.
5. Kalimbubu Sendalanen/Sepengalon. Golongankalimbubu ini
berhubungan erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina
sendalanen, sepengalon (akan dijelaskan pada halaman-halaman selanjutnya)
pemilik pesta.
Ada pun hak kalimbubu ini dalam struktur masyarakat Karo
3. Dihormati oleh anakberunya
4. Dapat memberikan perintah kepada pihak anakberunya
Tugas dan kewajiban dari kalimbubu
5. Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya
6. Memerintahkan pendamaian kepada anakberu yang saling berselisih
7. Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga
8. Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakan pakaian adat) di
dalam acara-acara adat
9. Berhak menerima ulu mas, bere-bere (bagian dari mahar) dari sebuah
perkawinan, maneh-maneh (tanda mata atau kenang-kenangan) dari salah seorang
anggota anakberunya yang meninggal, yang menerima seperti ini disebut Kalimbubu
Simada Dareh.
Pada dasarnya setiap ego Karo, baik yang belum menikah pun mempunyai
kalimbubu, minimal kalimbubu si mada dareh. Kemudian bila ego (pria) menikah
berdasarkan adat Karo, dia mendapat kalimbubu si erkimbang
Anak BeruAnakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak
gadis untuk diperistri. Oleh Darwan Prints, anakberu ini diumpamakan sebagai
yudikatif, kekuasaan peradilan. Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral,
karena bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah
mendamaikan perselisihan tersebut.
Anakberu dapat dibagi atas 2:
10. Anakberu berdasarkan tutur
1. Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalam tingkatan
nenek moyang yang secara bertingkat terus menerus
minimal tiga generasi.
2. Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah
kampung selesai didirikan.
11. Anakberu berdasarkan kekerabatan
1. Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh
Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang
simpanankalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena dia
merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.
2. Anakberu Iangkip, adalah penerima wanita yang menciptakan
jalinan keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum pernah
mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang. Anakberu ini
disebut juga anakberu langsung yaitu karena dia langsung mengawini anak
wanita dari keluarga tertentu. Masalah peranannya di dalam tugas-tugas adat,
harus dipilah lagi, kalau masih orang pertama yang menikahi keluarga
tersebut, dia tidak dibenarkan mencampuri urusan warisan adat dari pihak
mertuanya. Yang boleh mencampurinya hanyalah Anakberu Jabu.
3. Anakberu Menteri adalah anakberu darianakberu. Fungsinya
menjaga penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam bermusyawarah
maupun ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu Menteri ini memberi
dukungan kepadakalimbubunya yaitu anakberu dari pemilik acara adat.
4. Anakberu Singikuri adalah anakberu darianakberu menteri,
fungsinya memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan sekaligus
memberi dukungan tenaga yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang paling
penting. Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhir pada acara adat
tersebut. Lebih lanjut tugas-tugasnya antara lain
12. Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat.
13. Menyiapkan hidangan pada pesta.
14. Menyiapkan peralatan yang diperlukan pesta.
15. Menanggulangi sementara semua biaya pesta.
16. Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib menjaga dan
mengetahui harta benda kalimbubunya.
17. Menjadwal pertemuan keluarga.
18. Memberi khabar kepada para kerabat yang lain bila ada pihak kalimbubunya
berduka cita.
19. Memberi pesan kepada puang kalimbubunya agar membawa ose (pakaian
adat) bagi kalimbubunya.
20. Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya,
Anakberu berhak untuk
21. Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya para kalimbubu tidak
berhak menolak.
22. Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia. Warisan ini
berupa barang dan disebut morah-morah atau maneh-maneh, seperti parang, pisau,
pakaian almarhum dan lainnya sebagai kenang-kenangan.
Selain itu juga karena pentingnya kedudukan anakberu, biasanya
pihak kalimbubu menunjukkan kemurahan hati dengan
23. Meminjamkan tanah perladangan secara cuma-cuma kepada anakberunya.
24. Memberikan hak untuk mengambil hasil hutan (dahulu karena
pihak kalimbubu adalah pendiri kampung, mereka mempunyai hutan sendiri di
sekeliling desanya).
25. Merasa bangga dan senang bila anak perempuannya dipinang oleh
pihak anakberunya. Ini akan melanjutkan dan mempererat hubungan
kekerabatan yang sudah terjalin.
26. Mengantarkan makanan kepada anaknya pada waktu tertentu misalnya pada
waktu menanti kelahiran bayi atau lanjut usia.
27. Membawa pakaian atau ose (seperangkat pakaian kebesaran adat) bagi
anakberunya pada waktu pesta besar di dalam clan anakberunya.
Adapun istilah-istilah yang diberikan kalimbubu, kepadaanakberunya adalah
28. Tumpak Perang, atau Lemba-lemba. Artinya adalah ujung tombak.
Maksudnya, bila kalimbubunya ingin pergi ke satu daerah, maka yang berada di depan
sebagai pengaman jalan dan sebagai perisai dari bahaya adalah pihakanakberu. Dalam
bahasa lain anakberu sebagai tim pengaman jalan.
29. Kuda Dalan (Kuda jalan/beban). Dahulu sebelum ada alat transportasi
hanya kuda, untuk membawa barang-barang atau untuk menyampaikan informasi dari
satu desa ke desa lain, dipergunakanlah kuda. Arti Kuda Dalam dalam istilah ini
adalah alat atau kenderaan yang dipakai kemana saja, termasuk untuk berperang,
untuk membawa barang-barang yang diperlukan pihak kalimbubunya atau untuk
menyampaikan berita tentang kalimbubunya, dan sekaligus sebagai hiasan bagi
kewibawaan martabatkalimbubunya.
30. Piso Entelap (pisau tajam). Dalam pesta adat atau pekerjaan adat pisau
tajam dipergunakan untuk memotong daging atau kayu api atau untuk mendirikan
teratak tempat berkumpul. Setiap anakberu harus memiliki pisau yang yang demikian
agar tangkas dan sempurna mengerjakan pekerjaan yang diberikankalimbubunya.
Menjadi kebiasaan dalam tradisi Karo, pisau dari pihak kalimbubu yang meninggal
dunia diserahkan kepada anakberunya. Pisau ini disebut maneh-maneh, pemberiannya
bertujuan agar pekerjaankalimbubu terus tetap dilanjutkan oleh penerimanya. Dalam
pengertian lain dalam acara-acara adat di dalam keluarga kalimbubu, anakberulah
yang menjadi ujung tombak pelaksanaan tugas tersebut, mulai dari menyediakan
makanan sampai menyusun acaranya. Ketiga jenis pekerjaan di atas, dikerjakan tanpa
mendapat imbalan materi apapun, maka anakberu yang selalu lupa
kepada kalimbubunya dianggap tercela di mata masyarakat. Bahkan dipercayai bila
terjadi sesuatu bencana di dalam lingkungan keluarga dari anakberuyang
melupakan kalimbubunya, ini dianggap sebagai kutukan dari arwah nenek moyang
mereka yang tetap melindungi kalimbubu.
Senina/SembuyakHubungan perkerabatan senina disebabkan seclan, atau
hubungan lain yang berdasarkan kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua :
31. Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara karena satu
clan (merga).
32. Senina berdasarkan kekerabatan
1. Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri saling bersaudara.
2. Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka
saling bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere (beru (clan) ibu) yang
sama.
3. Senina Sepengalon (Sendalanen) persaudaraan karena pemberi
wanita yang berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang sama. Atau
mereka yang bersaudara karena satu subclan (beru) istri mereka sama. Tetapi
dibedakan berdasarkan jauh dekatnya hubungan mereka dengan clan istri.
Dalam musyawarah adat, mereka tidak akan memberikan tanggapan atau
pendapat apabila tidak diminta.
4. Senina Secimbangen (untuk wanita) mereka yang bersenina karena
suami mereka sesubclan (bersembuyak).
Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila
dikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan.
Fungsinya adalah sebagai sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak terjadi
friksi-friksi ketika akan memusyawarahkan pekerjaan yang akan didelegasikan
kepada anakberu.
Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang seketurunan
(dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih,
melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas
diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari
satu rahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya.
Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat
sembuyak-sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak
yatim piatu yang ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini sesuai
dengan konsep sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung.
Satu subclan sama dengan saudara kandung.
Sembuyak dapat dibagi dua bagian
33. Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karena sesubklen
(merga).
34. Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi atas:
1. Sembuyak Kakek adalah kakek yang bersaudara kandung.
2. Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung.
3. Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.
Geografi

Foto Manado dari udara

Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis
124°40' - 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan
suhu rata-rata 24° - 27° C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim
terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas
penyinaran matahari rata-rata 53% dan kelembaban nisbi ±84 %.
Luas wilayah daratan adalah 15.726 hektar. Manado juga merupakan kota pantai
yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga dikelilingi oleh
perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan
berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian
dataran antara 0-40% dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa.
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau
Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang
dengan puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau
gunung dengan ketinggian ± 750 meter.
Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai
sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua.
Kedalaman ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas
kerusakan Taman Nasional Bunaken relatif rendah.
Jarak dari Manado ke Tondano adalah 28 km, ke Bitung 45 km dan ke Amurang 58
km.
Batas Wilayah
Batas wilayah Kota Manado adalah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Minahasa Utara dan Selat Mantehage

Selatan Kabupaten Minahasa


Barat Teluk Manado

Timur Kabupaten Minahasa

Pemerintahan
Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27
September 2000 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan di kota Manado
dan PERDA nomor 5 tanggal 27 September 2000 tentang pemekaran kecamatan
dan kelurahan, wilayah kota Manado yang semula terdiri atas 5 kecamatan dengan
68 kelurahan/desa dimekarkan menjadi 9 kecamatan dengan 87 kelurahan. Tabel di
bawah ini adalah daftar kecamatan beserta luas dan jumlah kelurahannya, yaitu:

No
Kecamatan Luas wilayah (hektar) Jumlah kelurahan
.

1. Bunaken 5.212,5 8

2. Malalayang 1.640 9

3. Mapanget 4.913,55 11

4. Sario 144,8 7

5. Singkil 587,13 9

6. Tikala 1.588,4 12

7. Tuminting 700,17 10

8. Wanea 659,95 9

9. Wenang 279,5 12
Budaya dan Gaya Hidup
Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya dikenal dengan nama
musik Kolintang. Alat musik Kolintang dibuat dari sejumlah kayu yang berbeda-beda
panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada yang berbeda. Biasanya untuk
memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat musik kolintang untuk
menghasilkan kombinasi suara yang bagus.
Secara umum kehidupan di Kota Manado sama dengan kota-kota besar lainnya
di Indonesia. Pusat kota terdapat di Jalan Sam Ratulangi yang banyak dibangun
pusat-pusat pembelanjaan yang terletak di sepanjang jalur utara-selatan yang juga
dikenal dengan tempat yang memiliki restoran-restoran terkenal di Manado. Akhir-
akhir ini Manado terkenal dengan makin menjamurnya mal-mal dan restoran-
restoran yang dibangun di sepanjang pantai yang memanfaatkan pemandangannya
yang indah di saat menjelangnya matahari terbenam.
Kawanua
Masyarakat Manado juga disebut dengan istilah "warga Kawanua". Walaupun
secara khusus Kawanua diartikan kepada suku Minahasa, tetapi secara umum
penduduk Manado dapat disebut juga sebagai warga Kawanua. Dalam bahasa
daerah Minahasa, "Kawanua" sering diartikan sebagai penduduk negeri atau
"wanua-wanua" yang bersatu atau "Mina-Esa" (Orang Minahasa). Kata "Kawanua"
diyakini berasal dari kata "Wanua". Kata "Wanua" dalam bahasa Melayu Tua (Proto
Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman. Sementara dalam bahasa
Minahasa, kata "Wanua" diartikan sebagai negeri atau desa.
Pariwisata

Turis sedang mengendarai jetski dengan latar belakang pulau Manado Tua di lepas pantai kota Manado.
Pantai di kota Manado

Sebagai kota terbesar di wilayah ini, Manado merupakan tempat pariwisata yang


penting bagi pengunjung. Ekowisata merupakan atraksi terbesar Manado. Selam
Scuba dan snorkelling di pulau Bunaken juga merupakan atraksi populer. Tempat
lain yang menarik adalah Danau Tondano,Gunung Lokon, Gunung
Klabat dan Gunung Mahawu.
Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat tumbuh
menjadi salah satu andalan perekonomian kota. Primadona pariwisata kota Manado
bahkan Provinsi Sulawesi Utara adalah Taman Nasional Bunaken yang oleh
sementara orang disebut sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Taman
Laut Bunaken adalah salah satu dari sejumlah kawasan konservasi alam atau taman
nasional di Indonesia. Taman Laut Bunaken terkenal oleh formasi terumbu
karangnya yang luas dan indah sehingga sering dijadikan lokasi penyelaman oleh
turis-turis mancanegara. Pulau Bunaken adalah salah satu dari 5 pulau yang
tersebar beberapa kilometer dari pesisir pantai Kota Manado. Letaknya yang hanya
sekitar 8 Km dari daratan kota Manado dan dapat ditempuh dalam sekitar setengah
sampai 2 jam, menyebabkan Taman Nasional ini mudah dikunjungi.
Objek wisata lain yang menonjol di kota Manado adalah Kelenteng Ban Hin Kiong di
kawasan Pusat Kota yang dibangun pada awal abad ke-19dan diperbaiki pada
tahun 1970. Klenteng ini terletak di Jalan Panjaitan. Klenteng ini terdiri dari
bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran nagadan tongkat kayu berapi. Saat
yang paling baik untuk mengunjungi klenteng ini yaitu pada saat Tahun Baru Imlek,
saat dipertunjukkannya tarian tradisional Tionghoa. Juga pada saat kedatangan
parade tradisional Tionghoa, Tai Pei Kong yang berasal dari abad ke-14. Peristiwa
tersebut merupakan festival "Taoist" tahunan terbesar yang diadakan di Asia
Tenggara, sehingga menarik pelancong dari negara lain. Lokasi wisata lainnya juga
adalah Museum Negeri Sulawesi Utara dan Monumen (Tugu Peringatan) Perang
Dunia Kedua.
Sebuah monumen yang diresmikan pada akhir tahun 2007 dan menjadi ikon baru
kota Manado adalah Monumen Yesus Memberkati. Bangunan ini didirikan di atas
bukit di perumahan Citraland Manado dan memiliki ketinggian 50 meter di atas
permukaan tanah. Bangunan yang diprakarsai oleh Ir. Ciputra ini merupakan
monumen Yesus Kristus yang tertinggi di Asia dan ke dua di dunia setelah Christ the
Redeemer.
Selain memiliki objek-objek wisata yang menarik, salah satu keunggulan pariwisata
kota Manado adalah letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di hinterland,
khususnya di Minahasa yang dapat dijangkau dalam waktu 1 s/d 3 jam dari kota
Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di Tomohon, Desa
Agriwisata Rurukan-Tomohon, Panorama pegunungan dan Danau Tondano, Batu
Pinabetengan dan Taman
Purbakala Waruga Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.
Karena potensi wisata yang besar tersebut maka industri pariwisata di kota Manado
telah semakin tumbuh dan berkembang yang antara lain ditandai dengan cukup
banyaknya hotel dan sarana pendukung lainnya. Sampai tahun akhir tahun 2001,
terdapat 67 buah hotel/penginapan, 15 buah biro perjalanan, 223 buah restoran dan
rumah makan dari berbagai kelas.
Oleh karenanya meskipun cukup terpengaruh oleh krisis ekonomi dan situasi
nasional yang kurang kondusif, tetapi pariwisata di kota Manado tetap berlangsung.
Pada tahun 1998 kunjungan wisatawan mancanegara adalah 34.509 orang, menjadi
11.538 orang pada tahun 2000 dan agak meningkat pada tahun 2001 menjadi
12.301 orang. Sedangkan wisatawan Nusantara pada tahun 1998 berjumlah
432.993 orang, kemudian turun menjadi 279.014 orang pada tahun 2000 dan
terakhir pada tahun 2001 agak meningkat menjadi 291.037 orang.
Manado Kota Pariwisata Dunia 2010
Untuk meningkatkan potensi pariwisata Manado, Jimmy Rimba Rogi sebagai
Walikota periode 2005 - 2010, mencanangkan Manado sebagai Kota Pariwisata
Dunia 2010, pencanangan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
pariwisata di Kota Manado sehingga dapat diperhitungkan sebagai tujuan wisata
dunia kelak. Beberapa kebijakannya yang paling dikenal adalah dengan melakukan
relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah lama berdagang di Taman Kesatuan
Bangsa atau dulunya disebut Pasar ‘45 dan mengembalikan fungsi trotoar sebagai
tempat pejalan kaki bukan sebagai tempat berjualan PKL. Upaya yang dilakukannya
sangat berkontribusi dalam hal diraihnya kembali penghargaan Adipura untuk kota
Manado pada tahun 2007.
Pusat Perbelanjaan dan Hiburan
Pusat perbelanjaan di Kota Manado mulanya terkonsentrasi di seputar Taman
Kesatuan Bangsa (TKB)atau Pasar‘45. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi kota
Manado, dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, industri properti dan
retail di Manado berkembang cukup pesat. Bermula dari proyek reklamasi pantai
yang dilakukan selama 10 tahun lebih, dibangun setelah jalan tepi pantai
atau boulevard diresmikan tahun 1993 dan dinamai Jalan Piere Tendean atau yang
lebih dikenal dengan Manado Boulevard.
Setelah reklamasi pantai selesai dibangulah proyek raksasa dengan dibukanya
pusat-pusat perbelanjaan modern baru yaitu Mega Mall Manado, Manado Town
Square, Blue Banter City Walk, IT Center Manado, Bahu Mall, Lion Plaza, Kawanua
City Walk, Star Square Manado dan Mega Trade Center. Di sepanjang jalan ini pun
terdapat beberapa hotel berbintang, restoran dan cafe yang menjajakan beraneka
ragam makanan dan buka hingga larut malam. Pusat cinderamata khas manado
dapat ditemukan di Jalan B.W. Lapian. Terdapat beberapa toko suvenir yang
menjual makanan, busana, kerajinan tangan khas Manado/Sulawesi Utara.
Makanan khas
Makanan khas dari Kota Manado antara lain, Tinutuan yang terdiri dari berbagai
macam sayuran. Tinutuan bukanlah bubur, sebagaimana selama ini orang
mengatakannya sebagai bubur Manado. Selain Tinutuan, terdapat Cakalang Fufu
yaitu ikan cakalang yang diasapi, ikan roa, Paniki (masakan dari kelelawar) dan RW
(er-we) yaitu masakan dari daging anjing, babi Putar (1 ekor babi dibakar dengan
cara diputar di atas bara api), biasanya dihidangkan di pesta-pesta, Babi Isi Bulu
(terbuat dari daging babi yang diramu dengan bumbu-bumbu khas manado dan
dibakar di dalam bambu). Terdapat juga minuman khas dari daerah Manado dan
sekitarnya yaitu "saguer" yaitu sejenis arak atau tuak yang berasal dari pohon enau.
Saguer ini memiliki kandungan alkohol, Cap Tikus (minuman beralkohol tinggi dari
proses fermentasi).
Makanan khas kota Manado lainnya yang juga cukup terkenal adalah nasi kuning
yang cita rasa dan penyajiannya berbeda dengan nasi kuning di daerah lain. Selain
itu ada juga masakan kepala ikan kakap bakar. Dabu-dabu adalah sambal khas
Manado yang sangat populer, dibuat dari campuran potongan cabe merah, cabe
rawit, irisan bawang merah dan tomat segar yang dipotong dadu dan terakhir diberi
campuran kecap.
Untuk makanan ringan, Manado juga punya makanan khas sejenis asinan yaitu
gohu dan es kacang. Gohu dibuat dari irisan buah pepaya yang direndam dalam
larutan asam cuka, gula, garam, jahe dan cabe. Selain itu ada juga kue seperti
lalampa (lemper berisi ikan cakalang yang diisi dalam segumpalan beras ketan dan
dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar), panada (sejenis roti goreng berisi ikan
cakalang dan dibentuk dengan pilinan pada bagian tepinya), apang,klapertart
manado, kolombeng, panekuk,dodol manado,kueku, pinende, biapong (babi, wijen,
"unti" (terbuat dari kelapa)). Dan yang tidak ketinggalan adalah, nasi jaha yang
terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan santan, jahe, bawang merah dan
lain-lain, kemudian dimasukan ke dalam bambu lalu dibakar.
Ekonomi
Sebagian besar penduduk Kota Manado bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS),
guru atau pegawai swasta (41,44%), sebagai wiraswasta (20,57%), pedagang
(12,85%), petani/peternak/nelayan (9,17%), buruh (8,96%). Sisanya bergerak di
sektor jasa dan lain-lain (7%).
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) Kota Manado tahun 2000 adalah
Rp. 2,14 trilyun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan angka
tahun 1994 yang berjumlah Rp. 703,87 milyar. Tingkat pertumbuhan yang dicapai
dalam kurun waktu tersebut rata-rata 6,11% per tahun. Pada tahun 1994
sampai 1996 angka pertumbuhan berada di atas 10% kemudian melambat menjadi
2,92% pada tahun 1997 dan 0,32% ditahun 1998 dimana merupakan angka
terendah. Pada tahun 1999, pertumbuhan meningkat lagi menjadi 1,60% dan
ditahun 2000 menjadi 5,62%.
Sejak munculnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997, perekonomian
kota Manado sangat terpengaruh. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka
pengangguran yang diperkirakan pada tahun 2000 masih sebesar 20.465 orang atau
13.67% dan meningkatnya jumlah keluarga miskin sebanyak 19.754 Kepala
Keluarga (KK) atau 24,60%. Pada tahun 1999, terdapat indikasi adanya pemulihan
perekonomian kota yang signifikan. Pendapatan perkapita kota Manado naik dari Rp
1.753.482 pada tahun 1994 menjadi Rp 4.452.672 pada tahun 2000.
Perekonomian kota Manado khususnya terdiri dari sektor perdagangan, perhotelan
dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Pada
tahun 1996 peran ketiga sektor utama ini dalam pembentukan PDRB adalah
sejumlah 68,74%. Dalam kurun waktu 5 tahun, peran ketiga sektor ini cenderung
semakin dominan yang dilihat dari kontribusinya pada tahun 2000 yang meningkat
menjadi 74,68%. Laju inflasi kota Manado selama kurun waktu dua tahun terakhir
(2000-2001) sangat berfluktuatif. Pada tahun 2000 sempat
mengalami deflasi sebanyak lima kali yaitu masing-masing pada bulan Januari
sebesar –0,25%, April –0,08%, Mei -0,13%, Agustus -0,85% dan Desember -0,16%.
Sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada bulan pada bulan Oktober yaitu sebesar
4,05%. Sehingga secara kumulatif inflasi yang terjadi di Manado sebesar 11,41%.
Pada tahun 2001 terjadi deflasi sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan Februari sebesar –
0,56%, Agustus -0,23% dan Desember sebesar –0,26%. Sedangkan inflasi tertinggi
pada tahun 2001 terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 2.83% dimana secara
kumulatif inflasi pada tahun 2001 mencapai 13,30%.

Transportasi
Udara

Bandar Udara Sam Ratulangi

Kota Manado melalui bandar udaranya, Sam Ratulangi terhubung dengan beberapa


kota besar lain di Indonesia seperti, Jakarta, Surabaya,Makassar dan Balikpapan.
Selain itu bandara ini juga mempunyai penerbangan langsung dari dan ke luar
negeri yaitu Singapura, Manila, Kuala Lumpur (mulai 12 September 2008)
dan Davao, Filipina. Bandara yang mengalami renovasi pada tahun 2001 ini
merupakan salah satu dari 11 pintu gerbang utama pariwisata di Indonesia. Dengan
panjang landas pacu sepanjang
Dermaga di Manado umumnya dilayani oleh kapal-kapal berukuran kecil. Hal ini
dikarenakan lokasi perairan Manado yang berdekatan dengan lokasi Taman
Laut Bunaken yang dilindungi dan juga perairan yang cukup dangkal. Pada
umumnya, kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Manado adalah kapal dengan
tujuan Kepulauan Sangir dan Kepulauan Talaud. Speed boat dari dan
menuju Bunaken umumnya berlabuh di dermaga ini. Kapal-kapal berukuran besar
milik PT. Pelni berlabuh di kota Bitung, berjarak kurang lebih 40 km sebelah timur
Manado.
2650 m dan lebar 45 m, bandara ini sanggup untuk didarati pesawat berbadan lebar
sejenis Boeing 777-200 dan Airbus A330. Terminal penumpangnya memiliki fasilitas
penunjang berstandar internasional dan dilengkapi dengan empat buah garbarata.
Laut
Dermaga di Manado umumnya dilayani oleh kapal-kapal berukuran kecil. Hal ini
dikarenakan lokasi perairan Manado yang berdekatan dengan lokasi Taman
Laut Bunaken yang dilindungi dan juga perairan yang cukup dangkal. Pada
umumnya, kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Manado adalah kapal dengan
tujuan Kepulauan Sangir dan Kepulauan Talaud. Speed boat dari dan
menuju Bunaken umumnya berlabuh di dermaga ini. Kapal-kapal berukuran besar
milik PT. Pelni berlabuh di kota Bitung, berjarak kurang lebih 40 km sebelah timur
Manado.
Darat
Sistem transportasi darat Kota Manado dilayani oleh minibus angkutan kota yang
biasa disebut mikrolet, taksi argo dan Bus DAMRI, tapi bus yang beroprasi di dalam
kota sudah tidak ada. Sebagian besar rute dalam kota dilayani oleh mikrolet yang
menghubungkan beberapa terminal bus dalam maupun luar kota dengan pusat kota
Manado. Mikrolet umumnya beroperasi hingga pukul 22.00 wita (hari kerja) atau
pukul 00.00 wita (akhir pekan). menaiki transportasi umumnya mikrolet di manado
ada yang unik, umumnya Mikrolet di manado sudah di modifikasi dan dilengkapi
dengan sound system, ada juga yang menaruh layar LCD bahkan ada juga yang
memodifikasi bagian interior mobil, ini untuk memenuhi tingkat kenyamanan
penumpang dan taksi umumnya melayani rute-rute ke luar kota sedangkan Bus
DAMRI melayani rute Bandara - Terminal Bus luar kota di Malalayang.
 
 
KESIMPULAN

Penutup

Sulawesi Utara sebagai komunitas kutural memang mempunyai


kebudayaannya sendiri yang ditampilkan lewat unsur-unsur kebudayaan.
Dilihat dari unsur-unsur kebudayaan itu, masing-masing unsur berbeda
pada tingkat perkembangan dan perubahannya. Karena itu terhadap
unsur-unsur yang niscaya harus berkembang dan bertahan, harus
didorong pula bagi pendukungnya untuk terus menerus belajar
(kulturisasi) dalam pemahaman dan penularan kebudayaan.
Kalau boleh dikatakan, menangkap deskripsi budaya Sulawesi Utara
adalah upaya yang harus serius, kalau tidak ingin menjadi punah.
Kepunahan suatu kebudayaan sama artinya dengan lenyapnya identitas.
Hidup tanpa identitas berarti berpindah pada identitas lain dengan
menyengsarakan identitas semula.

Anda mungkin juga menyukai