Oleh :
1. Nadia Rahmawati
2. Raden Ayu Ratih Rania
3. Gilang Baharessy N
4. Ramadhani Mukti W
Hak-hak Perorangan 4
Hak-hak perorangan terbagi menjadi: Hak Ulayat Masyarakat
1. Hak-hak atas tanah, meliputi: 3
a) Hak atas tanah primer, yaitu hak atas tanah yang diberikan oleh negara. Hukum Adat
Beberapa bentuk dari hak atas tanah primer adalah hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, yang diberikan oleh negara dan hak pakai yang diberikan hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat yang berhubungan dengan tanah yang terletak
oleh negara.
dalam lingkungan wilayahnya. Subyek dari hak ulayat adalah
b) Hak atas tanah sekunder, adalah hak atas tanah yang bersumber dari pihak masyarakat hukum adat, baik yang bersifat teritorial (warganya tinggal
lain. Beberapa bentuknya adalah hak guna bangunan dan hak pakai yang di wilayah yang sama) maupun yang bersifat genealogik (warganya
diberikan oleh pemilik tanah, hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, terikat dengan hubungan darah).
hak sewa dan lain-lain.
2. Wakaf
3. Hak jaminan atas tanah: hak tanggungan.
Outline Pembahasan
Tanah Ulayyat dan Hak
Perseorangan
Tanah Tongkonan
secara umum Hak Perseorangan
01 02
Tanah Tongkonan
3. Tana’ Karurung
Golongan masyarakat biasa, pada umumnya mereka tidak mempunyai tanah persawahan sendiri. Mereka adalah penggarap tanah bangsawan
4. Tana’ Kua-Kua
Golongan terbanyak yang menjadi tulang punggung masyarakat Toraja ialah Tobuda. Pada umumnya mereka tidak mempunyai tanah
persawahan sendiri melainkan hanya sebagai petani penggarap tanah bangsawan.
Sistem Penguasaan
o Status hukum
Status hukum tanah tongkonan pada umumnya adalah secara tidak tertulis, hanya ada bukti PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) tetapi itu
bukan bukti kepemilikan pribadi. Nama yang ada di PBB adalah tergantung dari kesepakatan anggota keluarga dan biasanya nama yang
dicantumkan adalah nama orang yang dituakan (to di poambe/dipoindo). Tanah tongkonan tidak dapat diberikan sertifikat karena
merupakan tanah yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarga keturunan dari tanah tongkonan tersebut, jadi tidak dapat diberikan
sertifikat atas nama salah satu dari anggota keluarga karena dikhawatirkan nantinya akan menimbulkan permasalahan di antara para
anggota keluarga.
Sistem Penguasaan
Pada Dewi (2003) menjelaskan bahwa penguasaan tanah tongkonan terbagi menjadi :
1. Tanah Sawah
Tanah sawah dapat dialihkan haknya dengan waris.
Proses terjadinya kepemilikan sawah sebagai berikut: apabila orang tua meninggal dunia maka kewajiban anak-anaknya untuk mengadakan pesta kematian bagi
orang tuanya. Pada pesta adat tersebut ada tiga jenis hewan yang dipersembahkan untuk menemani mendiang pergi ke puya. Apabila seorang meninggal dunia
jiwanya keluar dari jasad tubuhnya dan bersiap memasuki fase kehidupan baru di alam puya maka jasad tersebut akan ditanya sampai manakah upacara
pemakamannya dengan tingkat kemungkinan upacara yang tersedia. Apabila upacara tersebut belum selesai dilaksanakan maka arwah tersebut tidak diperbolehkan
masuk ke puya dan kembali ke dunia. Arwah tersebut yang sering dijuluki oleh kepercayaan Aluk Todolo sebagai makhluk halus yang mengganggu manusia. Oleh
karena itu, orang Toraja yang meninggal dunia harus segera diselesaikan upacara pemakamannya agar arwahnya tidak mengembara mengganggu masyarakat. Apabila
ada orang Toraja yang tidak diketahui identitasnya maka diadakan upacara formalitas dengan memasukan angin dalam kain sarung (di poyan angin) dan dikuburkan
di liang keluarga. Apabila ada orang Toraja meninggal akibat kecelakaan maka bagian tubuhnya harus dikumpulkan lengkap kemudian di upacarakan.
Sumbangan anak pada pesta kematian tersebut diperhitungkan dalam pembagian harta warisan . Semakin besar sumbangan yang diberikan oleh anak maka semakin
besar warisan yang diperoleh.
2. Tanah Kering
Penguasaan tanah tongkonan masih tetap ada disebabkan karena aspek suprastruktur yakni:
1. Kaitan tanah dengan leluhur. Tanah bagi masyarakat Mengkendek mempunyai keterikatan yang erat dengan leluhurnya,
karena tanah tersebut merupakan warisan/titipan/amanah yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Sehingga
anak-anaknya berkewajiban untuk menjaga tanah warisan tersebut dan diwariskan kepada anak cucunya di kemudian
hari.
2. Kaitan dengan makam. Hubungan masyarakat toraja dengan makam sangat erat karena leluhur akan senantiasa
mengawasi keluarga serta tanah warisannya.
3. Kaitan dengan kekerabatan. Sistem kekerabatan masyarakat toraja bermukim menjadi 1 dalam suatu bidang tanah yang
disebut dengan tanah tongkonan.
Pemerintah Kabupaten Toraja Utara mengakui dan menetapkan keberadaan masyarakat hukum adat dengan menciptakan suatu
ketetapan Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 1 Tahun 2019 yang di dalamnya mengenai Pengakuan Dan
Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat.
Pentingnya mempertahankan
tanah tongkonan
o Warisan leluhur dan warisan budaya
Tanah bagi masyarakat Toraja sangat penting keberadaannya., apalagi Tanah Tongkonan, merupakan amanah yang harus dijaga dan dipertahankan dan diteruskan kepada anak
cucunya. Tanah sangatlah erat kaitannya dengan budaya masyarakat Toraja. Dalam masyarakat Toraja, Tanah Tongkonan sangatlah erat kaitannya dengan leluhur, makam, dan kekerabatan
yang kuat.
Tongkonan juga dinilai sangat berharga bagi keluarga-keluarga yang menilai tanah bukan hanya dari sisi ekonomis, melainkan dari sisi kehormatan dalam menjaga warisan, amanah,
dan peninggalan dari orang tua yang sudah sepantasnya untuk dipertahankan keberadaannya.
Dengan kekhasan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat toraja dapat memberikan daya tarik wisatawan untuk turut menikmati keberadaan suku toraja. Hal ini dapat
meningkatkan sosio ekomoni masyarakat sekitar.
Mengingat bahwa tanah ulayat bukanlah objek pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dan menurut ketentuan Pasal 5
UUPA yang mengakui akan eksistensi dari tanah hak ulayat, serta diperjelas dalam Pasal 1 Ayat 2 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2019 yang membahas tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang memiliki wewenang bahwa hak ulayat masyarakat
hukum adat bersifat komunal, dalam hal ini tanah Tongkonan termasuk di dalamnya, sehingga jika diterbitkannya sertifikat kepemilikan tanah adat dengan salah satu nama keluarga atau
kelompok keluarga, maka status ulayat dari tanah Tongkonan tersebut akan hilang. Hal tersebut menyebabkan ke khasan dari Tana Toraja akan sedikit demi sedikit luntur sehingga mengurangi
nilai keragaman Indonesia.
o Menimbulkan Sengketa
Tanah Tongkonan adalah tanah dimana kepemilikannya bukan hanya satu individu tapi dalam satu rumpun keluarga yang mempunyai hak yang sama dalam pengarapan lahan
tersebut, hal ini-lah yang bisa menimbulkan suatu masalah jika munculnya gejala perubahan orientasi terhadap tanah. Pada awalnya masyarakat tertentu tidak begitu memedulikan keberadaan
tanahnya, namun sejak terjadinya perubahan terhadap nilai tanah itu sendiri maka masyarakat tersebut akan mengubah cara pandangnya terhadap tanah. Mereka cenderung akan menjual
tanah tersebut dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang besar, bahkan tak jarang yang Tanah Tongkonan adalah tanah dimana kepemilikannya bukan hanya satu individu tapi dalam
satu rumpun keluarga yang mempunyai hak yang sama dalam pengarapan lahan tersebut, hal ini-lah yang bisa menimbulkan suatu masalah jika munculnya gejala perubahan orientasi terhadap
tanah. Pada awalnya masyarakat tertentu tidak begitu memedulikan keberadaan tanahnya, namun sejak terjadinya perubahan terhadap nilai tanah itu sendiri maka masyarakat tersebut akan
mengubah cara pandangnya terhadap tanah. Mereka cenderung akan menjual tanah tersebut dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang besar.
Hak Perseorangan
Sumber :https://statistik.atrbpn.go.id/BukuTanah/JenisHakKantah tanggal 07 April 2022
30,000
25,000
20,000
` 15,000
10,000
5,000
0
Jumlah Total HM HGU HGB HP HPL HW
Terimakasih