Rafi Natapradja
Mei 2019
[DISCLAIMER] RANGKUMAN KULIAH ASAS-ASAS HUKUM ADAT INI DISUSUN BUKAN SEBAGAI PENGGANTI BUKU
TEKS, MELAINKAN GUNA MEMPERMUDAH TEMAN-TEMAN MEMPELAJARI KULIAH HUKUM ADAT. AWAS DIKTAT
SESAT – PELAJARI BUKU TEKS DAN BERDOA PADA TUHAN.
Asas-Asas Hukum Adat
I. Pendahuluan
Hukum Harta kekayaan merupakan hukumyang menyangkut hubungan antara subyek hukum
dengan obyek hukum dan hubungan hukum yang terjadi.
Selain itu menurut L.C. Hofmann ruang lingkup hukum harta kekayaan adalah perikatan yakni
suatu hubungan hukukum kebendaan antara dua pihak, atas dasar pihak berhak atas suatu
prestasi, berdasaran mana pihak lain wajib prestasi dan bertanggung jawab atasnya.
Selanjutnya hak-hak imateril atau hak-hak atas hal-hal yang tidak dapat dilihat atau diraba
(onmachlijke zaken). Dengan demikian ruang lingkup hukum harta kekayaan mencakup: (a)
hukum benda, (b) hukum hak imateriel, dan (c) hukum perikatan.
Makna Tanah dalam Hukum Adat diantaranya: (a) tempat tinggal dan mempertahankan
kehidupan, (b) alat pengikat masyarkat dalam suatu persekutuan, (c) sebagai modal atau aset
produksi utama dalam suatu persekutuan.
Menurut Imam Sudiyat, sebagai salah satu unsur essensil pembentuk negara, tanah memegang
peran vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa pendukung negara yang bersangkutan,
lebih-lebih yang corak agrarisnya berdominasi. Di negara yang rakyatnya berhasrat melaksanakan
demokrasi yang berkeadilan sosial, pemanfaatan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
merupakan suatu conditio sine qua non.
Menurut Ter Haar, masyarakat mempunyai hak atas tanah yang diterapkan ke luar maupun
ke dalam. Keberlakuan atau dasar kekuatan berlaku ke luar dinyatakan dengan
Masyarkat Hukum Adat menguasai dan memilki tanah terbatas yang dinamakan lingkungan
tanah atau wilayah beschikkingsring. Lingkungan tanah tersebut berisikan:
(a) tanah kosong murni
Menurut Ter Haar, Tanah Kosong Murni sudah langka misalnya berlangsung tidak
lebih dari satu sampai dua musim panen.
(b) tanah larangan
(c) tanah lingkungan perusahaan yang diatasnya terdapat bentuk usaha sebagai wujud hak
pribadi. Lingkungan kekuasaan masyarakat hukum adat atas tanah dibedakan antara:
Lingkungan Tanah Sendiri yang dikuasai dan dimiliki oleh satu masyarakat hukum
adat
Lingkungan Tanah Bersama yang dikuasai dan dimiliki oleh beberapa masyarkat
hukum adat yang setingkat dengan alternatif seperti: (a) Beberapa masyarakat
tunggal seperti Belah di Gayo, (b) Beberapa masyarakat adat atasan seperti Luhat
di Padanglawas, (c) Beberapa masyarakat adat bawahan seperti Huta-huta di
Angkola.
Dengan demikian terdapat variasi Struktur Lingkungan Tanah pada masyarkat hukum adat,
diantaranya:
Lingkungan Tanah Selapis dimana lingkungan tanah tertentu tidak terbagi lagi
pada lingkungan tanah lain. Variasinya adalah:
Lingkungan Tanah Tunggal Selapis Dikuasai dan dipunyai oleh suatu
masyarakat hukum adat tunggal.
Kedudukan hukum tanah dalam sistem pertanahan nasional dijamin dalam Keputusan MA No.
75 K/Sip./1969
Manah sebagai hubungan kaum yang terjalin antara persekutuan hukum adat (masyarakat)
dengan tanah yang ditempatinya itu digolongkan menjadi tiga macam:
Manah Kaum
Dimiliki oleh penghulu sebagai kepala kaum, meskipun ia bertindak sebagai
penghulu pucuk tetapi ia juga bertindak sebagai penguasa tanah.
Manah Suku
Dikuasai dan dimiliki oleh penghulu penghulu dalam pasukuan, baik penghulu
pucuk maupun penghulu andiko secara bersama-sama
Manah Nagari
Dimiliki oleh penghulu-penghulu dalam nagari yang bersangkutan secara
bersama-sama terutama penghulu pucuk dalam nagari dan seluruh penghulu
suku.
Menurut Tasyarif Umar dan Syarif Hamdan, Manah berlaku ke dalam dan keluar.
Sehubungan dengan bekerjanya hak ulayat ke dalam maka wujudnya adalah hak
masyarakat dan pribadi yang memiliki hubungan timbal balik. Semakin kuat hak
masyarakat, maka semakin lemah hak pribadi dan sebaliknya.
Dengan demikian orang luar tidak dapat menciptakan hak pribadi yang sumber
hukumnya adalah izin. Bagi orang luar hak yang dapat diciptakan secara tidak
langsung adalah hak pakai saja.
Kelompok Kekerabatan sebagai pribadi hukum dalam hukum adat mempunyai hak atas
penguasaan dan pemilikan lingkungan tanah. Menurut Frank Cooley, Tanah yang dimiliki
desa terdiri dari beberapa golongan yang berbeda.
Menurut Imam Sudiyat, hak pribadi kodrati atas tanah mencakup beberapa hak diantaranya:
(a) Hak milik atau hak yasan (inland bezitrecht),
Hak Milik merupakan hak terkuat diantara hak-hak perorangan. Pemilik tanah berhak penuh
atasannya itu hars menghormati hak purba persekutuan hukumnya, kepentingan para pemilik
tanah lainnya, peraturan-peraturan Hukum (Inklusif Hukum adat).
Seorang warga masyarakat hukum adat memperoleh hak milik apabila mengadakan bentuk
usaha.
Secara keseluruhan hak miliki atas tanah-tanah tersebut akan hilang apabila ditelantarkan atau
tidak produktif lagi.
Seorang anggota persekutuan tidak dapat mempunyai hak milik atas tanah meskipun tanah
dibeli oleh anggota persekutuan itu kepada kaum lain menurut prosedur adat yang berlaku.
Karena tanah yang dibeli itu menjadi milik kaum dan sifatnya turun temurun dalam kaum
pembeli tersebut pada keturunannya.
Menurut Keputusan MA 7 Februari 1959 No.59K/Sip/1958 menurut adat karo sebidang tanah
akan menjadi hak milik perseorangan apabila diusahai secara intensif oleh seorang penduduk
kampung itu.
(b) Hak wenang pilih atau hak kinacek atau hak mendahulu (voorkeursrecht)
Dikenal sebagai hak utama langsung merupakan hak yang timbul apabila hasil dari bentuk
usaha telah dipungut.
(c) Hak Wenang Beli (Naastingrecht).
Dikenal sebagai hak utama tidak langsung merupakan hak pihak-pihak tertentu ntuk membeli
bentuk usaha tertentu dengan menyampingkan pihak-pihak lainnya. Hak tersebut
menyampingkan pihak bukan kerabat dan rekan-rekan sesama warga masyarakat hukum adat.
Pemindahan Hak atas lingkungan tanah merupakan peristiwa hukum yang menimbulkan
pemindahan hak dan kewajiban yang sifatnya tetap atau sementara. Mencakup transaksi atau
jual beli tanah, pemberian tanah, dan pewarisan tanah.
keteraturan dan sahnya perbuatan hukum) dan tunai (pembayaran dilakukan secara
serentak atau pembeli tidak dapat membayar sisa dan penjual tidak dapat menuntut atas
dasar terjadinya jual beli tanah tetapi utang piutang.)
Juali beli dalam hukum adat tidak termasuk dalam hukum perikatan karena:
Tidak menimbulkan hak dan kewajiban atas tanah, karena apabila menimbulkan
hak dan kewajiban maka dianggap tidak tunai
Jual beli tanah tidak erdapat perjanjian yang mendahuluinya yang mewajibkan
para pihak melaksanakan perjanjian
2. Jual Gadai Perbuatan pemindahan hak atas tanah kepada pihak lain
(pribadi kodrati) yang dilakukan secara terang dan tunai
dengan hak untuk menebus kembali tanah tersebut
Bersifat sementara namun tidak ada patokan tegas
mengenai waktu sementara.
Bukan merupakan perjanjian utang uang dengan jaminah
tanah karena penebusan tanah gadai tergantung penggadai
(tidak ada kewajiban mendesak)
Gadai Biasa Gadai Waktu
Gadai Biasa merupakan Gadai Waktu
penggadaian dimana merupakan
tanah dapat ditebus penggadaian dimana
oleh penggadai setap tanah harus ditebus
saat. dalam jangka waktu
Studi Kasus
A menggadaikan sebidang tanah kepada B dengan jangka waktu 5 tahun. Di atas tanah
tersebut berdiri rumah C yang disewakan pada D. Pada tahun ketiga A butuh uang untuk
membayar utang dan menjual tanah tersebut kepada E. E meminta B untuk segera memanen
tanamannya. Apakah tindakan E dapat dibenarkan?
Analisa:
1. A menggadaikan pada B dalam jangka 5 tahun menjadikan Gadai Jangka Waktu Wajib
Tebus
2. Terdapat dua perbuatan hukum yaitu gadai antara A dengan B dan jual antara A dengan E.
3. Kesalahan ada pada A yang sepatutnya menebus tanah yang digadaikan, karena B masih
memiliki Hak Pakai untuk menikmati tanah dalam Jangka Waktu 5 tahun. Dengan demikian
A harus menyelesaikanperbuatan hukum dengan B, baru dapat menjual kepada E.
4. Tindakan E meminta B untuk segera memanen tidak dibenarkan karena terdapat Asas
Pemisahan Horizontal yang berlaku selama waktu gadai 5 lima tahun.
Menurut hukum adat benda lepas atau benda bergerak adalah benda-benda di luar tanah yang
mencakup rumah, tumbuh-tumbuhan, ternak, dan benda-benda lainnya.
Menurut Soerjono Soekanto hak milik atas rumah terpisah dengan hak milik atas tanah. Kecuali
rumah batu yang dianggap bersifat permanen. Berlaku pula terhadap Benda Lepas atau Benda
Bergerak asas “Numpang” dimana rumah, tumbuh-tumbuhan, ternak, dan benda lainnya tidak ada
sangkutpaut dengan tanah dimana benda tersebut berada.
1. Hak miliki atas tanaman dapat dialihkan kepada orang lain atas izin pemilik tanah. Apabila
pemilik tanah menjual tanah maka tanaman tetap menjadi milik pemilik aslinya.
2. Hak milik atas ternak khususnya penjualan ternak tidak memerlukan syarat tertentu untuk
unggas dan perlu disaksikan kepala kampung, saksi, dan disertai surat dari dinas kehewanan
dan pajak pembayaran untuk hewan besar. Apabila dilakukan pemotongan, dilakukan upacara
besar dan apabila hendak dijual maka harus meminta izin.
3. Hak milik terhadap benda lainnya misal benda pusaka tidak dapat dialihkan karena benda
tersebut merupakan milik bersama dan memiliki kekuatan magis. Pengalihan hak milik atas
benda pusaka memerlukan permufakatan antara keluarga, kecuali benda tersebut dikuasai
oleh anak laki-laki tertua maka permufakatan tidak diperlukan karena benda tersebut milik
anak laki-laki tertua tersebut.
Contoh dari Hak Immateril masyarakat hukum adat adalah Hak atas Perhiasan Perahu masyarakat
Kei, ketentuan pemberian gelar tertentu dalam Masyarakat Lampung, dan Gelar sistem Kasta
seperti ida Bagus, Cokorda, Dewa, Ngakan,Bagus, Gusti dan sebagainya dalam masyarakat bali.
Hak Immateril juga mencakup keududkan yang didasarkan pada diferensiasi yang turun temurun
seperti di Sulawesi, dapat juga berbentuk gelar bangsawan yang berkaitan dengan kedudukan
sosial di masyarakat Jawa.
Hukum Perikatan Adat adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau dua orang
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak lain dan pihak lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.
A. Sumber Hukum
Hukum Perikatan Adat memiliki sumber-sumber diantaranya:
1. Perjanjian
Perjanjian yang berkaitan dengan tanah Perjanjian yang tidak berkaitan dengan
tanah
a. Transacties Waarbij Grond b. Perjanjian Kampitan
Betrokken Is atau Transaksi yang c. Perjanjian Tebasan
melibatkan Tanah d. Perjanjian Kredit Perorangan
e. Perjanjian Perburuhan (Kerja)
f. Perjanjian Pemgangkan
Contoh:
1. Perjanjian pinjam meminjam antara masyarakat Lampung dengan orang luar melazimkan
adanya bunga sebagai pengaruh kebiasaan kota.
2. Perjanjian pinjam meminjam barang yang harus dikembalikan dengan barang sejenis atau
uang sepadan dengan nilai barang.
Contoh:
Perjanjian ini tidak lazim atau dilarang di Sumatera Selatan
D. Perjanjian Perburuhan
Perjanjian Perburuhan adalah perjanjian yang menyangkut perihal bekerja sebagai buruh
dengan timbal balik upah. Apabila mempekerjakan orang lain, maka sudah lazim orang
tersebut diberi upah.
Menurut Ter Haar, menumpang di rumah orang dan mendapat makan secara Cuma-Cuma
harus diimbangi dengan memberikan tenaga bantuan (bekerja) pada tuan rumah.
E. Perjanjian Pemegangkan
Perjanjian Pemgangkan adalah perjanjian dimana pemilik uang berhak mempergunakan benda
yang dijaminkan tersebut sampai uang itu dikembalikan. Terdapat dua ragam perjanjian
pemegangkan:
1. Dikenakan bunga dimana pemilik hanya berkewajiban menyimpan barang
2. Tidak dikenakan bunga dimana pemilik berhak untuk mepergunakan barang tersebut.
F. Perjanjian Pemeliharaan
Perjanjian Pemeliharaan atau Verzogingskontract adalah perjanjian dimana perjanjian dimana
satu pemelihara (zorggever) menanggung nafkah pihak lain atau terpelihara (zorgtrekker).
Terlebih dalam masa tua menanggung pemakaman dan harta peninggalannya, sebagai timbal
balik pemelihara mendapat sebagian harta peninggalan si terpelihara.
Contoh:
1. Perjanjian di Minahasa dan Bali dimana seseorang menyerahkan diri dan sebagaian harta
kepada pemelihara (Makehidangraga) dan yang menerima wajib menyelenggarakan
pemakaman dam pembakaran mayat, memelihara saudara, dan berhak atas harta
peninggalan.
Menurut Ter Haar, di daerah Lampung dan Sumatera Selatan perjanjian pertanggungan
kerabat lazim dengan alasan:
1. Menyangkut kehormatan suku
2. Menyangkut kehormatan keluarga batih
3. Menyangkut kehormatan keluarga luas
4. Mencegah perselisihan
H. Perjanjian Serikat
Perjanjian Serikat adalah perjanjian kerjasama dimana para angota masyarakat yang di
dalamnya terdapat kepentingan tertentu.Anggota masyarakat berserikat dimana beberapa
membayar sejumlah uang setiap bulan dalam jangka waktu tertentu, masing-masing secara
bergiliran menerima keseluruhan uang yang telah dibayarkan dan dapat dipergunakan
seluruhya.
Contoh:
1. Perjanjain Serikat di Jakarta
2. Perjanjian Jula-Jula di Minangkabau
3. Perjanjian Malpaus di Minahasa
4. Perjanjian Sakeha di Bali
5. Perjanjian Arisan di Masyarakat Modern Kota’
Contoh:
1. Perjanjian Paduon Taranak atau Saduoan Taranak di Minangkabau
a. Apabila ternak betina, ketika beranak dibagi sama banyak antara pemilik dan
pemelihara, kelebihan harga induk dibagi dua.
b. Apabila ternak jantan, ketika diserahkan harus ditentukan harga, kemudian dibagi dua
setelah di jual laba
c. Apabila dijual sebelum beranak maka pemelihara diberikan sekadar uang jasa selama
ia memelihara ternak.
A. Perikatan panjer
Perikatan panjer adalah tanda jadi yang merupakan simbol saling percaya mempercayai
antara pihak. Perikaan panjer timbul karena adanya tanda jadi yang berwujud uang yang
muncul apabila dalam sikap tindak tertentu misalnya Jual beli telah terjadi afspraak,
dimana pembeli memberikan panjer atau uang tanda jadi.
Jawaban dari keiinginan pada saat penyerahan benda dapat diberikan pada saat itua tau
masa yang akan datang beserta pelaksanaan atau penolakan. Menurut Ter haar perikatan
ini mengandung sedikit banyak unsur paksaan (meskipun lemah.)
VI. Transacties Waarbij Grond Betrokken Is atau Transaksi yang melibatkan Tanah
Menurut Ter Haar, Transaksi yang melibatkan tanah adalah perikatan dimana objek transaksi
bukan tanah melainkan pengolahan tanah dan tanaman di atas tanah tersebut.
Proses tersebut mungkin terjadi karena pemilik tanah tidak mempunyai kesempatan
mengerjakan tanah sendiri, sehingga mengadakan perjanjian dengan pihak tertentu yang
mampu mengerjakan tanah tersebut.
Contoh:
1. Perjanjian Mampaduoi atau Babuek Sawah Urang di Minangkabau yang dilakukan secara
lisan di hadapan kepala adat. Dalam perjanjian ini yang menjadi perhatian adalah
kesuburan tanah, penyediaan bibit, jenis tanaman, dan hal lain yang berkaitan dengan
pengolahan tanah.
2. Perjanjian Tanah di Jawa Tengah yang memuat ketentuan mengenai kualitas tanah,
macam tanaman, dan penawaran buruh Ketentuan mengenai perjanjian ini diantaranya
adalah:
a. Pemilik tanah dan penggarap memperoleh bagian yang sama
b. Pemilik tanah memperoleh 2/3 bagian untuk mertebu
c. Pemilik tanah memperoleh 1/5 bagian untuk tanaman kacang.
3. Perjanjian Bagi Hasil (Sakap Menyakap) di Bali Selatan yang ketentuannya adalah sebagai
berikut:
a. Pemilik tanah dan penggarap memperoleh bagian yang sama masing-masing ½
b. Pemilik tanah mendapat 3/5 bagian sementara penggarap 2/5 bagian (Nelon)
c. Pemilik tanah mendapat 2/3 bagian sementara penggarap 1/3 bagian (Ngapit)
d. Pemilik tanah mendapat ¾ bagian sementara penggarap ¼ bagian (Merapat).
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil
a. Penentuan bagian didasarkan pada kepentingan pengarap dan kualitas tanah, dengan
ketentuan pengggarap memperoleh 1;/2 bagian atau 2/3 bagian.
b. Atas dasar kualitas dan tipe tanah, perjanjian berjangka waktu 3 sampai 5 tahun
c. Kepala Desa mengawasi perjanjian-perjanjian bagi hasil.
Menurut Lon Fuller, Hukum adat timbul dari perbuatan yang berulang-ulang yang didorong atau
digerakkan oleh perasaan kewajiban, dimana orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut
karena ada kepercayaan akan kebenaran yang dilakukan.
Dengan demikian manfaat hukum adat dan pembangunan hukum diantaranya adalah:
1. Ada kecenderungan di dalam hukum adat merumuskan keteraturan perilaku mengenai
peranan atau fungsi
2. Dirumuskan secara menyeluruh semua perbuatan dan akibat, terutama perbuatan
menyimpang beserta sanksi
3. Dalam hukum adat dirumuskan perihal pola penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi yang
kadang-kadang bersifat smbolis, dengan mengadakan upacara adat tertentu.
Kemudian, identifikasi terhadap hukum adat memiliki peran dalam pembangunan diantaranya:
1. Menunjang pembangunan hukum adat mana perlu diperkuat
2. Hukum Adat bersifat netral terhadap pembangunan
3. Hukum adat bertentangan dengan pembangunan dengan kemungkinan:
a. Hukum Adat secara tegas bertentangan dengan pembangunan
b. Hukum Adat yang bertentangan dengan pembangunan akan teapi sendirinya terhapus
dalam proses pembangunan
c. Hukum Adat yang tidak bertentangan dengan pembangunan, akan tetapi terbukti tida
relevan.
4. HUkum Adat dianut karena diperintahkan oleh penguasa adat yang belum tentu dirasakan adil
5. Hukum Adat dianut karena kolektivitas menghendakinya, padahal belum tentu adil
6. Hukum Adat yang dianut karena dianggap adil oleh warga masyarakat secara individual.