Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Tanah Adat

Tanah adat adalah tanah yang telah ditempati, dimanfaatkan, dan

diwariskan oleh suatu kelompok masyarakat atau suku tertentu secara

turun-temurun berdasarkan adat-istiadat dan kebiasaan yang berlaku di

wilayah tersebut. Tanah adat juga sering dihubungkan dengan identitas

budaya, tradisi, dan keberlanjutan komunitas adat yang telah menghuni

wilayah tersebut selama beberapa generasi.

2. Tanah Ulayat

Tanah ulayat, pada dasarnya, adalah istilah lain untuk tanah adat,

namun, istilah ini lebih umum digunakan di wilayah-wilayah tertentu

di Indonesia. Tanah ulayat mengacu pada tanah yang dimiliki secara

kolektif oleh masyarakat adat atau desa tertentu dalam wilayah hukum

tertentu.

3. Hak Ulayat

Hak ulayat merupakan hak tertinggi atas tanah yang dimiliki oleh

sesuatu Persekutuan hukum (desa,suku) untuk menjamin

pemanfaatan/pendayagunaan tanah. Hak ulayat adalah hak yang

dimiliki oleh suatu Persekutuan hukum, dimana para warga

Masyarakat tersebut mempunyai hak untuk menguasai tanah, yang

pelaksaannya diatur oleh ketua Persekutuan (kepala desa/kepala suku

yang bersangkutan).1
1
Agusta Pinta Kurnia Rizky& Aris Prio Agus Santoso, “Pengantar Hukum Adat”, Yogyakarta :
Penerbit PUSTAKABARUPRESS
Roestandi Ardiwilaga menyebutkan bahwa hak ulayat sebagai hak

dari Persekutuan hukum untuk menggunakan dengan bebas tanah-

tanah yang masih merupakan hutan belukar dalam lingkungan

wilayahnya, guna kepentingan Persekutuan hukum itu sendiri dan

anggota-anggotanya atau untuk kepentingan orang luar (orang asing)

atas izin kepala Persekutuan dengan membayar membayar recognisi.2

Hak Ulayat pada dasarnya berkenaan dengan hubungan hukum

antara Masyarakat hukum adat dengan tanah dalam lingkungan

wilayahnya. Hubungan hukum tersebut berisi wewenangdan kewajiban

terhadap tanah dengan segala isinya, yakni perairar, tumbuh-tumbuhan

dan Binatang dalam wilayahnya yang menjadi sumber kehidupan dan

mata pencariannya.3

- Wujud Pengakuan Hak Ulayat

1. UUD 1945 Perubahan Kedua (disahkan 18 agustus 2000)

a. Pasal 18B ayat (2)

b. Pasal 28 I ayat (3)

2. TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang pembaruan Agraria

dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dalam Pasal

3. UU No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal

Ayat (2)

4. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

a. Pasal 1 huruf f

b. Pasal 4 ayat (3)

c. Pasal 5 ayat (1)


2
Roestandi Ardiwilaga R,1962, Hukum Agraria Indonesia dalam teori dan Praktek, (cetakankedua),
Bandung: CV. Masa Baru, hlm. 2
3
Maria S.W. Sumardjono, 2008, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Jakarta:
Buku Kompas, hlm. 170
d. Pasal 67 ayat (1)

5. UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi

a. Pasal 34 ayat (1) dan (2)

6. UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

a. Pasal 6 Ayat (2) dan Ayat (3)

7. UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Pasal 9 Ayat

(2)

8. UU No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang diubah

dengan UU No. 45 Tahun 2009

9. UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

10. UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

11. UU No. 27 Tahun Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil

4. Masyarakat Adat

Menurut Indah Maulidiyah dan Yusdiyanto yang menggunakan

istilah masyarakat adat mendefinisikan MHA sebagai kelompok

masyarakat memiliki asal usul leluhur (secara turun-temurun)

diwilayah geografis tertentu, secara memiliki sistem nilai, ideologi,

ekonomi, politik, budaya,sosial, dan wilayah sendiri.4

Memahami hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat tidaklah

mungkin dapat dilakukan tanpa pemahaman terhadap struktur dari

masyarakat itu. Struktur masyarakat menentukan sistem (struktur)

hukum yang berlaku pada masyarakat itu (Muhammad, 2003: 20).

Demikian juga halnya dalam memahami segala hubungan hukum dan

peristiwa hukum yang terjadi di lingkungan adat, hanya dapat


4
Yusdiyanto dan Indah Mulidiyah, Lembaga Adat Sekala Brak Perlibatan Masyarakat Adat dalam
Pembentukan Peraturan Pekon, (Bandar Lampung: Justice Publisher, 2014), hlm. 19
dilakukan dengan memahami struktur masyaraka hukum

(rechtgemeenchappen) itu terlebih dahulu.

- Rumusan Ter Haar berintikan 4 (empat) hal mengenai

masyarakat hukum adat, yaitu :

1. Kesatuan manusia yang teratur

2. Menetap disuatu daerah tertentu

3. Mempunyai penguasa (kepala suku)

4. Mempunyai kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud

- Corak Khas Masyarakat Hukum Adat menurut Van Dijk

menyebutkan bahwa hukum adat memiliki 3 (tiga) corak khas,

yaitu :

1. Hukum adat mengandung sifat yang sangat tradisional

2. Hukum dapat berubah.

3. Kesanggupan hukum adat untuk menyesuaikan diri5

B. Hak-hak Adat Atas Tanah

Hak adat diatur dalam Pasal 3 Jo. Pasal 5 UUPA. Hak adat merupakan

serangkaian wewenang dan kewajiban suatu Masyarakat hukum adat yang

berhubungan dewngan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya.

Pemegang dari hak adat adalah Masyarakat hukum adat sedangkan yang

menjadi objeknya adalah semua tanah dalam wilayah masyarakat hukum

adat yang bersangkutan. Kekuatan yang berlaku keluar dalam

hubungannya dengan bukan anggota hukum adat disebut “orang luar” atau

“orang asing”6.

5
Prof. Dr. A. Suriyaman Masturi Pide, S.H., M.Hum., “Hukum Adat” : Penerbit Kencana hlm 16
6
DYARA RADHITE ORYZA FEA, S.H., M.KN., “Pedoman Lengkap Mengurus Perizinan Tanah dan
Rumah” : Penerbit ANAK HEBAT INDONESIA hlm 13
- Kedudukan Hukum Tanah Adat

Berdasarkan status tanah (permukaan bumi) dibedakan dalam dua macam,

yaitu :

1. Tanah negara

Tanah negara merupakan bidang tanah yang tidak melekat

sesuatu hak atas tanah

2. Tanah hak

Tanah hak merupakan bidang tanah yang melekat ha katas

tanah. Hak-hak atas tanah meliputi :

a. Hak atas tanah yang dipunyai secara perorangan; seperti

hak milik dan hak pakai

b. Hak atas tanah yang dipunyai secara bersama-sama oleh

suatu Masyarakat hukum adat, atau yang lazim disebut hak

ulayat7

“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan

pasal 2, pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak serupa itu dari

Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya

masih ada harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas

persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan

undang-undang dan peraturan lain yang lebih tinggi.

- Objek dan Subjek Hak Ulayat

a. Objek Hak Ulayat

7
Agusta Pinta Kurnia Rizky& Aris Prio Agus Santoso, “Pengantar Hukum Adat”, Yogyakarta :
Penerbit PUSTAKABARUPRESS, hlm. 117
Berdasarkan rumusan hak ulayat sebagaimana dikemukakan terdahulu

bahwa masyarakat hukum adat atas tanah yang tidak terbatas atas

tanah tetapii segala sesuatu yang ada di atas tanah. Objek hak ulayat

pada umumnya adalah meliputi semua tanah (Daratan, Pantai, Sungai,

Danau yang terletak dalam wilayah masyarakat hukum adat dan hak

ulayat yang menyangkut tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan Binatang

liar)

b. Subjek Hak Ulayat

Menurut R. Van Dijk, hukum tanah di Indonesia dalam segala hal

pernyataannya kuat terikat pada bangun corak dari Persekutuan

teritorial, ialah dasar bagi kesatuan anggota Persekutuan. 8 Menurut Van

Vollenhoven, hak ulayat dimiliki suatu masyarakat hukum adat untuk

menguasai seluruh isinya dan lingkungan wilayahnya. Dengan

demikian, subjek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat, baik yang

tunggal atau Persekutuan daerah tetapi tidak merupakan hak dari

individu, merupakan pula hak dari famili.9

C. Pembagian Tanah Adat

a. Tanah Individual

Tanah Individual adalah salah satu penggunaan tanah yang diatur

dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Agraria. tanah yang dimiliki, dikuasai, atau ditempati secara individu

atau perorangan yang berlawan dengan tanah komunal yang menjadi

kepemilikan masyarakat. Tanah individual juga bisa disebut tanah

pribadi.10

8
Van Dijk, Pengantar Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Sumur Bandung, 1982), hlm 55
9
Roestandi Ardiwilaga, Hukum Agraria Indonesia, N.V. Masa baru 1962, hlm 31
10
The Law of Property and Land, Paul L. Davies, 2018
b. Tanah komunal atau Hak Kolektif

Istilah hak komunal dikenal sebagai hak yang dimiliki secara

turun-temurun termasuk hak ulayat (Hak Kolektif) atas tanah yang

pendukung haknya adalah masyarakat persekutuan hukum adat bukan

hak individu.

Hak milik atas tanah secara kolektif tidak diatur dalam Undang-

undang, pada pasal 10 UUPA menjelaskan, subjek hukum yang

memiliki hak atas tanah adalah individu dan badan hukum. Tanah adat

hingga kini masih mendekati apa yang disebut dengan kepemilikan

hak atas tanah kolektif, namun sepanjang pengambilan hasil serta

pengelolaannya, hal terlihat khusus tanah adat jumlahnya tidak pernah

berkurang. Oleh karena itu, tidak dapat dimungkinkan adanya hak

individu atas tanah diwilayah tanah adat atau suku.

Anda mungkin juga menyukai