Anda di halaman 1dari 9

MATERI 1 HUKUM TANAH NASIONAL

1. Definisi, perbedaan hukum pertanahan dan hukum agraria;


Definisi scr Umum:
Agraria berasal dari kata ‘Ager’ : ‘Sebidang Tanah’ dan kata ‘Agrarius’ : Perladangan,
persawahan dan pertanian.

Definisi scr Adminstratif Pemerintah:


Agraria: Tanah -> dibedakan menjadi tanah pertanian dan tanah Non-pertanian.

Definisi UUPA:
- Agraria dalam arti luas: meliputi Bumi Air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya.

Perbedaan Hk Pertanahan & Agraria :


- Hukum Pertanahan adalah sebagai keseluruhan ketentuan hukum baik yang tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah sebagai
lembaga hukum maupun sebagai hubungan yang konkrit
- Hukum Agraria adalah suatu kelompok berbagai bidang hukum yang mengatur hak-
hak penguasaan atas sumber-sumber alam, yang berupa lembaga-lembaga hukum
dan hubungan hukum konkret dengan sumber-sumber alam;
Menurut BOEDI HARSONO: meliputi hukum tanah, hukum air, hukum
pertambangan, hukum perikanan, hukum penguasaan atas tenaga dan unsur unsur
dalam ruang angkasa.
Perbedaan :
- Hukum Pertanahan mengatur tanah sebagai benda tetap / tidak bergerak bertalian
erat dengan hukum harta kekayaan
- Hukum Agraria mengatur perbuatan hukum untuk mengolah serta memanfaatkan
tanah dalam hal ini benda-benda di atas tanah dikategorikan sebagai benda bergerak

2. Politik Hukum Pertanahan (kolonial dan nasional)


Definisi :
- Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara)
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu untuk
melaksanakan tujuan-tujuan
PolHuk Pertanahan: Garis besar kebijakan yang ditetapkan oleh negara dalam usaha
memelihara, melestarikan, mempergunakan, memperuntukan, mengusahakan,
mengambil manfaat, mengurus, dan membagi tanah untuk kepentinganh kesejahteraan
rakyat dan negara.
Terbagi menjadi 2:
1. Pol Huk Tanah Kolonial
a. Politik Agraria Kolonial Lama (VOC -> H.W Daendels -> T.S. Raffles, Johannes
Van Den Bosch)
b. Politik Agraria Kolonial Baru (Agrarische Wet, Agrarische Besluit, Grond
Vervreemdingsverbod)
Agrarische Wet: melahirkan dualisme hukum tanah yakni:
i. Hak Tanah menurut hukum Barat (Eigendom -> Hypotheek, Servituut,
Vruchtgebruik, Gebruik, Grant Controleur, Bruikleen, Acte van Eigendoom,
Erfpacht -> HGU, Opstal -> Hak menumpang karang)
ii. Hak bagi rakyat Indonesia yang berlaku menurut hukum Adat
Agrarische Besluit: pelaksana dari Agrarische Wet
Asas DOMEIN VERKLARING : Negara berkedudukan sebagai pemilik tanah
(atas seluruh tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan hak
eigendomnya / miliknya)
Fungsi Domein Verklaring:
o Landasan hukum bagi pemerintah yg mewakili negara sebagai pemilik
tanah
o Landasan keperluan pembuktian apabila terjadi suatu perkara. (pihak lain
yg hrs membuktikan haknya, bukan negara)
Grond Vervreemdingsverbod:
Hak milik adat atas tanah tidak dapat dipindahkan oleh orang orang
bumiputera asli kepada bukan bumiputera asli.

2. Pol Huk Tanah Nasional


Dasar hukum: Ps 33 UUD NRI 1945, UU No. 5/1960 ttg Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA), & TAP MPR IX/MPR/2001
Ps 33 UUD NRI 1945: Bumi, air, dan kekayaan alam yg terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Landasan Konstitusi: Bumi, air, & kekayaan alam dikuasai Negara yang bertujuan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Lahirnya UUPA menghapus dualisme hukum tanah dan menciptakan dasar bagi
pembangungan HUKUM TANAH NASIONAL yang berdasarkan Hukum Adat. (yang di-
saneering dan disempurnakan sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam negara
modern dalam hubungan dengan dunia internasional)
HUKUM AGRARIA NASIONAL ditujukan untuk Kemakmuran, Kebahagiaan dan Keadilan
Raykat Indonesia

TAP MPR IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan SDA


- Pelaksanaan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang berkeadilan dengan memperhatikan keperluan tanah
untuk rakyat dan menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan SDA
- 12 Prinsip Pembaharuan Agraria:
o Memelihara keutuhan NKRI
o Menghormati HAM
o Menghormati supremasi Hukum
o Mensejahterkan rakyat
o Mengembangkan demokrasi
o Mewujudkan keadilan
o Memelihara keberlanjutan
o Melaksanakan fungsi sosial, kelestarian dan ekologis
o Meningkatkan keterpaduan dan koordinasi antar sektor
o Mengakui dan menghormati dan melindungi hak masyarakat
o Mengupayakan keseimbangan hak dan kewajiban Negara
o Melaksanakan Desentralisasi berupa pembagian kewenangan
- 6 Arah kebijakan pembaharuan Agraria:
o Pengkajian ulang peraturan perundang-undangan
o Penataan kembali penguasaan, pemilikian, penggunaan dan pemanfaatan
tanah (landreform)
o Pendataan pertanahan melalu inventarisasi dan registrasi P4T
o Menyelesaikan konflik terkait Sumber Daya Agraria
o Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam reforma Agraria
o Mengupayakan pembiayaan program pembaruan Agraria & penyelesaian
konflik yg terjadi

3. Hukum Tanah Nasional (UUPA mencabut aturan kolonial)


Definisi:
Hukum tanah yang bersumber pada Hukum Adat, yang telah di-saneering dan
disempurnakan dan dalam penyusunannya didasarkan pada konsepsi, asas, lembaga,
norma dan sistem dalam Hukum Adat.
Sejak diundangkan UUPA, berlaku HTN yang Tunggal, dalam bentuk tertulis dan berlaku
diseluruh wilayah NKRI.
HTN mutlak diperlukan karena:
1. Hk Agraria sebelum UUPA, tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-sendi dari
pemerintah jajahan;
2. Mempunyai sifat dualisme yg menyebabkan masalah antar golongan (akibat politik
hukum pemerintah jajahan)
3. Tidak menjamin kepastian hukum bagi rakyat asli.

Konsepsi HTN memiliki sifat KOMUNALISTIK RELIGIUS:


Tanah diseluruh wilayah NKRI adalah kepunyaan bersama dari bangsa Indonesia, yang
bersumber dari karunia TUHAN YME, yg penguasaannya secara individual, dengan hak-
hak atas tanah yg bersifat pribadi sampai dengan hak milik yang mengandung fungsi
sosial sebagai unsur kebersamaannya.

UUPA mencabut peraturan kolonial:


1. Agrarische Wet
2. Agrarische Besluit
3. Koninklijk Besluit
4. Buku Ke-II KUHPerdata mengenai bumi, air serta kekayaan alam (kecuali ketentuan
mengenai hypotheek)

4. Prinsip Prinsip Hukum Pertanahan Nasional


a. Prinsip Nasionalitas: (Ps. 1 ayat 1-3 UUPA) -> Bumi, Air & Ruang angkasa dlm wil. RI,
merupakan hak seluruh Bangsa Indonesia. -> hny WNI yg boleh punya Hak Milik atas
Tanah, orang asing tidak dibolehkan.
b. Prinsip Penguasaan Tanah oleh Negara: (Ps. 2 ayat 2 UUPA) -> UUPA tidak mengenal
domein verklaring. Negara bukanalah pemilik tanah, melainkan sbg organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.
Wewenang hak menguasai Negara:
- Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi air dan ruang angkasa (‘baraka’);
- Menentukan dan mengatur hubungan hukum antar orang dgn baraka;
- Menentukan dan mengatur hub hukum antara orang2 dan perbuatan hukum
mengenai baraka;
Atas dasar Hak Menguasai, Negara dapat memberikan HaT kepada
perorangan/badan hukum.
c. Prinsip Pengakuan terhadap Hak Ulayat: (Ps 3 UUPA)
- Mengakui hak ulayat yang masih eksis / ada. Tetapi tidak menghidupkan kembali
yg sudah tidak ada.
- Definisi: kewenangan yang menurut adat dipunyai oleh masyarakat adat
tertentu.
- Hak Ulayat dianggap masih ada apabila:
o Terdapat sekelompok orang yang masih terikat oleh tatanan hukum adat;
o Adanya tanah ulayat yg menjadi lingkungan hidup warga persekutuan
hukum tertentu;
o Terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan dan penggunaan
tanah ulayat yang berlaku.

d. Prinsip Fungsi Sosial Hak atas Tanah (Ps 6 UUPA)


- Setiap HaT mempunyai fungsi sosial
- HaT yang ada pada seseorang tidak diperkenankan hanya digunakan utk
kepentingan pribadi, apalagi menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
- Tanah harus dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi
yang memiliki maupun masyarakat dan negara, namun bukan berarti
kepentingan perorangan terdesak oleh kepentingan umum.

e. Prinsip Larangan Penguasaan atau Pemilikan Tanah yang Melampaui Batas (Ps. 7,
10, 17 UUPA)
f. Prinsip Perencanaan dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup (Ps. 14 & 15 UUPA)
g. Prinsip Persamaan Hak antara WNI laki-laki dan perempuan
h. Prinsip Land Reform
i. Prinsip Perencanaan dalam Peruntukan, Penguasaan dan Pemilikan BARAKA.

5. Asas-Asas Hukum Tanah Nasional


a. Asas Religius (Ps 1 & 49 UUPA) -> bersumber pada hukum agama -> Baraka
termasuk keakayaan alam merupakan karunia Tuhan YME.
b. Asas Kebangsaan (Ps. 1, 2 & 9 UUPA) -> HTN memperhatikan semangat
kebangsaan. Ps 1 -> seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari
seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
HM tidak dapat dimiliki WNA & pemindahan HM kepada WNA dilarang.
c. Asas Demokrasi (Ps. 9 UUPA) -> HTN memberikan kesempatan yang sama
bagi semua orang untuk memperoleh hak atas tanah tanpa melihat
gender,suku dan agama.
d. Asas Pemisahan Horizontal (Horizontale Scheiding) -> HaT tidak sendirinya
meliputi bangunan atau tanaman yang ada diatasnya.
e. Asas Kemasyarakatan, pemerataan dan Keadilan sosial (Ps. 6, 7, 10, 11 dan
13 UUPA)
f. Asas Penggunaan dan Pemeliharaan Tanah secara berencana (Ps. 14 & 15
UUPA)
g. Asas Desentralisasi dan Distribusi Kewenangan (Ps 2 ayat 4 UUPA)

6. Tujuan UUPA
- Menjadi dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional <- alat pembawa
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat.
- Menjadi dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan hukum
pertanahan.
- Menjadi dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai HaT bagi rakyat
seluruhnya.

7. Hierarki Hak Penguasaan Tanah (hak bangsa, menguasai negara, ulayat dan individu)
i. Hak Bangsa (Ps 1 UUPA)
Hak dari bangsa Indonesia atas Baraka. -> Hubungan yang bersifat abadi
‘selama rakyat Indonesia sbg Bangsa Indonesia masih ada & Baraka masih ada
pula, tidak ada suatu kekuasaan yang dapat memutuskan atau meniadakan
hubungan tersebut’
a. Hak Menguasai Negara (Ps 2 UUPA)
Bangsa Indonesia memberi kuasa kepada Negara sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat utk bertindak selaku badan penguasa, yg
melahirkan Hak Menguasai Negara.
Negara mengatur peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaannya.
HMN memberikan kuasa kepada Negara untuk:
- Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi air dan ruang angkasa (‘baraka’);
- Menentukan dan mengatur hubungan hukum antar orang dgn
baraka;
- Menentukan dan mengatur hub hukum antara orang2 dan
perbuatan hukum mengenai baraka;

b. Hak Ulayat Masyarakat (Ps. 3 UUPA)


c. Hak Individu atas Tanah
i. Hak atas Tanah Primer
1. Hak Milik
- Hak yang terkuat dan terpenuh serta turun temurun
yang dimiliki seseorang/individu atas tanah dan
memiliki fungsi sosial.
- Subjek: WNI & BH yang ditunjuk pemerintah (contoh:
Bank Pemerintah, Badan Sosial, Badan Keagamaan &
Koperasi Pertanian) Ps 9 j.o 21 UUPA
- Terjadinya hak milik karena Undang Undang dan
Penetapan Pemerintah (Ps 22 UUPA)
- Hapusnya hak milik:
 Tanah jatuh kepada Negara karena
penyerahan / penelantaran / pencabutan
hak serta musnahnya tanah.
- WNA dapat memiliki Hak Milik (Ps 21 ayat 3 UUPA)
karena perkawinan campur (Pisah Harta), / pewarisan -
> dlm 365 hari harus dilepaskan / perpindahan
kewarganegaraan (WNI -> WNA) harus dilepaskan dlm
365 hari.
2. HGU
Hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai negara
dalam jangka waktu tertentu yg digunakan untuk
Pertanian, Perikanan dan Peternakan.
Subjek: WNI Perorangan dan Badan Hukum Indonesia,
orang /BH yg memiliki HGU, namun tidak lagi memenuhi
syarat harus melepas dlm waktu 1 tahun.
Terjadinya HGU diberikan dengan keputusan hak oleh
Menteri diatas Hak Pengelolaan, pemberian hak oleh
menteri tersebut didasari dengan Persetujuan pemegang
hak pengelolaan. (Dapat diberikan diatas tanah negara dan
tanah Hak Pengelolaan)
Jangka waktu: Paling lama 35 tahun dan diperpanjang
selama 25 tahun.
Dapat dijadikan jaminan hutang dengan pembebanan HT
dengan istilah Security title.
Hapusnya HGU: Ps 46 PP no.18/2021
o Berakhirnya jangka waktu
o Dibatalkan haknya oleh Menteri
o Diubah haknya menjadi HaT lain
o Dilepaskan secara sukarela
o Dilepaskan untuk kepentingan umum
o Dicabut berdasarkan Undang Undang
o Ditetapkan sebagai tanah terlantar
o Ditetapkan sebagai tanah musnah
o Berakhirnya perjanjian pemberian hak
o Pemegang hak sudah tidak memenuhi syarat
sebagai subyek

3. HGB
Hak untuk mendirikan bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri (bisa diatas Tanah Negara / HPL / HM)
Subjek: WNI Perorangan, BH Indonesia
Jangka waktu: 30 Tahun, diperpanjang 20 tahun.
HGB diatas tanah HM, diberikan 30 tahun dan diperbaharui
dengan akta pemberian HGB atas tanah hak milik.
Dapat dijadikan jaminan hutang.
Hapusnya HGB: Ps 46 PP no.18/2021
o Berakhirnya jangka waktu
o Dibatalkan haknya oleh Menteri
o Diubah haknya menjadi HaT lain
o Dilepaskan secara sukarela
o Dilepaskan untuk kepentingan umum
o Dicabut berdasarkan Undang Undang
o Ditetapkan sebagai tanah terlantar
o Ditetapkan sebagai tanah musnah
o Berakhirnya perjanjian pemberian hak
o Pemegang hak sudah tidak memenuhi syarat
sebagai subyek

4. Hak Pakai
Hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang
lain.
Subjek:
a. HP dengan jangka waktu: (diberikan diatas tanah
Negara/ HPL / HM)
a. WNI
b. BH Indonesia
c. BH Asing yg mempunyai perwakilan di
Indonesia
d. Badan Keagamaan Sosial
e. Orang Asing (WNA)
b. HP selama digunakan: (diberikan diatas tanah
Negara /HPL)
a. Instansi pemerintah Pusat/Daerah/Desa
b. Perwakilan Negara Asing
c. Perwakilan Badan Internasional
Jangka waktu: 30 Tahun diperpanjang paling lama 20
tahun.
HP diatas tanah HM, diberikan 30 tahun dan diperbaharui
dengan akta pemberian HP atas tanah hak milik.
Dapat dijadikan jaminan hutang.
Hapusnya HP: Ps 46 PP no.18/2021
o Berakhirnya jangka waktu
o Dibatalkan haknya oleh Menteri
o Diubah haknya menjadi HaT lain
o Dilepaskan secara sukarela
o Dilepaskan untuk kepentingan umum
o Dicabut berdasarkan Undang Undang
o Ditetapkan sebagai tanah terlantar
o Ditetapkan sebagai tanah musnah
o Berakhirnya perjanjian pemberian hak
o Pemegang hak sudah tidak memenuhi syarat
sebagai subyek

ii. Hak atas Tanah Sekunder


1. HGB
2. Hak Pakai
3. HUBH
4. Hak Sewa
5. Hak Gadai
6. Hak Menumpang
iii. Hak Jaminan atas Tanah
1. Hak Tanggungan
iv. HMSRS
v. Tanah Wakaf

8. Fungsi sosial tanah


9. Hak atas tanah dalam UUPA
- Hak atas tanah
- Perbandingan hak primer dan sekunder
- Macam hak tanah
- Hak milik wna
10. Ketentuan konversi
11. Rumah susun
12. Sistem perolehan tanah
13. Permohonan hak dan pemberian hak
14. Pemindahan hak

Anda mungkin juga menyukai