PENDAHULUAN
Pasal 33 (3) UUD 1945 = Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Bumi = Permukaan tanah, tubuh bumi dibawahnya, serta yang berada di bawah air
Hukum Agraria = Kelompok berbagai bidang hukum yang mengatur hak penguasaan
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM AGRARIA
1. Dalam Arti Luas
Seperangkat hukum yang mengatur hukum yang mengatur hak penguasaan atas
sumber-sumber alam yang meliputi bumi, air, dan kekayaan alam yang terkadung di
dalamnya termasuk ruang angkasa.
Maka ruang lingkup Hukum Agraria meliputi:
- Hukum Tanah (hukum agraria dalam arti sempit), diatur dalam UUPA
- Hukum Air, diatur dalam UU No. 11 tahun 1974, diubah dengan UU no. 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air
- Hukum Pertambangan, diatur dalam UU No. 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, dan UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi
- Hukum Perikanan, diatur UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana diubah dengan
UU No. 45 Tahun 2009
- Hukum Kehutanan, diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999
- Hukum yang mengatur hak-hak penguasaan atas unsur-unsur dalam ruang
angkasa
2. Dalam Arti Sempit
Hukum Tanah.
Hukum Agraria dalam Hukum Tanah Barat : (tertulis)
Buku II BW = Eigendom, Opstal, Erfpacht, Gebruik
Buku III BW = Jual Beli dan Sewa Menyewa Tanah
Buku IV BW = Daluwarsa / Acquisitieve
Verjaring Tahap Jual Beli dalam Hukum Tanah
Barat :
Tahap Perjanjian
Tahap Juridische Levering
Tanah = Permukaan bumi, termasuk juga tubuh bumi, air, dan ruang diatasnya
(Pasal 4 UUPA)
Namun, untuk tubuh bumi, air, dan ruang diatasnya hanya sebatas penggunaannya
dan bukan pemilikannya (ada pembatasan bagi seseorang yang memiliki hak
perseorangan atas tanah yaitu tidak bisa seenaknya memakai / memanfaatkan /
mengeksploitasi tubuh bumi, air, dan ruang diatasnya)
Pengertian tanah secara :
Yuridis = Permukaan bumi (berdimensi dua)
Penggunaannya = Ruang (berdimensi tiga)
Soil = Tanah ; Land = Lahan
Asas Pemisahan Horizontal :
- Asas hukum tanah
- Bangunan dan / atau tanaman bukan merupakan bagian dari tanah
- Kepemilikan hak atas tanah belum tentu kepemilikan atas bangunan dan / atau
tanaman di atasnya
- PPAT harus menulis dalam akta dengan kata-kata “Tanah beserta Bangunan”
jika ingin bangunan dan / atau tanaman di atas tanah itu diakui juga miliknya
Prinsip Agraria di negara lain :
Asas Accessie / Perlekatan (kalau beli tanah pasti beli bangunan dan vegetasi di
atas tanah juga) = Malaysia, Singapura
Ownership States = Arkansas, Kansas, Missipi, Ohio, Pennsylvania, Texas, West
Virginia
Minyak bumi, helium, emas, dan perak dalam penguasaan negara = New South
Wales
Ada sifat religius dalam hukum tanah Indonesia (Dasar hukum = Pasal 1 ayat (2) UUPA
yaitu “...wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa...”)
Konsepsi hukum tanah nasional adalah adanya hak komunal religius / Tanah itu milik
bersama
Pengertian
1. Penguasaan dan Menguasai fisik dan yuridis, beraspek perdata dan publik
a. Penguasaan yuridis dilandasi hak, dilindungi oleh hukum, memberi kewenangan
kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik
2. Hak Penguasaan atas Tanah
Hubungan hukum yang memberi wewenang untuk berbuat sesuatu kepada subyek
hukum (orang / badan hukum) terhadap obyek hukumnya (tanah yang dikuasai).
2 Teori Penguasaan Hak Atas Tanah:
1. Sebagai Lembaga Hukum: bersifat statis, belum dihubungkan dengan subyek
dan obyek tertentu Seperangkat aturan.
2. Sebagai Hubungan Hukum yang Konkret pada saat sudah dihubungkan dengan
subyek atau obyek
Contoh: A punya tanah, tanah dijaminkan ke Bank dengan Hak
Tanggungan Jenis-Jenis Tanah: (PP No. 40 Tahun 1996)
1. Tanah Negara : bisa dibebankan hak atas tanah Primer = tanah yang dikuasai oleh
negara yang di atas tanah itu tidak dilekati hak – hak perseorangan lainnya
2. Tanah Hak : Bisa dibebankan hak atas tanah sekunder = Tanah yang dikuasai
secara individual dengan hak-hak atas tanah primer
3. Tanah Hak Pengelolaan (Penjelasan Umum PMDN No. 1 Tahun
1977) Sistem Hak Penguasaan atas Tanah:
Hak Menguasai
3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Pasal 3 aspek perdata dan publik
Adanya hak bersama para anggota masyarakat hukum adat atas tanah. tanah
tersebut diyakini sebagai suatu kekuatan gaib peninggalan nenek moyang kepada
masyarakat hukum adat (MHA) unsur pendukung utama bagi kehidupan MHA
komunalistik religius.
Ingat! MHA Teritorial (desa, marga, nagari, dan huta) dan MHA Genealogis (suku
atau kaum di Minangkabau).
Sebagai anggota MHA, setiap individu berhak menguasai dan menggunakan
sebagian tanah bersama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya
penguasaan tanah bersifat individual.
Pengelolaan tanah bersama untuk memenuhi kebutuhan MHA : dilakukan di bawah
pimpinan Kepala Adat contoh: tanah untuk tempat penggembalaan ternak bersama
atau tanah untuk pasar, dsb.
Hak individual harus tetap mengingat kepentingan bersama MHA unsur
kebersamaan.
- Aspek perdata: ada hak kepunyaan bersama atas tanah bersama
- Aspek publik: tugas kewajiban mengelola, mengatur penggunaannya tugas
tersebut diserahkan kepada Kepala Adat, namun hak kepunyaan atas tanah
bersama tetap ada pada MHA, tidak beralih kepada Kepala Adat.
Hak bersama bukan hak milik dalam arti yuridis, melainkan hak kepunyaan bersama
dimungkinkan adanya hak milik atas tanah yang dikuasai pribadi oleh anggota MHA.
Tidak di setiap daerah hak ulayat masih ada.
Pasal 3 UUPA: “....pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari MHA,
sepanjang menurut kenyataannya masih ada..”
Hak Ulayat harus dilaksanakan sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan
nasional dan negara tidak boleh bertentangan dengan UU dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi.
Contoh pelaksanaan hak ulayat yang menghambat usaha besar Pemerintah:
Pemerintah sulit mendapat tanah untuk pelaksanaan usaha proyek pertanian
modern di Waytuba (Sumatera Selatan) menjelang 1960 MHA hanya bersedia
menyerahkan tanahnya dengan syarat-syarat yang bukan-bukan.
Hak Ulayat yang sudah tidak ada tidak akan dihidupkan kembali.
Hak Ulayat tidak akan didaftar.
Pasal 41 – 43 UUPA, Pasal 49 ayat (1), Pasal 50 ayat (2) jo. Pasal 52 UUPA
Hak pakai bukan hak gebruik
Hak-hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah Negara atau tanah
milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam surat
keputusan pemberiannya oleh Pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan gadai tanah, perjanjian sewa-
menyewa, atau perjanjian pengolahan ataupun penggunaan tanah yang lain.
- Menggunakan: dapat digunakan sebagai bangunan
- Memungut hasil: untuk usaha pertanian (Faktor produksi)
Subyek:
- WNI
- Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia
- Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Pemerintah Daerah
- Badan-badan keagamaan dan sosial
- WNA, berkedudukan di Indonesia
- Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional contoh:
Kedubes PP 103 / 2015 Orang Asing dapat memiliki rumah untuk tempat tinggal
atau hunian dengan Hak Pakai
Tanah yang dipakai untuk pelayanan publik rata-rata memakai hak pakai
Sifat dan ciri-ciri:
- Wajib didaftarkan
- Dapat dialihkan dengan izin pejabat berwenang
- Dapat diberikan dengan Cuma-Cuma dengan pembayaran atau pemberian jasa
berupa apapun
- Dapat dilepaskan
- Dapat dijadikan jaminan utang dengan Hak Tanggungan
2 jenis Hak Pakai:
- Hak Pakai Umum
a. Subyeknya sesuai dengan yang dijelaskan di atas
b. Jangka waktu: 25 tahun, diperpanjang maksimal 20 tahun / tidak
ditentukan selama tanahnya digunakan untuk keperluan tertentu. Setelah
habis dapat mendapat pembaharuan Hak Pakai
- Hak Pakai Khusus
a. Subyeknya:
i. Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah
ii. Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan Internasional
iii. Badan Keagamaan dan Badan Sosial
b. Jangka waktu: Tidak ditentukan
Terjadinya:
- HP atas Tanah Negara: Keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk
HP atas Tanah Pengelolaan: Keputusan Pemberian hak oleh Menteri atau Pejabat
yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang hak pengelolaan
HP atas tanah negara dan atas tanah hak pengelolaan: sejak didaftar oleh
kantor pertanahan
- HP atas tanah hak milik: pemberian tanah oleh pemegang Hak Milik dengan
akta PPAT
Didaftarkan dalam buku tanah pada Kantor Pertanahan
HP atas tanah hak milik mengikat pihak ketiga sejak pendaftarannya
Hapusnya:
- Berakhirnya jangka waktu
- Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang hak pengelolaan atau
pemegang hak milik
- Dilepaskan secara sukarela
- Dicabut
- Ditelantarkan
- Tanahnya musnah
- Pemegang hak tidak memenuhi syarat sebagai pemegang hak pakai
Hak Sewa
Pasal 44 – 45 UUPA
Mempergunakan tanah milik orang lain dengan membayar kepada pemiliknya uang
sebagai sewa.
Hak sewa bukan huur
Hanya untuk di bidang pertanian
Subyek:
- WNI
- Badan hukum Indonesia
- WNA yang berkedudukan di Indonesia
- Badan Hukum Asing yang punya perwakilan di Indonesia
Sifat dan ciri-ciri:
- Bersifat pribadi tidak dapat dialihkan tanpa izin pemiliknya
- Dapat diperjanjikan
- hubungan sewa putus bila penyewa meninggal dunia
- Tidak terputus bila hak milik dialihkan
- Tidak dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan
- Dapat dilepaskan
- Tidak perlu didaftar, cukup dengan perjanjian yang dituangkan di atas akta otentik
atau akta bawah tangan
Jangka waktu: sesuai perjanjian
Terjadinya: karena perjanjian atau konversi
Luas Tanah:
- Untuk tanah pertanian: dibatasi dengan UU No. 56/Prp/1960
- Untuk tanah bangunan: tidak ada
pembatasan Hak Gadai
Pasal 53 UUPA
Hak Gadai = hubungan hukum antara seseorang dengan tanah milik orang lain yang
telah menerima uang gadai daripadanya memberi wewenang kepadanya untuk
menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah tersebut
Contoh: A menggadaikan tanahnya kepada B. B telah menerima uang gadai dari A B
berhak menggunakan / mengambil manfaat dari tanah itu.
Sifat dan ciri-ciri
- Jangka waktu terbatas
- Hak menebus dapat beralih kepada ahli waris
- Tidak berakhir dengan meninggalnya pemegang gadai
- Dapat dibebani hak atas tanah yang lain (dianak-gadaikan)
- Dapat dialihkan kepada pihak ketiga
- Tidak hapus bila hak atas tanah dialihkan kepada pihak lain
- Uang gadai dapat ditambah
- Hak yang harus didaftar menurut PP No. 24/1997
Jangka waktu:
- Tanah pertanian: 7 tahun
- Untuk tanah bangunan: tidak tertentu
Subyek: WNI
Terjadinya: karena jual gadai atau konversi
Luas Tanah
- Tanah pertanian: dibatasi UU No. 56/Prp/1960
- Tanah bangunan: tidak tertentu
Hapusnya:
- Penebusan oleh pemberi gadai (pemilik tanah)
- Jangka waktu habis
- Dicabut untuk kepentingan umum
- Tanahnya musnah
Besarnya uang penebusan gadai: (lebih dari 7 tahun)
1
(7 − ) − 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 𝑔𝑎𝑑𝑎𝑖
2
7 𝑥 𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑑𝑎𝑖
Perbedaan hak gadai tanah dan hak gadai perdata
- Hak gadai tanah = kreditur bisa mengusahakan tanah debitur
- Hak gadai perdata = kreditur tidak boleh menggunakan / memakai barang debitur
Perbedaan hak gadai tanah dan hak jaminan atas tanah:
- Pada hak tanggungan, kreditur tidak menguasai tanah yang dijaminkan debiturnya,
melainkan memegang sertifikat hak atas tanahnya (menguasai tanah secara
yuridis saja)
- Pada hak gadai, kreditur menguasai langsung tanah yang menjadi obyek hak gadai
(menguasai tanah secara fisik saja)
Hak Usaha Bagi Hasil
Pasal 5 UUPA
Hak untuk mengusahakan tanah pertanian berdasarkan perjanjian antara
pemiliknya dan seseorang atau sesuatu badan hukum yang disebut “penggarap”,
berdasakan perjanjian mana penggarap diperkenankan pemilik untuk
menyelenggarakan usaha pertanian di atas tanah yang bersangkutan, dengan
pembagian hasilnya antara kedua belah pihak sesuai perjanjian.
Sifat dan ciri-ciri:
- Jangka waktu terbatas
- Tidak dapat dialihkan tanpa izin pemilik
- Tidak dapat dihapus bila hak milik beralih
- Tidak hapus bila penggarap meninggal dunia, tetapi hapus apabila pemilik
meninggal
- Didaftar menurut peraturan khusus
- Pada waktunya akan dihapuskan
Subyek: WNI
- Yang membagi hasilkan: Pemilik, Penyewa, Pemegang Hak Gadai
- Yang dapat menjadi penggarap: WNI, Koperasi Tani/Desa
Jangka waktu: tanah sawah minimum 3 tahun; tanah kering minimum 5 tahun
Terjadinya: karena perjanjian atau konversi
Luas tanah : maksimum 3 hektar
Hapusnya:
- Jangka waktunya berakhir
- Atas persetujuan kedua belah pihak
- Izin kepala desa atas tuntutan pemilik
- Tanahnya musnah
Hak menumpang
Pasal 53 UUPA
Hak adat untuk mempunyai rumah di atas tanah milik orang lain yang bukan HGB
dan Hak Sewa, dengan izin lisan dari pemiliknya. Pemegang Hak Menumpang tidak
membayar sesuatu kepada pemilik tanah, namun ia wajib membantu pemilik tanah
melakukan pekerjaan ringan sehari-hari.
Sifat dan ciri-ciri:
- Hak yang sangat lemah
- Tidak ada pembayaran sewa
- Sewaktu-waktu jika pemilik tanah memerlukan tanahnya, hak tersebut hapus
- Turun temurun
- Tidak dapat dialihkan
Jangka waktu: tidak tetap, tergantung pemilik tanah
Subyek: WNI
Terjadinya: karena perjanjian atau konversi
Hapusnya:
- Pengakhiran hubungan
- Dicabut untuk kepentingan umum
- Dilepaskan oleh pemilik
- Tanahnya musnah
Hak Pengelolaan
Hak jaminan atas tanah = Hak penguasaan atas tanah yang hanya memberikan
kewenangan secara yuridis (bukan secara fisik)
Tidak memiliki kewenangan fisik atas tanah (hanya kewenangan yuridis)
Tanah masih dikuasai oleh debitur, namun sertifikat-sertifikat tanah itu ada di tangan
kreditur
Nama lembaga hak jaminan atas tanah = Hak tanggungan
HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN
FUNGSI TANAH
Pasal 26 ayat (2) UUPA Larangan pemindahan hak milik adanya suatu perbuatan
hukum
Tidak bebas memindahkan hak milik:
- Jual beli yang membeli hanyalah WNI, tidak boleh WNA yang punya dua
kewarganegaraan. Jika WNA yang membeli, maka jual beli tersebut batal demi
hukum, bukan perjanjian jual belinya.
Ingat! Jual beli dalam hukum perdata berbeda dengan jual beli hukum agraria (yang
berlandaskan hukum adat)
Jual beli di hukum agraria memiliki asas terang dan tunai:
Terang = di hadapan pejabat berwenang
Tunai:
Pelepasan hak atas tanah
Dibayar sebagian pun tidak masalah yang penting sudah
ada pembayaran
Jual beli di hukum perdata memiliki syarat haruslah ada levering yuridis
pemberian akta tanah.
Akta menurut hukum agraria bukan parameter kepemilikan, dan bukan pula
konteks levering yuridis. Akta hanyalah diberikan untuk BPN (saat pendaftaran
tanah).
Batal demi hukum = tidak memenuhi syarat subyektif tidak usah dibuktikan
Jual beli yang batal demi hukum tanah tersebut menjadi tanah negara
Pasal 30 ayat (2) UUPA
Apabila orang atau badan hukum tidak memenuhi syarat pemilik hak guna usaha
(yaitu WNI dan Badan Hukum Indonesia) ada jangka waktu 1 tahun untuk
mengalihkan atau melepaskan tanah tersebut. tidak langsung batal demi hukum.
Pasal 36 ayat (2) UUPA
- 1 tahun untuk pelepasan / pemindahan hak, jadi tidak langsung batal demi hukum
- WNA tidak memenuhi subyek HGB (Hak Guna Bangunan), namun pada
kenyataannya, banyak orang asing yang membeli properti, dengan status tanah
bersamanya yaitu tanah HGB.
- Dalam praktik: Ada yang namanya PPJB Perjanjian Pengikatan Jual Beli tidak
ada di dalam hukum agraria.
Kalau rumah susun ada yang namanya Pra-PPJB