Anda di halaman 1dari 7

TUGAS HUKUM AGRARIA

HUKUM AGRARIA

ISTILAH-ISTILAH HUKUM AGRARIA :

- Akker (Bahasa Belanda) “tanah pertanian”.


- Agros (Bahasa Yunani) “tanah pertanian”.
- Agger (Bahasa Latin) “tanah atau sebidang tanah”.
- Agrarius (Bahasa Latin) “perladangan, persawahan dan pertanian”.
- Agrarian (Bahasa Inggris) “tanah untuk pertanian”.

PENGERTIA HUKUM AGRARIA

Hukum Agraria ialah suatu hukum yang mengatur prihal tanah beserta segala seluk-beluknya
yang ada hubungannya dengan pertanahan, misalkan hal perairan, perikanan, perkebunan,
pertambangan dan sebagainya.

a. Secara Umum
Secara umum Agraria berasal dari bahasa Latin “ager” yang berarti “sebidang tanah”,
dan lawan kata Agrarius yang berarti Perladangan, persawahan dan pertanian.
b. Secara Administratif Pemerintahan
Secara administratif pemerintahan, Agraria diartikan sebagai Tanah; yang dibedakan
menjadi Tanah Pertanian dan Tanah Non Pertanian.
c. Dalam UUPA
Dalam Undang-undang Pokok Agraria, pengertian Agraria diberikan dalam arti yang luas
yaitu :
Agraria dalam arti yang luas meliputi : Bumi, Air dan Kekayaan alam yang terkadung
didalamnya.

HUKUM TANAH DALAM PENGERTIAN YURIDIS :

- Permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua panjang dan lebar.


- Ruang: terbatas, berdimensi tiga, yaitu panjang, lebar dan tinggi yang dipelajari
dalam Hukum Tata Ruang.
PENGERTIAN HUKUM AGRARIA MENURUT BEBERAPA AHLI :

a. Subekti / Tjitro Soedibjo : “Hukum Agraria (agrarisch recht) adalah keseluruhan dari
pada ketentuan-ketentuan hukum, baik hokum perdata, maupun hukum negara
(administratife recth) yang mengatur hubungan-hubungan antar orang termasuk badan
hokum, dengan bumi, air, dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah negara dan mengatur
pola wewenang yang yang bersumber pada hubungan-hubungan tersebut.
b. Gouwgioksiong, memberi isi yang lebih luas pada pengertian “Hukum Agraria” dari pada
huku tanah. Dikatakannya hukum agraria memberi lebih banyak keleluasaan untuk
mencakup pula di dalamnya berbagai hal mempunyai hubungan pula dengan, tetapi tidak
melulu mengenai tanah, Misalnya persoalan jaminan tanah untuk hutang.
c. E. Utrecht, secara tegas memberikan pengeretian yang sama pada hokum agraria dan
hukum tanah. Tetapi dalam arti yang sempit, yaitu hanya meliputi bidang hukum
Administrasi Negara. Menurutnya : “ Hukum Agraria dan Hukum Tanah menjadi bagian
Hukum Tata Usaha Negara, yang menguji perhubungan-perhubungan hukum istimewa
yang diadakan akan memungkinkan para pejabat yang bertugas menguerus soal-soal
tentang agraria, melakukan tugas mereka itu.”
d. S.J. Fokhema Andreae, merumuskan Agrarisch recht sebagai keseluruhan peraturan-
peraturan hukum mengenai usaha tana dan tanah pertanian, tersebar dalam berbagai
bidang hukum (hukum perdata, hukum pemerintahan) yang disajikan sebagai suatu
kesatuan untuk keperluan studi tertentu.

JENIS-JENIS HUKUM AGRARIA :


- Hukum agraria dalam arti sempit yaitu merupakan bagian dari hukum agrarian dalam arti
l yaitu hukum tanah atau hukum tentang tanah yang mengatur mengenai permukan atau
kulit bumi saja atau pertanian.
- Hukum agraria dalam arti luas ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu
juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
PASAL 33 ayat (3) UUD 1945 :
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran
rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”.

TUJUAN HUKUM AGRARIA :


- Membuka kemungkinan dan memberikan jaminan hukum kepada para pengusaha
swasta agar dapat berkembang di Hindia Belanda => hak erfpacht
- Menggariskan perlindungan bagi rakyat pribumi

ASAS-ASAS HUKUM AGRARIA :


- Asas nasionalisme yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa hanya warga Negara
Indonesia saja yang mempunyai hak milik atas tanah atau yang boleh mempunyai
hubungan dengan bumi dan ruang angkasa dengan tidak membedakan antara laki-laki
dengan wanita serta sesama warga Negara baik asli maupun keturunan.
- Asas dikuasai oleh Negara Yaitu bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan
alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat (pasal 2 ayat 1 UUPA)
- Asas hukum adat yang disaneer Yaitu bahwa hukum adat yang dipakai sebagai dasar
hukum agrarian adalah hukum adat yang sudah dibersihkan dari segi-segi negatifnya
- Asas fungsi social Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa penggunaan tanah tidak
boleh bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum, kesusilaan serta
keagamaan(pasal 6 UUPA)
- Asas kebangsaan atau (demokrasi)Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa stiap WNI 
baik asli maupun keturunan berhak memilik hak atas tanah
- Asas non diskriminasi (tanpa pembedaan)Yaitu asas yang melandasi hukum Agraria
(UUPA).UUPA tidak membedakan antar sesama WNI baik asli maupun keturunan asing
jadi asas ini tidak membedakan-bedakan keturunan-keturunan anak artinya bahwa setiap
WNI berhak memilik hak atas tanah.
- Asas gotong royong Bahwa segala usaha bersama dalam lapangan agrarian didasarkan
atas kepentingan bersama dalam rangka kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi
atau dalam bentuk-bentuk gotong royong lainnya, Negara dapat bersama-sama dengan
pihak lain menyelenggarakan usaha bersama dalam lapangan agraria (pasal 12 UUPA)
- Asas unifikasi Hukum agraria disatukan dalam satu UU yang diberlakukan bagi seluruh
WNI, ini berarti hanya satu hukum agraria yang berlaku bagi seluruh WNI yaitu UUPA.
- Asas pemisahan horizontal (horizontale scheidings beginsel)
Yaitu suatu asas yang memisahkan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda
atau bangunan-bangunan yang ada diatasnya. Asas ini merupakan kebalikan dari asas
vertical (verticale scheidings beginsel ) atau asas perlekatan yaitu suatu asas yang
menyatakan segala apa yang melekat pada suatu benda atau yang merupakan satu tubuh
dengan kebendaan itu dianggap menjadi satu dengan benda iu artinya dalam asas ini tidak
ada pemisahan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau bangunan-
bangunan yang ada diatasnya.

SEJARAH HUKUM AGRARIA INDONESIA

Masa sebelum kemerdekaan (sebelum 1945) :

1. Masa sebelum Agrarische (1870)


2. Masa setelah Agrarische Wet (1870-Proklamasi kemerdekaan)

Politik Agraria zaman Belanda :

1. Sebelum tahun 1870: pajak hasil dan kerja rodi.

2. Masa Pemerintahan Gubernur Herman Willem Daendles (1800-1811): perubahan struktur


penguasaan dan pemilikan tanah dengan Kebijakan menjual tanah-tanah rakyat Indonesia
kepada orang-orang Cina, Arab maupun bangsa Belanda sendiri.

3. Tanah itulah yang kemudian disebut tanah partikelir. Tanah partikelir adalah tanah
eigendom yang mempunyai sifat dan corak istimewa. Yang membedakan dengan tanah
eigendom lainnya ialah adanya hak-hak pada pamiliknya yang bersifat kenegaraan yang
disebut landheerlijke rechten atau hak pertuanan.
Masa Kemedekaan :

Masa sebelum UUPA (Thn 1945-thn 1960)

Masa Kemerdekaan
Meletakkan dasar – dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional (dasar kenasionalan)
Meletakkan dasar–dasar untuk menyatukan dan menyederhanakan hukum pertanahan (dasar
kesatuan dan kesederhanaan) Memberikan kepastian hukum hak atas tanah bagi rakyat asli
(dasar kepastian hukum).

HAK PENGUASAAN ATAS TANAH :

1. Hak penguasaan tanah sebagai lembaga hukum. Ketentuan-ketentuan dalam hak


penguasaan atas tanah adalah :

a. Memberi nama pada hak penguasaan yang bersangkutan.


b. Menetapkan isinya yaitu apa yg boleh, wajib dan dilarang untuk diperbuat oleh
pemegang haknya serta jangka waktu penguasaannya.
c. Mengatur mengenai subyeknya, siapa yg boleh menjadi pemegang haknya dan
syarat-syarat bagi penguasaannya.
2. Hak penguasaan tanah sebagai hubungan hukum konkret. Ketentuan-ketentuan dalam hak
penguasaan atas tanah adalah :
a. Mengatur hal-hal mengenai pembebanannya hak-hak lain.
b. Mengatur hal-hal mengenai pemindahannya kepada pihak lain.
c. Mengatur hal-hal mengenai hapusnya.
d. Mengatur hal-hal mengenai pembuktiannya.
JENIS-JENIS HAK ATAS TANAH MENURUT PASAL 16 ayat (1) UUPA :

- HAK MILIK

- HAK GUNA USAHA

- HAK GUNA BANGUNAN

- HAK PAKAI

- HAK SEWA

- HAK MEMBUKA TANAH

- HAK MEMUNGUT HASIL

MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH (PASAL 16 Jo Pasal 53 UUPA),


DIKELOMPOKKAN MENJADI 3 :

1. Hak atas tanah yang bersifat tetap

2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang

3. Hak atas tanah yang bersifat sementara

Anda mungkin juga menyukai