Anda di halaman 1dari 20

UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

UU NO. 5 TAHUN 1960

UNDANG-UNDANG TATA RUANG


UU NO. 26 TAHUN 2007
HUKUM
UNDANG-UNDANG KEHUTANAN PERTANAHAN
UU NO. 19 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN
UU No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN
UU NOMOR 32 Tahun 2009 Tentang
MATERI Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
sejarah
pertanahan
SEJARAH HUKUM PERTANAHAN

A. MASA SEBELUM AGRARIS WET 1870

B. MASA AGRARIS WET 1870- 1945

C. MASA SEBELUM BERLAKU UUPA 1945-1960

D. MASA SETELAH UUPA 1960 –SEKARANG


Lanjutan …Sejarah Hukum Pertanahan

A. MASA SEBELUM AGRARIS WET 1870


Sebelum adanya peraturan pertanahan yang di buat oleh Belanda di Indonesia, Indonesia
saat itu telah memiliki hukum pertanahan sendiri. Hukum pertanahan tersebut berasal
dari hukum adat masing-masing daerah, karena pada saat itu belum ada persatuan antar
suku dan bangsa. Hukum pertanahan adat itu sampai sekarang masih berlaku dan sering
disebut hak ulayat adat.

Mekanisme Pembukaan Lahan Baru:


1. Mabali adalah pemberian tanda batas tanah oleh individu anggota masyarat adat
(seperti rotan di atas pohon).
2. Musyawarah dengan Tetua Adat-Meminta ijin pada ketua adat untuk membuka lahan
yang telah ditandai.
3. Membuka tanah dengan komunal (bergotongroyong / bersama-sama)
4. Mengusahakan- Menanami lahan, membangun rumah, berburu, dll
5. Timbul hak Milik -Timbulnya hak milik tidak berarti mutlak kepemilikan individu
sebagai anggota masyarakat adat.
Lanjutan …Sejarah Hukum Pertanahan

B. MASA AGRARIS WET 1870- 1945

Sesuai dengan sistem pemerintahan pada jaman Hindia Belanda, daerah Indonesia dibagi
atas 2 bagian yang mempunyai lingkungan hukum sendiri yaitu :

1. Daerah yang diperintah langsung oleh atau atas nama Pemerintah Pusat dan disebut
dengan Daerah Gubernemen.
2. Daerah-daerah yang tidak diperintah langsung oleh Pemerintah Pusat yang disebut
dengan daerah swapraja (Dirman, 1952: 13).

Menurut pasal 21 ayat (2) Indische Staatsregeling (IS), bahwa peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah Pusat hanya berlaku di daerah-daerah gubernemen saja. Jika peraturan-peraturan
Pemerintah Pusat akan diberlakukan di daerah Swapraja harus dinyatakan dengan tegas di da1am
peraturah tersebut bahwa juga berlaku untuk daerah Swapraja atau ditegaskan dengan suatu peraturan
lain.
Lanjutan …Sejarah Hukum Pertanahan
Sebagai contoh :

1. Pasal 1 Agrarisch Besluit (S. 1870 -118) tentang “tanah negara’ (Staatsdornein) tidak berlaku
untuk daerah-daerahswapraja.
2. “Tanah mentah “ (Woeste gronde) di daerah-daerah swapraja tidak ditetapkan siapa pemiliknya
menurut Pasal 1 Agrarisch Besluit.

Secara singkat pemerintah belanda mulai memberlakukan Agrarische Wet kepada pengusaha swasta asing atas
desakan dari para kolongmerat belanda dan aktifis HAM dari Belanda yang mengecam kultur selsel (kerja rodi).
Secara logis, culture stelsel merugikan pemilik modal swasta yang ingin berinfestasi karena pembatasan
kepemilikan tanah oleh pemerintah dengan maksimal sewa tanah 20 tahun. Setelah berlakunya Agrarische Wet hak
erfpacht mulai dapat di terapkan pada Indonesia. Seiring berjalanya waktu praktek hak erfpacht mulai bergeser
menjadi hak eigendom dan pemerintah Belanda merasa cultur stelsel memberi keuntungan kepada pemerintah
sehingga terjadilah percampuran hukum pada Agrarische Wet.
Dengan kebijakan pemerintah Belanda Agrarische Besluit (Stb 1870 No. 118) Pasal 1 AB :
“Semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan, bahwa tanah itu tanah eigendomnya adalah domein
Negara”
Dengan adanya pasal tersebut pihak kesultanan Kerataon Yogyakarta membuat peraturan : RIJKSBLAD Yogyakarta
1918 No. 16 :Semua bumi (tanah) yang tidak memiliki tanda bukti (hak milik) eigendom, maka menjadi hak milik
keraton Jogjakarta.
Lanjutan …Sejarah Hukum Pertanahan

C. MASA SEBELUM BERLAKU UUPA 1945-1960


Penyusunan dasar-dasar Hukum Agraria dimulai sejak tahun 1948 untuk menggantikan
ketentuan-ketentuan pertanahan warisan Hindia Belanda dengan pembentukan “Panitia
Agraria” yang berkedudukan di Jogjakarta dan disebut “Panitia Jogja” yang dibentuk
berdasarkan Penpres tanggal 21 Mei 1948 No. 16 yang diketuai oleh “Sarimin
Reksodiharjo” yang menjabar pada saat itu sebagai Kepala bagian agraria Kementrian
dalam negeri

Panitia Jogja bertugas untuk :


1. memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang soal-soal Hukum
pertanahan .
2. merancangkan dasar-dasar hukum tanah yang memuat politik agraria.
3. Serta merancang perubahan, pergantian, pencatutan peraturan lama baik dari sudut
legislatif baik dari sudut praktek yang menyelidiki soal-soal hukum tanah.
Lanjutan …Sejarah Hukum Pertanahan

C. MASA SEBELUM BERLAKU UUPA 1945-1960


Asas-asas yang menjadi Dasar Hukum Agraria yang diusulkan antara lain:

1. Dilepaskannya azas-azas domein dan adanya pengakuan hak ulayat


2. Diadakannya peraturan yang memungkinkan diperbolehkannya hak perseorangan
yang kuat yaitu hak milik yang dapat dibebani dengan hak tanggungan, pemerintah
hendaknya jangan memaksakan hak yang lemah kepada yang lebih kuat,.
3. Supaya diadakan penyelidikan dahulu dalam peraturan negara lain terutama
negara-negara tetangga, supaya orang asing dapat/tidak memiliki hak milik atas
tanah.
4. Perlu diadakannya penetapan luas minimum tanah untuk menghindari perbedaan
antara petani kecil dengan petani yang memiliki tanah yang lebih luas sehingga
dapat memberikan tanah yang cukup bagi petani kecil sekalipun bisa hidup
sederhana dari hasil pertanian ditentukan jumlahnya minimal 2 hektar.
5. Perlu adanya penetapan luas maksimum seseorang yang memiliki tanah pertanian
yaitu 10 hektar.
Lanjutan …Sejarah Hukum Pertanahan

C. MASA SEBELUM BERLAKU UUPA 1945-1960


RANCANGAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

1. dihapusnya azas domein dan diakuinya hak ulayat yang harus tunduk kepada
kepentingan umum atau negara.
2. Asas domein diganti dengan hak kekuasaan Negara
3. Dualisme hukum agraria dihapuskan
4. hak-hak atas tanah, hak milik sebagai hak yang terkuat mempunyai fungsi sosial, hak
usaha, hak bangunan dan hak pakai.
5. hak milik hanya boleh dipunyai oleh orang-orang WNI tidak dibedakan warga negara
asli atau warga negara tidak asli, serta badan hukum pada dasarnya tidak dibolehkan
memiliki hak atas tanah.
6. perlu diadakan penetapan batas minimum dan maksimum tanah yang boleh dipakai
oleh Badan Hukum.
7. tanah pertanian pada dasarnya harus dikerjakan dan diusakan sendirian dan
diusahakan oleh pemiliknya.
8. perlu diadakan pendaftaran tanah dan rencana penggunaan tanah.
Lanjutan …Sejarah Hukum Pertanahan
D. MASA SETELAH UUPA 1960 –SEKARANG
Sebelum adanya peraturan pertanahan yang di buat oleh Belanda di Indonesia, Indonesia
saat itu telah memiliki hukum pertanahan sendiri. Hukum pertanahan tersebut berasal
dari hukum adat masing-masing daerah, karena pada saat itu belum ada persatuan antar
suku dan bangsa. Hukum pertanahan adat itu sampai sekarang masih berlaku dan sering
disebut hak ulayat adat.

Mekanisme Pembukaan Lahan Baru:


1. Mabali adalah pemberian tanda batas tanah oleh individu anggota masyarat adat
(seperti rotan di atas pohon).
2. Musyawarah dengan Tetua Adat-Meminta ijin pada ketua adat untuk membuka lahan
yang telah ditandai.
3. Membuka tanah dengan komunal (bergotongroyong / bersama-sama)
4. Mengusahakan- Menanami lahan, membangun rumah, berburu, dll
5. Timbul hak Milik -Timbulnya hak milik tidak berarti mutlak kepemilikan individu
sebagai anggota masyarakat adat.
TUJUAN PEMBENTUKAN UUPA
1. fungsi untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur;
sehubungan Susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya,
terutama masih bercorak agraris, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai b.
2. Menghapuskan hukum agraria yang masih berlaku sekarang ini sebagian
tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-sendi dari pemerintahan jajahan
dan sebagian dipengaruhi olehnya, hingga bertentangan dengan
kepentingan rakyat dan Negara di dalam menyelesaikan revolusi nasional
sekarang ini serta pembangunan semesta;
3. Menghilangkan hukum agraria tersebut mempunyai sifat dualisme, dengan
berlakunya hukum adat selain hukum agraria yang didasarkan atas
hukum barat;
4. Bagi rakyat asli hukum agrarian penjajahan itu tidak menjamin kepastian
hukum., hukum agrarian nasional memberikan Jaminan Kepastian hukum
HUKUM PERTANAHAN
BERKEADILAN PANCASILA
1. Hukum agraria nasional, yang berdasar atas hukum adat tentang tanah, yang sederhana dan
menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan tidak mengabaikan unsur-
unsur yang bersandar pada hukum agama;
2. hukum agraria nasional harus memberi kemungkinan akan tercapainya,fungsi bumi, air dan
ruang angkasa, sebagai yang dimaksud di atas dan harus sesuai dengan kepentingan rakyat
Indonesia serta memenuhi pula keperluannya menurut permintaan zaman dalam segala soal
agraria;
3. hukum agraria nasional itu harus mewujudkan penjelmaan dari pada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Perikemanusiaan. Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial, sebagai asas
kerohanian Negara dan cita-cita bangsa, seperti yang tercantum di dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar;
4. hukum agraria merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959,
ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Manifesto Politik Republik
Indonesia,sebagai yang ditegaskan dalam pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960, yang
mewajibkan Negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin penggunaannya, hingga
semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan maupun secara gotong-royong;
Fungsi sosial hak atas tanah merupakan suatu upaya jaminan
pelaksanaan pembangunan yang merata demi kepentingan umum
sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1946 pasal 33 Ayat(3).

FUNGSI SOSIAL ATAS TANAH

Setiap hak atas tanah memiliki fungsi sosial, maka dalam


UUPaditegaskan; “Semua hak atas tanah memiliki mempunyai
fungsi sosial” (Pasal 6)

A. P. Parlindungan mengatakan; “Seyogianya Pasal 6 ini berbunyi


semua hak-hak agraria mempunyai fungsi sosial, dengan
demikian tidak hanya tanah saja, tetapi hak-hak agraria
menyangkut bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi sosial” 
BAR termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya
itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

PENGERTIAN NEGARA MENGUASAI.


HAK MENGUASI TANAH
Wewenang
dipergunakan untuk memberi wewenang untuk:
kemakmuran Rakyat, 1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan
kebahagiaan , dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
kesejahteraan untuk 2. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
sebesar besarnya orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
kemakmuran Rakyat 3. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
dan negara yang orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
berdaulat, ruang angkasa
adil
dan makmur
Hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang, kewajiban, dan atau
larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanh yang di
hakinya. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang
merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolo ukur
pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum
Tanah.
HAK
PENGUASA
Pengaturan hak-hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah
AN ATAS dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
TANAH 1.
Hak penguasaan atas tanah sebagai Lembaga Hukum.
Hak penguasaan atas tanah ini belum dihubungkan antara tanah dan orang atau
badan hukum tertentu sebgai pemegang haknya.
2.
Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkret
Hak penguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan antara tanah tertentu
sebagai obyek dan orang atau badan hukum tertentu sebagai subyek atau
pemegang haknya.
pasal 2 ayat (2) UUPA, adalah:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan,
dan pemeliharaan tanah (lihat pasal 10, 14, 15 UUPA).
b. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang atau badan
hukum dengan tanah (lihat pasal 7, 16, 17, 53 UUPA).
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang atau
badan hukum dan perbuatan –perbuatan hukum yang mengenai tanah (lihat
pasal 19 Jo PPNo. 24/1997)
Hak menguasai dari negara adalah pelimpahan wewenang publik oleh hak
bangsa. Konsekuensinya, kewenangan tersebut hanya bersifat publik
semata. Tujuan hak menguasai dari negara atas tanah, yatitu untuk
HAK mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan,
PENGUASAAN kesejahteraan, dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum
ATAS TANAH Indonesia yang berdeka, berdaulat, adil dan makmur (lihat pasal 2 ayat (3)
UUPA).

Hak ulayat masyarakat Hukum adat.


Menurut pasal 1 Permen Aggraria/Kepala BPN No. 5/1999 tentang
Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat,
yang dimaksud dengan hak ulayat adalah kewenangan menurut adat yang
dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu
KEGUNAAN TANAH
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum
Pihak yang Berhak.

Dalam rangka pembangunan nasional adalah pembangunan untuk kepentingan umum, seperti
pembangunan jalan raya, pemukiman rakyat, pasar tradisional, dan sebagainya.

Dalam perkembangannya masalah tanah makin kompleks, sehingga


demensinyapun bertambah terus mengikuti dinamika derap langkah
pembangunan bangsa ini, antara lain dimensi yuridis , ekonomis, politis, sosial,
religious magis, bahkan bagi Negara tanah mempunyai dimensi strategis
Berlaku secara
Hukum tanah nasional
nasional adalah hukum
tanah Indonesia yang tunggal
tersusun dalam SISTEM Menjamin kepastian
suatu sistem berdasarkan hukum
alam pemikiran hukum adat
HUKUM
mengenai hubungan hukum PERTANAHAN Alat untuk membawa
antara
masyarakat hukum adat kemakmuran,
tertentu kebahagiaan dan
dengan tanah ulayatnya. keadilan
(pasal 16 UUPA)
BERSIFAT TETAP - Hak Milik.
- Hak Guna Usaha.
- Hak Guna Bangunan.
- Hak Pakai.
- Hak Sewa.
MACAM- - Hak Membuka Tanah.
- Hak Memungut Hasil Hutan.
MACAM HAK
ATAS TANAH Hak Gadai,, Hak Usaha Bagi
Hasil, Hak Menumpang, dan Hak
Sewa Tanah Pertanian.

BERSIFAT SEMENTARA
HAK-HAK ATAS TANAH
MENURUT UUPA DAN PP. NO.40/1996
Hak-hak Atas Tanah yang bersifat Hak-hak Atas Tanah yang
tetap (pasal 16 UUPA) bersifat sementara
(pasal 53 UUPA)
- Hak Milik
- Hak Guna Usaha - Hak Gadai
- Hak Guna Bangunan - Hak Usaha Bagi Hasil
- Hak Pakai - Hak Menumpang dan Hak Sewa
- Hak Sewa Tanah Pertanian
- Hak Membuka Tanah
- Hak Memungut Hasil Hutan
ALHAMDULILLAH
WASSALLAM

Anda mungkin juga menyukai