Anda di halaman 1dari 11

NAMA : CAHAYA SURATIN

NIM / ABSEN : C93218073 / 20


KELAS / SEMESTER : HPI C / IV
DOSEN PENGAMPU : SUHADI, SH., M.Hum

PENGERTIAN HUKUM AGRARIA


Hukum adalah suatu aturan atau tingkah laku yang berlaku di dalam masyarakat.
Sedangkan Agraria adalah urusan pertanahan dan atau tanah pertanahan serta urusan
kepemilikan atas tanah. Jadi hukum agraria adalah suatu aturan masyarakat yang mengatur
masalah pertanahan.
Namun, menurut UU no.5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria
berdasarkan pasal 1 ayat 2 pengertian agraria mencangkup seluruh bumi, air, dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia
dan merupakan kekayaan nasional.
Dengan demikian, bahwa bumi, air, dan ruang angkasa dalam wilayah Republik
Indonesia harus diperjuangkan oleh bangsa dan menjadi hak dari bangsa Indonesia jadi tidak
semata-mata menjadi hak dari para pemiliknya saja. Dalam hukum agraria mengatur beberapa
hal seperti :
1. Hubungan hukum antara Negara atau orang yang berperan sebagai obyek agraria.
2. Mengatur status hukum obyek agraria.
3. Mengatur perbuatan-perbuatan hukum yang berkaitan dengan obyek agraria.
Sumber hukum yakni dimana hukum itu bisa ditetapkan. Terdiri dari :
1. Peraturan perundang-undangan
2. Kebiasaan
3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin
Dasar hukum agraria menurut pasal 7 UU no. 12 tahun 2011 tentang pembentukan perundang-
undangan. Yakni Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang terdiri atas :
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. UU/ PerPu
d. Penetapan Presiden
e. Peraturan Daerah
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kab/kota
Hukum Agraria diatur didalam UU no.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria. Sistematika UU ini terdiri atas IV BAB.
Didalam UUPA terdapat lima bagian :
Bagian pertama terdapat dalam BAB I sampai BAB IV dan didalam BAB II terdapat XII
bagian.
I. BAB I menjelaskan dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan pokok terdapat dalam pasal 1
sampai 15.
II. BAB II menjelaskan hak-hak atas tanah, air, dan ruang angkasa serta pendaftaran tanah.
Dalam bab ini terdapat 12 bagian. Yaitu :
 Bagian I menjelaskan ketentuan-ketentuan umum (terdiri dari pasal 16-18).
 Bagian II menjelaskan tentangpendaftaran tanah (terdiri dari pasal 19).
 Bagian III menjelaskan tentang Hak Milik (terdiri dari pasal 20-27).
 Bagian IV menjelaskan tentang Hak Guna Usaha (terdiri dari pasal 28-34).
 Bagian V menjelaskan tentang Hak Guna Bangunan (terdiri dari pasal 35-40).
 Bagian VI menjelaskan tentang Hak Pakai (terdiri dari pasal 41-43).
 Bagian VII menjelaskan tentang Hak sewa untuk bangunan (terdiri dari pasal 44-
45).
 Bagian VIII menjelaskan tentang Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
(terdiri dari pasal 46).
 Bagian IX menjelaskan tentang Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan
ikan (terdiri dari pasal 47).
 Bagian X menjelaskan tentang Hak guna ruang angkasa (terdiri dari pasal 48).
 Bagian XI menjelaskan Hak-hak tanah untuk keperluan suci dan social (terdiri
dari pasal 49).
 Bagian XII menjelaskan ketentuan-ketentuan lain (terdiri dari pasal 50-51).
III. BAB III menjelaskan ketentuan pidana terdapat dalam pasal 52.
IV. BAB IV menjelaskan ketentuan-ketentuan peralihan terdapat dalam pasal 53-58.
Bagian kedua menjelaskan ketentuan-ketentuan konversi terdapat dalam pasal I-IX.
Bagian ketiga menjelaskan perubahan susunan pemerintah desa untuk menyelenggarakan
perombakan hukum agraria menurut UU ini.
Bagian keempat menjelaskan :
a. Hak-hak dan wewenang atas bumi dan air.
b. Hal-hal yang bersangkutan dengan ketentuan-ketentuan dalam huruf A diatas diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian kelima menjelaskan UU ini dapat disebut UUPA dan mulai berlaku pada tanggal yang
diundangkan.
Tujuan dibuat UUPA ini untuk memudahkan memahami suatu perundang-undangan.

SEJARAH HUKUM AGRARIA


Pada zaman romawi kuno, hukum agraria dipahami sebagai seperangkat kaidah hukum
yang mengatur pembagian tanah Negara.selama masih menjadi tanah Negara, tanah tersebut
ditempati oleh penyewa dan membayar sewa kepada Negara.
Hukum agraria merupakan hasil dari upaya kelanjutan dari kaum miskin untuk
mendapatkan beberapa bagian dari tanah Negara. Ketika tanah itu ditempati tanpa sewa maka
aspek hukumnya tidak lagi ketat. Hukum agraria dengan mudah dilanggar bahkan diam-diam
diabaikan.
Pada tahun 486 M, Spurius Cassius Viscellinus mencoba mengeluarkan UU yang
menetapkan sejumlah lahan baru di Gaul,Prancis kepada orang miskin Roma. Namun
pengesahan UU ini dicegah oleh orang Roma sendiri karena UU ini dikenal membatasi secara
ketat jumlah tanah yang dipegang oleh setiap warga Negara dan sejumlah domba dan sapi yang
digembalakan.
Lalu, pada tahun 133 SM terdapat upaya serius yang diampu oleh Tiberius Gracchus
Sempronius yaitu memperbaiki situasi yang semakin sulit yaitu merancang UU Sempronian.
Namun senat melemahkan posisi komisi membuat UU tersebut tidak efektif. Yang
mengakibatkan puncak keruntuhan upaya demokratis yang berakibat pada hukum agraria
menjadi dekrit Domitianus. Konsekuensinya kaum miskin semakin bergantung pada orang kaya.
Dengan begitu semakin besar ketergantungan pada Feodalisme atau biasa disebut pengendali
dari struktur pendelegasi sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan.
Secara historis, ketentuan hukum araria pada masa colonial mulai dijalankan sejak
berdirinya VOC hingga masa penjajahan Jepang. Pada masa ini terdapat beberapa kebijakan
seperti :
1. Ketentuan bahwa pajak hasil atas tanah pertanian harus diserahkan kepada kompeni.
2. Ketentuan diputuskan oleh kompeni dengan para raja tentang kewajiban menyerahkan
seluruh hasil panen.
3. Kebijakan mengenai kerja rodi yang dibebankan kepada rakyat Indonesia yang tidak
mempunyai tanah pertanian.
Melalui perkembangan zaman hukum agraria semakin berkembang dan mengalami
pembaharuan hingga saat ini. Setelah kekuasaan VOC berakhir lalu terjadilah perubahan struktur
penguasaan dan pemilikan tanah dengan penjualan tanah, hingga menimbulkan tanah partikelir
sebagai akibat kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda melalui Gubernur
Herman Willem Dandles.
Selanjutnya pada zaman Hindia Belanda, hukum agraria dibentuk berdasarkan tujuan-
tujuan dari pemerintah Belanda dengan tujuan untuk mengembangkan penanaman modal asing
dibidang perkebunan atau pertanahan.
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah Hindia Belanda telah menciptakan pasal 51 dari
Indische Staatregeling dengan 8 ayat. Ke-8 ayat ini lalu dituangkan kedalam UU dengan nama
“Agrarche Wet”. Kemudian dikeluarkan keputusan raja dengan nama “Agrarisch Besluit” yang
dikeluarkan tahun 1870. Agrarisch Besluit ini dalam pasal 1 memuat suatu asas yang sangat
penting yaitu asas “Domein Verklaring” atau bisa disebut asas domein, yaitu asas “bahwa semua
tanah yang tidak bisa dibuktikan pemiliknya adalah domein Negara atau tanah milik Negara”.
Maka tanah Hindia Belanda dibagi menjadi dua jenis yaitu tanah Negara bebas (tanah yang
diatasnya tidak ada hak penduduk bumi putera) dan tanah Negara tidak bebas (tanah yang
diatasnya ada hak penduduk maupun desa). Untuk mengetahui bahwa hak rakyat Indonesia atas
tanahnya berdasarkan hukum adat, sedangkan dalam hukum adat tidak ada ketentuan hukum
yang sama dengan pasal 570 BW maka sekaligus semua tanah dari rakyat Indonesia termasuk
menjadi tanah Negara (domein Negara).
Selain AW, KUHPerdata yang berlaku di Indonesia merupakan KUHPerdata yang
berlaku di Belanda dengan beberapa perubahan diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas
konkordansi.
Setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 UU Agraria diatas segala peraturan
organiknya dan sejak lahirnya UUPA maka aturan UUPA yang ada di BW tidak berlaku. Ini
berarti bahwa dalam bidang hukum agraria atau bidang hukum pertanahan telah mencapai
keseragaman hukum.

ASAS-ASAS HUKUM AGRARIA


Dalam UUPA terdapat 11 asas dari hukum agraria nasional. Sebelas asas itu terdiri dari :
a. Asas Kenasionalan
Asas ini ditemukan dalam pasal 1 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UUPA. Yaitu :
1. Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan Tanah Air dari seluruh rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2. Seluruh bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional.
3. Hubungan antara bangsa Indonesia dengan bumi, air, dan ruang angkasa termasuk
dalam ayat 2 pasal ini adalah hubungan yang bersifat pribadi.
Maksud dari asas ini yaitu, seluruh tanah yang berada di wilayah Republik
Indonesia ini merupakan tanah milik rakyat Indonesia.
Tanah bangsa Indonesia ini merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah
amanah yang diberikan kepada bangsa Indonesia yang harus dijaga dan digunakan
sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat.
Hubungan antara bangsa Indonesia dengan bumi,air, dan ruang angkasa bersifat
abadi. Menandakan bahwa bangsa Indonesia selama masih hidup atau masih berada
dibumi dan pastinya berhubungan dengan air dan ruang angkasa maka tidak ada suatu
kekuasaanpun yang dapat memutuskan hubungan tersebut.
b. Asas dasar dikuasai Negara
Asas ini ditemukan dalam pasal 2 ayat (1) UUPA, yaitu :
“Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 UUD dan hal-hal sebagai yang dimaksud
dalam pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.”
Hal ini bertentangan dengan pasal 33 ayat 3 karena dalam arti dikuasai bukan
berarti dimiliki. Karena jika Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat yaitu
Negara dapat memberikan tanah kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak
menurut peruntukan dan keperluannya. Seperti, hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai, atau dikelola kepada suatu badan penguasa (departemen, jawatan,
atau derah swantantra) untuk digunakan pelaksanaan tugasnya masing-masing.
c. Asas pengakuan Hak Ulayat
Asas ini ditemukan didalam pasal 3 UUPA, yaitu :
“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan pasal 2, pelaksanaan hak
ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang
menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak
boleh bertentangan dengan UU dan peraturan-peraturan yang lebih tinggi.”
Maksudnya UUPA menetapkan bahwa pelaksanaan hak ulayat harus seuai dengan
kepentingan nasional dan Negara, berdasarkan atas persatuan bangsa dan tidak boleh
bertentangan dengan UU dan peraturan yang lebih tinggi. Kepentingan masyarakat
hukum harus tunduk pada kepentingan nasional dan Negara.
d. Asas semua hak atas tanah mempunyai fungsi social
Asas ini ditemukan didalam pasal 6 UUPA, yaitu :
“Semua hak atas tanah mempunyai fungsi social.”
Maksudnya penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat
haknya, sehingga dapat bermanfaat pula bagi kesejahteraan masyarakat dan Negara.
Tanah harus dipelihara sebaik-baiknya dan dicegah kerusakannya. Dan yang merawat
tidaklah hanya perseorangan atau pemegang haknya atas tanah, tetapi ditujukan pula
kepada setiap orang, badan hukum, atau instansi yang memiliki hubungan hukum dengan
tanah itu.
e. Asas tanah untuk kepentingan WNI
Artinya hanya warga Negara Indonesia yang mempunyai hak milik atas tanah. Asas ini
ditemukan didalam pasal 9 ayat (1) UUPA, yaitu :
“Hanya warga Negara Indonesia mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi,
air, dan ruang angkasa, dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan pasal 2.”
Asas ini juga ditemukan dalam pasal 21 ayat (1) UUPA, yaitu :
“Hanya warga Negara Indonesia dapat mempunyai hak milik.”
Maksud dari kedua pasal ini ialah bahwa hanya WNI lah yang menduduki subyek
hak milik. Orang yang berkewaranegaraan ganda artinya berkewarganegaraan Indonesia
disamping itu juga berkewarganegaraan sebagai WNA maka tidak mempunyai hak milik
atas tanah melainkan hanya dapat menggunakan hak pakai dan hak sewa bangunan
dengan jangka waktu yang sudah ditentukan.
f. Asas persamaan bagi setiap WNI (Unifikasi)
Asas ini ditemukan didalam pasal 9 ayat (2) UUPA, yaitu :
“Tiap-tiap WNI, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya,
baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.”
Dengan demikian tidak ada kemungkinan untuk membedakan memperoleh hak
atas tanah baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki status sebagai warga Negara
Indonesia, suku, maupun agama.
g. Asas tanah pertanian
Asas tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemiliknya dan
mencegah cara apapun yang bersifat pemerasan. Asas ini ditemukan didalam pasal 10
ayat (1) UUPA, yaitu :
“Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuai hak atas tanah pertanian pada
asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif, dengan
mencegah cara-cara pemerasan.”
Maksudnya setiap pemilik tanah pertanian harus diusahakan sendiri dan tanah
pertanian tidak boleh ditelantarkan oleh pemiliknya atau tanah tersebut tidak digunakan
sesuai dengan tujuan, sifat, dan keadaannya. Sebab tanah yang ditelantarkan merupakan
salah satu sebab terhapusnya hak atas tanah dan mengakibatkan hak atas tanah tersebut
kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara.
h. Asas perencanaan tata guna tanah
Asas ini ditemukan didalam pasal 2 ayat (2) huruf a UUPA, yaitu :
“Hak menguasai Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini member wewenang untuk
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan
bumi, air, dan ruang angkasa.”
Maksudnya dalam mencapai cita-cita bangsa dan Negara dalam bidang agraria,
perlu adanya rencana guna menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, dan persedian
bumi,air, dan ruang angkasa untuk kehidupan bangsa dan Negara. Dengan adanya
rencana maka penggunaan tanah dapat dilakukan secara beraturan dan dapat bermanfaat
bagi bangsa dan Negara.
i. Asas kesatuan hukum
Asas ini ditemukan didalam pasal 5 UUPA, yaitu :
“Hukum Agraria yang masih berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat,
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan
atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan
yang tercantum dalam UU ini dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu
dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.”
Maksudnya kesatuan hukum dalam hukum agraria yakni diwujudkan dengan
menjadikan hukum adat sebagai dasar pembentukan hukum tanah nasional karena rakyat
Indonesia sebagian besar masih menggunakan hukum adat
j. Asas jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum
Asas ini ditemukan didalam pasal 19 ayat (1) UUPA, yaitu :
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
peraturan pemerintah.”
Ditemukan juga dalam pasal 18 UUPA, yaitu :
“Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan
bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan member ganti rugi yang
layak dan menurut cara yang diatur dengan UU.”
Maksudnya dengan meletakkan dasar-dasar hukum untuk memberikan kepastian
hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluarah rakyat Indonesia dengan melalui
pembuatan peraturan perundang-undangan yang diperintahakan oleh UUPA.
k. Asas pemisahan horizontal
Asas ini ditemukan didalam pasal 44 ayat (1) UUPA, yaitu :
“Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia berhak
menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar
kepada pemiliknya, sejumlah uang sebagai uang sewa.”
Maksudnya dalam hak sewa untuk bangunan ada pemisah horizontal antara
pemilik tanah dengan pemilik bangunan.

HAK-HAK DALAM HUKUM AGRARIA


Hak-hak dalam Hukum Agraria diatur dalam UU no.5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria terdapat didalam BAB II pasal 16 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
(1) Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) ialah :
1. Hak milik
2. Hak guna usaha
3. Hak guna bangunan
4. Hak pakai
5. Hak sewa
6. Hak membuka tanah
7. Hak memungut hasil hutan
8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan
ditetapkan dengan UU serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang
disebutkan dalam pasal 53.
(2) Hak-hak atas air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (3)
ialah :
1. Hak guna air
2. Hak pemeliharaan dan penangkapan ikan
3. Hak guna ruang angkasa
1. Hak milik
Hak milik adalah hak yang bersifat turun temurun, terkuat, dan terpenuhi.
Maksudnya hak milik tidak hanya digunakan oleh pemilik selama masa hidupnya akan
tetapi dapat digunakan juga oleh ahli warisnya jika pemilik meninggal dunia. Hak milik
tidak memiliki batasan. Yang berhak mendapatkan hak milik atas tanah yaitu WNI baik
perempuan maupun laki-laki dan badan hukum tertentu yang mempunyai hak milik atas
tanah tersebut.
2. Hak guna usaha
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara
untuk guna perusahaan pertanian, perikanan, atau peternakan. Hak guna usaha memiliki
batasan terhadap peggunaan yaitu pada usaha pertanian, perikanan, dan peternakan dan
batas waktu yang ditentukan. Hak guna usaha untuk perseorangan minimal 5 Ha dan
maksimal 25 Ha, sedangkan untuk perusahaan atau badan hukum maksimal 5 Ha dan 25
Ha atau lebih. Guna mendapatkan permohonan terhadap perpanjangan hak guna usaha
dapat diajukan paling lama 2 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu hak guna usaha
tersebut.
3. Hak guna bangunan
Hak guna bangunan adalah hak yang dipakai untuk mendirikan suatu bangunan di
atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Yang
dapat memiliki hak guna usaha adalah WNI dan badan hukum yang berkedudukan di
Indonesia.
4. Hak pakai
Hak pakai adalah hak yang digunakan untuk mengambil hasil dari tanah yang
dikuasai oleh Negara atau tanah milik orang lain yang memiliki perjanjian dengan
pemilik tanah tanpa melakukan perjanjian sewa menyewa namun tidak bertentangan
dengan ketentuan UU. Hak pakai dapat digunakan selama jangka waktu yang ditentukan
atau selama tanah tersebut digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu. Yang dapat
memiliki hak pakai adalah WNI, orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan
hukum yang berkedudukan di Indonesia, dan badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia.
5. Hak sewa
Hak sewa adalah hak yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum untuk
mendirikan suatu bangunan diatas tanah milik orang lain dengan membayar uang sewa
dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Pembayaran sewa dapat dilakukan
dengan 1kali atau tiap waktu tertentu. Yang mempunyai hak atas hak sewa adalah WNI,
orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum yang berkedudukan di
Indonesia, dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
6. Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan sebenarnya bukan hak atas tanah
yang sesuai dengan arti yang sesungguhnya maksudnya hak ini bukan termasuk seperti
hak-hak yang dijelaskan seperti sebelumnya yang dapat digunakan oleh perseorangan
atau badan hukum.
Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan merupakan hak perwujudan dari
hak ulayat atau kewenangan dari hukum adat yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat
atas lingkungannya.
7. Hak-hak lain
Selain hak-hak yang sudah dijelaskan masih terdapat hak-hak atas tanah yang
bersifat sementara antara lain hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak
sewa tanah. Hak-hak tersebut bersifat sementara karena hak-hak tersebut tidak termasuk
kedalam asas-asa hukum tanah nasional. Hak gadai, hak usaha bagi hasil, dan hak sewa
tanah dianggap dapat membuka peluang pemerasan sedangkan hak menumpang juga
dianggap bertetangan dengan nilai-nilai hukum agraria karena mengandung unsur feodal
(kekuasaan yang dijalankan oleh kalangan bangsawan).
8. Hak guna air pemeliharaan dan penangkapan ikan
Hak guna air adalah hak untuk memperoleh air untuk keperluan tertentu serta
penggunaan air untuk pemeliharaan dan penangkapan ikan sesuai dengan peraturan
pemerintah.
9. Hak guna ruang angkasa
Hak guna ruang angkasa dipergunakan untuk tenaga dan unsure-unsur dalam
ruang angkasa guna mengembangkan kesuburan bumi, air serta kekayaan alam yang
berada di wilayah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai