7. Kode Etik IPPAT menentukan suatu lembaga yang mandiri dan bebas dari
keberpihakan dalam perkumpulan IPPAT yang mempunyai tugas dan/atau
kewajiban untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan penertiban maupun
pembenahan, serta mempunyai kewenangan untuk memanggil, memeriksa
dan menjatuhkan putusan, sanksi atau hukuman kepada anggota
perkumpulan IPPAT yang melakukan pelanggaran Kode Etik, apa nama
lembaga tersebut:
a. Dewan Kehormatan
b. Dewan Pengawas
c. Majelis Kehormatan
d. Majelis Pengawas
12. Dalam hal membuka kantor cabang atau perwakilan, maka PPAT:
a. Diperkenankan sebanyak 2 perwakilan dalam wilayah kerja
b. Tidak diperbolehkan
c. Dibebaskan dengan persyaratan jarak
d. Boleh dalam satu regional
13. Dalam hal seorang PPAT menghadapi dan/atau menemukan suatu akta yang
dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata di dalamnya terdapat kesalahan-
kesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien, maka PPAT tersebut
wajib:
a. Memberitahukan kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas
kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui,
melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan
terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.
b. Membiarkannya karena PPAT tidak boleh mengintervensi PPAT lain.
c. Menceritakannya kepada rekan-rekan lainnya.
d. Melaporkannya kepada Majelis Kehormatan Daerah, karena ini
merupakan pelanggaran Kode Etik.
14. Ketika masyarakat yang tidak mampu/miskin datang ke hadapan PPAT untuk
mendapatkan layanan pembuatan akta secara cuma-cuma, maka sikap
seorang PPAT:
a. Menolaknya, karena PPAT tidak wajib memberikan layanan secara Cuma-
Cuma.
b. Tetap meminta honorarium paling banyak 1% karena itu adalah hak
PPAT.
c. Menyarankan masyarakat tersebut untuk datang kepada PPAT senior.
d. Wajib memenuhinya.
15. Pengiriman kartu pribadi dari anggota perkumpulan IPPAT yang berisi ucapan
selamat pada kesempatan-kesempatan ulang tahun, kelahiran anak,
keagamaan, adat atau ucapan ikut berduka cita dan lain sebagainya yang
bersifat pribadi merupakan:
16. Memasang iklan dalam surat kabar, majalah berkala atau terbitan perdana
suatu kantor, perusahaan, biro jasa, biro iklan, baik berupa pemuatan nama,
alamat, nomor telepon, maupun berupa ucapan-ucapan selamat, dukungan,
sumbangan merupakan:
a. Perbuatan yang dilarang bagi seorang PPAT.
b. Perbuatan yang sekali-sekali boleh dilakukan, mengingat perlunya
memasarkan diri di era globalisasi.
c. Perbuatan yang wajib dilakukan oleh seorang PPAT, karena itu bentuk
dari bersosialisasi dengan masyarakat.
d. Perbuatan yang diperbolehkan karena itu merupakan pengecualian yang
tidak termasuk pelanggaran.
17. Perbuatan yang dilarang dalam Kode Etik IPPAT dibawah ini, kecuali:
a. Memasang papan nama dengan cara dan/atau bentuk di luar batas-batas
kewajaran dan/atau memasang papan nama di beberapa tempat di luar
lingkungan kantor PPAT yang bersangkutan.
b. Mengajukan permohonan, baik lisan maupun tertulis kepada instansi,
perusahaan, lembaga ataupun perseorangan untuk ditetapkan sebagai
PPAT dari instansi, perusahaan atau lembaga tersebut, dengan atau
tanpa disertai pemberian insentif tertentu, termasuk antara lain pada
penurunan tarif yang jumlahnya/besarnya lebih rendah dari tarif yang
dibayar oleh instansi, perusahaan, lembaga ataupun perseorangan
kepada PPAT tersebut.
c. Menempatkan pegawai atau asisten PPAT di satu atau beberapa tempat
di luar kantor PPAT yang bersangkutan, baik di kantor cabang yang
sengaja dan khusus dibuka untuk keperluan itu maupun di dalam kantor
instansi atau lembaga/klien PPAT yang bersangkutan, di mana
pegawai/asisten tersebut bertugas untuk menerima klien-klien yang akan
membuat akta, baik klien itu dari dalam dan/atau dari luar
instansi/lembaga itu, kemudian pegawai/asisten tersebut membuat akta-
akta itu, membacakannya atau tidak membacakannya kepada klien dan
menyuruh klien yang bersangkutan menandatanganinya di tempat
pegawai/asisten itu berkantor di instansi atau lembaga tersebut, untuk
kemudian akta-akta tersebut dikumpulkan untuk ditandatangani PPAT
yang bersangkutan di kantor atau di rumahnya.
d. Memperbincangkan pelaksanaan tugasnya dengan rekan sejawat
bilamana dianggap perlu.
20. Hubungan antara Kode Etik dengan sumpah jabatan, Peraturan Jabatan
PPAT dan AD/ART IPPAT
(1) Boleh menggar Kode Etik asalkan tidak melanggar sumpah jabatan
(2) Boleh melanggar Kode Etik asalkan tidak melanggar Peraturan Jabatan
PPAT
(3) Boleh melanggar Kode Etik asalkan tidak melanggar Anggaran Dasar
(4) Boleh melanggar Kode Etik asalkan tidak melanggar Anggaran Rumah
Tangga IPPAT
a. 1, 2, 3, dan 4 salah
b. 1, 2, 3, dan 4 salah
c. Hanya 1, 2, 3 yang benar
d. Hanya 1, dan 2 yang benar
28. Majelis Kehormatan Daerah dan Majelis Kehormatan Pusat merupakan alat
kelengkapan organisasi yang berwenang melakukan pemeriksaan atas
pelanggaran terhadap Kode Etik dan menjatuhkan sanksi kepada
pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing, hal ini dinyatakan
dalam Kode Etik IPPAT pada Pasal:
a. 7
b. 8
c. 9
d. 10
29. Apabila ada anggota perkumpulan IPPAT yang diduga melakukan
pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan tersebut berasal dari
pengetahuan Majelis Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan dari
Pengurus Wilayah ataupun pihak lain kepada Majelis Kehormatan Daerah,
maka Majelis Kehormatan Daerah wajib segera mengambil tindakan dengan
mengadakan sidang Majelis Kehormatan Daerah untuk membicarakan
dugaan terhadap pelanggaran tersebut, selambat-lambatnya dalam waktu:
a. 5 hari
b. 7 hari
c. 14 hari
d. 30 hari
31. Dalam hal usulan sanksi pemberhentian sementara atau pemecatan dari
keanggotaan PPAT, sebelum sanksi itu diputuskan maka:
(1) Majelis Kehormatan Daerah wajib berkonsultasi dengan Pengurus Pusat
(2) Majelis Kehormatan Daerah wajib berkonsultasi dengan Majelis
Kehormatan Pusat
(3) Majelis Kehormatan Daerah wajib berkonsultasi dengan Kepala Kantor
Pertanahan di wilayahnya
(4) Majelis Kehormatan Daerah Wajib berkonsultasi dengan Pengurus Daerah
34. Seorang klien merasa tidak puas dengan biaya pembuatan akta dan
kemudian membawa rancangan akta yang sudah disiapkan sebelumnya
tetapi tidak jadi diselesaikan. Seorang PPAT kemudian menerima permintaan
dari klien tersebut untuk membuat akta yang rancangannya telah disiapkan
PPAT lain. PPAT tersebut kemudian meminta izin pada PPAT yang
menyiapkan akta tersebut untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan klien.
(1) Tidak melanggar Kode Etik karena akta yang tidak jadi tersebut adalah
milik klien.
(2) Tidak melanggar Kode Etik karena klien datang dengan keinginan sendiri
dan tidak dibujuk untuk berpindah PPAT.
(3) Tidak melanggar Kode Etik apabila PPAT sebelumnya sudah memberikan
izin untuk menggunakan rancangan akta tersebut.
(4) Tidak melanggar Kode Etik apabila PPAT tersebut berada pada wilayah
kerja yang sama.
36. Apabila dalam hasil sidang Majelis Kehormatan Daerah terdapat dugaan kuat
pelanggaran Kode Etik, maka dalam waktu 7 hari setelah tanggal sidang
Majelis Kehormatan Daerah, PPAT dipanggil untuk dimintai keterangan dan
pembelaan dirinya, apabila PPAT tidak datang/memberikan kabar apapun
dalam waktu 7 hari setelah dipanggil Majelis Kehormatan, maka pemanggilan
setelah itu dilakukan paling banyak:
a. 1 kali lagi
b. 2 kali lagi
c. 3 kali lagi
d. 4 kali lagi
38. Sanksi pelanggaran Kode Etik dapat berupa tindakan dibawah ini, kecuali:
(1) Schorsing dari keanggotaan IPPAT
(2) Overneming
(3) Onzeting dari keanggotaan IPPAT
(4) Naasting
41. Dalam hal terjadi terjadi pengenaan sanksi pemecatan sementara, sanksi
pemecatan atau sanksi pemberhentian dengan tidak hormat atas
pelanggaran yang mutlak harus dikenai sanksi tersebut, maka:
(1) Majelis Kehormatan Daerah wajib memberitahukan hal tersebut kepada
Menteri ATR/Kepala BPN dengan tembusan kepada Mahkamah Agung
(2) Majelis Kehormatan Pusat wajib memberitahukan hal tersebut kepada
Menteri ATR/Kepala BPN dengan tembusan kepada Mahkamah Agung
(3) Pengurus Daerah wajib memberitahukan hal tersebut kepada Menteri
ATR/Kepala BPN dengan tembusan kepada Mahkamah Agung
(4) Pengurus Pusat wajib memberitahukan hal tersebut kepada Menteri
ATR/Kepala BPN dengan tembusan kepada Mahkamah Agung
43. Seorang PPAT marah kepada pejabah BPN karena proses penerbitan
sertifikat yang diajukan berjalan sangat lambat dan dikenai tambahan biaya
yang belum jelas pertanggungjawabannya.
a. Bukan pelanggaran Kode Etik karena kesalahan ada pada pihak BPN
b. Bukan pelanggaran Kode Etik karena pejabat BPN diduga melakukan
pungli
c. Termasuk pelanggaran Kode Etik karena PPAT wajib bersikap ramah
terhadap setiap pejabat
d. Termasuk pelanggaran Kode Etik karena PPAT tidak memberikan
pelayanan sebaik-baiknya kepada kliennya.
44. Agar masyarakat menyadari dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai
warga negara dan anggota masyarakat, khususnya di bidang pertanahan,
seorang PPAT berinisiatif melakukan penyuluhan hukum pertanahan kepada
masyarkat.
a. Termasuk pelanggaran Kode Etik karena dianggap sebagai promosi
layanan PPAT tersebut
b. Termasuk pelanggaran Kode Etik apabila tidak menarik bayaran atas
penyuluhan hukum tersebut
c. Bukan pelanggaran Kode Etik asalkan peserta penyuluhan hukum
membayar biaya penyuluhan
d. Bukan pelanggaran Kode Etik karena merupakan salah satu kewajiban
PPAT.
45. Agar klien dapat memahami isi akta dengan baik dan benar, PPAT membuat
akta dalam bahasa daerah yang lazim digunakan sebagai bahasa komunikasi
sehari-hari di wilayah tersebut.
a. Termasuk pelanggaran Kode Etik karena tidak berbahasa Indonesia
secara baik dan benar
b. Termasuk pelanggaran Kode Etik karena menurunkan martabat PPAT
secara nasional
c. Bukan pelanggaran Kode Etik karena memberikan pelayanan sebaik-
baiknya kepada para pihak
d. Bukan pelanggaran Kode Etik karena bertujuan agar dapat dipahami
dengan baik dan benar.
47. Dalam rangka melayani sebuah bank dengan lebih baik dan lebih cepat
seorang PPAT menempatkan pegawainya di kantor bank tersebut untuk
membuat akta yang ditandatangani klien di kantor bank itu untuk kemudian
diselesaikan dengan ditandatangani oleh PPAT di kantornya sendiri sehingga
proses pembuatan akta dapat dilakukan dengan cepat.
(1) Tidak melanggar kode etik, karena memudahkan klien bank dalam
membuat akta.
(2) Tidak melanggar kode etik, karena persaingan usaha yang tidak sehat.
(3) Tidak melangar kode etik karena mempercepat pembuatan akta yang
dibutuhkan klien bank.
(4) Melanggar kode etik.
a. Hanya 1 yang benar
b. Hanya 1 dan 3 yang benar
c. Hanya 1,2 dan 3 yang benar
d. Hanya 4 yang benar
48. Seorang PPAT menemukan suatu akta yang dibuat oleh PPAT lain terdapat
kesalahan yang serius yang dapat membahayakan klien yang bersangkutan.
(1) PPAT tersebut melaporkan kepada PPAT sejawat yang membuat akta
salah tersebut supaya tidak terjadi masalah yang lebih besar
(2) PPAT tersebut melaporkan kepada Majelis Kehormatan Daerah atas
dugaan pelanggaran Kode Etik dalam pembuatan akta yang salah
(3) PPAT tersebut menjelaskan kepada klien mengenai hal-hal yang salah
dan cara memperbaikinya
(4) PPAT tersebut tidak perlu mencapuri urusan akta yang dibuat oleh PPAT
lain
49. Seorang PPAT menemukan kesalahan subtansial dalam akta yang dibuat
oleh PPAT yang lain yang dapat membahayakan PPAT dan kliennya yang
membuat akta tersebut, yang wajib dilakukan PPAT yang menemukan
kesalahan itu adalah:
(1) Memberitahukan kesalahan dalam akta tersebut secara menggurui
(2) Mempersalahkan akta yang dibuat oleh PPAT sejawat tersebut
(3) Memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang salah tersebut secara
menggurui
(4) Memberikan penjelasan mengenai cara memperbaiki kesalahan-
kesalahan tersebut
50. Ada berapa macamkah bentuk sanksi-sanksi yang dapat dijatuhkan kepada
anggota IPPAT yang melanggar kode etik:
a. 4
b. 5
c. 6
d. 7
Soal Esay