Kode etik adalah suatu pola, aturan, tata cara, tanda, pedoman etis di dalam
melakukan suatu kegiatan ataupun suatu pekerjaan.
Kode etik notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan
Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “Perkumpulan”
berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan
yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan
dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk
didalamnya para Pejabat Sementara Notaris, dan Notaris Pengganti. (Pasal 1 Angka
2 Kode Etik Notaris INI)
2. Batas kewajaran dalam pembuatan akta oleh Notaris sebagai anggota
Perkumpulan adalah 20 (dua puluh) akta per hari. Apabila Notaris akan membuat
akta melebihi 20 (dua puluh) akta per hari dalam satu rangkaian perbuatan hukum
yang memerlukan akta yang saling berkaitan, dan/atau akta-akta lainnya,
sepanjang yang dilakukan sesuai dengan UUJN, tata cara pembuatan akta Notaris,
Kode Etik Notaris, kepatutan dan kepantasan serta peraturan perundang-undangan
lainnya. (Pasal 2 ayat 1 dan 2 Peraturan Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris
Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Batas Kewajaran Jumlah Pembuatan
Akta Perhari)
3. Perbedaan pasal 66 UUJN lama dengan UUJN baru adalah:
- Pada Pasal 66 UUJN lama mengatur bahwa Untuk kepentingan proses
peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim harus dengan persetujuan
Majelis Pengawas Daerah.
- Pada Pasal 66 UUJN baru mengatur bahwa Untuk kepentingan proses
peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim harus dengan persetujuan
Majelis Kehormatan Notaris.
4. Yang melatarbelakangi dilakukan Kongres Luar Biasa Banten 2015 bahwa akan
dilakukan perubahan anggaran dasar/anggaran rumah tangga dikarenakan telah
dilakukan perubahan peraturan jabatan notaris dari Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan
Notaris.