Anda di halaman 1dari 6

Majelis Kehormatan Notaris Majelis Pengawas Notaris Dewan Kehormatan Notaris

Dasar Hukum 1. Pasal 66 dan 66A UUJN 1. Pasal 67 UUJN 1. Pasal 8 Kode Etik Jabatan Notaris Kongres
2. Peraturan Menteri Hukum dan 2. Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia, 29-30
Hak Asasi Manusia Republik Mei 2015
Indonesia Nomor 7 Tahun 2016
tentang Majelis Kehormatan
Notaris

Fungsi, Tugas, dan Fungsi: melakukan pembinaan dan Fungsi : menegakkan Kode Etik, harkat dan
pengawasan terhadap notaris. martabat Notaris yang bersifat mandiri dan bebas
Kewenangan dari keberpihakan dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya dalam Perkumpulan (Pasal 1 angka
8).
Tugas: Tugas Dewan Kehormatan :
1. Majelis Kehormatan Notaris 1. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan dan
Pusat mempunyai tugas melaksanakan penegakkan Kode Etik, harkat dan martabat
pembinaan terhadap Majelis Notaris.
Kehormatan Wilayah yang berkaitan 2. Memeriksa anggota yang diduga melakukan
dengan tugasnya. Dalam mengawasi, pelanggaran terhadap Kode Etik.
Majelis Kehormatan Pusat melakukan 3. Menjatuhkan sanksi kepada anggota yang
pengawasan terhadap Majelis melanggar Kode Etik sesuai dengan kuantitas
Kehormatan Notaris Wilayah; dan kualitas pelanggaran yang dilakukan
2. Majelis Kehormatan Notaris anggota tersebut.
memiliki tugas:
a. melakukan pemeriksaan terhadap
permohonan yang diajukan oleh
penyidik, penuntut umum, dan
hakim; dan
b. memberikan persetujuan atau
penolakan terhadap permintaan
persetujuan pemanggilan Notaris
untuk hadir dalam penyidikan,
penuntutan, dan proses peradilan.
c. Pembinaan terhadap Notaris untuk
menjaga martabat dan kehormatan
Notaris dalam menjalankan profesi
jabatannya; dan memberikan
perlindungan kepada Notaris
terkait dengan kewajiban Notaris
untuk merahasiakan isi Akta
Kewenangan: Kewenangan Dewan Kehormatan Pusat :
1. Untuk melakukan pemeriksaan 1. Memutuskan dan menjatuhkan sanksi terhadap
terhadap Notarus yang dimintakan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota biasa
persetujuan kepada MKN wilayah (dari Notaris aktif) Perkumpulan terhadap
oleh penyidik, penuntut umum, atau pelanggaran norma susila atau perilaku yang
hakim; merendahkan harkat dan martabat notaris, atau
2. Untuk memberikan persetujuan (atau perbuatan yang dapa tmengurangi kepercayaan
penolakan) kepada penyidik, masyarakat terhadap notaris (Pasal 6 ayat 3).
penuntut umum atau hakim dalam 2. Memberikan rekomendasi disertai usulan
proses penyidikan untuk: pemecatan sebagai notaris kepada Menteri
a. Mengambil fotokopi Minuta Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Akta dan/atau surat-surat yang Indonesia (Pasal 6 ayat 8).
dilekatkan pada Minuta Akta 3. Memberikan penerangan kepada anggota dan
atau Protokol Notaris dalam masyarakat tentang Kode Etik (Pasal 15).
penyimpanan Notaris; dan
b. Memanggil Notaris untuk hadir
dalam pemeriksaan yang
berkaitan dengan Akta atau
Protokol Notaris yang berada
dalam penyimpanan Notaris
Tata cara pemeriksaan Pemeriksaan terhadap notaris dilakukan Dewan Kehormatan Daerah (DKD)/ Dewan
oleh majelis pemeriksaan yang dibentuk Kehormatan Wilayah (DKW)/ Dewan Kehormatan
apabila melanggar oleh MKN Wilayah bila ada surat Pusat (DKP) dapat mencari fakta atas dugaan
permohonan tertulis yang diajukan oleh pelanggaran kode etik oleh anggota atas prakarsa
kode etik penyidik, penuntut umum, atau hakim sendiri atau setelah menerima pengaduan secara
untuk mengambil minuta akta atau tertulis dari anggota atau orang lain yang disertai
protokol Notaris dan pemanggilan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa telah terjadi
notaris. Adapun tata cara yang dilalui dugaan pelanggaran kode etik.
adalah:
1. Permohonan tertulis oleh Pemeriksaan pada Tingkat Pertama (Pasal 9)
penyidik, penuntut umum, atau 1. DKD/DKW/DKP selambat-lambatnya dalam
hakim. waktu 14 hari kerja setelah menemukan fakta
2. Pemeriksaan terhadap notaris dugaan pelanggaran wajib memanggil secara
yang dimintakan persetujuan tertulis anggota yang bersangkutan untuk
kepasa MKN Wilayah oleh memastikan terjadinya pelanggaran kode etik
penyidik, penuntut umum, atau dan memberi kesempatan kepada yang
hakim; bersangkutan untuk memberi penjelasan dan
3. Pemberian persetujuan atau pembelaan.
penolakan terhadap permintaan 2. Pemanggilan dilakukan selambat-lambatnya 14
persetujuan pengambilan hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan. Dalam
fotokopi minuta akta dan/atau hal anggota tidak hadir maka Dewan
surat-surat yang dilekatkan pada Kehormatan yang memeriksa akan memanggil
minuta akta atau protokol untuk kedua kalinya dalam waktu 14 hari kerja
Notaris dalam penyimpanan setelah pemanggilan pertama, dan jika masih
Notaris; dan tidak hadir akan dilakukan pemanggilan
4. Pemberian persetujuan atau kembali selambat-lambatnya 14 hari kerja
penolakan terhadap permintaan setelah pemanggilan kedua.
persetujuan pemanggilan 3. Jika anggota yang dimaksud tetap tidak hadir
Notaris untuk hadir dalam maka Dewan Kehormatan yang memeriksa
penyidikan, penuntutan, dan tetap bersidang dan menentukan keputusan
proses peradilan yang berkaitan dan/atau penjatuhan sanksi sebagaimana diatur
dengan akta atau protokol dalam Pasal 6.
Notaris yang berada dalam 4. Berdasarkan hasil pemeriksaan dibuat Berita
penyimpanan Notaris. Acara Pemeriksaan yang ditandatangani oleh
anggota yang bersangkutan. Dalam hal anggota
tersebut tidak bersedia tanda tangan maka
cukup ditandatangani oleh Dewan Kehormatan
yang memeriksa.
5. Jika tidak terbukti melakukan pelanggaran
maka Dewan Kehormatan memulihkan nama
anggota yang bersangkutan.
6. Dewan Kehormatan yang memeriksa wajib
mengirimkan Surat Keputusan kepada anggota
yang diperiksa dengan surat tercatat dan
tembusannya kepada Pengurus Pusat, Dewan
Kehormatan Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan
Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah dan
Dewan Kehormatan Daerah.
7. Dalam hal keputusan sanksi diputuskan oleh
dan dalam Kongres, maka wajib diberitahukan
oleh Kongres kepaa anggota yang diperiksa
dengan surat tercatat dan tembusannya kepada
Pengurus Pusat, DKP, Pengurus Wilayah,
DKW, Pengurus Daerah dan DKD.
8. Dalam pemeriksaan dan pengambilan
keputusan sidang harus tetap menghormati dan
menjunjung tinggi martabat anggota yang
bersangkutan, menjaga suasana kekeluargaan,
dan merahasiakan segala hal yang
ditemukannya.
9. Sidang pemeriksaan dilakukan secara tertutup,
sedangkan pembacaan keputusan dilakukan
secara terbuka.
10. Sidang Dewan Kehormatan yang memeriksa
adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari satu-per-
dua jumlah anggota. Apabila tidak tercapai
kuorum maka sidang diundur 30 menit. Jika
setelah 30 menit belum tercapai kuorum, maka
sidang dianggap sah dan dapat mengambil
keputusan yang sah.
11. Setiap anggota Dewan Kehormatan yang
memeriksa mempunyai hak untuk mengelurkan
satu suara.
Dalam hal belum terbentuk DKD, tugas dan
kewenangan DKD dilimpahkan kepada DKW.

Keputusan Dewan Kehormatan berupa


teguran atau peringatan tidak dapat diajukan
banding, sedangkan sanksi pemberhentian
sementara atau pemberhentian dengan hormat atau
pemberhentian dengan tidak hormat dari
keanggotaan Perkumpulan dapat diajukan banding
ke DKP.
Keputusan DKP tingkat pertama berupa
pemberhentian sementara atau pemberhentian
dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak
hormat dari keanggotaan Perkumpulan dapat
diajukan banding ke Kongres.

Pemeriksaan pada Tingkat Banding (Pasal 10)


1. Permohonan banding diajukan paling lambat 30
hari kerja setelah tanggal penerimaan surat
putusan penjatuhan sanksi dari DKD/DKW.
2. Permohonan banding dikirimkan dengan surat
tercatat atau dikirim langsung kepada DKP dan
tembusannya kepada Pengurus Pusat, Pengurus
Wilayah, DKW, Pengurus Daerah, dan DKD.
3. Dalam waktu 14 hari Dewan Kehormatan yang
memutus sanksi wajib mengirim semua
salinan/fotocopy berkas pemeriksaan kepada
DKP.
4. Setelah permohonan banding diterima, DKP
memanggil anggota yang bersangkutan
selambatnya 14 hari kerja setelah menerima
permohonan tersebut untuk didengar
keterangan dan diberi kesempatan membela diri
dalam sidang DKP.
5. DKP wajib memutuskan permohonan banding
paling lambat 30 hari kerja setelah anggota
yang bersangkutan diperiksa pada sidang
terakhir.
6. DKP wajib mengirimkan Surat Keputusan
kepada anggota yang bersangkutan dan
tembusannya kepada Pengurus Pusat, Pengurus
Wilayah, DKW, Pengurus Daerah, dan DKD
selambatnya 14 hari kerja setelah tanggal Surat
Keputusan.

Dalam hal permohonan banding diajukan kepada


Kongres
1. Permohonan banding diajukan oleh anggota
yang bersangkutan dalam waktu 30 hari kerja
sebelum Kongres diselenggarakan dengan surat
tercatat atau dikirim langsung oleh anggota
kepada Presidium Kongres melalui Sekretariat
Pengurus Pusat dan tembusannya kepada
Pengurus Pusat, DKP, Pengurus Wilayah,
DKW, Pengurus Daerah dan DKD.
2. Dewan Kehormatan yang memutus sanksi
selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah
menerima surat tembusan permohonan banding
mengirim semua salinan/fotocopy berkas
pemeriksaan kepada Presidium Kongres
melalui Sekretariat Pengurus Pusat.
3. Kongres wajib mengagendakan pemeriksaan
terhadap anggota yang bersangkutan untuk
didengar keterangannya dan diberikan
kesempatan membela diri dalam Kongres.
4. Kongres wajib memutuskan permohonan
banding dalam Kongres tersebut.
5. Kongres melalui DKP wajib mengirimkan Surat
Keputusan kepada anggota yang diperiksa
dengan surat tercatat dan tembusannya kepada
Pengurus Pusat, DKP, Pengurus Wilayah,
DKW, Pengurus Daerah dan DKD.

Pengurus Pusat wajib mencatat setiap


keputusan DKD/DKW/DKP/Kongres yang telah
berkekuatan hukum tetap dalam buku daftar
anggota Perkumpulan. Dan pengenaan sanksi
pemberhentian sementara atau pemberhentian
dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak
hormat dari keanggotaan Perkumpulan terhadap
pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 6 Kode
Etik wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat
kepada Majelis Pengawas Daerah dan tembusannya
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Anda mungkin juga menyukai