TERHADAP
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2014
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004
TENTANG JABATAN NOTARIS
REKYAN PANDANSARI
NIM. 125010100111002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.;
6. Pasal 8 tetap;
7. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf d diubah dan ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf
e : sedang menjalani masa penahanan.;
8. Pasal 10 tetap;
9. Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
a. Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib mengambil
cuti.
b. Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama Notaris memangku
jabatan sebagai pejabat negara.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai cuti Notaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
10. Pasal 12, pasal 13, pasal 14 tetap.
11. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 15 diubah
12. Ketentuan Pasal 16 diubah
13. Di antara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 16A
14. Ketentuan Pasal 17 diubah
15. Pasal 18 tetap;
16. Ketentuan Pasal 19 diubah;
17. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 20 diubah serta ayat (3) dihapus;
18. Pasal 21 tetap;
19. Ketentuan Pasal 22 diubah;
20. Pasal 23 sampai pasal 31 tetap;
21. Ketentuan Pasal 32 ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (4);
42. Ketentuan ayat (1) Pasal 66 diubah dan ditambah 2 (dua) ayat, yakni ayat (3) dan ayat (4);
43. Di antara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 66A;
44. Ketentuan ayat (3) dan ayat (6) Pasal 67 diubah;
45. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 69 diubah dan di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan
1 (satu) ayat, yakni ayat (2a);
46. Ketentuan Pasal 73 ayat (1) huruf a dan huruf e diubah serta huruf g dihapus;
47. Ketentuan Pasal 81 diubah;
48. Ketentuan ayat (2) Pasal 82 diubah dan ditambah 3 (tiga) ayat, yakni ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5);
49. Ketentuan Bab XI dihapus dan Ketentuan Pasal 88 diubah;
50. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 91A dan Pasal 91B;
Selain itu, dalam pasal 1 Undang-Undang nomor 2 tahun 2014 yang memuat
ketentuan umum, tidak dapat ditemui pengertian dari Majelis Kehormatan Notaris.
Seharusnya, menurut saya pengertian dari Majelis Kehormatan Notaris di masukkan
ke dalam pasal 1 ketentuan umum Undang-Undang nomor 2 tahun 2014 karena
ketentuan umum memuat pengertian dari istilah-istilah yang akan sering dibahas dan
disebut dalam undang-undang tersebut. Dalam pasal 1 Undang-undang nomor 2 tahun
2014 tersebut hanya memuat pengertian dari Majelis Pengawas Notaris, angka 6
bahwa Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan
dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.
Kemudian, Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyebutkan juga
bahwa Notaris sebagai Pejabat Umum1 memiliki kewenangan untuk membuat akta
otentik. Akta bisa disebut otentik harus memuat kebenaran formal sesuai dengan apa
yang diberitahukan para pihak kepada notaris 2. Karenanya, sudah seharusnya
perlindungan hukum terhadap notaris dibutuhkan dalam menjalankan jabatannya
selaku pejabat umum.
"Notaris mempunyai kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam
Akta Notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para
pihak, yaitu dengan cara membacakannya, sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris,
serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penandatangan akta." Dengan
demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak
menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya.3
Kewenangan yang dimiliki oleh Majelis Kehormatan Notaris adalah
merupakan kewenangan procedural, karena kewenangan Majelis Kehormatan Notaris
tersebut berasal dari peraturan perundang-undangan. Utamanya adalah UndangUndang Jabatan Notaris. Sedangkan dalam hal pelaksanaan berbagai wewenangnya,
Majelis Kehormatan Notaris harus memperhatikan berbagai syarat pelaksanaan yang
dinyatakan dalam peraturan perundangan.
1 Pasal 1868 KUHPerdata.
2 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris bagian I. Umum, paragraph kelima.
3 Ibid.
2) Kedua, Salah satu pasal yang dianggap kurang tepat dan mengecewakan adalah soal
jangka waktu magang notaris. Para calon notaris sebagian tak menyukai masa magang
menjadi 24 bulan. Calon notaris berpikir tak ada guna magang selama 2 tahun. Hingga
muncullah pemikiran bahwa perpanjangan masa magang adalah salah satu bentuk
moratorium terselubung.
Pasal lain yang sempat menjadi perhatian adalah ketentuan mengenai sidik jari.
Terdengar sederhana, tetapi tidak dalam praktiknya. Para notaris kebingungan jari-jari
mana saja yang harus diambil sidik jarinya dan bagaimana mekanisme penggunaan sidik
jari secara elektronik. Bahkan sempat terlontar jika notaris disamakan dengan pemeriksa
para criminal
3) Selain pasal-pasal tersebut, banyak pasal yang berbeda antara ketentuan yang baru
dengan yang lama. Ada 44 pasal yang mengalami amandemen, baik berupa perubahan,
penambahan, maupun penghapusan. Hal ini juga patut diperhatikan sebab implikasi
hukumnya menjadi berbeda. Dapat di simak di bawah ini pasal-pasal yang perbedaannya
cukup krusial antara ketentuan lama dengan yang baru:
No
.
1
Perbedaan
UU No 30 Tahun
Notaris
2004
Diatur di Pasal 1
Pengganti
angka 4.
Khusus
UU No 2 Tahun
2014
Dihapus
Implikasi
Tugas Notaris Pengganti
Khusus adalah membuat
akta tertentu sebagaimana
yang disebutkan dalam
surat penetapannya
sebagai notaris karena
hanya ada seorang notaris
di satu kabupaten
tersebut. Sementara itu,
UUJN melarang notaris
yang bersangkutan untuk
membuat akta yang
dimaksud dalam surat
penetapan itu. Sehingga
berdasarkan UUJN yang
Masa Magang
Pasal 3 huruf f
Berubah menjadi
Notaris
menyatakan masa
24 bulan
magang hanya 12
bulan berturut-turut
berturut-turut.
Perpanjangan
masa memulai
dalam jangka
menjalani
pengambilan
kewajiban
pengambilan
sumpah.
mengenakan sanksi
notaris
sumpah.
sebagaimana
peringatan tertulis;
diatur dalam
pemberhentian sementara;
Pasal 7 ayat
pemberhentian dengan
(1) seperti
hormat; atau
menyampaikan
pemberhentian dengan
alamat kantor,
tidak hormat.
contoh tanda
tangan, dan
stempel, serta
menyampaikan
berita acara
sumpah.
Pelekatan
Tidak diatur
Sidik Jari di
Minuta Akta
Larangan
Rangkap jabatan
Rangkap jabatan
Kewenangan Notaris
rangkap
yang di larang
yang di larang
melakukan pekerjaan
adalah di luar
PPAT atau
wilayah jabatan
tempat kedudukan
Pejabat Lelang
Notaris (Pasal 17
Notaris
boleh dilakukan di
Kelas II
huruf g).
huruf g).
Bentuk usaha
Diubah menjadi,
sanksi.
Dengan perubahan dari
yang
mengatur bahwa
notaris dapat
perserikatan perdata ke
dijalankan
Notaris dapat
menjalankan
persekutuan perdata,
notaris
menjalankan
jabatannya dalam
jabatannya dalam
bentukpersekutuan
bentukperserikata
perdata.
beberapa notaris
n perdata.
berupaya juga
mengatur hal ini.
7
Bahasa Akta
Penggunaan bahasa
sebagaimana
digunakan adalah
digunakan
Indonesia dalam
diatur dalam
bahasa Indonesia.
adalahwajib Bahas
Pasal 43.
a Indonesia. Jika
pihak
menghendaki, akta
menghendakinyase
melunak dengan
panjang undang-
bahasa asing.
diperbolehkannya
undang tidak
menentukan lain.
menentukan lain.
Sehingga, akta apa saja
sepanjang para pihak
menghendaki dapat
menggunakan bahasa
asing.
perlu diperhatikan, UU
Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa,
Lambang Negara dan
Lagu Kebangsaan. Bisa
jadi kontrak yang dibuat
secara notaril dimintakan
pembatalannya di muka
8
Wewenang
Wewenang untuk
Kewenangan
hakim.
Untuk kepentingan proses
suatu badan
memberikan
tersebut berada di
peradilan, penyidik,
dalam
persetujuan kepada
tangan Majelis
memberikan
Penyidik, penuntut
Kehormatan
persetujuan
mengambil fotokopi
kepada
untuk due
penyidik
processberada di
dalam due
tangan Majelis
process
Pengawas Daerah.
persetujuan Majelis
Sebagaimana
diatur dalam
Pasal 66
Wadah
Pasal 82 hanya
Tertulis dengan
Kehormatan.
Organisasi di luar INI
Tunggal
menyebutkan
jelas wadah
tidak diakui
notaris berhimpun
tunggal yang
eksistensinya.
dimaksud adalah
organisasi.
Ikatan Notaris
Indonesia (INI).
Ketentuan lain yang sempat menjadi perdebatan hangat di kalangan notaris adalah
mengenai Pasal 15 ayat (2) huruf f, yaitu notaris memiliki kewenangan untuk membuat
akta yang berkaitan dengan pertanahan. Isu ini sedikit panas karena terjadi perebutan
kewenangan antara Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dengan Notaris. Sebab, klausula
ini dianggap dapat mematikan profesi PPAT.
Untuk kewenangan yang bersumber pada Pasal 1868 KUHPerdata diejawantahkan
pada Pasal 15 ayat (1) UUJN, sedangkan kewenangan notaris yang berasal dari UUJN
adalah kewenangan-kewenangan yang tercantum dalam Pasal 15 ayat (2) termasuk
kewenangan untuk membuat akta di bidang pertahanahan tersebut.
4) Analisa pasal sanksi
Pasal-pasal yang memuat sanksi itu adalah Pasal 7 ayat (2); Pasal 16 ayat (11),
ayat (12), ayat (13); Pasal 17 ayat (2), Pasal 19 ayat (2); Pasal 32 ayat (4); Pasal 37 ayat
(2); Pasal 54 ayat (2), dan Pasal 65A. Pelanggaran terhadap pasal-pasal tersebut dikenakan
sanksi yang dimulai dari peringatan tertulis hingga pemberhentian tidak hormat.
Sementara itu, terhadap notaris yang melakukan kesalahan sehingga menyebabkan
kekuatan pembuktian akta berubah menjadi akta di bawah tangan, para pihak dapat
meminta ganti rugi kepada notaris yang bersangkutan. Hal itu dapat terjadi apabila notaris
melanggar Pasal 41 yaitu tidak melaksanakan Pasal 38, 39, dan 40; Pasal 44 ayat (5); Pasal
48 ayat (3), Pasal 49 ayat (4), Pasal 50 ayat (5), dan 51 ayat (4).
Jika dibandingkan dengan ketentuan yang lama, ketentuan mengenai sanksi
diatur dalam bab tersendiri, bukan pasal per pasal. Untuk sanksi berupa peringatan tertulis
hingga pemberhentian tidak hormat, dijerat kepada notaris yang melanggar Pasal 7, Pasal
16, 17, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58, dan Pasal 63.
Saya kurang setuju dengan banyaknya aturan mengenai sanksi dalam UU Jabatan
Notaris ini. Menurut saya, ada beberapa aturan yang tidak perlu diatur secara tegas
mengenai pemberian sanksinya. Contohnya adalah pencantuman mengenai ganti rugi.
Meskipun demikian, hal ini juga dapat memudahkan pihak yang dirugikan dalam hal
pembuktian. Penggugat dinilai menjadi mudah dalam membuktikan unsur kesalahan si
notaris ketika melakukan kesalahan. Sebenarnya tidak perlu dicantumkan karena otomatis
melanggar Pasal 1365 KUHPerdata, karena ada lex generalisnya.