Anda di halaman 1dari 9

Hukum agraria

Sejarah Pengaturan hukum agraria sebelum dan


sesudah emerdekaan
A. Sejarah hukum agraria masa colonial
1. Sebelum berlakunya agrarische wet (sebelum 1870)
2. Setelah berlakunya agrarische wet (1870-1945)
B. Sejarah hukum agraria masa kemerdekaan
1. Sebelum berlakunya UUPA (1945-1960)
2. Setelah berlakunya UUPA (1960-sekarang)

 Beberapa Prinsip Dalam Hukum Agraria Kolonial (Penjajah)


o Pasal 62 ayat (1), (2), (3) regering reglement (RR) 1854.
Ayat (1) : guberbur jenderal tidak boleh menjual tanah
Ayat (2) : dalam larangan diatas tidak termasuk tanah-tanah yang tidak luas yang
diperuntukan bagi perluasan kota dan desa serta pembangunan usaha kerajinan.
Ayat (3) : gubernur jenderal dapat menyewakan tanah menurut ketentuan yang
ditetapkan dengan ordonansi, kecuali terhadap tanah-tanah kepunyaan orang-orang pribumi.
Penyewaan tanah untuk swasta asing.

 Agrarische Wet (AW) 1870


Undang-Undang (Wet) yang dibuat di Belanda tahun 1870 yang diundangkan dalam staatsblad
1870 No.55 sebagai tambahan atas pasal 62 ayat 1,2,3 (RR) jadi 8 ayat (dengan penambahan ayat
4,5,6,7,8).

1. Latar belakang lahirnya AW


AW lahir atas desakan para pengusaha swasta asing (Eropa/belanda) yang menanamkan
modalnya di Hindia Belanda, sebab dengan adanya pasal 62 ayat 1,2 dan 3 RR, mereka
sulit mendapatkan tanah yang luas dengan jangka waktu yang lama dan hak atas tanah
yang kuat.
2. Tujuan dibentuknya AW 1870
Untuk membuka kemungkinan dan memberi jaminan hak pada para pengusaha swasta
asing dalam menanamkan modalnya di hindia Belanda. Dengan cara membe
 Agrarische besluit / agraris beslah (S. 1870-118)

Pasal 1 : “semua tanah yang tidak dapat dibuktikan kepemilikan si pemegangnya adalah
domein (milik) Negara.” Pernyataan ini dikenal dengan sebutan asas domein verklaring.

 Perbedaan antara UUPA dengan Hindia-belanda :


UUPA : Negara bukan menguasai, melainkan hanya mengelola untuk kesejahteraan
rakyat (pasal 33 ayat (3) UUD 1945). Sedangkan hindia-belanda Negara bisa berbuat apa
saja pada tanah.

Pasal 6 UUPA : hak fungsi sosial atas tanah.

 Ada dualisme hukum tanah yang terjadi pada wakt zaman kolonial
1. Hak tanah adat yang berlaku untuk orang pribumi.
Hak tanah adat mengenal :
a. Hak ulayat, yaitu hak dari masyarakat adat untuk mengambil manfaat untuk
kesejahteraan.
b. Hak komunal
c. Hak milik agraris (agrarische eigendom)
2. Hak tanah barat yang berlaku untuk orang barat.

Hak tanah barat mengenal :


a. Hak eigendom : sosialis individualistis (untuk kepentingan individu). Hak milik
b. Hak erfpacht : hak guna usaha (tanah tani dan perkebunan)
c. Hak opstal : hak guna bangunan.

Dualism mengakibatkan ketidak pastian hak tanah adat.


1. Jaminan hak tanah adat adalah hak gadai.
2. Jaminan hak tanah barat adalah hak hipotik.
Hipotik atas tanah dicabut dengan berlakunya UU no. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan
kecuali hipotik atas kapal.

 Dari segi kepastian


1. Tanah-tanah barat didaftarkan. Terdapat lembaga kadaster (petugas, peraturan mengenai
balik nama), BPN.
2. Tanah-tanah adat tidak didaftarkan, sehingga tidak dapat dibuktikan sebagai tanah
menjadi domein (milik) Negara.

REKONSTRUSI & REKONSEPTUALISASI HAK-HAK ATAS TANAH

1. Hak public : hak bangsa, hak ulayat, hak menguasai Negara atas tanah.
2. Hal privat : hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak sewa, hak pakai, hak
keperdataan.
Hak bangsa adalah hak masyarakat Indonesia yang bersifat kekal dan abadi dan akan ada
selama Indonesia berdiri (seluruh masyarakat adalah pemilik kekayaan alam Indonesia).

Hak bangsa (pasal 1 UUPA)


1. Ruang lingkup : seluruh wilayah kesatuan tanah air rakyat Indonesia.
2. Hak bangsa : hak penguasaan atas tanah tertinggi, bersifat abadi, dan merupakan induk
bagi hak penguasaan yang lain atas tanah.
3. Pelaksanaan hak bangsa ditugaskan pada Negara sebagai organisasi kekuasaan bangsa
yang tertinggi dengan hak menguasai dari Negara.
4. Hak bangsa, hak menguasai Negara atas tanah, hak ulayat, hak pengelola, hak-hak
individu.

Hak menguasai Negara


Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 amd. IV.
1. Instrument : bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara.
2. Tujuan (objectives) : bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung digunakan untuk
sebesar2 kemakmuran rakyat.
3. Keterkaitan HMN dengan sebesar2 kemakmuran rakyat, mewujudkan kewajiban Negara :
a. Segala bentuk pemanfaatan BARKA serta hasilnya harus secara nyata dapat
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
b. Melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang ada di dalam dan di atas
BARKA secara langsung dapat dinikmati rakyat.
c. Mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan menyebabkan rakyat tidak
mempunyai kesempatan/kehilangan terhadap akses terhadap BARKA.

Berwenang mengatur pemanfaatan BARKA


Negara sebagai badan penguasa
dalam arti luas, termasuk menentukan dan
mengatur hubungan hukum dan perbuatan
hukum dengan BARKA

1. Negara sebagai penerima kuasa harus dapat mempertanggung jawabkan


kuasanya pada rakyat
2. Asas pendelegasian wewenang dari rakyat pada Negara bersifat universal
3. Negara menerima kuasa dari rakyat, bertujuan untuk melindungi kehidupan
dan harta benda rakyat, jd Negara wajib mempertanggungjawabkan
penggunaan kekuasaannya tersebut (john locke)

Sumber kewenangan Negara


Penguasaan Negara terhadap BARKA

Implikasinya

Kewenangan Negara dalam merumuskan kebijakan agraria dan mengawasi pelaksanaannya


harus dibatasi oleh :

UUD : pada prinsipnya hal-hal yang diatur Negara tidak boleg berakibat pada pelanggaran HAM
yang dijamin oleh UUD (pasal 28 huruf A s/d UUD 1945 amd. IV.
Substantif :
Apakah aturan itu relevan dengan tujuannya?
Sesuai dengan pasal 2 ayat (3) UUPA semua peraturan agraria harus ditujukan untuk sebesar2
kemakmuran rakyat, kemakmuran untuk sebanyak mungkin orang tanpa melanggar hukum dan
keadilan.

Hak pengelolaan

HMN tidak dapat dipindahkan pada pihak lain, tapi pelaksanaannya dapat dilimpahkan dengan
hak pengelolaan kepada :
1. Pemda
2. Masyarakat hukum adat
3. Badan otorita
4. Perusahaan Negara/BUMN
5. Perusahaan daerah.

Penjelasan UUPA :
“……Negara dapat memberi tanah yang demikian dalam pengelolaan pada suatu badan
penguasa (departemen, jawatan, daerah swatantra), untuk digunakan bagi pelaksanaan tugasnya.”

Tanah pemerintah
Adalah tanah yang dikuasai intansi pemerintah untuk digunakan sesuai dengan tugas masing-
masing intansi. Dapat berupa :
1. Tanah hak pengelolaan
2. Tanah hak pakai (PMA no.9 tahun 1965)
3. Tanah Negara.

Secara yuridis administrative, ia merupakan wewenang meneg agraria/ka BPN. Secara fisik,
penggunaannya di bawah pengurusan suatu departemen/lembaga.
Tanah Negara tidak sama dengan tanah pemerintah.

Hak milik atas tanah


Dasar hukum hak milik yaitu pasal 20-27 UU no.5 tahun 1960 (UUPA).
Hak milik adalah hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat ketentuan pasal 6 UUPA (negara mempunyai fungsi sosial atas tanah).
WNA/kedutaan asing hak tanahnya adalah hak pakai khusus dan hak pengelolaan.

Terkuat dan terpenuh Subjek hak milik

1. Tidak mudah hilang/musnah 1. WNI


2. Tidak mempunyai batas waktu tertentu 2. Bank-bank yang didirikan
3. Dapat dipertahankan kepada siapa saja oleh Negara
4. Mempunyai kewenangan paling luas 3. Koperasi pertanian
5. Mempunyai hak yang paling kuat dan penuh 4. Badan-badan sosial
6. Induk bagi hak tanah yang lain 5. Badan-badan keagamaan.

Konversi adalah peralihan hak-hak atas tanah pada zaman hindia belanda dengan UUPA.

Pembebanan hak milik Hapusnya hak milik


Hak guna bangunan  Pencabutan hak
Hak pakai  Penyerahan sukarela oleh pemiliknya
Hak sewa untuk bangunan  Ditelantarkan oleh pemiliknya
Hak gadai (gadai tanah)  Subjek haknya tidak memenuhi syarat lagi
Hak usaha bagi hasil sebagai subjek hak milik atas tanah
Hak menumpang  Peralihan hak
Hak sewa tanah pertanian  Tanahnya musnah

Pembebanan hak milik menanggung


suatu utang Hak tanggungan berdasarkan UU no.4 tahun 1996
tentang hak tanggungan.

Hak guna bangunan batas waktu 30 tahuan dan perpanjangan 20 tahun.


Hak Guna Usaha

1. Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara.


2. Objeknya adalah tanah Negara.
3. Subjeknya WNI, badan hukum Indonesia
4. Penggunaan : untuk pertanian dan perkebunan, perikanan dan peternakan.
5. Dapat dialihkan kepada WNI.
6. Dapat menjadi objek hak tanggungan.
7. Maksimal kepemilikan dua hektar.
8. HGB dan HGU bisa dialihkan karena mengandung unsure ekonomis dan bisa dijaminkan.
9. Jangka waktu : maksimal 35 tahun, perpanjangan 25 tahun, pembaruan 35 tahun,
ketiganya dapat diajukan sekaligus (pasal II PP no. 40 tahun 1996)
10. Alas/dasar hak :
a. PMDN no.6 tahun 1972 jo perat ka. BPN no. 16 tahun 1990 s/d 100 ha asal tidak
dengan fasilitas penanaman modal diberikan oleh kanwil BPN.
b. Diatas 100 ha oleh kepala BPN (pasal 2-18 PP no. 40 tahun 1996).
11. Berakhirnya HGU :
 Waktunya berakhir
 Melanggar syarat pemberian hak
 Dilepaskan haknya
 Dicabut haknya untuk kepentingan umum
 Tanahnya musnah
 Melanggar prinsip nasionalitas.

Hak Guna Usaha

1. Adalah hak untuk mengusahakan dan mempunyai bangunan atas tanah bukan milik
sendiri.
2. Objek : tanah Negara, hak pengelolaan, hak milik.
3. Subjek : WNI, badan hukum Indonesia
4. Penggunaan : bangunan
5. Dapat dialihkan kepada WNI
6. Dapat menjadi objek hak tanggungan

Tanah apartemen/rumah susun berasal dari :

1. Pemerintah : bisa hangus bila sudah habis jangka waktunya


2. Masyarakat : bisa dimiliki selamanya.

Strata title : sertifikat kepemilikan satuan rumah susun/pemisahan horizontal (pemisahan hak
milik bangunan dengan tanah).

7. Jangka waktu :
Untuk tanah Negara dan hak pengelolaan : maksimal 30 tahun, perpanjangan 25 tahun,
pembaruan 30 tahun. Dan ketiganya dapat diajukan sekaligus.
Untuk tanah hak milik : maksimal 30 tahun tidak dapat diperpanjang tapi dapat
diperbarui.

Perpanjangan : syarat dan ketentuan tetap berlaku sebagaimana dalam perjanjian awal, harus
diajukan sebelum jangka waktu habis (maksimal 1 tahun sebelum habis).

Pembaruan : harus habis dulu jangka waktunya.

8. Alas/ dasar hukum :


a. PMDN no. 6 tahun 1972 samapi 2000m2/Ka. BPN.
b. Hak pengelolaan vide PMDN n0.1 tahun 1997 jo PMDN no.6 tahun 1972 jo pasal 22 ayat
(2) PP no.40 tahun 1996.
c. Konversi tanah ex hak-hak adat
d. Konversi tanah ex hak-hak barat (hak eigendom, hak erfpacht kota dan hak opstal).
e. Karena perjanjian antara pemegang hak milik dengan seseorang untuk menimbulkan
HGB.

Asas-Asas Hukum Agraria :

1. Asas penguasaan oleh Negara. Pasal 2 ayat (1) UUPA, terinspirasi oleh pasal 33 ayat (3)
UUD 1945.
2. Asa fungsi sosial. Pasal 6 UUPA.
3. Asas hukum adat. Pasal 3 dan pasal 5 UUPA.
4. Asas nasionalitas dan kesetaraan. Pasal 9 UUPA.
5. Asas larangan kepemilikan tanah melampaui batas. Pasal 7 jo pasal 17 UUPA.
6. Asas perencanaan umum.
7. Asas pemeliharaan tanah.

Hak menguasai Negara (pasal 33 ayat (3) UUD ’45 amd. IV

Keterkaitan HMN dengan sebesar2 kemakmuran rakyat mewujudkan kewajiban Negara.

a. Segala bentuk pemanfaatan BARKA serta hasilnya harus secara nyata dapat
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
b. Melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang ada di dalam dan di atas BARKA
secara langsung dapat dinikmati rakyat.
c. Mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan menyebabkan rakyat tidak
mempunyai kesempatan/kehilangan terhadap akses terhadap BARKA.

Teori kontrak sosial (john locke)

Domein verklaring : Negara adalah pemilik tanah. Tapi di Negara kita Negara hanya mengatur.
Dalam ajaran agrarische besluit.

Dalam hak milik seseorang terdapat bagian yang merupakan hak public.

Peraturan menteri agraria no. 5 tahun 1999.

Hak-Hak Atas Tanah

Pasal 16 UUPA Hak yang bersifat sementara

a. Hak milik a. Hak gadai


b. Hak guna usaha b. Hak usaha bagi hasil
c. Hak guna bangunan c. Hak menumpang
d. Hak pakai d. Hak sewa tanah pertanian
e. Hak sewa
f. Hak membuka tanah
g. Hak memungut hasil hutan
PP no. 40 tahun 1996 : Penjelasan II/2 UUPA jo PMA No.
a. Hak guna usaha 9/1960 (hak pengelolaan).
b. Hak guna bangunan
c. Hak pakai

Hak Pakai

Hak pakai keperdataan adalah hak untuk

Anda mungkin juga menyukai