Anda di halaman 1dari 39

HUKUM AGRARIA

Pertemuan 2
OLEH : Prof. Dr. Aslan Noor, S.H., MH., CN.
1. Dosen Tetap dan PNS pada FH Universitas Singaperbangsa Karawang 2019-sekarang
2. Dosen dan Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum di PPS Universitas Sekh Yusuf Tanggerang (Prov.
Banten) dan Merangkap Sebagai Dekan FH Unis Tangerang (Tahun 2009-2013)
3. Dosen Luar Biasa Pada FISIP UNPAD-Bandung (1998-2013)
4. Dosen Luar Biasa Pada FH & MKn UNPAS-Bandung (2004-Sekarang)
5. Dosen dan Puket Bidang Akademis Prodi Magister Ilmu Hukum di PPS Universitas Islam Nusantara
Bandung (2006- 2016)
6. Dosen Luar Biasa Pada Prodi Magister Ilmu Hukum di PPS STIH PERTIBA Pangkal Pinang 2008-2012.
7. Dosen Luar Biasa pada PPS Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati,
Bandung 2011-2017
8. Kepala Kantor Pertanahan di berbagai daerah di Indonesia dan Sebagai Direktur pada : Ditjen
Pengadaan Tanah, Pemanfaatan Tanah, PusLitbang, Hukum dan Hubungan Masyarakat di
Kementerian ATR/BPN sejak 2006-2019
9. Dosen Pada MPWK, PPS Universitas Islam Bandung sejak 2019-Sekarang

Prodi S1 FH Unsika Karawang & Prodi S2 MKn


PPS Universitas Pasundan Bandung
2019 sd 2023
KOMPILASI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN AGRARIA & PERTANAHAN

1. UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)


2. UU No.20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah
3. UU 20 Th. 2011 Tentang Rumah Susun
4. UU No.01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
5. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
6. UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. UU No.4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
8. UU 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
9. UU 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
10. UU 30 tahun 2004 tentang PJN
11. UU 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
12. UU 1 Tahun 2016 Jo UU No 28 Tahun 2004 tentang Yayasan
13. PP No.40 Tahun 1996 Tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah
14. PP No.103Tahun 2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh
Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia
15. PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
16. PP 24 Tahun 2016 tentang OSS
17. Perpres 47 Th 2020 ttg Kementerian ATR
18. Perpres 48 Th 2020 ttg BPN
19. UU 11 Th 2020
20. PP pasca UU 11 2020 dinyatakan tdk mempunyai kekuatan mengikta hasil Yudicial
Review
21. Terdapat sekitar 737 PUU terkait pertanahan dari 1200 Yang ada dan masih berlaku
I. DASAR DASAR KONSEPTUAL
HUKUM AGRARIA)
(Referensi : Aslan Noor : 2006, Rustandi Ardiwilaga : 1962, & Budi Harsono :
1997)

A. Istilah & Pengertian


a) Istilah “Agraria” dikenal dalam Bahasa Indonesia) dan Istilah
Agrarian dalam Bahasa Inggeris. Secara Konseptual, Pengertian
Agraria adalah segala sesuatu yang berpautan (bersangkutan)
dengan masalah pertanahan atau urusan pertanian atau juga urusan
pemilikan tanah (kamus Besar Bahasa Indonesia & Black Law Dictionary, 1983
West Publishing Co. St Paul, Minn)

b) Agraria berasal dari kata Agrarius (Bahasa Latin), Ager (Bahasa


Yunani), dan Akker (Bahasa Belanda). Secara Harfiah diartikan
ladang atau tanah pertanian. Secara determinasi (concept) diperluas
menjadi : “Segala sesuatu atau apa-apa yang berhubungan atau
bertautan dengan tanah” (R. Roestandi Ardiwilaga, Hk Agraria Indonesia Dalam
Teori dan Praktek, Masa Baru, Bandung, 1962, Hlm. 7)
• Boedi Harsono berpendapat bahwa Agraria tidak selalu dipakai
dalam arti yang sama. Ager (Bahasa Latin) artinya tanah atau sebidang
tanah. Agrarius diartikan sebagai perladangan, persawahan dan
pertanian. Secara konstitusional, konsep (term) Agraria diperluas
menjadi Bumi, Air, dan Kekayaan Alam Yang Terkandung di dalamnya
(Pasal 33 a (3) UUD45) dan dalam proses normatifisasi (dalam UUPA),
pengertian Agraria ditambah dengan Ruang Angkasa (Psl 1a (2) UUPA)
.
• Kesimpulan :
– Dalam pengertian sempit, agraria diartikan sebagai tanah, sebidang
tanah, urusan tanah pertanian dan urusan pemilikan tanah.
– Pengertian luas meliputi bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya serta ruang angkasa.
– Pengertian Agraria dalam UUPA lebih menitikberatkan kepada
bumi/tanah, yaitu tubuh bumi serta yang berada di bawah air.
Sedangkan yang lainnya hanya disinggung sebahagian kecil
– Hukum Agraria mengatur bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Sedangkan hukum tanah mengatur salah
satu aspek yuridis yang disebut hak-hak penguasaan, pemanfaatan,
pemeliharaan termasuk pengendalian atas tanah..
• Pengertian Hukum Agraria menurut Beberapa Pakar adalah :
1.R. Rustandi Ardiwilaga (WG Vegting, Gaius, dan Ulvianus
serta Ronald Z. Titahelu), Hukum Agraria adalah hukum yang
mengatur perhubungan manusia dengan tanah

2.Iman Soetikno (Teori Dwitunggal) yang sependapat dengan


Notonagoro (Perpaduan antara pendapat john Locke, Thomas
Aquino vs Oppenheimer, JJ Rousseau, Plato, Kark Mark dan
Lenin),
Hukum Agraria adalah hukum yang mengatur perhubungan
antara tanah dengan manusia baik secara privat maupun
secara kolektif (Politik Agraria Nasional, Gajah Mada
University Press, 1982, Hlm. 15-16, ).

3.WG Vegting, Gaius, dan Ulvianus serta Ronald Z. Titahelu,


Hukum Agraria adalah Hukum yang mengatur perhubungan
antara tanah dengan negara, masyarakat, dan perorangan

4.R. Suprapto Hukum Agraria adalah hukum yang mengatur


tentang tanah, pertambangan, pengairan, ruang angkasa dan
5. Endang Saefullah (disertasi Unpad 1988) Hukum Agraria adalah
hukum yang didalamnya tidak hanya mengatur satu kelompok bidang
hukum tetapi terdiri dari beberapa bidang hukum yang masing-
masing mengatur hak penguasaan atas sumber daya alam tertentu
sebagaimana dalam, artinya Sampai dengan diundangkannya UUPA,
Indonesia tidak memiliki Ruang agkasa 9karena tidak dimuat dalam
Pasal 33 (3) UUD45.
6. Boedi Harsono), Hukum Agraria adalah hukum yang mengatur
keseluruhan kaedah-kaedah hukum yang tertulis atau tidak tertulis
mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu ruang angkasa
7. Boedi Harsono, Hukum Agraria dalam lingkup administrasi
pemerintahan adalah perangkat peraturan perundang-undangan
yang memberikan landasan hukum bagi penguasa dalam
melaksanakan kebijakannya di bidang pertanahan

Kesimpulan A. :
Hukum Agraria adalah : seperangkat hukum baik publik maupun
privat yang mengatur dan mengurus serta mengendalikan baik
hubungan penguasaan, pemanfaatan, pemeliharaan antara tanah air,
ruang udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dengan negara, kolektif (masyarakat) maupun perorangan.
Secara Yuridis Formil (Pasal 33 (3) UUD45 Jo Pasal 2 UUPA,
Agraria
Meliputi bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya
Sehingga Hukum Agraria (Pasal 1, 2, 4 UUPA)
Adalah hukum yang mengatur mengenai bumi, air dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
Kesimpulan B
1. Hk Agraria dapat diartikan sebagai hukum yang “mengatur perhubungan hukum
(rechtbetreking) antara Tuhan (Alinea III Pembukaan UUD45), negara (Pasal 33 a 3),
Bangsa (Pasal 1 UUPA), Masyarakat dan Warga negara dengan (Pasal 16 UUPA)
sumber keagrariaan”
2. Hk Agraria (dalam arti sempit adalah tanah), dengan demikian Hukum Tanah adalah
hukum yang “mengatur perhubungan hukum (rechtbetreking) antara Tuhan (Alinea III
Pembukaan UUD45), negara (Pasal 33 a 3), Bangsa (Pasal 1 UUPA), Masyarakat
dan Warga negara dengan (Pasal 16 UUPA) sumber keagrariaan”
3. Hukum Agraria mengatur bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya. Sedangkan hukum tanah mengatur salah satu aspek yuridis yang disebut
hak-hak penguasaan, Pemilikan,pemanfaatan, daqn Penggunaan termasuk
pemeliharaan,pengendalian dan Tata Ruangnya------>Hk Agraria adalah hukum yang
mengatur P6T
B. Substansi Hukum Agraria

– Pemikiran Dasar
1. Rejim Hukum Agraria lahir merupakan integritas (perpaduan
proporsional) antara Rejim hukum perdata/ benda tetap
(Privaatrechtetaptelijke) dan Hukum Administrasi Negara
(Publiekrechtelijke) berkaitan dengan regelen, bestuuren,
tozichthouden, bleid & beheer (semua ini merupakan Fungsi
Negara atas sumber sumber Keagrariaan) diatur dlm Putusan MK
No 35 Tahun2012
2. Wilayah Rejim Hukum Agraria terletak diantara (resistensi)
Privaatrechtelijk dan Publiekrechtelijk yang menaungi Hk Hak
Asasi Manusia dan sekaligus menempatkan kewenangan negara
untuk mengatur, mengurus dan mengendalikannya.
– Formulasi Politik dan Implementasi
1. Substansi Hk Agraria menjadi landasan bagi pembentukan UU
Pertanahan, UU Perairan, Perdirgantaraan, Kelautan, Kehutanan,
Pertanian dan Prikanan
2. Substansi Hukum Agraria menjadi aspek fundamental dalam
pengembanan Hk Materil, formil dan Insidentil
C. Esensi/Hakikat Hukum Agraria

• Dibalik Kewenangan Menjalankan Hak Penguasaan


Negara Yang Melekat (inhern sebagai Licham Body
Negara) Terkandung Kewajiban Negara Untuk
Melindungi Hak-Hak individual dan Kolektif Bangsa dan
Warga negara serta Mempertahankan Hak Milik Bangsa
Atas Bumi, Air, Ruang Angkasa dan Kekayaan Alam
yang terkandung di dalam dan di atas SDA Indonesia,
Baik kapasitasnya sebagai Individual, Kolektif,
Masyarakat, Bangsa dan Negara.

• Sekali hak lahir, Maka kewajiban negara untuk


melindunginya (Privaat), dan sekali teritorial Indonesia
diakui, kewajiban negara untuk mempertahankannya
---->(Registration esensionn)
D. Pilar-Pilar
(Prinsip) Hukum Tanah Nasional
(Sumber : Aslan Noor, Abrar Saleng , Bagir Manan & Boedi Harsono)

1. Unifikasi Hukum : Prinsip Kesatuan dalam hukum agraria untuk


seluruh wilayah tanah air; (Konpilasi, Kodifikasi atau Sinkronisasi)
2. Kebangsaan : Prinsip Pemanfaatan Bansa (hak menikmati)
3. Verorgaanstate (Hak Mengausai negara) Prinsip Penghapusan asas
domein penerapan hak menguasai Negara;
4. Prinsip Fungsi sosial hak atas tanah
5. Prinsip Pengakuan hukum agraria nasional berdasarkan hukum adat
dan pengakuan eksistensi hak ulayat;
6. Prinsip Persamaan derajat sesama WNI dan antara laki-laki dan
perempuan;
7. Landreform Prinsip Pelaksanaan refom hubungan antara manusia
dengan tanah atau dengan b.a.r.;
8. Prinsip nasionalitas (Hanya WNI yg dpt mempunyai hubungan
sepenuhnya dengan tanah)
9. Land Use , Prinsip Rencana umum penggunaan, persediaan,
pemeliharaan b.a.r.
E. ASAS ASAS HUKUM AGRARIA
• Asas dimaknai sebagai kaedah fundamental dari hukum yang berlaku, dan biasanya tercermin
dalam setiap kaedah hukum positifI, berikut asas asas dalam Hukum Agraria :
1. Asas Kebangsaan (dalam praktik diwujudkan sbagai dalam hak servitoot (pekarangan) untuk seseorang
dilarang (tidak menutup akses ) bagi pemilikan orang lain vide Pasal 1 UUPA)
2. Asas Nasionalisme (dalam praktik diwujudkan bahwa orang asing (tidak ada tempat bagi bukan WNA) untuk
mempunyai hubungan hukum yang terkuat, penuh/yang dapat secara turun menurun terhadap penguasaan
sumber sumber agrarian di Indonesia vide Pasal 9 UUPA jo Pasal 21 (3) UUPA)
3. Asas Unifikasi (Hanya satu hukum Agraria yang berlaku secara nasional di tanah air yaitu UUPA dalam
kaitan vide Ketentuan Konsideren UUPA)
4. Asas Gender (Dalam Praktik diwujudkan pada persamaan derjat antara perempuan dan laki laki dalam
perolehan haka atasa sumber sumber agrarian vide Pasal 9 (2) UUPA)
5. Aasas Sosialisme (Dalam Praktik diwujudkan sebaga kepentingan bersama ditempatkan diatas dari
kepentingan individu vide Pasa 6,18 jo 14 UUPA)
6. Asas Magis Religious ( Hubungan hukum antara manusia dengan tanah bersifat/mengandung nilai nilai
kepercayaan dan keagamaan vide Pasal 49 jo 3 UUPA
7. Asas Mulur munkrit (Tanaha dan sumber agrarian lainnya harus digarap, sehingga hungan hukum anatara
tanah dengan subyeknya menjadi kuat, dan berlaku sebaliknya vide Pasal Pasal 14,15 jo 3 UUPA)
8. Asas Sanir (hukum adat local tidak dapat berlaku bagi adat yang lain, namun secara nasional harus
diadakan penyesuaian, dengan ketentuan tidak bertentangan dengan UUPA, kaedah kaedah kepentingan
umu dan kesusilaan vide Pasal 5 UUPA)
9. Aasas Publisitas (Dalam Praktik diwujudkan bahwa perolehan tanah harus tunai, terang dan konkret dan
oleh karenitu jika tanah dan sumber agrarian lainnya ingin dilindungi maka harus terdaftar dalam adminstrasi
Negara vide Pasal 19 UUPA )
10. Asas Spesialitas ( Dibutuhkan cara yang rasional untuk menginventori sumber sumbe keagrariaan)
Pemaknaan Bumi 3 Dimensi (Strata Title)
• Asas Pemisahan Horizontal (sebagai Dasar Konseptual Lahirnya Hak
Penggunaan Ruang di Atas/Bawah/Kondominium dan Marine
Kadastral)
• UUPA bertugas mengupayakan bangsa Indonesia untuk membebaskan
diri dari ketergantungan dengan bangsa lain di bidang hukum
pertanahan. Indonesia pernah mengalami kecelekaan republic dalam
pengembanan hukum tanah pada masa penjajahan

• Sebelum diberlakukannya UUPA (1 ) Indonesia menganut dua hukum


tanah yang berbeda, yakni; Hukum Tanah Kolonial yang dituangkan
dalam Burgelijk Wetbook yang sekarang disebut/telah menjadi KUHPdta
& Hukum Tanah Adat yang bersumber dari hukum adat.

• Terdapat perbedaan signifkan diantara kedua hukum tanah tersebut, hukum tanah kolonial
yang bersumber pada BW menganut asas perlekatan atau yang disebut juga sebagai asas
natrekking/asas accesie vide Pasal 500, Pasal 571, dan Pasal 601 BW yang menyatakan
bahwa hak milik atas sebidang tanah mengandung pula kepemilikan atas segala sesuatu
yang ada di atas tanah maupun di dalam tanah tersebut

• (1) Sukardi, ‘Politik Hukum Terhadap Penggunaan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Bagi Orang Asing Di
Indonesia’ (1997) XII Yuridika.[40]
• Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asas kepemilikan bangunan yang
dianut dalam UUPA atau Hukum Pertanahan Nasional yang berlaku saat ini adalah asas
pemisahan horizontal, yaitu adanya pemisahan antara tanah dan bangunan yang berdiri
diatasnya dan bahwa hak kepemilikan atas tanah tidak serta merta meliputi hak atas
bangunan yang berada diatas tanah tersebut karena bangunan berada dalam
kepemilikan si pembangun bangunan tersebut.

• Asas pemisahan horizontal dapat ditemukan dalam Pasal 44 ayat 1 UUPA. Implementasi
dari asas pemisahan horizontal adalah hak sewa untuk bangunan, yaitu seseorang atau
badan hukum menyewa tanah kosong yang merupakan Hak Milik orang lain untuk
mendirikan bangunan diatasnya dengan membayar sejumlah uang sewa untuk jangka
waktu tertentu yang disepakati kedua belah pihak. Dalam hak sewa untuk bangunan ini
terdapat adanya pemisahan horizontal antara pemilik tanah dengan pemilik bangunan
yang ada diatasnya, dimana tanahnya milik pemilik tanah sedangkan bangunannya milik
si penyewa tanah. Singkatnya, pemilik tanah belum tentu pemilik bangunan

• Selain Indonesia yang menganut asas pemisahan horizontal, Jepang juga menggunakan asas
yang sama. Dalam proses pendaftaran benda tetap, pendaftaran terhadap hak atas tanahnya
tidak termasuk pendaftaran atas benda-benda yang melekat padanya. Sehingga dianutnya
asas pemerintahan horizontal dalam hukum pertanahan nasional dapat mengakibatkan
berbagai masalah. Masalah menjadi mudah timbul karena ada dua hak yang melekat dalam
sebidang tanah yaitu hak primer dan hak sekunder. Hak primer yang dimaksud adalah hak milik
(individu atau negara) dan hak sekunder adalah hak pakai, hak guna bangunan, hak guna
usaha, hak pengelolaan, dan lain-lain
• Asas perlekatan ini secara tegas dinyatakan dalam BW khususnya pada
Pasal 500, Pasal 571, dan Pasal 601 yang menyatakan bahwa hak milik
atas sebidang tanah mengandung pula kepemilikan atas segala sesuatu
yang ada di atas tanah maupun di dalam tanah tersebut. Artinya,
kepemilikan atas tanah meliputi pula kepemilikan atas bangunan yang ada
diatasnya, karena bangunan merupakan bagian dari tanah tersebut dan
bangunan yang didirikan di atas tanah kepunyaan pihak lain akan menjadi
milik pemilik tanah.

• Asas perlekatan yang dianut hukum tanah kolonial sangat bertentangan dengan hukum tanah
adat dimana hukum tanah adat menganut asas pemisahan horizontal Demi mewujudkan
univikasi hukum, peraturan dan keputusan agraria kolonial dicabut dan dibentuklah kesatuan
hukum tanah nasional yang sesuai dengan kepribadian dan persatuan Indonesia sehingga
dengan demikian tidak ada lagi penggolongan hukum tanah kolonial dan hukum tanah adat.
Namun demikian, kesatuan Hukum Pertanahan Nasional dibentuk dengan didasari oleh Hukum
Tanah Adat yang telah berlaku sebelumnya, karena hukum tanah adat tersebut telah dianu
toleh sebagian besar rakyat Indonesia (2) Maka penerapan asas horizontal dalam hukum
pertanahan nasional merupakan konsekuensi dari ditetapkannya Hukum Tanah Adat sebagai
dasar pembentukan Hukum Pertanahan Nasional. Kesatuan Hukum Pertanahan Nasional
dibuktikan dengan terbentuknya UUPA.

(2 ) Urip Santoso, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif (Kencana 2012).[67]


• Beberapa permasalahan yang mungkin timbul karena pelekatan dua hak tersebut
adalah bagaimana apabila setelah hak sekunder berakhir jangka waktunya lalu
pemegang hak primer ingin mengusahakan tanah tersebut sendiri sementara ada
sebuah bangunan yang berdiri diatasnya. Memang pemegang hak milik dapat
melakukan apa saja terhadap tanah kepunyaannya sepanjang tidak melanggar
hukum, namun pilihan yang dapat dibuat terhadap tanah tersebut akan menjadi
sangat terbatas karena adanya sebuah bangunan diatasnya yang bukan merupakan
miliknya.

• Dalam prakteknya bisa saja diperjanjikan bahwa pemegang hak sekunder akan
menyerahkan bangunan kepada pemegang hak primer ketika masa berlaku hak
sekundernya berakhir, namun tetap saja pemilik tanah mendapati kekurangan pilihan
tentang apa yang dapat diperbuatnya terhadap benda miliknya (tanah dan
bangunan) tersebut dan lagi sesungguhnya merupakan ketidakadilan terhadap
pemegang hak sekunder apabila ia yang telah bersusah payah mendirikan bangunan
namun pada akhirnya tetap harus kehilangan haknya.
• Dari uraian beberapa permasalahan yang mungkin timbul diatas, dapat disimpulkan
bahwa keberadaan asas pemisahan horizontal dapat digunakan sebagai alat untuk
memperdaya pihak-pihak yang beritikad baik. Perlu ditentukan kriteria asas
pemisahan horizontal terhadap penguasaan tanah dan/atau bangunan sebagai salah
satu dasar pemberian perlindungan hukum bagi para pihak yang beritikad baik,
karena baik Hukum Pertanahan Nasional yang mengacu pada Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA) dan Hukum Perdata yang mengacu pada BW belum
memberikan aturan yang jelas mengenai hal ini
F. LANDASAN
PENGATURAN
(Soediman Kartohadiprodjo, Bagir Manan, B.Arief S.,Otje S.,Koesnudan Iman S.)

• Landasan Filosofis
Pancasila (Sila 1 s/d 5)
Khususnya : “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”
→ b.a.r. karunia Tuhan kepada Bangsa Indonesia yang
mempunyai fungsi untuk kemakmuran rakyat
• Landasar Konstitusional
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
“Bumi dan Air dan Kekayaan Alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”.
G. Landasan Hukum Agraria
• Dasar Hukum UU 5 Th 1960 (UUPA)
• Dasar Operasional UU 2 Th 1962, UU 86 Th 58, UU/PRP 56
Th 1960, UU 4 Th 1996, UU 1 Th 2011, UU 20 Th 2013, UU 2
Th 2012, UU 1 Th 2012, UU 32 Th 2009, dlsb yang satu dan
lainnya menyangkut pertanahan baik dalam KUH Perdata,
KUHPidana, HAM, Perseroan, Perbankan, Pertanian,
Kehutanan, Perairan, Perwakafan, Yayasan.
• Peraturan Pelaksana : Pepres 10 Th 2006, Pepres 63 Th
2013, PP 224 Th 1961, PP 9 Th 1999, PP 24 Th 1997, Pepres
71 Th 2012, PP 13 Th 2010, PP 5 Tahun 2012, Pepres 40 Th
2014, Perpres 17 & 20 Th 2015 ttg Kem Atr/BPN, Perpres
47 & 48 Th 2020 ttg Kem ATR?BPN, Tata Cara Kerja berupa
surat edaran, instruksi dan Surat Kepala Badan
• SE 1 ka BPN Th 2010 ttg SOP
H. KOMPILASI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN AGRARIA & PERTANAHAN
1. UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
2. UU No 1 Tahun 1958 Tentang Tanah Partikeli
3. UU No 86 Tahun 1958 tentang Proses Nasionalisasi
4. UU No.20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah
5. UU 20 Th. 2011 Tentang Rumah Susun
6. UU No.01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
7. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
8. UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
9. UU No.4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
10. UU 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
11. UU 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
12. UU 30 tahun 2004 tentang PJN
13. UU 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
14. UU 1 Tahun 2016 Jo UU No 28 Tahun 2004 tentang Yayasan
15. PP No.40 Tahun 1996 Tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah
16. PP No.103Tahun 2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang
Asing yang Berkedudukan di Indonesia
17. PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
18. PP 24 Tahun 2016 tentang OSS
19. Pepres 2 Tahun 2018 tentang PTSl
20. Pepres 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Tanah Masyarakat dan Badan Hukum Dalam
Kawasan Hutan
21. Perpres 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
22. Perpres 47 Th 2020 ttg Kementerian ATR
23. Perpres 48 Th 2020 ttg BPN
I. KELEMBAGAAN AGRARIA & PERTAHAN

– Kantor Kadaster 1959


– Menteri Agraria 1960
– Direktorat Jenderal Agraria
(Depdagri) 1965
– Menteri Negara Agraria dan
(Kepala) Badan Pertanahan
Nasional (Kep.Pres 26/1988)
– BPN ---- dibawah Depdagri
– Kementerian ATR/BPN 2015
II. HUBUNGAN ANTARA PASAL 33 (A) 3
UUD45 DENGAN UUPA
• Pasal 33 (a) 3 UUD45 berbunyi :
• Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
• Dari uraian pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pasal 33 (a) 3 UUD45
mengandung norma hukum yang melahirkan fundamental hukum agrarian
(Norma Dasar Hk Agraria).
• Oleh karena itu, pasal ini disebut asas tertinggi dalam hukum tanah
nasional. Sebagai asas (norma hukum) tentunya hendak diwujudkan dalam
bentuk kaedah normatif dalam proses normatifisasi yang menghasilkan
UUPA (UU No.5 Tahun 1960) sebagai landasan hukum tanah nasional.
• Kesimpulan :
– UUPA merupakan penjabaran substansial lebih lanjut dari substansi pasal 33 (a) 3--
K>UUPA pengejawantahan dari Hak Penguasaan Negara
– Hak Penguasaan Negara merupakan sumber dari Hak Atas Tanah
– Hak Penguasaan Negara, tidak dimaknai sebagai privaatrechtelijke, tetapi sesuatu
yang publekrechtelijke, yang oleh Ulvianus disebut Hak Publicae, dan Oleh Van Kant,
Bagir Manan, Abrar disebut Verorgaangstat (Regelen, Bestuuren & to Zicthouden)----
>dan Oleh Keputusan MK No 35 Th 2012, ditambahkan menjadi 5, yang merupakan
Fungsi Negara Atas Tanah Esensi (Hak penguasaan negara Atas Tanah), yaitu :
Regelen (Negara mengatur), Bestuuren (Negara mengurusi), To Zichthoden (Negara
mengendalikan), Bleid (Negara membuat kebijakan) dan beheer (Negara
mengelola)---> (Aslan Noor : 2006)
C. RUANG LINGKUP (OBYEK) AGRARIA
Gambar : 1 DIAGRAM RUANG LINGKUP HK. AGRARIA*)
(PENGATURAN BUMI, AIR, RUANG ANGKAS DALAM UUPA)
(Referensi : AP Parlindungan: )

DI ATAS RUANG DI ATAS


PERAIRA ANGKASA BUMI
N 46 / 2 / C 1/6
1/6 48 4/3
4/3

A I R
4, 16/2/a, b B U M I
A G R A R I A 1/4
PENGAIRAN U U P A
PE ½, 2, 9, 11 DI ATAS
PENGAIRAPN BUMI
N 9/2 4/1
1/5 4/2
47
PENGAIRA DITANAM
N DI BUMI
LAUTAN BUMI
1/6 1/4
1/5 DIBAWA DITUBUH
4/2 H BUMI
47 PERAIRA 1/4 8
N
1/4 8

*) Angka dalam diagram adalah Pasal/Ayat/dari UUPA


F. Pengaturan Dasar-dasar Hukum
Agraria Nasional Dalam Uupa
1) Prinsip Kesatuan dalam hukum agrarian untuk seluruh
wilayah tanah air (Konpilasi, Kodifikasi atau
Sinkronisasi)diatur dalam Konsidern UUPA
2) Prinsip penghapusan asas domein dan penerapan hak
menguasai Negaradiatur dalam konsidern
3) Prinsip fungsi sosial hak atas tanah (Pasal 6 UUPPA)
4) Prinsip pengakuan hukum agrarian nasional berdasarkan
hukum adat dan pengakuan eksistensi hak ulayat; (Pasal
3 UUPA)
5) Prinsip persamaan derajat sesama WNI dan antara laki-
laki dan perempuan (Pasal (2) UUPA)
6) Prinsip pelaksanaan reform hubungan antara manusia
dengan tanah atau dengan b.a.r.;(Pasal 7 & 17UUPA)
7) Prinsip rencana umum penggunaan, persediaan,
pemeliharaan b.a.r. (Pasal 14 UUPA)
8) Prinsip nasionalitas (Pasal 9 UUPA)
9) Prinsi Kebangsaan (Pasal 1 UUPA)
G. Pengaturan Asas-asas Di Dalam Uupa
1. Asas Penguasaan oleh Negara (Verorgangstate); Pasal 2
UUPA
2. Asas fungsi sosial (Socal Function) Pasal 6 UUPA
3. Asas Hukum Adat (Pasal 5 UUPA)
4. Asas Nasionalitas (Indonesian Typicalism) Pasal 9 a (1)
UUPA
5. Kesederajatan (Gender) Pasal 9 a (2) UUPA
6. Asas Larangan Pemilikan Tanah Melampaui Batas
(Landreform) Pasal 7 (UUPA)
7. Asas Perencaanaan Umum (Environemet Plann) Pasal 14
UUPA;
8. Asas Pemeliharaan Tanah (Larangan Penelantaran
Tanah) Pasal 10 UUPA
9. Asas Pemilikan Bangsa (Hak Milik Bangsa) Pasal 1 UUPA
ASAS PENGUASAAN OLEH NEGARA
(HAK MENGUASAI NEGARA)

PENGUASAAN SUMBER DAYA ALAM


Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
NEGARA MEMPUNYAI KEWENAGAN DAN KEKUASAAN UNTUK MENGATUR
(REGELEN), MENGURUR (BESTUUREN) DAN MENGENDALIKAN (TOZICHTHOUDEN)
SUMBER DAYA ALAM DAN SELURUH KEKAKYAAN ALAM DENGAN NUANSA
PENGELOLAAN TERTUJU PADA (UNTUK) KEMAKMURAN RAKYAT (KEMAKMURAN
SELURUH LAPISAN MASYARAKAT)

“HAK MENGUASAI NEGARA”

HAK MENGUASAI NEGARA ATAS BAR


Pasal 1 jo Pasal 2 ayat (2)
UU No.5 Tahun 1960

NEGARA SEBAGAI ORGANISASI KEKUASAAN TERTINGGI DIBERI WEWENANG :


a. MENGATUR DAN MENYELENGGARAKAN PERUNTUKAN, PENGGUNAAN,
PERSEDIAAN, DAN PEMELIHARAAN BUMI, AIR, RUANG ANGKASA;
b. MENENTUKAN DAN MENGATUR HAK-HAK YANG DAPAT DIPUNYAI ATAS
BUMI, AIR, RUANG ANGKASA
c. MENENTUKAN DAN MENGATUR HUBUNGAN-HUBUNGAN HUKUM ANTARA
ORANG-ORANG DAN PERBUATAN-PERBUATAN YANG MENGENAI B.A.R.
HAK MENGUASAI
NEGARA
Pasal 33 ayat 3 UUD 45 yo
Pasal 2 ayat 1, 2 UUPA

WEWENANG
HAK ULAYAT NEGARA PEMERINTAH PUSAT
Pasal 3 UUPA Pasal 1 ayat 1 UUPA

DELEGASI
(PELAKSANA)
kepada

 PEMERINTAH
DAERAH
 MASYARAKAT
HUKUM ADAT
Pasal 2 ayat 4
UUPA
 LEMBAGA
Sumber : A.P. Parlindungan PEMERINTAHAN
ORANG
A. HAK KEPERDATAAN
BADAN HUKUM PRIVAT

B. HUKUM PUBLIK (exist) HAK ULAYAT

HAK
MENGUASAI
NEGARA

C. HUKUM PUBLIK HAK PENGELOLAAN

ANTAR NEGARA

D. HAK PAKAI (KHUSUS) SOSIAL/AGAMA

BADAN HUKUM PRIVAT

Sumber : A.P. Parlindungan


ASAS FUNGSI SOSIAL
SETIAP HAK ATAS TANAH MEMPUNYAI FUNGSI SOSIAL
Pasal 6 UUPA

 Seseorang tidak boleh semata-mata


mempergunakan untuk kepentingan pribadi;
 Tidak dipergunakannya tanah tidak boleh
merugikan masyarakat;
 Penggunaan dan pemanfaatan tanah harus
disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari
haknya sehingga bermanfaat, baik untuk
kesejahteraan pemegang hak maupun bagi
masyarakat dan negara
ASAS HUKUM ADAT
Hukum Agraria yang berlaku atas Bumi, Air, Ruang Angkasa
ialah Hukum Adat
Pasal 5 UUPA
Keberadaan Hak Ulayat Masih diakui, Sepanjang Tidak
bertentangan Dengan Kepentingan Nasional
Pasal 3 UUPA
HUKUM ADAT
1. Prinsip Nasionalitas
2. Pro Kepentingan Negara
3. Pro Persatuan Bangsa
4. Pro Pancasila
5. Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi
6. Sesuai unsur-unsur agama
HAK ULAYAT
7. Masih ada
8. Pro prinsip nasionalitas
9. Pro Persatuan Bangsa
10. Pro Pancasila
11. Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi
PEDOMAN PENYELESAIAN MASALAH HAK ULAYAT
MASYARAKAT HUKUM ADAT
PMNA/KEPALA BPN NO.5 TAHUN 1999

MATERI PENGATURAN :
1. Penyamaan persepsi ‘hak ulayat’
2. Kriteria dan penentuan masih adanya hak ulayat dan
hak-hak yang serupa dari masyarakat hukum adat
3. Kewenangan masyarakat hukum adat

TUJUAN PENGATURAN :
Untuk menyediakan pedoman dalam pengaturan dan
pengambilan kebijaksanaan operasional bidang
pertanahan serta langkah-langkah penyelesaian
masalah yang menyangkut hak ulayat
HAK ULAYAT
“KEWENANGAN YANG MENURUT HUKUM ADAT DIPUNYAI
MASYARAKAT HUKUM ADAT TERTENTU ATAS WILAYAH
TERTENTU YANG MERUPAKAN LINGKUNGAN HIDUP PARA
WARGANYA UNTUK MENGAMBIL MANFAAT DARI SUMBER
DAYA ALAM, TERMASUK TANAH DALAM WILAYAH TERSEBUT,
BAGI KELANGSUNGAN HIDUP DAN KEHIDUPANNYA, YANG
TIMBUL DARI HUBUNGAN SECARA LAHIRIYAH DAN
BATHINIAH TURUN-TEMURUN DAN TIDAK TERPUTUS
ANTARA MASYARAKAT HUKUM ADAT TERSEBUT DENGAN
WILAYAH YANG BERSANGKUTAN”
 MERUPAKAN HAK TERTINGGI ATAS TANAH
 MERUPAKAN TANAH KEPUNYAAN BERSAMA
WARGANYA

2(DUA) UNSUR :
1. UNSUR KEPERDATAAN (HUKUM PERDATA)
2. UNSUR PUBLIK (HUKUM PUBLIK)
1. UNSUR MASYARAKAT
ADAT

KRITERIA 2. UNSUR WILAYAH

3. UNSUR HUBUNGAN
ANTARA MAYARAKAT
TERSEBUT DENGAN
WILAYAHNYA

DINYATAKAN DALAM PETA


PENENTUAN DASAR PENDAFTARAN
TANAH

1. UNSUR MASYARAKAT
ADAT

KEWENAGAN
2. PELEPASAN TANAH
UNTUK KEPERLUAN
“ORANG LUAR”
ASAS PERENCANAAN UMUM

Pemerintah harus membuat suatu rencana


umum mengenai persediaan, peruntukan dan
penggunaan bumi, air dan ruang angkasa
(Pasal 14 UUPA)

ASAS PEMELIHARAAN TANAH

Tiap-tiap pemegang hak atas tanah


mempunyai kewajiban untuk memelihara
termasuk menambah kesuburan tanah dan
mencegah kerusakannya
(Pasal 15 UUPA)
ASAS NASIONALITAS DAN KESEDERAJATAN

- Hanya orang WNI saja yang boleh mempunyai hubungan


sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa
- Baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan
yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah
Pasal 9 UUPA

ASAS LARANGAN PEMILIKAN TANAH MELAMPAUI BATAS

Untuk tidak merugikan kepentingan umum, pemilikan dan


penguasaan tanah yang melampaui batas tidak
diperkenankan
Pasal 7 UUPA jo Pasal 17

“LARANGAN LATIFUNDIA”
Daftar Referensi
• Buku
– Aslan Noor, Peran Strategis Negara Dalam Mewujudkan Pola Hubungan
Hukum Antara Tanah dan Masyarakat Yang
Berkeadilan
Ditinjau Dari Negara Hukum Kesejahteraan, Aria Mandiri
Group, Bandung 2023
– --------------------Konsep Hak Milik Atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia
Ditinjau Dari ajaran Hak Asasi Manusia, Mandar
Maju, Bandung, 2006
– --------------------Himpunan Perundang-Undangan Terkait Pertanahan,
Aria Mandiri Group, Bandung, 2018
– ---------------------Himpunan Peundang-Undangan Pertanahan Yang
Berkaitan Dengan Pengadaan Tanah, Aria Mandiri
Group, Bandung, 2019

– ---------------------Konsep Pembatalan Hak Atas Tanah dilengkapi


Dengan Yurisprudensi, Aria Mandiri Group, 20019
– Boedi Harsono, Hukum agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan, Isi
dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 1997
– -------------------, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional Dalam
Hubungan Dengan Tap MPR rI IX/MPR/2001, Penerbit Universitas Trisakti,
• Sudikno Martokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab tentang
Penemuan Hukum, Citra Aditya bakti, Bandung, 1993
• -----------------------Mengenal Hukum Suatu
engantar, Liberty, Yogyakarta, 1999
• Maria S.W. Soemardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi,
Kompas, Jakarta, 2001
• Parlindungan, A.P, Berakhirnya Hak-Hak Atas Tanah Menurut Sistem UUPA,
Mandar Maju, Bandung, 1990
• ---------------------, Pedoman Pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria dan
Tatacara Pejabat Pembuat Akta Tanah, Mandar Maju,
Bandung, 1991
• ----------------------, Hak Pengelolaan Menurut Sistem
UUPA, Mandar Maju, Bandung, 1994
• ---------------------, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, 1994
• ---------------------, Komentar Undang-Undang Tentang Hak
Tanggungan dan Sejarah Terbentuknya, Mandar Maju, bandung,
1996
• Roestandi Ardiwilaga, R, Hukum Agraria Indonesia
Dalam Teori dan Praktek, Masa Baru, Bandung, 1962
• Sunaryati Hartono, Beberapa Pemikiran Kearah
Pembaharuan Hukum Tanah, Alumni, Bandung, 1978
• Abrar, Hak Penguasaan Negara Atas Pertambangan
Berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945, Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung,
1999
• Antje Ma’moen, Pendaftaran Tanah Sebagai
Pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria Untuk
Mencapai Kepastian Hukum Hak-Hak Atas Tanah Di
Kotamadya Bandung, Pascasarjana Universitas
Padjadjaran, Bandung, 1996
• Ilyas Ismail, Ria Fitri dan Abdurrahman, 2017, Hukum Agraria, FH
Unsyiah Press, Darussalam-Banda Aceh.
• Anrdrean Sutedi, 2014, Sertifikat Hak Atas Tanah, Sinar Grafika ,
Jakarta.
• Boedi Harsono, 2013, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah
Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.
• Parlindungan AP, 1998, Komentar Atas Undang-Undang Pokok
Agraria, Mandar Madju, Bandung.
• Parlindungan AP,2013, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Cetakan
Keenam, Mandar Maju, Bandung.
• Sihombing, B.F., 2014, Evolusi Kebijakan Pertanahan Dalam Hukum
Tanah Indonesia, PT. Toko Buku Gunung Agung, Jakarta.
• Maria SW Sumardjono, 2011, Tanah Dalam Per-spektif Hak Eko-
nomi, Sosial dan Budaya, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
• Urip Santoso, 2013, Hukum Agraria Kajian Komprenhensif, Prenada
Media Group, Jakarta,
• Winahyu Erwining-sih, 2009, Hak Menguasai Negara Atas Tanah,
UII-Total Media, Yoyakarta.
• Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas
Tanah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
• Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya, 2005, Seri
Hukum Harta Kekayaan: Hak Tangungan, Kencana
Prenada Media, Jakarta.
• lrawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Pendaftaran
Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola, Surabaya.
• Herman Hermit, 2004, Cara Memperoleh Sertifikat
Tanah Hak Milik, Tanah Negara dan Tanah PEMDA;
Teori dan Praktek Tanah Di Indonesia, Mandar Maju,
Bandung
• A.P. Parlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA (Mandar Maju
1989).
• Marihot Pahala Siahaan, Hukum Bangunan Gedung Di Indonesia (Rajawali
Press 1998).
• Muchsin, Hukum Agraria Indonesia Dalam Perspektif Sejarah (Reka
Adhitama 2007).
• Noer Fauzi, Tanah Dan Pembangunan (Pustaka Sinar Harapan 1997).
• Oloan Sitorus, Hak Atas Tanah Dan Kondominium (Dasamedia Utama
1994).
• R. Rustandi Ardiwilaga, Hukum Agraria Indonesia (Masa Baru 1962).
• Sahnan, Hukum Agraria Indonesia (Setara Press 2016).
• Sartono Kartodirdjo, Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian Sosial
Ekonomi (Aditys Media 1994).
• Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Alumni 1986).
• Urip Santoso, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif (Kencana 2012).

Anda mungkin juga menyukai