Anda di halaman 1dari 4

Nama: Noer Adjie Mahardika

NIM: D1A019438
Kelas: Hukum Pertanahan

1. Hukum pertanahan sebelum berlakunya UUPA HUKUM TANAH


SEBELUM DANSESUDAH UUPA
Sebelum diterbitkannya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) No. 5
Tahun 1960, yang membuka hak atas tanah yaitu terdapat pada pasal 51
ayat 7 IS, pada Stb 1872 No. 117 tentang tentang Agraria Eigendom
Recht, yaitu memberikan hak milik (hak milik) kepada orang Indonesia.
Hal ini juga sama dengan hak-hak intrinsik yang terkandung dalam Bagian
II BW, tetapi hak-hak ini tidak diberikan kepada orang Indonesia. Maka,
pada tanggal 24 September 1960, dengan penyatuan dualitas aturan hak
atas tanah, diundangkan Undang-Undang Dasar Pertanahan. Lembaran
Negara Nomor 5 Tahun 1960 pada lembar Negara No. 104 Tahun 1960.
Undang-undang No.5 tahun 1960 tersebut bersifat nasionalis, yaitu
diberlakukan secara nasional dimana seluruh warga negara indonesia
menggunakan Undanng-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960
tersebut. Dasar kenasionalan hukum agraria yang telah dirumuskan
dalam UUPA, adalah:
1. Wilayah indonesia yang terdiri dari bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya merupakan satu kesatuan
tanah air dari rakyat indonesia yang bersatu sebagai bangsa indonesia
(pasal 1 UUPA).
2. Bumi air ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya merupakan karunia tuhan yang maha esa kepada bangsa
indonesia dan merupakan kekayaan nasional. Untuk itu kekayaan
tersebut harus dipelihara dan digunakan untuksebesarbesarnya
kemakmuran rakyat (pasal1,2,14, dan 15 UUPA).
3. Hubungan antara bangsa indonesia dengan bumi, air, ruang angkasa,
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnyabersifat abadi, sehingga
tidak dapat diputuskan oleh siapa pun (pasal 1 UUPA).
4. Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa dan rakyat indonesia
diberi wewenang untuk menguasai bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya untuk sebesar-besarnya
kemakmuran, rakyat (pasal 2 UUPA).
5. Hak ulayat sebagi hak masyarakat hukum adat diakui keberadaanya.
Pengakutan tersebut disertai syarat bahwa hak ulayat tersebut masih
ada, tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan
perundang-uandangan yang lebih tinggi (pasal 3 UUPA).
6. Subjek hak yang mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air,
ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah
warga negara indonesia tanpa dibedakan asli dan tidak asli. Badan hukum
pada perinsipnya tidak mempunyai hubungan sepenuhnya alam yang
terkandung didalamnya (pasal 9, 21,dan 49 UUPA)
7. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan
kesederhanaan dalam hukum pertanahan.

Rangkuman:
• 1619-1799 VOC
• 1800 Pemerintah Hindia Belanda
• 1830 Culture stelsel
• 1870 Agrariche Wet-Agrariche Besluit
• Domein Verklaring: semua tanah yang pihak lain tidak dapat
• membuktikan sebagai hak eigendomnya adalah milik negara
• “Indische Staatregeling” (I.S) 1 Januari 1926
• Hukum tanah adat dan hukum tanah barat
• 24 september 1960-UUPA

2. Hak-Hak Atas Tanah


Aturan pertanahan di Indonesia mencakup berbagai macam hak atas
tanah. Hak- hak tersebut tersebar luas di berbagai peraturan. Akan tetapi,
tetap yang utama untuk diketahui adalah hak-hak atas tanah yang
langsung diatur di UUPA. Sembari memperingati Hari Agraria Nasional
pada 24 September lalu, kami mencoba menyegarkan kembali ingatan
Anda secara ringkas mengenai hal tersebut.
Pada asasnya, seluruh tanah, air, kekayaan alam, dan lain sebagainya
yang ada di Indonesia adalah milik bangsa Indonesia. Dengan kata lain,
asal hak atas tanah adalah hak bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia
kemudian menjadi ‘wali’ atas tanah-tanah tersebut sebagai wakil bangsa
Indonesia dalam mengurusi persoalan pertanahan di Indonesia. Pasal 16
Ayat (1) UUPA menyatakan bahwa terdapat hak-hak atas tanah antara
lain sebagai berikut: hak milik; hak guna usaha; hak guna bangunan; hak
pakai; hak sewa; hak membuka tanah; dan hak memungut hasil hutan.
Selain itu, diakui pula hak-hak lain yang diatur pada peraturan lain dan
hak lain yang memiliki sifat sementara.
1. Hak milik meliputi hak untuk menggunakan atau menggunakan tanah
yang bersangkutan untuk keuntungan apapun. Hubungan yang terjalin
tidak hanya kepemilikan, tetapi juga psikologi-emosional. Kepemilikan
hanya tersedia untuk satu warga negara Indonesia. Hanya tanah pribadi
yang bisa diwakafkan. Hak ini merupakan model hak atas tanah yang
terkuat dan terlengkap.
2. Hak Guna Usaha adalah hak atas tanah pertanian, perikanan, dan
peternakan yang dikuasai langsung oleh negara. Hak guna usaha dapat
diperoleh perorangan atau perusahaan di Indonesia. Jangka waktu hak
guna usaha adalah 25 tahun untuk perorangan dan 35 tahun untuk badan
usaha. Jangka waktu ini dapat diperpanjang selama 25 tahun.
3. Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan memiliki suatu
bangunan di atas tanah yang bukan miliknya untuk jangka waktu paling
lama 30 tahun, yang dapat diperpanjang sampai dengan 20 tahun. Hak
guna bangunan dapat diletaki di atas tanah negara atau tanah hak milik.
4. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau menerima hasil
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau milik orang lain. Namun
hak tersebut tidak timbul karena adanya perjanjian sewa menyewa atau
perjanjian pengelolaan tanah. Baik warga negara Indonesia maupun
orang asing dapat memiliki hak pakai hasil. Demikian pula badan hukum
Indonesia dan badan hukum asing.
5. Hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan adalah hak untuk
memanfaatkan sumber daya dalam hutan yang bersangkutan tanpa
hutan tersebut dimiliki oleh si penerima hak.

3. Perbedaan antara Hibah dan Wakaf Tanah


• Wakaf adalah pemindahan hak milik yang mana penggunaannya akan
dimanfaatkan untuk kepentingan umum, Sedangkan hibah adalah bentuk
pemindahan hak milik kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan,
ketika pemberi dan penerima hibah masih hidup. Keduanya memiliki nilai
ibadah kepada Allah. Berupa wujud solidaritas dan kepedulian kepada
sesama dan masyarakat.
• Benda wakaf merupakan benda bergerak atau tidak bergerak yang
berdaya tahan lama, sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu yang
lama, sedangkan barang hibah bisa berupa sekali pakai atau tahan lama.
• Barang wakaf harus memiliki manfaat untuk kepentingan masyarakat
luas, sementara hibah dapat diberikan kepada perorangan atau kelompok
untuk kepentingan bersama atau pribadi.
• Dalam segi hak milik, barang wakaf tidak bisa menjadi hak milik
seseorang, sedangkan barang hibah dan hadiah bisa menjadi hak milik
pribadi.

Anda mungkin juga menyukai