Anda di halaman 1dari 11

HUKUM AGRAIA

KELOMPOK 4
HERMANTO REINVEEM
SYUKUR ELI GULO RAIZAN RIMON S
AGRARIA

Hukum Agraria adalah keseluruhan kaidah kaidah hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis mengatur
mengenai agraria. Kata agraria bila ditelusuri dalam bahasa lain seperti latin, belanda, yunani dan inggris memiliki arti
yang kurang lebih sama yaitu tanah atau ladang. Namun dalam perkembangannya hukum agraria tidak hanya terbatas
pada tanah. Selanjutnya bila melihat pasal 1 ayat 2 UUPA yang menyatakan “Seluruh bumi, air dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.”. Dapat
kita pahami bahwa pengertian mengenai agraria sebagai sumber alam meliputi:
1. Bumi yang terdiri dari permukaan bumi dan tubuh bumi serta yang berada di bawah air
2. Air yang terdiri dari air pedalaman dan laut wilayah Indonesia
3. Ruang Angkasa yang terdiri dari ruang diatas bumi dan diatas air wilayah Indonesia
4. Kekayaan alam yang terdiri dari tambang, hasil hutan, ikan, binatang dsb.
Dari penjelasan diatas sudah jelas bahwa agraria bukan hanya meliputi tanah namun karena istilah agraria sudah erat
dengan tanah, maka agraria terbagi menjadi dua arti yaitu arti luas, seperti bumi, air , ruang angkasa, dan kekayaan
alam sedangkan dalam arti sempit hanya meliputi tanah.
AGRARIA

Pada zaman Belanda hukum agraria tidak berdiri sendiri melainkan masih menjadi dari empat hukum lain, yaitu:
1. Hukum Agraria Adat
2. Hukum Agraria Barat
3. Hukum Agraria Administratif
4. Hukum Agraria Antar Golongan
Dengan adanya UU Nomor 5 Tahun 1960 akhirnya hukum agraria dapat beridiri sebagai satu cabang ilmu hukum.
Hukum Agraria disebut sebagai suatu cabang ilmu hukum karena telah memenuhi syarat objek formal yaitu UUPA yang
merupakan dasar atau pedoman penyusunan hukum agraria dan syarat objek materiil yaitu UUPA telah menyebutkan
bahwa Bumi, Air, Ruang Angkasa dan Kekayaan Alam yang disamping berfungsi sebagai pembeda cabang ilmu
lainnya. Sebelum adanya UU nomor 5 tahun 1960 terjadi dualisme dan pluralisme hukum agraria hal ini diakibatkan
dari politik hukum belanda sehingga ada hukum agraria barat dan hukum agraria adat. Dalam hukum agraria adat
tanah yang diatur hukum agraria adat disebut tanah adat atau tanah Indonesia dan bersifat tidak tertulis sedangkan
dalam hukum agraria eropa tanahnya disebut tanah barat atau tanah eropa dan bersifat tertulis. Apabila terjadi
hubungan hukum antara orang Indonesia dan orang Eropa maka digunakan hukum antar golongan karena terdapat
asas bahwa “Tanah itu mempunyai status dan hukum tersendiri yang terlepas dan tidak terpengaruhi oleh status atau
hukum dari subjek yang menghendaki.”
AGRARIA

UUPA dikatakan sebagai hukum agraria nasional karena UUPA telah memenuhi kriteria formal dan materiil, isi materiil UUPA antara
lain yaitu:
1. Isi UUPA merupakan penjelmaan dari Pancasila
2. Ketentuan UUPA harus sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat
3. Tujuan UUPA harus sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945
Dengan adanya hukum agraria yang baru maka hukum agraria lama dicabut karena akan menghambat terjadinya masyarakat yang
Makmur dan menimbulkan dualisme hukum.
Tujuan Hukum Agraria Nasional:
1. Meletakkan Dasar Dasar Kenasionalan Hukum Agraria Nasional. Bertujuan untuk menegaskan bahwa era agraria baru telah lahir
dimana pengelolaan BARA + K menjadi hak negara, bangsa dan masyarakat.
2. Dasar Kesatuan dan Kesederhanaan Hukum Agraria Nasional. Kesatuan diartikan dengan memberlakukan satu sistem hukum
agraria sehingga ada kepastian hukum sedangkan kesederhaan dimaksudkan agar hukum agraria mudah dipahami Masyarakat.
3. Dasar Dasar Kepastian Hukum Dalam Hukum Agraria Nasional. Untuk menegakkan kepastian hukum maka hukum agraria
memberikan kewajiban untuk melaksanakan pendaftaran tanah sebagaimana tertuang dalam pasal 19 UUPA yang bertujuan
untuk memberikan jaminan kepastian hukum.
KEDUDUKAN HUKUM ADAT
DALAM PEMBANGUNAN HUKUM AGRARIA NASIONAL
AGRARIA

1. Sebagai Dasar Utama


a. Asas hukum adat yang diambil sebagai dasar, yaitu:
 Religius magis
 Hak ulayat
 Hak perseorangan atas tanah
 Di dalam hak hak individu selalu terlekat hak masyarakat
 Gotong Royong
 Perbedaan antara warga masyarakat dan warga asing dalam kaitannya dengan penguasaan dan penggunaan
b. Lembaga hukum adat yang diambil sebagai dasar utama
Lembaga hukum yang digunakan adalah susunan macam macam hak atas tanah seperti hak milik, hak pakai, hak sewa, hak memungut hasil dan hak membuka tanah.
c. Sistematika hukum agraria adat terutama mengenai sistematika hubungan manusia dengan tanah
Dalam hukum adat dikenal hak ulayat yang mengandung unsur kepunyaan dan unsur kewenangan. Karena tidak mungkin semua anggota masyarakat melaksanakan
pengurusan maka tugas dilimpahkan kepada kepala adat, sehingga atas dasar itu kepala adat memberikan hak milik, hak pakai, dll.
2. Sebagai Dasar Pelengkap
Hukum Adat sebagai dasar pelengkap merujuk pada pasal 5 UUPA yaitu:
a. Ketentuan hukum adat tidak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara
b. Ketentuan hukum adat tidak boleh bertentangan dengan sosialisme Indonesia
c. Ketentuan hukum adat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam UUPA
d. Ketentuan hukum adat tidak boleh bertetangan dengan peraturan agraria lainnya.
e. Pengambilan hukum adat harus mengindahkan unsur unsur yang bersandar pada hukum agama.
HUBUNGAN HUKUM &
ASAS-ASAS HUKUM AGRARIA NASIONAL
AGRARIA

1. Hubungan Hukum Antara Bangsa, Negara dan Perseorangan dengan Objek Hukum Agraria
a. Hubungan Bangsa Indonesia dengan Objek Agraria
Bangsa memiliki hak tertinggi dalam hukum agrarian nasional. Menurut penjelasan umum UUPA angka III nomor 1 hubungan antara bangsa
dengan BARA + K adalah semacam hubungan hak ulayat yang ditingkatkan pada tingkat tertinggi meliputi seluruh wilayah Indonesia. Bangsa
memiliki hak yang mengandung dua unsur yaitu unsur kewenangan yang artinya berhak mengatur BARA + K dan unsur kepunyaan yang berarti
semua orang berhak memiliki hak atas tanah.
b. Hubungan Negara Indonesia dengan Objek Agraria
Hukum Agraria Nasional menggunakan teori bahwa negara merupakan personifikasi dari seluruh rakyat. Hal ini sesuai dengan kedudukan negara
sebagai organsisasi kekuasaan dari rakyat dan hubungan negara dengan tanah adalah hubungan menguasai atau hak menguasai.
c. Hubungan Hukum Perseorangan dengan Tanah
Hubungan tanah dengan makhluk sosial dikenal dengan hak menguasai negara sebagai pelaksanaan hak bangsa. Hak perseorangan atas tanah
ada dua yaitu hak pokok berupa hak milik dan hak sekunder seperti hak guna bangunan, hak pakai, dll.
2. Asas – Asas Hukum Agraria Nasional
a. Asas Nasionalisme
b. Asas Non Diskriminasi
c. Asas Fungsi Sosial Dari Tanah
d. Asas Dikuasai Negara
e. Asas Pemilikan dan Penguasan Tanah Melampaui Batas Tidak Diperkenankan
f. Asas Pemisahan Horizontal
HAK ATAS TANAH
AGRARIA

Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang memberi wewenang bagi subyeknya untuk menggunakan hak yang dikuasainya. Hak atas tanah terdiri dari:
1. Hak Milik
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai atas tanah. Ciri ciri hak milik antara lain dapat dialihkan, jangka waktunya tidak terbatas, dll.
Subyek Hak Milik ialah WNI dan badan hukum yang telah diatur PP Nomor 38 tahun 1963. Adapun pejabat yang berwenang memberikan HM BPN Kab/Kota, Kanwil BPN/
BPN Provinsi dan Badan Hukum. Hak milik dapat terhapus sesuai dengan ketentuan pasal 27 yaitu tanahnya jatuh kepada negara atau tanahnya musnah.
2. Hak Guna Bangunan (HGB)
Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan diatas tanah yang bukan miliknya sendiri dalam jangka waktu tertentu. Ciri ciri HGB yaitu dapat
dilepaskan untuk kepentingan sosial, hak yang wajib didaftarkan, dll. Subyek HGB ialah WNI dan badan hukum. Adapun pejabat yang berwenang memberikan HGB ialah BPN
Kab/Kota dan BPN Provinsi. HGB memiliki jangka waktu selama 30 tahun dan dapat terhapus apabila diterlantarkan, tanahnya musnah, dll.
3. Hak Guna Usaha (HGU)
Hak guna usaha adalah hak utuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu tertentu guna kegiatan usaha pertanian, perkebunan, dll. Ciri
ciri hak guna usaha antara lain yaitu dapat beralih dan dialihkan, objeknya adalah tanah yang dikuasai oleh negara, dll. Subyek hak guna usaha ialah WNI dan badan hukum.
Adapun pejabat yang berwenang memberikan HGU adalah Kepala Kanwil BPN. HGU memiliki jangka waktu selama 35 tahun dan dapat terhapus apabila jangka waktunya
berakhir, ditelantarkan, dicabut untuk kepentingan umum, dll.
4. Hak Pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau milik orang lain. Ciri ciri dari hak pakai yaitu dapat
diberikan untuk jangka waktu tertentu, objek tanahnya milik negara atau hak milik, dll. Subyek hak pakai ialah WNI, orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan
hukum, badan hukum asing yang memiliki perwakilan di Indonesia, departemen, badan keagamaan dan sosial, dll. Adapun pejabat yang berwenang memberikan hak pakai
adalah BPN Kab/Kota dan BPN Provinsi. Terkait dengan jangka waktu hak pakai, jangka waktu yang diberikan selama 25 tahun dan hak pakai dapat terhapus apabila
tanahnya musnah, ditelantarkan, jangka waktunya berakhir, dll.
5. Hak Pengelolaan
Hak pengelolaan adalah hak penguasaan atas tanah negara dengan maksud disamping untuk dipergunakan sendiri oleh si pemegang hak juga dia dapat memberikan kepada
pihak ketiga. Ciri ciri hak pengelolaan yaitu objeknya adalah tanah negara, untuk dipergunakan sendiri oleh si pemegang hakdan sebagian tanah dapat diberikan kepada
pihak ketiga, dan si pemegang hak dapat diberikan beberapa wewenang. Subyek hak pengelolaan adalah departemen atau instansi pemerintah dan badan hukum Indonesia
KELOMPOK 4
Thanks for listening, criticism and guidance.

Anda mungkin juga menyukai