ISSN 2548-7884
arina_novizas@uai.ac.id
Abstrak-Sejarah hukum tanah di Indonesia sebelum berlakunya UUPA selain hukum agraria barat
yaitu hukum adat. Yang didalamnya mengenal seperti hak ulayat, hak milik dan hak pakai. Sebagai
salah satu unsur esensial pembentuk Negara, tanah memegang peran vital dalam kehidupan dan
penghidupan bangsa pendukung Negara yang bersangkutan, lebih-lebih yang corak agrarianya
berdominasi. Hukum tanah adat sendiri tiap daerahnya memiliki perbedaan dikarenakan di tiap
daerah memiliki sumber adat yang berbeda. Hukum tanah adat adalah hukum yang mengatur
tentang ha katas tanah yang berlaku di tiap daerah. Seperti yang kita ketahui hukum tanah adat ini
masih sering digunakan dalam transaksi dalam jual beli tanah di Indonesia. Namun, dibalik
berlakunya hukum tanah adat di tiap daerah disini juga berlaku hukum agrarian nasional yaitu
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang “Peraturan dasar
pokok –pokok Agraria “dalam peraturan itu sudah diatur dalam hukum agraria.
14
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
Penggarapan bersama-sama dapat berupa cara tidak akan terlepas dari segala tindak
system bluburan, system mathok galeng yang Tanduk manusia itu sendiri sebab tanah
berupa gilir wong dan mathok wong. Selain hak merupakan tempat bagi manusia untuk
ulayat terdapat pula hak perseorangan yang menjalani dan kelanjutan kehidupannya.
terdiri dari hak menikmati hasil, hak wenag Tanah adalah sumber daya material dan
pilih, hak milik/hak yasan, hak wenang beli dan sumber terpenting. Dalam teori
hak imbalan jabatan. kepemilikan tanah Berdasarkan hukum
adat adalah tanah merupakan milik
Hak ulayat dan hak perseorangan mempunyai komunal atau persekutuan hukum.
hubungan yang dikenal dengan istilah batas-
membatasi /desak-mendesak, /mulur-mungkret, Dalam pertanahan sering kita mendengar
/kempis-mengembang, tiada henti. Yang artinya istilah hak ulayat dalam pasal 3 UUPA
semakin maju dan bebas penduduk dalam usaha terdapat istilah “hak ulayat dan hak-hak
pertanian, maka hak perseorangan akan semakin yang serupa dengan itu” dijelaskan secara
kuat sehingga hak ulayat semakin melemah. lengkap “ Dengan mengingat ketentuan-
Tetapi sebaliknya, jika tanah tersebut ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan
ditelantarkan sehingga hak perseorangan yang hak ulayat dam hak-hak serupa itu dari
ada melemah, maka tanahnya tersebut kembali masyarakat-masyarakat hukum adat,
menjadi tanah ulayat (hak ulayat menguat). sepanjang menurut kenyataanya masih ada,
harus sedemikian rupa sehingga sesuai
Rumusan Masalah dengan kepentingan nasional dan negara,
1. Bagaimana syarat-syarat agar terpenuhinya yang berdasarkan atas persatuan bangsa
tanah ulayat atau tanah adat ? serta tidak boleh bertentangan dengan
2. Bagaimana kedudukan hukum tanah adat undang-undang dan peraturan-peraturan
dalam UUPA ? lain yang lebih tinggi”. Dalam Pasal 1
3. Bagaimana penyelesaian sengketa tanah ? peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
4. Analisis kasus sengketa tanah di Jawa Badan Pertanahan Nasional No. 5
Tengah Masyarakat Hukum Adat tanah, bahwa
tanah ulayat adalah bidang tanah yang di
Tujuan atasnya terdapat hak ulayat dari suatu
1. Untuk mengetahui syarat- syarat agar masyarakat hukum adat tertentu. Dalam
terpenuhinya tanah ulayat atau tanah adat. definisi tersebut dijelaskan bahwa adanya
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum tanah saling keterkaitan antara tanah ulayat yang
adat dalam UUPA. didalamnya ada hak ulayat. Dalam
3. Untuk mengetahui penyelesaian nya jika menentukan suatu tanah yang dijadikan
terjadi sengketa tanah. dalam kategori dalam hak ulayat. Menurut
4. Untuk mengetahui analisis kasus sengketa Kurnia Warman didalam buku Hukum
tanah di Jawa Tengah. Agraria Dalam Masyarakat Majemuk
(hlm.40) mengatakan persyaratan yang
PEMBAHASAN harus dipenuhi oleh hak ulayat dalam pasal
3 UUPA :
A. Syarat terpenuhinya Tanah Ulayat atau 1. Sepanjang kenyataanya masyarakat
Tanah Adat hukum adat itu masih ada :
Hukum tanah adat sudah tidak asing lagi Mengenai hal ini, sesuai dengan
bagi kita bangsa Indonesia. Karena pada penjelasan pasal 67 ayat (1) UU No. 41
hakikatnya hukum tanah adat sudah 1999 tentang kethutanan “suatu
berkembang di Indonesia sudah lama sejak masyarakat hukum adat diakui
jaman dahulu dan masih sering digunakan keberadaanya, jika menurut
hingga sekarang ini di beberapa daerah. kenyataannya memenuhi unsur antara
Dalam kehidupan manusia bahwa tanah lain:
15
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
a) Masyarakatnya masih dalam ulayat atau tanah adat agar bisa dikatakan
bentuk penguyuban tanah ulayat. Apabila tidak memenuhi
(rechtsgemeenschap) persyaratan diatas maka tanah tersebut tidak
b) Ada kelembagaan dalam bentuk bisa disebutkan tanah hak ulayat. Dan
perangkat penguasa adatnya subyek ha ulayat ini adalah masyarakat
c) Ada wilayah hukum adat yang adat.
jelas
d) Ada pranata dan perangkat Hukum tanah adat sudah di undangkan
hukum, khususnya peradilan adat, dalam peraturan baru yaitu Undang-undang
yang masih ditaati pokok agraria aau yang dikenal yang
e) Masih mengadakan pemungutan dikenal dengan UUPA. Dalam
hasil hutan di wialayah hutan di pembentukan undang-undang ini hukum
wilayah hutan sekitarnya untuk adat merupakan sumber utama dalam
pemenuhan kebutuhan hidup perumusan UUPA dikarenakan sebagai
sehari-hari sumber mengambil bahan-bahan yang
2. Negara dan sesuai dengan kepentingan dibutuhkan untuk pembangun hukum tanah
nasional. nasional,. Hukum tanah adat memiliki
3. Tidak bertentangan dengan UU dan Kedudukan hukum tanah adat dalam UUPA
peraturan yang lebih tinggi kriteria yaitu bahwa hukum tanah adat nasional
dalam menentukan hak ulayat adalah : disusun berdasarkan hukum adat tentang
a. Unsur masyarakat adat, yaitu tanah, dinyatakan dalam konsiderans/
terdapatnya sekelompok orang berpendapat UUPA. Pernyataan mengenai
yang masih terikat oleh tatanan Hukum adat dalam UUPA membahas
hukum adatnya sebagai bersama tentang :
suatu persekutuan hukum 1. Penjelasan umum angka III (1)
tertentu, yang mengakui dan 2. Pasal 5
menerapkan ketentuan-ketentuan 3. Penjelasan pasal5
persekutuan tersebut dalam 4. Penjelasan pasal 6
kehidupan sehari-hari. 5. Pasal 56 dan secara tidak langsung juga
b. Unsur wilayah, yaitu terdapatnya dalam
tanah ulayat tertentu yang 6. Pasal 58
menjadi lingkungan hidup para
warga persekutuan hukum Disini dapat dilihat bahwa semua masalah
tersebut dan tempatnya hukum tanah adat secara praktis di
mengambil keperluan hidupnya akomodasi oleh peraturan perundang-
sehari-hari, dan undangan yang dibuat oleh pemerintah. Dan
c. Unsur hubungan antara hukum tanah adat sendiri kedudukanya
masyarakat tersebut dengan sebagai sumber utama dalam pengambilan
wlayah, yatu terdapatnya tatanan bahan-bahan kemudian dijadikan sebagai
hukum adat mengena materi dalam pembuatan UUPA. Penjelasan
kepenguasaan, penguasaan dan UUPA paragraf menegaskan bahwa hukum
penggunaan tanah. ulayatnya adat yang dumaksud dalam UUPA adalah “
yang masih berlaku dan ditaati hukum adat yang disempurnakan dan
oleh para warga persekutuan disesuaiakan dengan kepentingan
hokum masyarakat dalam negara yang modern dan
dalam hubungan internasional, serta
B. Kedudukan Hukum Tanah Adat Dalam disesuaikan dengan sosialisme Indonesia”
UUPA sehingga hukum tanah menjadi sumber
Dalam pembahasan diatas merupakan utama hukum agraria nasional adalah
syarat-syarat tentang terpenuhinya tanah
16
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
17
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
18
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
arbitrase mucul karena adanya dimohonkan oleh tergugat tidak sah, cacat
kesepakatan secara tertulis dari para hukum, karena tidak berdasarkan alas hak
piha untuk menyerahkan yang sah. “Menghukum para tergugat
penyelesaian suatu sengketa atau untuk membayar biaya tagggung renteng
perselisihan perdata kepada perkara yang ditaksir sebesar Rp 18 juta.
lembaga arbitrase. Menolak seluruh dalil gugatan rekonvensi
untuk seluruhnya,” tambah Dwiarso.
D. Analisis Kasus Sengketa Tanah di Jawa
Tengah Menurut hakim, dalam objek perjanjian
Gubenur Jateng Kalah dalam Sengketa tanah tanggal 7 Mei 1987 tanah dan
Tanah PRPP TRIBUNJATENG.COM, pengembangan semula adalah 108 hektare,
SEMARANG- Gubernur Jawa Tengah kemudian direklamasi dengan
Ganjar Pranowo dinyatakan kalah dalam menggunakan dana pihak ketiga hingga
sengketa lahan di Pusat Rekreasi dan menjadi 237 hektare. Tanah yang diurug
Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa dan direklamasi sebelumnya adalah laut.
Tengah seluas 237 hektare. Putusan Pengurugan menggunakan oleh dana pihak
kekalahan dibacakan dalam sidang di ketiga, namun dalam pelaporan
Pengadilan Negeri Semarang, Kamis diatasnamakan menggunakan dana
(20/8/2015) petang. Dalam sengketa ini, Pemprov Jawa Tengah, hingga dimintakan
Gubernur Jateng sebagai tergugat I digugat sertifikat HPL atasnama Pemprov Jawa
secara perdata oleh PT Indo Perkasa Tengah. Gubernur Jateng pun
Usahatama (IPU) yang diwakili oleh mengeluarkan keputusan tahun 1985
pengacara senior, Yusril Ihza Mahendra. tentang pengamatan areal tanah seluas 108
Gubernur Jateng itu dinyatakan bersalah hektare untuk PRPP. Kemudian diterbikan
melakukan perbuatan melawan hukum SK Gubernur tahun 1986 tentang
dalam penerbitan sertifikat Hak penyerahan pengelolaan tanah kepada
Pengolahan Lahan (HPL) di atas tanah yayasan PT PRPP.
sengketa tersebut.
“Objek yang dijanjikan masih dikuasai
“Menghukum tergugat untuk patuh, dan masyarakat setempat, sehingga harus ada
ikut melaksanakan putusan ini dengan izin lokasi dan pembebasan lahan,” kata
sungguh-sungguh,” ujar ketua majelis hakim lagi. Kendati dinyatakan kalah,
hakim Dwiarso Budi Santiarto didampingi hakim hanya mengabulkan sebagian
hakim Antonius Widjantono dan Heri gugatan dari penggugat. Gugatan materiil
Sumanto itu. Selain Gubernur, para dan immateriil sebesar Rp 1,6 triliun tidak
tergugat dan turut tergugat lain juga dikabulkan oleh majelis hakim. Atas
dinyatakan bersalah dalam proses putusan itu, para pihak diminta untuk
penerbitan sertifikat HPL. Tergugat II menyatakan sikap. Namun, para pihak tak
Yayasan PT PRPP, PT PRPP sebagai ada yang langsung menyatakan
tergugat III juga dinyatakan bersalah. pendapatnya. Hakim pun memberi waktu
Begitu juga dengan turut tergugat I kantor untuk menyatakan sikap sesuai hak
Badan Pertanahan Negara, Kanwil BPN hukumnya. (*)
Jateng sebagai turut tergugat II, dan kantor
BPN Semarang sebagai turut tergugat III. ANALISIS
Mereka dinyatakan turut bersalah.
Dari kasus diatas bisa dapat kita simpulkan
Dalam putusannya, hakim berpendapat, bahwa dalam penyelesaian kasus tersebut
apa yang dilakukan tergugat tidak menggunakan penyelesaian Pada proses
mempunyai dasar hukum. Sengketa lahan penyelesaian ligitasi melalui badan peradilan,
seluas 237 hektare yang sertifikatnya menurut Usman (2003:10) penyelesaian
19
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
20
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
Sengketa tanah merupakan konflik antara dua Adiwinata, Saleh. 1983. Perkembangan Hukum
orang atau lebih yang sama mempunyai Perdata/Adat Sejak Tahun 1960., Bandung., PT.
kepentingan atas status hak objek tanah satu Alumni
atau beberapa objek tanah yang dapat
menimbulkan akibat hukum tertentu bagi para Antonius, Simajuntak, Bungaran. 2015. Arti dan
pihak yang mempunyai kepentingan- Fungsi Tanah Bagi Masyarakat toba, Karo,
kepentingan yang sama atas bidang-bidang Simalungun., Jakarta., Yayasan Pustaka Obor
tanah. Biasaya sengekta tanah dipicu oleh Indonesia.
beberapa masalah bisanya perebutan hak tanah,
Permasalahan sengketa tanah sering terjadi di Santoso, Urip. 2007. Hukum Agraria dan Hak-
Indonesia terutama di daerah-daerah hak Atas Tanah. Jakarta. Kencana Prenada
dikarenakan disetiap tanah kurangnya Media Group
keterangan terhadap kelengkapan surat-surat
tanah. Hadikusuma, Hilman. 2003. Pengantar Hukum
Adat Indonesia. Bandung. Mandar Maju
Ada beberapa jenis penyelesaian sengketa
tanah yaitu : Muhammad, Bushar. 2013. Pokok-pokok
Hukum Adat. Jakarta. PT. Balai Pustaka
21
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884
22