Anda di halaman 1dari 9

Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No.

ISSN 2548-7884

“HUKUM TANAH ADAT/ULAYAT”


Arina Novizas Shebubakar, Marie Remfan Raniah

Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana


Universitas Al azhar Indonesia,
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jalan Sisingamangaraja,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12110

arina_novizas@uai.ac.id

Abstrak-Sejarah hukum tanah di Indonesia sebelum berlakunya UUPA selain hukum agraria barat
yaitu hukum adat. Yang didalamnya mengenal seperti hak ulayat, hak milik dan hak pakai. Sebagai
salah satu unsur esensial pembentuk Negara, tanah memegang peran vital dalam kehidupan dan
penghidupan bangsa pendukung Negara yang bersangkutan, lebih-lebih yang corak agrarianya
berdominasi. Hukum tanah adat sendiri tiap daerahnya memiliki perbedaan dikarenakan di tiap
daerah memiliki sumber adat yang berbeda. Hukum tanah adat adalah hukum yang mengatur
tentang ha katas tanah yang berlaku di tiap daerah. Seperti yang kita ketahui hukum tanah adat ini
masih sering digunakan dalam transaksi dalam jual beli tanah di Indonesia. Namun, dibalik
berlakunya hukum tanah adat di tiap daerah disini juga berlaku hukum agrarian nasional yaitu
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang “Peraturan dasar
pokok –pokok Agraria “dalam peraturan itu sudah diatur dalam hukum agraria.

Kata Kunci : Hukum Tanah, Adat, Ulayat, Undan-undang

PENDAHULUAN Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960


tentang “Peraturan dasar pokok –pokok Agraria
Latar Belakang “dalam peraturan itu sudah diatur dalam
Sejarah hukum tanah di Indonesia sebelum hukum agraria.
berlakunya UUPA selain hukum agraria barat
yaitu hukum adat. Yang didalamnya mengenal Dalam pandangan adat masyarakat kita,tanah
seperti hak ulayat, hak milik dan hak mempunyai makna yang sangat penting yakni
pakai. Sebagai salah satu unsur esensial sebagai tempat tinggal dan mempertahankan
pembentuk Negara, tanah memegang peran vital kehidupan,alat pengikat masyarakat dalam suatu
dalam kehidupan dan penghidupan bangsa persekutuan,serta sebagai modal utama dalam
pendukung Negara yang bersangkutan, lebih- dalam suatu persekutuan.Suatu persekutuan
lebih yang corak agrarianya berdominasi. mempunyai hak ulayat.
Hukum tanah adat sendiri tiap daerahnya
memiliki perbedaan dikarenakan di tiap daerah Hak ulayat yaitu hak yang dimiliki suatu
memiliki sumber adat yang berbeda. persekutuan hukum adat, untuk menguasai
tanah beserta segala isinya dalam lingkungan
Hukum tanah adat adalah hukum yang wilayah persekutuan tersebut.Hak ulayat
mengatur tentang ha katas tanah yang berlaku di merupakan hak atas tanah yang tertinggi dalam
tiap daerah. Seperti yang kita ketahui hukum hukum adat. Penggarapan tanah oleh
tanah adat ini masih sering digunakan dalam masyarakat dalam persekutuan bila dilakukan
transaksi dalam jual beli tanah di Indonesia. secara bersama-sama dibawah kepala
Namun, dibalik berlakunya hukum tanah adat di persekutuan atau dilakukan warga secara
tiap daerah disini juga berlaku hukum agrarian perseorangan.
nasional yaitu diatur dalam Undang-Undang

14
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

Penggarapan bersama-sama dapat berupa cara tidak akan terlepas dari segala tindak
system bluburan, system mathok galeng yang Tanduk manusia itu sendiri sebab tanah
berupa gilir wong dan mathok wong. Selain hak merupakan tempat bagi manusia untuk
ulayat terdapat pula hak perseorangan yang menjalani dan kelanjutan kehidupannya.
terdiri dari hak menikmati hasil, hak wenag Tanah adalah sumber daya material dan
pilih, hak milik/hak yasan, hak wenang beli dan sumber terpenting. Dalam teori
hak imbalan jabatan. kepemilikan tanah Berdasarkan hukum
adat adalah tanah merupakan milik
Hak ulayat dan hak perseorangan mempunyai komunal atau persekutuan hukum.
hubungan yang dikenal dengan istilah batas-
membatasi /desak-mendesak, /mulur-mungkret, Dalam pertanahan sering kita mendengar
/kempis-mengembang, tiada henti. Yang artinya istilah hak ulayat dalam pasal 3 UUPA
semakin maju dan bebas penduduk dalam usaha terdapat istilah “hak ulayat dan hak-hak
pertanian, maka hak perseorangan akan semakin yang serupa dengan itu” dijelaskan secara
kuat sehingga hak ulayat semakin melemah. lengkap “ Dengan mengingat ketentuan-
Tetapi sebaliknya, jika tanah tersebut ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan
ditelantarkan sehingga hak perseorangan yang hak ulayat dam hak-hak serupa itu dari
ada melemah, maka tanahnya tersebut kembali masyarakat-masyarakat hukum adat,
menjadi tanah ulayat (hak ulayat menguat). sepanjang menurut kenyataanya masih ada,
harus sedemikian rupa sehingga sesuai
Rumusan Masalah dengan kepentingan nasional dan negara,
1. Bagaimana syarat-syarat agar terpenuhinya yang berdasarkan atas persatuan bangsa
tanah ulayat atau tanah adat ? serta tidak boleh bertentangan dengan
2. Bagaimana kedudukan hukum tanah adat undang-undang dan peraturan-peraturan
dalam UUPA ? lain yang lebih tinggi”. Dalam Pasal 1
3. Bagaimana penyelesaian sengketa tanah ? peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
4. Analisis kasus sengketa tanah di Jawa Badan Pertanahan Nasional No. 5
Tengah Masyarakat Hukum Adat tanah, bahwa
tanah ulayat adalah bidang tanah yang di
Tujuan atasnya terdapat hak ulayat dari suatu
1. Untuk mengetahui syarat- syarat agar masyarakat hukum adat tertentu. Dalam
terpenuhinya tanah ulayat atau tanah adat. definisi tersebut dijelaskan bahwa adanya
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum tanah saling keterkaitan antara tanah ulayat yang
adat dalam UUPA. didalamnya ada hak ulayat. Dalam
3. Untuk mengetahui penyelesaian nya jika menentukan suatu tanah yang dijadikan
terjadi sengketa tanah. dalam kategori dalam hak ulayat. Menurut
4. Untuk mengetahui analisis kasus sengketa Kurnia Warman didalam buku Hukum
tanah di Jawa Tengah. Agraria Dalam Masyarakat Majemuk
(hlm.40) mengatakan persyaratan yang
PEMBAHASAN harus dipenuhi oleh hak ulayat dalam pasal
3 UUPA :
A. Syarat terpenuhinya Tanah Ulayat atau 1. Sepanjang kenyataanya masyarakat
Tanah Adat hukum adat itu masih ada :
Hukum tanah adat sudah tidak asing lagi Mengenai hal ini, sesuai dengan
bagi kita bangsa Indonesia. Karena pada penjelasan pasal 67 ayat (1) UU No. 41
hakikatnya hukum tanah adat sudah 1999 tentang kethutanan “suatu
berkembang di Indonesia sudah lama sejak masyarakat hukum adat diakui
jaman dahulu dan masih sering digunakan keberadaanya, jika menurut
hingga sekarang ini di beberapa daerah. kenyataannya memenuhi unsur antara
Dalam kehidupan manusia bahwa tanah lain:

15
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

a) Masyarakatnya masih dalam ulayat atau tanah adat agar bisa dikatakan
bentuk penguyuban tanah ulayat. Apabila tidak memenuhi
(rechtsgemeenschap) persyaratan diatas maka tanah tersebut tidak
b) Ada kelembagaan dalam bentuk bisa disebutkan tanah hak ulayat. Dan
perangkat penguasa adatnya subyek ha ulayat ini adalah masyarakat
c) Ada wilayah hukum adat yang adat.
jelas
d) Ada pranata dan perangkat Hukum tanah adat sudah di undangkan
hukum, khususnya peradilan adat, dalam peraturan baru yaitu Undang-undang
yang masih ditaati pokok agraria aau yang dikenal yang
e) Masih mengadakan pemungutan dikenal dengan UUPA. Dalam
hasil hutan di wialayah hutan di pembentukan undang-undang ini hukum
wilayah hutan sekitarnya untuk adat merupakan sumber utama dalam
pemenuhan kebutuhan hidup perumusan UUPA dikarenakan sebagai
sehari-hari sumber mengambil bahan-bahan yang
2. Negara dan sesuai dengan kepentingan dibutuhkan untuk pembangun hukum tanah
nasional. nasional,. Hukum tanah adat memiliki
3. Tidak bertentangan dengan UU dan Kedudukan hukum tanah adat dalam UUPA
peraturan yang lebih tinggi kriteria yaitu bahwa hukum tanah adat nasional
dalam menentukan hak ulayat adalah : disusun berdasarkan hukum adat tentang
a. Unsur masyarakat adat, yaitu tanah, dinyatakan dalam konsiderans/
terdapatnya sekelompok orang berpendapat UUPA. Pernyataan mengenai
yang masih terikat oleh tatanan Hukum adat dalam UUPA membahas
hukum adatnya sebagai bersama tentang :
suatu persekutuan hukum 1. Penjelasan umum angka III (1)
tertentu, yang mengakui dan 2. Pasal 5
menerapkan ketentuan-ketentuan 3. Penjelasan pasal5
persekutuan tersebut dalam 4. Penjelasan pasal 6
kehidupan sehari-hari. 5. Pasal 56 dan secara tidak langsung juga
b. Unsur wilayah, yaitu terdapatnya dalam
tanah ulayat tertentu yang 6. Pasal 58
menjadi lingkungan hidup para
warga persekutuan hukum Disini dapat dilihat bahwa semua masalah
tersebut dan tempatnya hukum tanah adat secara praktis di
mengambil keperluan hidupnya akomodasi oleh peraturan perundang-
sehari-hari, dan undangan yang dibuat oleh pemerintah. Dan
c. Unsur hubungan antara hukum tanah adat sendiri kedudukanya
masyarakat tersebut dengan sebagai sumber utama dalam pengambilan
wlayah, yatu terdapatnya tatanan bahan-bahan kemudian dijadikan sebagai
hukum adat mengena materi dalam pembuatan UUPA. Penjelasan
kepenguasaan, penguasaan dan UUPA paragraf menegaskan bahwa hukum
penggunaan tanah. ulayatnya adat yang dumaksud dalam UUPA adalah “
yang masih berlaku dan ditaati hukum adat yang disempurnakan dan
oleh para warga persekutuan disesuaiakan dengan kepentingan
hokum masyarakat dalam negara yang modern dan
dalam hubungan internasional, serta
B. Kedudukan Hukum Tanah Adat Dalam disesuaikan dengan sosialisme Indonesia”
UUPA sehingga hukum tanah menjadi sumber
Dalam pembahasan diatas merupakan utama hukum agraria nasional adalah
syarat-syarat tentang terpenuhinya tanah

16
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

prinsip-prinsip kontruksi hukum adat yang para pihak melalui alternatif


ada di Indonesia yang dipergunakan. penyelesaian sengketa yang
didasarkan pada itikad baik
C. Penyelesaian Sengketa Tanah dengan mengesampingkan
Kasus sengketa tanah muncul karena penyelesaian secara litigasi di
adanya klaim/ pengaduan/keberatan dari Pengadilan Negeri
masyarakat. Pada haikatnya kasus (2) Penyelesaian sengketa atau
pertahanahan dapat dikategorkan ke dalam beda pendapat melalui alternatif
hukum dan konflik kepentingan. Sengketa penyelesaian sengketa
adalah pertentangan antara dua pihak tau sebagaimana dimaksud dalam
lebih yang berwal dari persepsi yang ayat (1) diselesaikan dalam
berbeda tentang suatu kepentingan atau pertemuan langsung oleh para
hak milik yang dapat menimbulkan akibat pihak dalam waktu paling lama
hukum bagi keduanya (2003:14). 14 (empat belas) hari dan
Sedangkan sengketa tanah merupakan hasilnya dituangkan dalam
konflik antara dua orang atau lebih yang suatu kesepakatan tertulis.
sama mempunyai kepentingan atas status (3) Dalam hal sengketa atau beda
hak objek tanah satu atau beberapa objek pendapat sebagaimana
tanah yang dapat menimbulkan akibat dimaksud dalam ayat (2) tidak
hukum tertentu bagi para pihak yang dapat diselesaikan, maka atas
mempunyai kepentingan-kepentingan yang kesepakatan tertulis para pihak,
sama atas bidang-bidang tanah. sering sengketa atau beda pendapat
terjadi dalam Indonesia apalagi dalam diselesaikan melalui bantuan
urusan dengan tanah ini adalah beberapa seorang atau lebih penasehat
kasus tentang pertanahan meliputi ahli maupun melalui seorang
beberapa macam antara lain : mediator
1. Mengenai masalah status tanah (4) Apabila para pihak tersebut
2. Masalah kepemilikan dalam waktu paling lama 14
3. Masalah bukti-bukti perolehan yang (empat belas) hari dengan
menjadi dasar pemberian hak dan bantuan seorang atau lebih
sebagainya. penasehat ahli maupun melalui
seorang mediator tidak berhasil
Penyebab terjadinya sengketa tanah mencapai kata sepakat, atau
biasanya Dalam penyelesaianya sengeketa mediator tidak berhasil
tanah biasanya menggunakan 2 langkah mempertemukan kedua belah
yaitu dengan cara legislatif atau melalui pihak, maka para pihak dapat
badan peradilan yang biasanya dibantu menghubungi sebuah lembaga
oleh BPN dan yang kedua menggunakan arbitrase atau lembaga alternatif
non legislatif yaitu dengan menggunakan penyelesaian sengketa untuk
secara musyawarah biasanya melibatkan menunjuk seorang mediator
pada petugas desa ataupun menggunakan (5) Setelah penunjukan mediator
ketua adat yang didaerah yang terjadi oleh lembaga arbitrase atau
sengketa tanah. Ada beberapa jenis lembaga alternatif penyelesaian
penyelesaian sengketa tanah yaitu : sengketa, dalam waktu paling
1. Alternatif penyelesaian menurut lama 7 (tujuh) hari usaha
Undang-undang Nomor 30 tahun mediasi harus sudah dapat
1999 tentang arbitrase dan alternatif dimulai.
penyelesaian sengeketa tanah. (6) Usaha penyelesaian sengketa
(1) Sengketa atau beda pendapat atau beda pendapat melalui
perdata dapat diselesaikan oleh mediator sebagaimana

17
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

dimaksud dalam ayat (5) melalui cara negosiasi, mediasi dan


dengan memegang teguh arbitrase.
kerahasiaan, dalam waktu 1. Negoisasi
paling lama 30 ( tiga puluh ) Kata negoisasi sering disebut
hari harus tercapai kesepakatan “berunding” atau “bermusyawarah”
dalam bentuk tertulis yang Menurut Goodfaster (2001:44),
ditandatangani oleh semua negosiasi merupakan proses upaya
pihak yang terkait untuk mencapai kesepakatan
(7) Kesepakatan penyelesaian dengan pihak lain, suatu proses
sengketa atau beda pendapat interaksi dan komunikasi yang
secara tertulis adalah final dan dinamis dan beraneka ragam, dapat
mengikat para pihak untuk lembut dan bernuansa, sebagaimana
dilaksanakan dengan itikad baik manusia itu sendiri. Sedangkan
serta wajib didaftarkan di menurut Mark E. Roszkowski
Pengadilan Negeri dalam waktu (2000: 30-31), negotiation is a
paling lama 30 (tiga puluh) hari process by which two parties, with
sejak penandatanganan differing demands.
(8) Kesepakatan penyelesaian 2. Mediasi
sengketa atau beda pendapat Yaitu penyelesaian sengketa yang
sebagaimana dimaksud dalam melibatkan piha ketiga sebagai
ayat (7) wajib selesai penengah. Menurut Goodfaster
dilaksanakan dalam waktu (1993:201), mediasi adalah proses
paling lama 30 ( tiga puluh) hari negosiasi pemecahan masalah di
sejak pendaftaran mana pihak luar yang tidak
(9) Apabila usaha perdamaian memihak (impartial) dan netral
sebagaimana dimaksud dalam bekerja dengan pihak yang
ayat (1) sampai dengan ayat (6) bersengketa untuk membantu
tidak dapat dicapai, maka para mereka memperoleh kesepakatan
pihak berdasarkan kesepakatan perjanjian dengan memuaskan.
secara tertulis dapat 3. Arbitrase
mengajukan usaha Yaitu proses yang paling mudah
penyelesaiannya melalui dan simpel dalam penyelesaian
lembaga arbitrase atau arbitrase sengketa tanah untuk itu sering
ad–hoc. dipilih oleh para pihak secara
2. Litigasi sukarela yang ingin agar perkaranya
Pada proses penyelesaian ligitasi diputus oleh juru pisah yang netral
melalui badan peradilan, menurut sesuai dengan pilihan mereka
Usman (2003:10) penyelesaian dimana keputusan mereka
sengketa tanah melalui jalur litigasi berdasarkan dalili-dalili dalam
merupakan cerminan dari doktrin putusan tersebut secara final dan
trian politica dimana badan-badan mengikat. Dalam Pasal 1 angka 1
peradilan diberi wewenang dan UU No. 30 tahun 1999 tentang
memegang otoritas mengadili suatu Arbitrase dan Alternatif
sengketa. Penyelesaian Sengketa, Arbitrase
3. Non litigasi atau alternative dispute diartikan sebagai cara penyelesaian
resolution suatu sengketa perdata di luar
Yaitu penyelesaian sengketa di luar peradilan umum yang didasarkan
mekanisme Badan Peradilan. pada perjanjian arbitrase yang
Lazimnya, penyelesaian sengketa dibuat secara tertulis oleh para
melalui jalur non litigasi dapat pihak yang bersengketa. Perjanjian

18
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

arbitrase mucul karena adanya dimohonkan oleh tergugat tidak sah, cacat
kesepakatan secara tertulis dari para hukum, karena tidak berdasarkan alas hak
piha untuk menyerahkan yang sah. “Menghukum para tergugat
penyelesaian suatu sengketa atau untuk membayar biaya tagggung renteng
perselisihan perdata kepada perkara yang ditaksir sebesar Rp 18 juta.
lembaga arbitrase. Menolak seluruh dalil gugatan rekonvensi
untuk seluruhnya,” tambah Dwiarso.
D. Analisis Kasus Sengketa Tanah di Jawa
Tengah Menurut hakim, dalam objek perjanjian
Gubenur Jateng Kalah dalam Sengketa tanah tanggal 7 Mei 1987 tanah dan
Tanah PRPP TRIBUNJATENG.COM, pengembangan semula adalah 108 hektare,
SEMARANG- Gubernur Jawa Tengah kemudian direklamasi dengan
Ganjar Pranowo dinyatakan kalah dalam menggunakan dana pihak ketiga hingga
sengketa lahan di Pusat Rekreasi dan menjadi 237 hektare. Tanah yang diurug
Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa dan direklamasi sebelumnya adalah laut.
Tengah seluas 237 hektare. Putusan Pengurugan menggunakan oleh dana pihak
kekalahan dibacakan dalam sidang di ketiga, namun dalam pelaporan
Pengadilan Negeri Semarang, Kamis diatasnamakan menggunakan dana
(20/8/2015) petang. Dalam sengketa ini, Pemprov Jawa Tengah, hingga dimintakan
Gubernur Jateng sebagai tergugat I digugat sertifikat HPL atasnama Pemprov Jawa
secara perdata oleh PT Indo Perkasa Tengah. Gubernur Jateng pun
Usahatama (IPU) yang diwakili oleh mengeluarkan keputusan tahun 1985
pengacara senior, Yusril Ihza Mahendra. tentang pengamatan areal tanah seluas 108
Gubernur Jateng itu dinyatakan bersalah hektare untuk PRPP. Kemudian diterbikan
melakukan perbuatan melawan hukum SK Gubernur tahun 1986 tentang
dalam penerbitan sertifikat Hak penyerahan pengelolaan tanah kepada
Pengolahan Lahan (HPL) di atas tanah yayasan PT PRPP.
sengketa tersebut.
“Objek yang dijanjikan masih dikuasai
“Menghukum tergugat untuk patuh, dan masyarakat setempat, sehingga harus ada
ikut melaksanakan putusan ini dengan izin lokasi dan pembebasan lahan,” kata
sungguh-sungguh,” ujar ketua majelis hakim lagi. Kendati dinyatakan kalah,
hakim Dwiarso Budi Santiarto didampingi hakim hanya mengabulkan sebagian
hakim Antonius Widjantono dan Heri gugatan dari penggugat. Gugatan materiil
Sumanto itu. Selain Gubernur, para dan immateriil sebesar Rp 1,6 triliun tidak
tergugat dan turut tergugat lain juga dikabulkan oleh majelis hakim. Atas
dinyatakan bersalah dalam proses putusan itu, para pihak diminta untuk
penerbitan sertifikat HPL. Tergugat II menyatakan sikap. Namun, para pihak tak
Yayasan PT PRPP, PT PRPP sebagai ada yang langsung menyatakan
tergugat III juga dinyatakan bersalah. pendapatnya. Hakim pun memberi waktu
Begitu juga dengan turut tergugat I kantor untuk menyatakan sikap sesuai hak
Badan Pertanahan Negara, Kanwil BPN hukumnya. (*)
Jateng sebagai turut tergugat II, dan kantor
BPN Semarang sebagai turut tergugat III. ANALISIS
Mereka dinyatakan turut bersalah.
Dari kasus diatas bisa dapat kita simpulkan
Dalam putusannya, hakim berpendapat, bahwa dalam penyelesaian kasus tersebut
apa yang dilakukan tergugat tidak menggunakan penyelesaian Pada proses
mempunyai dasar hukum. Sengketa lahan penyelesaian ligitasi melalui badan peradilan,
seluas 237 hektare yang sertifikatnya menurut Usman (2003:10) penyelesaian

19
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

sengketa tanah melalui jalur litigasi merupakan PENUTUP


cerminan dari doktrin trian politica dimana
badan-badan peradilan diberi wewenang dan A. Kesimpulan
memegang otoritas mengadili suatu sengketa. Kita sebagai manusia hidup selalu terkait
Kita bisa lihat bahwa pemprov Jateng dengan tanah karena manusia beraktifitas
mengajukan banding kepada pengadilan dengan tanah. Sebelum menyimpulkan lebih
mengenai perebutan hak atas tanah. Perebutan dalam lagi kita harus mengetahui apa pengertian
tersebut dilakukan oleh pemerintah Jawa tanah. Tanah adalah sumber daya material dan
Tengah dan PT IPU. Dalam kasus tersebut sumber terpenting. Tanah merupakan lapisan
beberapa kali melakukan gugatan yang teratas dan dari lapisan inilah hidup beraneka
dilontarkan oleh kedua belah pihak setelah ragam makhluk termasuk manusia. Tanah
melakukan beberapa tahapan akhirnya kasus dianggap sebagai satu-satunya sumber untuk
tersebut dimenangkan oleh PT IPU. Dalam mendapatkan pendapatan dan kekayaan. Tanah
kasus tersebut beberapa kali melakukan gugatan juga diyakini mengandung kemampuan untuk
yang dilontarkan oleh kedua belah pihak setelah menghasilkan produksi dalam jumlah dan mutu
melakukan beberapa tahapan akhirnya kasus yang besar. Kaidah-kaidah yang berkenaan
tersebut dimenangkan oleh PT IPU. dengan peraturan tanah, dalam hal penetapan
hak, pemeliharaan, pemindahan hak, dan
Dalam penyelesaian kasus selain menggunakan sebagainya disebut hukum tanah. Setelah
proses ligitasi adalah menggunakan proses mengetahui pengertian tanah kita tahu hidup
mediasi yaitu dengan cara musyawarah dengan tidak terlepas dari tanah. Untuk itu
berbagai pihak dengan pihak-pihak yang terkait permasalahan tanah dan tanah diatur dalam
dengan persoalan sengketa tanah. Selagi bisa peraturan yang dan memiliku lembaga khusus
menggunakan musyawarah maka dilakukan seperti BPN.
musyawarah. Namun dalam berita tersebut
sudah tidak bisa dilakukan dengan musyawarah Kedudukan Tanah dalam Hukum Adat
dikarenakan dari kedua belah pihak masih tetap Dalam hukum adat tanah memiliki kedudukan
menganggap dari masing-masing pihak benar yang sangat penting. Ada 2 hal yang
untuk itu dalam permasalahan tersebut menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan
menggunakan jalan hukum. Dan beberapa kali yang sangat penting dalam hukum adat, yaitu:
sudah dilakukan penyidangan terhadap kasus  Karena sifatnya:
tersbut dan dimenangkan oleh pihak PT IPU Tanah merupakan satu-satunya benda
dikarenakan memiliki bukti-bukti yang terkait kekayaan yang meskipun mengalami
dan alasan yang rasional. Gubenur jateng pun keadaan yang bagaimanapun juga, masih
menggeluarkan Gubernur Jateng pun bersifat tetap dalam keadaannya, bahkan
mengeluarkan keputusan tahun 1985 tentang kadang-kadang menjadi lebih
pengamatan areal tanah seluas 108 hektare menguntungkan.
untuk PRPP. Kemudian diterbikan SK Contoh: jika sebidang tanah itu dibakar,
Gubernur tahun 1986 tentang penyerahan diatasnya dijatuhkan bom misalnya, tanah
pengelolaan tanah kepada yayasan PT PRPP. tersebut tidak akan lenyap. Setelah api
padampun sebidang tanah tersebut akan
“Objek yang dijanjikan masih dikuasai muncul kembali tetap berwujud tanah
masyarakat setempat, sehingga harus ada izin seperti semula. Kalau dilanda banjirpun
lokasi dan pembebasan lahan”. Kendati malahan setelah airnya surut tanah itu
menggelurakan kebijakan tersebut pada sidang muncul kembali sebagai sebidang tanah
terkahir pihak Pemprov dinyatakan kalah dalam yang lebih subur dari semula.
proses tersebut.

20
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

 Karena fakta: Alternatif penyelesaian menurut Undang-


Yaitu suatu kekayaan, bahwa tanah itu: undang Nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase
 merupakan tempat tinggal persekutuan dan alternatif penyelesaian sengeketa tanah.
 memberikan penghidupan kepada (1) Sengketa atau beda pendapat perdata dapat
persekutuan diselesaikan oleh para pihak melalui
 merupakan tempat dimana para warga alternatif penyelesaian sengketa yang
persekutuan yang meninggal dunia didasarkan pada itikad baik dengan
dikebumikan mengesampingkan penyelesaian secara
 merupakan tempat tinggal kepada litigasi di Pengadilan Negeri
dayang-dayang pelindung persekutuan
dan roh para leluhur persekutuan (2) Penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui alternatif penyelesaian sengketa
Kriteria dalam menentukan hak ulayat adalah : sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
a. Unsur masyarakat adat, yaitu terdapatnya diselesaikan dalam pertemuan langsung
sekelompok orang yang masih terikat oleh oleh para pihak dalam waktu paling lama 14
tatanan hukum adatnya sebagai bersama (empat belas) hari dan hasilnya dituangkan
suatu persekutuan hukum tertentu, yang dalam suatu kesepakatan tertulis.
mengakui dan menerapkan ketentuan-
ketentuan persekutuan tersebut dalam DAFTAR PUSTAKA
kehidupan sehari-hari.
b. Unsur wilayah, yaitu terdapatnya tanah Wignjodipoera, Soerojo.1983. Pengantar dan
ulayat tertentu yang menjadi lingkungan Asas-Asas Hukum Adat., Jakarta.,PT. Gunung
hidup para warga persekutuan hukum Agung.
tersebut dan tempatnya mengambil
keperluan hidupnya sehari-hari, dan Ruchiyat., Eddy., 2006. Politik Pertahanan
c. unsur hubungan antara masyarakat tersebut Nasional Sampai Orde Reformasi. Bandung.,
dengan wlayah, yaitu terdapatnya tatanan PT. Alumni.
hukum adat mengena kepenguasaan,
penguasaan dan penggunaan tanah. Soetami, Siti., 2001. Pengantar Tata hukum
ulayatnya yang masih berlaku dan ditaati. Indonesia., Bandung., PT. Refika Aditama.

Sengketa tanah merupakan konflik antara dua Adiwinata, Saleh. 1983. Perkembangan Hukum
orang atau lebih yang sama mempunyai Perdata/Adat Sejak Tahun 1960., Bandung., PT.
kepentingan atas status hak objek tanah satu Alumni
atau beberapa objek tanah yang dapat
menimbulkan akibat hukum tertentu bagi para Antonius, Simajuntak, Bungaran. 2015. Arti dan
pihak yang mempunyai kepentingan- Fungsi Tanah Bagi Masyarakat toba, Karo,
kepentingan yang sama atas bidang-bidang Simalungun., Jakarta., Yayasan Pustaka Obor
tanah. Biasaya sengekta tanah dipicu oleh Indonesia.
beberapa masalah bisanya perebutan hak tanah,
Permasalahan sengketa tanah sering terjadi di Santoso, Urip. 2007. Hukum Agraria dan Hak-
Indonesia terutama di daerah-daerah hak Atas Tanah. Jakarta. Kencana Prenada
dikarenakan disetiap tanah kurangnya Media Group
keterangan terhadap kelengkapan surat-surat
tanah. Hadikusuma, Hilman. 2003. Pengantar Hukum
Adat Indonesia. Bandung. Mandar Maju
Ada beberapa jenis penyelesaian sengketa
tanah yaitu : Muhammad, Bushar. 2013. Pokok-pokok
Hukum Adat. Jakarta. PT. Balai Pustaka

21
Vol. IV No. 1 Januari Tahun 2019 No. ISSN 2548-7884

Utomo, Laksanto. 2016. Hukum Adat. Jakarta. http://jateng.tribunnews.com/topic/sengketa-


PT. Raja Grafindo Persada lahan-di-prpp-jateng (diakses pada tanggal 4-2-
2018)
Manan, Abdul. Dkk. 2002. Pokok-pokok Hukum
Perdata Wewenang Peradilan Agama. Jakarta.
PT. Raja Grafindo Persada

22

Anda mungkin juga menyukai