Disusun Oleh:
ANNISA DIVA MURBARANI 220122004
1. Judul tesis: Pelaksanaan Jual Beli Tanah Secara di Bawah Tangan dan Akibat
Hukumnya (Studi Kasus di Kecamatan X Koto Kab. Tanah Datar Propinsi
Sumatera Barat)
Oleh: Deliani Permata Sari (1820123012)
Dosen Pembimbing:
Dr. Zefrizal Nurdin, S.H., M.H.
Dr. Hengki Andora, S.H., LL.M.
Program Magister: Kenotariatan
Teori Hukum: Teori Perjanjian dan Akibat Hukum
a. Teori Perjanjian
Kata “perjanjian” dalam Kepustakaan hukum Indonesia, memakai
bermacam-macam istilah sebagai terjemahan “verbintenis” dan “overeenkomst”,
yaitu :
1) KUHPerdata dan Tjipto Soedibyo menggunakan istilah perikatan untuk
“verbintenis” dan persetujuan untuk “overeenkomst”. 1
1
R.Subekti dan Tjiptosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Paramita, Jakarta,
1974, hlm. 291.
2
Wiryono Projodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Penerbit
Sumur Bandung, 1981, hlm 11.
3
R. Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung, 1976, hlm. 12-13
4
Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, cetakan V, PT. Penerbit Balai Buku Ikhtiar,
Jakarta, 1959, hlm. 320.
5
A. Ichsan, Hukum Perdata , PT Pembimbing Masa, Jakarta, 1967, hlm. 7.
3
Perdata, ditentukan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Menurut R.Setiawan, rumusan Pasal 1313 KUHPerdata di atas, kurang
lengkap, karena hanya menyebutkan persetujuan satu pihak saja, di samping itu
rumusan tersebut juga sangat luas, karena mempergunakan kata “perbuatan”, yang
bias dimaknai pula perbuatan sukarela dan perbuatan melawan hukum, sehingga
rumusan itu, perlu disempurnakan menjadi: “Suatu perbuatan hukum yang mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih.6
Dalam perjanjian tersebut, dua pihak itu sepakat untuk menentukan
peraturan atau kaedah atau hak dan kewajiban, yang mengikat mereka untuk
ditaati dan dijalankan. Kesepakatan itu menimbulkan akibat hukum, menimbulkan
hak dan kewajiban dan kalau kesepakatan itu dilanggar, maka ada akibat
atau diam-diam. Perikatan yang terjadi karena perjanjian maupun karena undang-
b. Akibat Hukum
Pemahaman terhadap akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari
segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek
hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu
oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat
hukum.7
Soeroso mendefinisikan akibat hukum yaitu: “Sebagai akibat suatu tindakan yang
dilakukan untuk memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang
diatur oleh hukum. Tindakan ini dinamakan tindakan hukum. Jadi dengan kata
6
R.Setiawan, Ibid,, 1994, hlm. 49.
7
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Pustaka Setia, 2011, Jakarta, hlm. 71.
4
lain, akibat hukum adalah akibat dari suatu tindakan hukum. Contoh: membuat
wasiat, pernyataan berhenti menyewa”.8
Adapun wujud dari akibat hukum dapat berupa:
1) Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum, contoh: Usia
menjadi 21 tahun, akibat hukumnya berubah dari tidak cakap menjadi cakap
hukum. Dengan adanya pengampuan, lenyaplah kecakapan melakukan tindakan
hukum.
2) Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua atau
lebih subjek hukum, di mana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban pihak lain. Contoh: A mengadakan perjanjian jual-beli
dengan B, maka lahirlah hubungan hukum antara A dan B. Sesudah dibayar lunas,
hubungan hukum tersebut menjadi lenyap.
3) Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum. Contohnya:
Seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu
akibat hukum dari perbuatan si pencuri tersebut mengambil barang orang lain
tanpa hak dan secara melawan hukum.9
2. Judul tesis: Eksekusi Objek Kapal sebagai Jaminan di Teluk Bayur pada Bank
Rakyat Indonesia
8
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Sinar Grafika, 2011, Jakarta,hlm. 295.
9
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan VII, Penerbit Sinar Grafika, 2005, Jakarta, hlm. 296
5
a. Teori Kepastian
Hukum adalah untuk mengetahui dengan tepat aturan yang berlaku dan apa
yang dikehendaki dari padanya. Hukum harus memberikan jaminan kepastian
tentang aturan hukum bertujuan untuk tercapainya keadilan bagi setiap insan
manusia selaku anggota bermasyarakat.
Menurut Van Alpedoorn kepastian hukum meliputi dua hal yakni:10
1. Kepastian hukum adalah hal-hal yang ditentukan (bepaalbaarheid) dari hukum,
dalam hal-hal yang konkrit. Pihak-pihak pencari keadilan (yustisiabelen) ingin
mengetahui apakah hukum dalam suatu keadaan atau hal tertentu, sebelum ia
memulai dengan perkara.
2. Kepastian hukum berarti pula kenyamanan hukum, artinya melindungi para
pihak terhadap kewenang-wenangan hakim. Pada dasarnya kepastian hukum pada
hukum jaminan dapat dilihat dari perjanjian atau kontak yang dilakukan dengan
pihak perbankan. Black’s law Dictionary mengartikan kontrak sebagai suatu
perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu. 11 Sedangkan pengertian
perjanjian yang terlalu luas dan kurang lengkap tercantum dalam Pasal 1313 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan: Suatu perbutan yang terjadi
antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain.
Kepastian hukum dapat dicapai apabila situasi tertentu:12
1. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas (jernih), konsisten dan
10
L.J Van Apedoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 1996, hlm. 12
11
Roscoe Pound dalam Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum ( suatu kajian filosofis dan
sosiologis), Jakarta, J Chandra Pratama, 1996, hlm 134-135.
12
Jan Michael Otto, 2003, Kepastian Hukum di Negara Berkembang, Terjemahan Tristam
Moeliono, Komisi Hukum Nasional Jakarta, hlm. 25.
6
14
Riduan Syaharani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya, Bandung, 1999, hlm. 23.
15
www. Haki. Lipi.go.id/utama.cgi, “Pemegang Paten Perlindungan Hukum”, Republika, 24 Mei
2004.
8
subjek hukum yang dilindungi serta objek perlindungan yang diberikan oleh
hukum kepada subjeknya.16
Teori perlindungan hukum dikemukakan oleh Fitzgerald, Satjipto Raharjo
dan Phillipus M. Hadjon. Dimana dalam teori perlindungan hukumnya Fitzgerald
menyayakan bahwa:
Hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai
kepentingan dalam masyarakat, karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,
perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara
membatasi berbagai kepentingan dilain pihak”. Kepentingan hukum mengurusi
hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untyuk
16
Fitzgerald dalam Salim HS dan Erlin Septianan Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 262
17
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditiya Bakti, Bandung: 2000. Hlm 69
18
Ibid, Hlm 54
9
Berdasarkan dari latar belakang yang ada maka diambil batasan konseptualnya:
1. Eksekusi
Eksekusi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisah dari pelaksanaan tata
tertib beracara yang terdapat dalam HIR/RBg. Peraturan sebagai pedoman
tata cara melaksanakan putusan hakim/pengadilan diatur dalam HIR/RBg
pada Pasal 195 sampai Pasal 224 HIR/ Pasal 206 sampai Pasal 258 RBg.
2. Kapal Laut
Dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 Tentang
Perkapalan:
10
“Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energy lainnya, ditarik atau ditunda,
termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis kendaraan dibawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah.”
3. Hipotek Kapal Laut
Hipotek diatur dalam Pasal 1162-1232 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang berbunyi, “Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda-
benda tak bergerak untuk mengambil dari padanya bagi pelunasan suatu
perikatan”
30
Menurut Vollmar hipotek adalah sebuah hak kebendaan atas benda- benda
bergerak tidak bermaksud untuk memberikan orang yang berhak (pemegang
hipotek) sesuatu nikmat dari sesuatu benda, tetapi ia bermaksud memberikan
jaminan belaka bagi pelunasan sebuah utang dengan lebih dahulukan.
Pasal 1162 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
Hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian
dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan.
4. Jaminan
Jaminan adalah asset pihak peminjam yang dujanjikan kepada pemberi
pinjaman.Jika peminjam wanprestasi, pihak pemberi kredit dapat memiliki
agunan tersebut.Jaminan dapat diberikan menjadi dua yaitu jaminan
perorangan dan jaminan kebendaan.Jaminan perorangan adalah selalu suatu
perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan orang ketiga, yang
menjamin dipenuhinya kewajiban- kewajiban si berutang (debitur).Jaminan
kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya, tetapi juga
dapat diadakan antara kreditur dengan orang ketiga yang manjamin
dipenuhinya kewajiban- kewajiban debitur.
11
3. Judul tesis: Kekuatan Hukum Akta Perdamaian (Akta Van Dading) sebagai
Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Proses Gugatan Sederhana
(Studi Kasus pada Pengadilan Negeri Pasaman Barat)
Oleh: Supriadi (1820123043)
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Busyra Azheri, S.H., M.H.
Dr. Yussy Adelina Mannas, S.H., M.H.
Program Magister: Kenotariatan
Teori Hukum: Teori Kesepakatan, Teori Kepastian Hukum, dan Teori Keadilan
a. Teori Kesepakatan
perjanjian, adalah:19 “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.”
Menurut Riduan Syahrani bahwa:20 “Sepakat mereka yang mengikatkan
dirinya mengandung bahwa para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat
atau ada persetujuan kemauan atau menyetujui kehendak masing-masing yang
dilakukan para pihak dengan tiada paksaan, kekeliruan dan penipuan”.
19
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
2008, hlm. 16
20
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2000. hlm.
214
12
hukum.21
Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai
identitas, yaitu sebagai berikut.1.Asas kepastian hukum (rechmatigheid), Asas ini
meninjau dari sudut yuridis.2.Asas keadilan hukum (gerectigheit), Asas ini
meninjau dari sudut filosofis, dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua
orang di depan pengadilan.3.Asas kemanfaatan hukum (zwechmatigheid) atau
doelmatigheid atau utility.
Tujuan hukum yang mendekati realistis adalah kepastian hukum dan
kemanfaatan hukum. Kaum Positivisme lebih menekankan pada kepastian hukum,
sedangkan Kaum Fungsionalis mengutamakan kemanfaatan hukum, dan sekiranya
dapat dikemukakan bahwa “summon ius, summa injuria, summa lex, summa
crux” yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang
dapat menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan bukan merupakan
tujuan hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang substantive adalah
keadilan.22
Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu
pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa
keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang
boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian
hukum ini berasal dari ajaran Yuridis- Dogmatik yang didasarkan pada aliran
pemikiran positivisme di dunia hukum yang cenderung melihat hukum sebagai
sesuatu yang otonom yang mandiri, karena bagi penganut aliran ini, tujuan hukum
tidak lain sekedar menjamin terwujudnya oleh hukum yang bersifat umum. Sifat
umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan
21
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 58.
22
Dosminikus Rato, Filasafat Hukum Mencari dan Memahami Hukum, PT Presindo, Yogyakarta,
2010, hlm. 59.
14
kepastian.23
Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan
terhadap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang
selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Karena
dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan
kewajiban menurut hukum. Tanpa ada kepastian hukum maka orang akan tidak
tahu apa yang harus diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau salah,
dilarang atau tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan
melalui penoramaan yang baik dan jelas dalam suatu Undang-Undang dan akan
jelas pula penerapannya.
c. Teori Keadilan
Pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa didapatkan dalam karyanya
nichomacheanethics, politics, dan rethoric. Spesifik dilihat dalam buku
nicomachean ethics, buku itusepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang,
berdasarkan filsafat hukum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat
hukumnya, karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan
keadilan.24
Lebih lanjut, keadilan menurut pandangan Aristoteles dibagi kedalam dua
macam keadilan, keadilan “distributief” dan keadilan “commutatief”. Keadilan
distributif ialah keadilan yang memberikan kepada tiap orang porsi menurut
pretasinya. Keadilan commutatief memberikan sama banyaknya kepada setiap
orang tanpa membeda-bedakan prestasinya dalam hal ini berkaitan dengan
peranan tukar menukar barang dan jasa.25
Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state,
berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan adil
23
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya, Bandung, 1999, hlm. 23.
24
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nuansa dan Nusamedia.
Bandung,hlm 24
25
Carl Joachim Friedrich,Op Cit, hlm 25
15
alam. Menurut Hans Kelsen,28 Dualisme antara hukum positif dan hukum alam
menjadikan karakteristik dari hukum alam mirip dengan dualisme metafisika
tentang dunia realitas dan dunia ide model Plato. Inti dari fislafat Plato ini adalah
doktrinnya tentang dunia ide. Yang mengandung karakteristik mendalam. Dunia
dibagi menjadi dua bidang yang berbeda, pertama adalah dunia kasat mata yang
dapa itangkap melalui indera yang disebut realitas, kedua dunia ide yang tidak
tampak.
26
Hans Kelsen, Op cit, hlm 12
27
Ibid . hlm 14
28
Ibid
16
Dua hal lagi konsep keadilan yang dikemukakan oleh Hans Kelsen: pertama
tentang keadilan dan perdamaian. Keadilan yang bersumber dari cita-cita
irasional. Keadilan dirasionalkan melalui pengetahuan yang dapat berwujud suatu
kepentingan-kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan suatu konflik
kepentingan. Penyelesaian atas konflik kepentingan tersebut dapat dicapai melalui
suatu tatatanan yang memuaskan salah satu kepentingan dengan mengorbankan
kepentingan yang lain atau dengan berusaha mencapai suatu kompromi menuju
suatu perdamaian bagi semua kepentingan.29
Kedua, konsep keadilan dan legalitas. Untuk menegakkan diatas dasar
suatu yang kokoh dari suatu tananan sosial tertentu, menurut Hans Kelsen
pengertian “Keadilan” bermaknakan legalitas. Suatu peraturan umum adalah
“adil” jika ia bena-benar diterapkan, sementara itu suatu peraturan umum adalah
“tidak adil” jika diterapkan pada suatu kasus dan tidak diterapkan pada kasus lain
yang serupa.30
29
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta, 1985, hlm. 68
30
Ibid,hlm. 71
17
4. Judul tesis: Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Atas Harta Pewaris yang
Disimpan di Bank Kota Padang
Oleh: Orin Putri Nelson (1920123007)
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. ElwiDanil, S.H., M.H
Dr. Beatrix Benni, S.H., M.Pd.,M.Kn
Program Magister: Kenotariatan
Teori Hukum: Teori Kewenangan dan Teori Perlindungan Hukum
a. Teori Kewenangan
Istilah teori kewenang berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu
authority of theory dan istilah dalam bahasa Belanda yaitu theorie van het gezag.
Teori Kewenangan ini berasal dari dua suku kata, yaituteori dan kewenangan. 31
Kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda “bevoegdheid” yang
berarti wewenang atau berkuasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kewenangan merupakan hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk
34
Philipus M Hadjon, 1997, Tentang Wewenang Yuridika, Volume Nomor 5 dan 6, Tahun XII
September-Desember, Makalah, Universitas Airlangga, hlm, 1.
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Yuliandri, 2010, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik Gagasan
Pembentukan Undang-undang Berkelanjutan, Cetakan ke-2, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm,
249.
38
S.F Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia,
Liberty, Yogyakarta, hlm, 154.
19
kepentingan nasabah itu sendiri.44 Dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan dalam Pasal 44A Ayat (2) disebutkan “Dalam hal nasabah
41
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, PT. Bina Ilmu,
Surabaya, hlm. 38.
42
Ibid.
43
Zulkarnain Sitompul, 2002, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm, 68.
44
Ibid.
21
penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan
yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah
penyimpan tersebut. Dengan adanya perlindungan konsumen berasaskan manfaat,
keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian
hukum.
5. Judul tesis: Pemberian Hak Tanggungan Di Atas Tanah Yang Belum
Bersertifikat Di Kabupaten Indragiri Hulu
Oleh: Suci Riezsa Dessyluviani (1920123011)
Dosen Pembimbing:
Dr. Rembrandt, SH., M.Pd
Dr. HengkiAndora, SH., LL.M
Program Magister: Kenotariatan
Teori Hukum: Teori Kepastian Hukum, Teori Kewenangan dan Teori Jaminan
boleh atau tidak boleh dilakukan.45 Kedua berupa keamanan hukum bagi individu
dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yg bersifat umum itu
individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh
antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang lainnya untuk kasus
yang serupa yang telah diputuskan.47 Kepastian hukum bagi subjek hukum dapat
diwujudkan dalam bentuk yang telah ditetapkan terhadap suatu perbuatan dan
Lawrence M. Freidmen melihat bahwa keberhasilan penegakan hukum selalu
mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Sistem hukum
dalam pandangan Friedmen terdiri dari tiga komponen, yakni komponen struktur
hukum (legal structure), substansi hukum (legal substance), dan budaya hukum
(legal culture). Bilamana ketiga komponen hukum tersebut bersinergi secara
positif, maka akan mewujudkan tatanan sistem yang ideal seperti yang diinginkan.
Dari apa yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa kepastian hukum
bertujuan untuk menciptakan keadilan, kemaanan dan ketertiban dalam
masyarakat. Kepastian hukum menjadi jaminan tersendiri bagi manusia dalam
melakukan suatu hubungan hukum, sehingga manusi merasa aman dalam
bertindak. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, teori kepastian hukum menjadi
landasan dalam penyelesaian masalah kedudukan hukum pada tanah yang belum
bersetifikat untu dijadikan sebagai jaminan hutang.
b. Teori Kewenangan
Fokus kajian teori kewenangan adalah berkaitan dengan sumber
kewenangan dari pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum dalam
hubungannya dengan hukum public maupun dalam hubungan dengan hukum
privat. Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan
dalam lapangan hukum public, namun terdapat perbedaan diantara keduanya.
Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang
berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang-Undang atau legislative dari
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang-Undang atau
legislative dari kekuasaan eksekutif. Kewenangan merupakan kekuasaan dari
segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan
tertentu yang bulat sedangkan wewenang hanya peristiwa hukum. Hukum yang
berlaku pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau
disimpangkan oleh subjek hukum. mengenai suatu bagian tertentu saja dari
kewenangan. Wewenang adalah hak untuk member perintah dan kekuasaan untuk
47
Soerjono Soekanto, (a), Op. Cit, hlm.58
23
c. Teori Jaminan
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu
zekerheid atau cautie yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi
perutangannya kepada debitur, yang dilakukan dengan cara menahan benda
tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang
yang diterima debitur terhadap krediturnya. Bentuk jaminan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
a) Jaminan yang timbul dari undang-undang yaitu segala kebendaan si berutang
baik
48
Andi asrianti, Teori Kewenangan, diakses dari URL:http//andi-asrianti.blogspot.com, pada hari
Jumat, tanggal 19 Februari 2021, pukul 16.00 WIB.
49
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm 104.
24
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah maupun yang baru
akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan, dan;
b) Jaminan yang timbul dari atau perjanjian, pada dasarnya jaminan tersebut
terbagi dalam dua kategori yaitu:
1. Jaminan perseorangan atau dalam istilah hukum disebut persoonlijke
zekerheid.
Jaminan perseorangan menimbulkan hak-hak perseorangan, sehingga terdapat
hubungan hukum secara khusus antara kreditur dan orang yang menjamin
pelunasan utang debitur (penjaminan).
2. Jaminan kebendaan atau dalam istilah hukum disebut zekelijke zekerheid.
Jaminan ini merupakan hak mutlah atas suatu benda tertentu, berupa bagian dari
harta kekayaan debitur atau penjamin, sehingga memberikan kedudukan
preference (diutamakan) kepada kreditur daripada kreditur lainnya atas benda
tersebut.50 Berbicara mengenai perjanjian kredit maka akan sangat berkaitan
dengan jaminan karena setiap kreditur membutuhkan rasa aman atas dana yang
dipinjamkannya. Kepastian akan pengembalian dana tersebut ditandai dengan
adanya jaminan. Jaminan yang ideal memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Membantu memudahkan perolehan kredit oleh pihak yang memerlukan.
b. Tidak melemahkan potensi (kekuasaan) pencari kredit untuk melakukan atau
meneruskan usahanya.
c. Memberikan kepastian kepada kreditur, dalam arti bahwa barang jaminan setiap
waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat dengan mudah untuk diuangkan
guna melunasi utangnya penerima (pengambil) kredit.
50
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-pokok Hukum Jaminan
dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset, Yogyakarta, 2004, hlm. 43