HUKUM PERIKATAN
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH
TA 2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan topik “Hukum Perikatan”. Tak lupa juga shalawat
dan salam disanjungkan kepada Nabi Besar, Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan petunjuk dan kelancaran dalam penulisan serta penyusunan makalah
ini.
Demikian, disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta berkontribusi baik pikiran maupun materinya dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amiin.
Pringsewu,…..……..Oktober 2023
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buku III KUH Perdata tidak memberikan rumus yang jelas tentang perikatan.
Menurut ilmu pengetahuan hukum perdata, perikatan adalah hubungan hukum
yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan
harta kekayaan, di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya
wajib memenuhi prestasi itu.
1
B. Rumusan Masalah
e. Wanspertasi
f. Akibat Wansprestasi
g. Hapusnya Perikatan
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. HUKUM PERIKATAN
Secara garis besar, dalam buku ketiga KUH Perdata tidak menjelaskan
secara spesifik tentang pengertian perikatan. Akan tetapi, para ahli
memberikan pengertiannya masing-masing tentang perikatan ini, di
antara para ahli tersebut adalah Mariam Darus Badrulzaman,
memberikan pemaknaan terhadap perikatan sebagai “hubungan (hukum)
yang terjadi di antara dua orang atau lebih, yang terletak di bidang harta
3
kekayaan, dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya
wajib memenuhi prestasi tersebut”.sedangkan Hukum Perikatan sendiri
dimaknai sebagai aturan yang memberikan pengaturan dalam
melaksanakan perikatan.
1. Hofmann
1. Pitlo
2. Vollmar
Perikatan akan selalu ada dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehari-
hari, perikatan bisa timbul dari peristiwa hukum yang bermacam-macam
bentuknya dapat berupa hibah, wasiat, jual-beli, sewa-menyewa dan lainnya.
4
Hukum perikatan, jika diterjemahkan secara hukum adalah merupakan suatu
hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau
lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu. Sedangkan Hubungan hukum dalam harta
kekayaan ini merupakan akibat hukum, akibat hukum tersebut lahir dari
suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang dapat menimbulkan
perikatan. Jika dilihat dari rumusan ini dapat diketahui bahwa perikatan
terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan (law of property), juga
terdapat dalam bidang hukum keluarga (family law), dalam bidang hukum
waris (law of succession) serta dalam bidang hukum pribadi (personal law).
Dalam hukum perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak
berbuat sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu
adalah melakukan perbuatan yang sifatnya positif, halal, tidak melanggar
undang-undang dan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan perikatan untuk
tidak berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang
telah disepakati dalam perjanjian.
5
Hukum perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
terletak di dalam bidang harta kekayaan di mana pihak yang satu berhak atas
suatu prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi suatu prestasi. Istilah
perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia.
Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang
lain. Hal yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan.
Misalnya jual beli barang, dapat berupa peristiwa misalnya lahirnya seorang
bayi, matinya orang, dapat berupa keadaan, misalnya letak pekarangan yang
berdekatan, letak rumah yang bergandengan atau bersusun. Karena hal yang
mengikat itu selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat, maka oleh
pembentuk undang-undang atau oleh masyarakat sendiri diakui dan diberi
akibat hukum. Dengan demikian, perikatan yang terjadi antara orang yang
satu dengan yang lain itu disebut hubungan hukum(legal relation).
Buku III KUH Perdata tidak memberikan rumus yang jelas tentang
perikatan. Menurut ilmu pengetahuan hukum perdata, perikatan adalah
hubungan hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang
terletak di dalam lapangan harta kekayaan, di mana pihak yang satu berhak
atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.
6
memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang. Perhubungan antara
dua pihak tadi adalah perhubungan hukum, yang berarti bahwa hak si
berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila tuntutan
itu tidak dipenuhi secara sukarela, si berpiutang dapat menuntutnya di depan
hakim.
a. Hukum Kontrak
Kontrak merupakan salah satu bentuk perikatan yang paling umum. Dasar
hukum perikatan dalam hal ini adalah hukum kontrak yang mengatur
pembentukan, pelaksanaan, dan pemutusan kontrak antara pihak-pihak yang
terlibat. Hukum kontrak biasanya didasarkan pada prinsip kebebasan
berkontrak dan kepastian hukum.
b. Kode Sipil
c. Common Law
d. Hukum Adat
Beberapa negara masih mengakui sistem hukum adat atau hukum tradisional
yang dijalankan oleh masyarakat adat mereka. Dasar hukum perikatan dalam
hal ini terletak pada adat istiadat dan praktik yang telah berlaku dalam
masyarakat adat tersebut.
7
D. Azas-azas Hukum Perikatan
Azas ini menyatakan bahwa suatu perikatan harus didasarkan pada kehendak
yang nyata dan jujur dari para pihak yang terlibat. Perjanjian yang dibuat
dengan unsur penipuan, kesalahan, atau paksaan dapat dinyatakan tidak sah
atau dapat dibatalkan.
Azas ini mengacu pada prinsip bahwa perikatan harus adil bagi semua pihak
yang terlibat. Hal ini melibatkan pemerataan beban dan manfaat antara para
pihak sesuai dengan kewajaran dan prinsip keadilan. Dalam penyelesaian
sengketa atau pelaksanaan perikatan, prinsip keadilan ini juga dapat
diterapkan untuk mencapai hasil yang adil bagi semua pihak.
Azas ini mengakui perlunya perlindungan hukum bagi pihak yang lebih
lemah dalam perikatan, seperti konsumen atau pekerja. Tujuannya adalah
untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan atau ketidakseimbangan
kekuatan antara pihak-pihak yang terlibat.
8
Azas ini menegaskan bahwa setiap pihak harus memenuhi kewajibannya
sesuai dengan persyaratan perikatan yang telah disepakati. Pihak yang tidak
memenuhi kewajibannya dapat dikenai sanksi atau ganti rugi, sementara
pihak yang memenuhi kewajibannya berhak mendapatkan pemenuhan
haknya.
E. Wansprestasi
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi atau tidak melakukan apa yang
dijanjikan.
9
2. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan.
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
F. Akibat Wanprestasi
Penggantian biaya merupakan ganti dari ongkos atau uang yang telah
dikeluarkan oleh salah satu pihak. Kemudian, yang dimaksud dengan
penggantian rugi adalah penggantian akan kerugian yang telah ditimbulkan
dari kelalaian pihak wanprestasi. Selanjutnya, terkait bunga, J. Satrio dalam
Hukum Perikatan menerangkan bahwa bunga dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis.
10
b. Gugatan Wanprestasi
Apabila setelah pemberian somasi pihak debitur tidak juga melakukan apa
yang dituntut, pihak kreditur dapat menuntut atau menggugat wanprestasi
yang telag dilakukan. Sebagaimana diterangkan dalam Perbuatan Melanggar
Hukum atau Wanprestasi?, ada tiga kemungkinan bentuk gugatan yang
mungkin diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan akibat dari wanprestasi,
yakni sebagai berikut.
G. Hapusnya Perikatan
Hapusnya perikatan dalam kontrak yang timbul dari persetujuan maupun dari
undang-undang diatur dalam bab ke-IV buku ke-III KUH Perdata,yaitu pasal
1381. Dalam pasal tersebut, terdapat beberapa cara hapusnya suatu perikatan,
yaitu:
a. Pembayaran
11
d. Perjumpaan utang (konvensasi)
e. Percampuran utang
f. Pembebasan utang
Jadi didalam KUH Perdata, ada sepuluh cara yang mengatur tentang hapusnya
perikatan.Cara-cara lainnya yang belum disebutkan, yaitu “ berakhirnya suatu
ketetapan waktu(terjamin) dalam suatu atau meninggalnya salah satu pihak
dalam beberapa macam perjanjian”, seperti meninggalnya seorang persero
dalam suatu perjanjian firma dan pada umumnya dalam perjanjian-perjanjian
yang di dalamnya prestasi hanya dapat dilaksanakan oleh oranglain. Selain
sebab-sebab hapusnya perikatan yang ditentukan oleh Pasal 1381 KUH Perdata
tersebut, ada beberapa penyebab lain untuk hapusnya suatu perikatan, yaitu:
Menurut pasal 1313 KUH Perdata: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih”. Apabila diperhatikan, adapun unsur-unsur dari perjanjian itu
adalah:
12
f. Memiliki syarat-syarat tertentu sebagai isi dari perjanjian
3. Asas kekuatan mengikat suatu perjanjian, perjanijan yang telah dibuat dan
disepakati oleh para pihak yang terlibat mempunyai kekuatan mengikat
sebagai undang-undang bagi para pihak.
4. Asas itikad baik, pada Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata dinyatakan: “Suatu
perjanjian harusdilaksanakan dengan itikad baik”
Di dalam pasal 1320 KUHPerdata juga dimuat tentang syarat sah nya suatu
perjanjian,yaitu:
13
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;Yang dimaksud dalam syarat
ini adalah cakap menurut hukum sesuai yang diatur olehKUHPerdata,
yang dewasa, dan sehat akal pikirannya.
1. Perjanjian Konsensuil
2. Perjanjian Formal
3. Perjanjian Riil
b. Berdasarkan pengaturannya:.
1. Perjanjian Bernama
14
c. Berdasarkan sifat perjanjian:.
1. Perjanjian Pokok
2. Perjanjian Accesoird.
1. Perjanjian Sepihak
1. Perjanjian Obligatoir
2. Perjanjian Kebendaan
15
Lebih lanjut Nota Kesepahaman didefinisikan atau memiliki pengertian
kesepakatan di antara pihak untuk berunding dalam rangka membuat
perjanjian di kemudian hari, apabila hal-hal yang belum pasti telah dapat
dipastikan. Nota Kesepahaman bukanlah kontrak. Kontraknya sendiri belum
terbentuk. Dengan demikian Nota Kesepahaman tidak memiliki kekuatan
mengikat. Akan tetapi dalam praktek bisnis ia sering dipandang sebagai
kontrak dan memiliki kekuatan mengikat para pihak yang menjadi subjek di
dalamnya atau yang menandatanganinya. Walaupun dalam praktek bisnis
Nota Kesepahaman sering dipandang sebagai kontrak dan memiliki kekuatan
mengikat para pihak yang menjadi subjek di dalamnya atau yang
menandatanganinya, namun dalam realitanya apabila salah satu pihak tidak
melaksanakan substansi Nota Kesepahaman, maka pihak lainnya tidak pernah
menggugat persoalan itu ke pengadilan. Ini berarti bahwa Nota Kesepahaman
hanya mempunyai kekuatan mengikat secara moral.
Nota Kesepahaman secara umum memiliki bagan atau anatomi yang terdiri
atas sebagai berikut:
Judul ditentukan oleh para pihak. Dari judul yang ditentukan akan dapat
diketahui para pihak dalam Nota Kesepahaman tersebut, antara siapa
dengan siapa, serta sifat Nota Kesepahaman itu, apakah nasional atau
internasional.
16
2. Pembukaan Nota Kesepahaman
Bagian ini ditulis setelah penulisan judul, merupakan bagian awal dari Nota
Kesepahaman. Pembukaan terdiri dari:
17
b. Ruang Lingkup Kegiatan, memuat gambaran umum tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan.
c. Realisasi Kegiatan, merupakan pelaksanaan dan rincian kegiatan dari
Nota Kesepahaman.
d. Jangka Waktu, menunjukkan masa berlakunya Nota Kesepahaman
dan jangka waktu dapat diperpanjang atas kesepakatan para pihak.
e. Biaya Penyelenggaraan Kegiatan, Biaya merupakan beban yang
dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan kegiatan. Biaya dapat
dibebankan kepada salah satu pihak atau kedua belah pihak atau
sumber pembiayaan lainnya yang sah sesuai dengan kesepakatan.
f. Aturan Peralihan, memuat perubahan yang mungkin terjadi, yang
hanya dapat dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak.
Bagian ini terletak di bawah bagian penutup, dan pada bagian tersebut para
pihak membubuhkan tanda tangan dan nama terang. Pada bagian tanda
tangan terdiri dari:
I. STUDI KASUS
Pelaksanaan perjanjian jual beli sapi antara Penjual dengan pembeli di Desa
Pasak Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya adalah perjanjian
jual beli yang dibuat secara lisan oleh kedua belah pihak. Meskipun hanya
sebatas lisan, akan tetapi kekuatan hukumnya mengikat kedua belah pihak serta
sah dan berlaku sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak. Perjanjian jual
18
beli sapi tersebut merupakan salah satu perikatan yang lahir dari perjanjian.
Dari perjanjian tersebut maka menimbulkan hubungan hukum antara kedua
belah pihak menyangkut hak dan kewajiban yang merupakan kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
Metode penelitian dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum empiris
yang merupakan penelitian dengan mengelola data primer.
19
DAFTAR PUSTAKA
Istilah perikatan : Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari sudut pandang Hukum
Bisnis). Bandung: Citra Aditya Bakti. 1999. hal.1
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung, Alumni, 1994, hal.
3
Istilah huikum perikatan : Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW),
Sinar Grafika, Jakarta, 2008. hal.151
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, PT. Alumni, Bandung, 2011.
hal.3
20
Studi kasus diakses pada tanggal 14 Oktober 2023 pada pukul 17.52 WIB
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/22540
21