Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERIKATAN YANG BERAWAL DARI PERJANJIAN

DOSEN PENGAMPU : Dr. R Febrina Andarina Zaharnika, SH, MH

DISUSUN :

NURUL PUSPITA SARASWATI (221010539)


FAZNIDAH AFNI (221010709)
SAMUEL BANUERA (221010566)
HADI RIANTO (221010551)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt karena berkat rahmat, karunia serta kasih sayang-

nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perikatan yang Terjadi Karena

Perjanjian”

Dalam pembuatan makalah ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian-

nya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari ibu Dr. R Febrina Andarina Zaharnika, SH,

MH selaku dosen mata kuliah Hukum Keluarga dan Perikatan.

Dalam makalah ini penulis menyadari masih terdapat kesalahan, baik dalam penyampaian

materi maupun dalam pengetikan. Meskipun demikian, penulis telah berupaya dengan segala

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh

karena itu penulis dengan terbuka menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Dengan demikian makalah ini dibuat, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat dan

menambah wawasan bagi para pembaca.

Pekanbaru, 17 Desember 2023

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses terjadinya perikatan dari perjanjian ...............................................................5
2.2 Unsur-unsur dalam sebuah perikatan........................................................................5
2.3 Penyelesaian perselisihian pada perikatan.................................................................6
2.4 Konsekuensi hukum bagi pihak yang melanggar perjanjian pada perikatan.............7
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, perikatan merupakan hal yang sangat umum terjadi.
Perikatan dapat terjadi karena berbagai sebab, salah satunya adalah perjanjian. Perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lainnya
atau lebih, dengan maksud untuk menimbulkan akibat hukum.

Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan yang paling penting dalam hukum
perdata. Hal ini dikarenakan perjanjian merupakan wujud dari kebebasan berkontrak yang
dimiliki oleh setiap orang. Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian dengan orang lain,
selama perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan
kesusilaan.

Perjanjian dapat menimbulkan berbagai macam hak dan kewajiban bagi para pihak yang
mengadakannya. Hak dan kewajiban tersebut dapat berupa hak untuk menuntut prestasi, hak
untuk menuntut ganti rugi, hak untuk membatalkan perjanjian, dan lain-lain.

Oleh karena itu, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan perikatan yang terjadi
karena perjanjian. Latar belakang dari perikatan yang terjadi karena perjanjian adalah adanya
kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk saling mengikatkan diri dengan suatu perjanjian.
Kesepakatan tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-
undang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terjadinya perikatan yang berawal dari perjanjian?


2. Apa saja unsur-unsur yang harus ada dalam perikatan yang terjadi karna perjanjian?
3. Bagaimana cara menyelesaikan perselisihan diantara keduabelah pihak yang mengikatkan
perjanjian?
4. Apakah konsekuensi hukum bagi pihak-pihak yang melanggar perikatan yang diikatkan
oleh perjanjian?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PROSES TERJADINYA PERIKATAN DARI PERJANJIAN


Perikatan adalah suatu hal yang penting dalam hukum perdata, oleh karena itu hukum
perdata mengatur peraturan hukum berdasar atas perjanjian-perjanjian antara orang satu dengan
orang yang lain. Perikatan juga disebut pada pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPer) yang berbunyi “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena
undang-undang.”

Adapun awal mula terjadinya perikatan menurut pandangan kami dimulai dengan adanya
penawaran dari salah satu pihak kepada pihak lain yang menunjukkan niat untuk membentuk
perjanjian, kemudian saat penawaran tersebut diterima, terbentuklah sebuah kesepakatan di
antara kedua belah pihak, yang mana kesepakatan tersebut dapat berbentuk secara lisan, tertulis,
ataupun melalui perilaku yang menunjukkan persetujuan. Pada sebuah kesepakatan harus
menentukan ketentuan yang pasti seperti, objek perjanjian, waktu pelaksanaan, dan pembayaran.
Kesepakatan tersebut harus bersifat tegas, jelas, dan dapat dipahami oleh kedua belah pihak.

Pihak-pihak yang melakukan perjanjian harus membentuk hubungan hukum yang sah
dengan niat untuk diikat secara hukum oleh perjanjian tersebut, serta memenuhi syarat sah pada
suatu perjanjian yang mana diatur pada pasal 1320, yaitu Sepakat, Cakap, Suatu hal tertentu, dan
Sebab halal. Mengikatkan sebuah perjanjian secara hukum bertujuan untuk menimbulkan
dampak hukum saat prestasi dari perjanjian tersebut dilaksanakan serta melindungi hak dan
kewajiban, dan juga memberikan kejelasan atau kepastaian dari suatu perjanjian.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, suatu perjanian dapat berkembang menjadi perikatan
dan menghasilkan hubungan hukum yang sah secara hukum antara pihak-pihak yang terlibat
pada perikatan tersebut.

2.2 UNSUR- UNSUR DALAM SEBUAH PERIKATAN


Menurut Subekti ialah “Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua
orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.”

5
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa unsur-unsur sebuah
perikatan dapat meliputi:

1. Adanya sebuah hubungan hukum (legal relationship)


Hubungan hukum ialah hubungan yang terjadi antar subjek hukum yang satu dengan
subjek hukum lainnya.
2. Adanya 2 belah pihak atau lebih
Yaitu adanya pihak yang memiliki kewajiban untuk melakukan sebuah prestasi (Debitur)
dan ada pihak yang memperoleh hak dari suatu prestasi (Kreditur), pihak-pihak tersebut
dapat berupa orang (Naturlykeperson) atau badan hukum (Rechtperson).
3. Adanya harta kekayaan (patrimonial)
Terdapat 2 kriteria dari kekayaan, yaitu kekayaan materiil dan inmateriil.
4. Adanya prestasi (performance)
Prestasi merupakan objek perikatan, prestasi juga memiliki bentuk sesuai pada pasal 1234
KUHPerdata yang meliputi memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat
sepatu.

2.3 PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA PERIKATAN


Dalam penyelesaian perselisihan pada perikatan dapat melibatkan jalur litigasi ataupun
jalur non-litigasi tergantung pada preferensi pihak yang bersengketa dan klausul-klausul dalam
sebuah perjanjian. Berikut kami rangkum peneyelesaian persilisihan jalur litigasi dan non-litigasi
sebagai berikut:

Jalur Litigasi

 Pada jalur litigasi penyelesaian perselisihan dibawa ke pengadilan untuk


diselesaikan oleh hakim di pengadilan. Proses litigasi melibatkan proses formal
seperti pendaftaran gugatan, pengumpulan bukti, sidang pengadilan, dan putusan
hakim, putusan hakim di pengadilan bersifat mengikat dan mutlak. Jalur litigasi
biasanya memakan waktu yang lama dan biayanya cukup mahal.

Jalur non-Litigasi

1) Mediasi

6
Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa secara damai dimana ada
keterlibatan pihak ketiga yang netral (Mediator), yang secara aktif membantu
pihak-pihak yang bersengketa untuk mencapai suatu kesepakatan yang dapat
diterima oleh semua pihak.
2) Arbitrase
Berdasarkan UU No 30 Tahun 1999 pasal 1 ayat (1), “Arbitrase adalah
cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.” Adanya perjanjian tertulis meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam
perjanjiannya ke pengadilan negara. (Tampongangoy, 2015)
3) Negosiasi
Negosiasi adalah sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk
mendiksusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga. Melalui negosiasi
para pihak yang bersengketa dapat melakukan suatu proses penjajakan kembali
akan hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa dengan suatu situasi yang
sama-sama menguntungkan, dengan melepaskan atau memberikan kelonggaran
atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas timbal balik.
Kesepakatan yang telah dicapai kemudian dituangkan secara tertulis untuk
ditandatangani dan dilaksanakan oleh para pihak. Namun proses negosiasi dalam
penyelesaian sengketa terdapat beberapa kelemahan. Yang pertama ialah ketika
kedudukan para pihak yang tidak seimbang. Pihak yang kuat akan menekan pihak
yang lemah. Yang kedua ialah proses berlangsungnya negosiasi acap kali lambat
dan bisa memakan waktu yang lama. Yang ketiga ialah ketika suatu pihak terlalu
keras dengan pendiriannya.

Penting untuk mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing jalur


penyelesaian perselisihan dan memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pihak yang
bersengketa. Beberapa perjanjian mungkin juga mencakup klausul yang mengharuskan pihak
untuk menjalani metode penyelesaian perselisihan tertentu.

2.4 KONSEKUENSI HUKUM BAGI PIHAK YANG MELANGGAR PERJANJIAN


PADA PERIKATAN

7
Konsekuensi hukum bagi pihak-pihak yang melanggar perikatan yang diikat oleh
perjanjian adalah hal yang penting untuk dipahami. Ketika seseorang atau suatu entitas
melanggar perjanjian yang telah disepakati, ada beberapa konsekuensi hukum yang dapat
diterapkan. Beberapa konsekuensi hukum yang mungkin terjadi termasuk, namun tidak terbatas
pada:

1) Gugatan hukum yang diajukan oleh pihak yang dirugikan


Pihak yang merasa dirugikan akibat pelanggaran perjanjian memiliki hak untuk
mengajukan gugatan hukum. Melalui gugatan ini, mereka dapat meminta pemulihan hak-
hak yang telah dilanggar. Gugatan ini biasanya diajukan ke pengadilan yang berwenang
untuk menyelesaikan sengketa tersebut.
2) Pembatalan perjanjian oleh pihak yang dirugikan
Selain mengajukan gugatan hukum, pihak yang dirugikan juga memiliki hak
untuk membatalkan perjanjian yang telah dilanggar. Mereka dapat mengajukan
permohonan pembatalan perjanjian ke pengadilan atau mengikuti prosedur yang
ditetapkan dalam undang-undang yang berlaku.
3) Ganti rugi atau denda yang harus dibayar kepada pihak yang dirugikan
Pihak yang melanggar perikatan juga dapat diwajibkan untuk membayar ganti
rugi atau denda kepada pihak yang dirugikan. Besaran ganti rugi atau denda ini biasanya
ditentukan berdasarkan kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan akibat
pelanggaran perjanjian. Tujuan dari ganti rugi atau denda ini adalah untuk
mengkompensasi kerugian yang timbul akibat pelanggaran perjanjian.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari materi terkait perikatan yang berawal dari perjanjian mencakup
pemahaman bahwa suatu perikatan dimulai dengan adanya perjanjian antara pihak-pihak yang
terlibat. Proses ini melibatkan langkah-langkah seperti penawaran, penerimaan, dan kesepakatan
yang jelas. Unsur-unsur seperti niat untuk membuat hubungan hukum, kemampuan hukum,
kesesuaian dengan hukum, dan ketentuan yang pasti harus dipenuhi untuk menjadikan perjanjian
tersebut sah.

Kemudian, jika salah satu pihak melanggar kewajibannya (wanprestasi), terdapat


konsekuensi hukum yang dapat diterapkan, seperti gugatan ganti rugi, pemutusan perjanjian, atau
pemenuhan kewajiban sesuai dengan isi perjanjian. Adanya perlindungan hukum memungkinkan
pihak yang dirugikan untuk menuntut hak-haknya dan mendapatkan kompensasi atas kerugian
yang diakibatkan oleh pelanggaran perjanjian.

Penting untuk memahami hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian,
serta memperhatikan ketentuan-ketentuan yang dapat menentukan proses penyelesaian
perselisihan, baik melalui litigasi maupun jalur penyelesaian alternatif seperti mediasi atau
arbitrase. Dengan demikian, suatu perikatan yang bermula dari perjanjian dapat dijalankan dan
diselesaikan dengan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku.

3.2 Saran
Saran dari kami terkait perikatan yang berawal dari perjanjian adalah selalu
dokumentasikan perjanjian secara tertulis dengan jelas dan lengkap. Pastikan semua pihak
memahami dan menyetujui syarat-syaratnya. Hal ini dapat menjadi landasan yang kuat untuk
menghindari kesalahpahaman dan konflik di masa depan.

9
DAFTAR PUSTAKA

UNDANG-UNDANG:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 1233,1234,1320)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1999 tentang Alternatif Penyelesaian


Sengketa (Pasal 1 ayat (1)

SUMBER LAINNYA:
BIRO ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN ALUMNI DAN INFORMASI (BAKAI)
UNIVERSITAS MEDAN AREA. (2022, May 18). Biro Administrasi Registasi Kemahasiswaan
& Informasi - Universitas Medan Area. BAKAI Universitas Medan Area.
https://bakai.uma.ac.id/2022/05/18/apa-itu-hukum-perikatan/

Suminto. (2021, March 22). Unsur-unsur Perikatan yang Perlu diketahui. HaloEdukasi.com.
https://haloedukasi.com/unsur-unsur-perikatan#:~:text=Maka%20dengan%20demikian
%20unsur-unsur%20dari%20suatu%20perikatan%20adalah%3A

sanggausuperadmin. (2022, March 28). Mediasi dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan


Industrial – DISNAKERTRANS. DISNAKERTRANS Kab. Sanggau.
https://disnakertrans.sanggau.go.id/mediasi-dalam-penyelesaian-perselisihan-hubungan-
industrial/

Hanif, R. N. F. (2020, December 30). Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.


Www.djkn.kemenkeu.go.id.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-Alternatif-
Penyelesaian-Sengketa.html

10

Anda mungkin juga menyukai