Mataram 13/10/2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………
A.LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………..
B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………
C.TUJUAN………………………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………..
A. PERJANJIAN………………………………………………………………………………………
B.PERIKATAN……………………………………………………………………………………….
C.PERJANJIAN DAN PERIKATAN MENURUT UU…………….………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………..
A.KESIMPULAN……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia hidup dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat sosial yang
mana di dalamnya terdapat saling ketergantungan satu sama lain, seorang
manusia tidak akan dapat hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan orang
yang lain untuk mendampingi hidupnya.Berbicara mengenai kehidupan
masyarakat tentu tidak terlepas dari yang namanya kehidupan sosial, dalam
struktur kehidupan bermasyarakat tentu terdapat berbagai hal yang dianggap
sebagai pengatur yang bersifat kekal, mengikat dan memiliki sanksi yang tegas
bagi para pelanggarnya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai hukum. Hukum
yang kini akan kita bahas merupakan hukum yang mengatur segala bentuk
tindakan antar perseorangan atau antar sesama manusia, hukum ini dapat kita
sebut sebagai hukum perdata.Dalam hukum perdata ini banyak sekali hal yang
dapat menjad icangkupannya, salah satunya adalah perikatan. Perikatan
adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua
orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu.Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini
merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau
peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan. Di dalam hukum perikatan
setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada perjanjian,
perjanjian apapun dan bagaimana pun, baik itu yangdiatur dengan undang-
undang atau tidak, inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan
syarat kebebasan berkontrak harus halal, dan tidak melanggar hukum,
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang. Di
dalam perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat
sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah
melakukan perbuatan yang sifatnya positif, halal, tidak melanggar undang-
undang dan sesuaidengan perjanjian. Sedangkan perikatan untuk tidak
berbuat sesuatu yaitu untuktidak melakukan perbuatan tertentu yang telah
disepakati dalam perjanjian. Dalam perikatan terdapat beberapa pokok
bahasan diantaranya: KetentuanUmum Perikatan, Prestasi dan Wanprestasi,
Jenis-Jenis Perikatan Perbuatan Melawan Hukum, Perwakilan Sukarela,
Pembayaran Tanpa Utang dan Hapusnya Perikatan.
B.Rumusan Masalah
1.Apakah yang dimaksud dengan perjanjian dan perikatan?
2.Apa saja perbedaan perjanjian dan perikatan?
3.Apa perbedaan perjanjian dan perikatan menurut para ahli dan uu?
C.Tujuan
1.untuk mengetahui arti perjanjian dan perikatan
2.untuk mengetahui perbedaan perjanjian dan perikatan
3.untuk unsur-unsur perjanjian dan perserikatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.pengertian
1.Pengertian Perjanjian
Dalam hukum asing di jumpai istilah overeenkomst (bahasa belanda), contract\
agreement( bahasa inggris), dan sebagainya yang merupakan istilah
yang dalam hukum kita di kenal sebagai “kontrak” atau “ perjanjian”.
Umumya di katakan bahwa istilah-istilah tersebut memiliki pengertian
yangsama, sehingga tidak mengherankan apabila istilah tersebut
memiliki pengertian yang sama.Istilah kontra atau perjanjian dapat kita jumpai
di dalam KUH
perdata, bahkan dalam ketentuan hukum tersebut di muat pula pengertian ko
ntrakatau perjanjian. Pada pasal 1313 KUH perdata merumuskan
pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan satu orang atau lebih. Mengikat
dirinyaterhadap satu orang atau lebih. Namun para ahli hukum
mempunyai pendapat yang berbeda beda mengenai pengertian
perjanjian.Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah
suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikat diri untukmela
ksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Ahli hukum yang
lainmengemukakan bahwa suatau perjanjian adalah suatu peristiwa di
manaseorang berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal yang menimbulkan perikatan yan
gmendukung janji janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau di tulis.
Mengenai suatu hal tertentu suatu perjanjian harus mengenai hal tertentuyan
telah di setujui. Suatu hal tertentu di sini adalah objek perjanjian danisi
perjanjian. Setiap perjanjian harus memiliki objek tertentu, jelas, dantegas.
Dalam perjanjian penilaian, maka objek yang akan di nilai haruslah jelas dan
ada, sehingga tidak mengira ngira4.
4.Pengertian Perikatan
Dalam buku ini digunakan secara harfiah kata “perikatan” sebagaiterjemahan
istilah “verbintesis” , yang merupakan pengambilalihan dari“obligastion” dalam
Code Civil Perancis. Dengan demikian berarti perikatan
adalah kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum
perikatantersebut.Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak memberukan
rumusan,
definisi, maupun arti istilah “perikatan”. Diawali dengan ketentuan Pasal1233,
yang menyatakan bahawa “Tiap
-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-
undang”, ditegaskan bahwa setiap
kewajiban perdata dapat karena dikehendaki oleh pihak-pihak yang
terkaitdalam perikatan yang secara sengaja dibuat oleh mereka, ataupun
karenaditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengandemikian berarti perikatan adalah hubungan hukum antara dua atau
lebih(pihak) dalam bidang/lapangan harta kekayaan, yang melahirkan
kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut.
B.Unsur Perikatan
Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur-unsur perikatan ada 4 yaitu:1.
BAB III
PENUTUP
A.KASIMPULAN
Kata perjanjian dan kata perikatan merupakan istilah yang telah
dikenaldalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Pada
dasarnyaKUHPerdata tidak secara tegas memberikan definisi dari perikatan,
akan
tetapi pendekatan terhadap pengertian perikatan dapat diketahui dari pengerti
an perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang didefinisikan sebagai suatu p
erbuatan hukum dengan mana salah satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih Kata perjanjian dan kata perikatan
merupakan istilah yang telah dikenaldalam Kitab Undang Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata). Pada dasarnya KUHPerdata tidak secara tegas
memberikan definisi dari perikatan, akan
tetapi pendekatan terhadap pengertian perikatan dapat diketahui dari pengerti
an perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang didefinisikan sebagai suatu p
erbuatan hukum dengan mana salah satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.Sekalipun dalam KHUPerdata definisi dari
perikatan tidak dipaparkan secara tegas, akan tetapi dalam pasal 1233
KUHPerdata ditegaskan bahwa perikatan selain dari Undang-
undang, perikatan dapat juga dilahirkan dari perjanjian. Dengan demikian suat
u perikatan belum tentu merupakan perjanjiansedangkan perjanjian
merupakan perikatan. Dengan kalimat lain, bila definisi
dari pasal 1313 KUHPerdata tersebut dihubungkan dengan maksud dari pasal 1
233KUHPerdata, maka terlihat bahwa pengertian dari perikatan, karena
perikatantersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendir
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33592448/
Makalah_Hukum_Perikatan_Kontrak_Perbedaan_Perjajian_dan_Perikatan