Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUKUM PERJANJIAN DAN PERIKATAN

Disusun: Muhammad Jalaludin Akbar


Nim:2020F1A154
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ PERJANJIAN DAN
PERSERIKATAN “ dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum perjanjian
dan perserikatan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagai mana pentingnya perjanjian dan perserikatan bagi para pembaca
dan bagi kami.
Kami mengucapakan terimah kasih kepada ibuk Tin yuliani,SH.M.Kn.
selaku dosen matakuliah hukum perjanjian dan perserikatan. Saya menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karana itu kritik dan syarat yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram 13/10/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………
A.LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………..
B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………
C.TUJUAN………………………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………..
A. PERJANJIAN………………………………………………………………………………………
B.PERIKATAN……………………………………………………………………………………….
C.PERJANJIAN DAN PERIKATAN MENURUT UU…………….………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………..
A.KESIMPULAN……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia hidup dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat sosial yang
mana di dalamnya terdapat saling ketergantungan satu sama lain, seorang
manusia tidak akan dapat hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan orang
yang lain untuk mendampingi hidupnya.Berbicara mengenai kehidupan
masyarakat tentu tidak terlepas dari yang namanya kehidupan sosial, dalam
struktur kehidupan bermasyarakat tentu terdapat berbagai hal yang dianggap
sebagai pengatur yang bersifat kekal, mengikat dan memiliki sanksi yang tegas
bagi para pelanggarnya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai hukum. Hukum
yang kini akan kita bahas merupakan hukum yang mengatur segala bentuk
tindakan antar perseorangan atau antar sesama manusia, hukum ini dapat kita
sebut sebagai hukum perdata.Dalam hukum perdata ini banyak sekali hal yang
dapat menjad icangkupannya, salah satunya adalah perikatan. Perikatan
adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua
orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu.Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini
merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau
peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan. Di dalam hukum perikatan
setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada perjanjian,
perjanjian apapun dan bagaimana pun, baik itu yangdiatur dengan undang-
undang atau tidak, inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan
syarat kebebasan berkontrak harus halal, dan tidak melanggar hukum,
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang. Di
dalam perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat 
sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah
melakukan  perbuatan yang sifatnya positif, halal, tidak melanggar undang-
undang dan sesuaidengan perjanjian. Sedangkan perikatan untuk tidak
berbuat sesuatu yaitu untuktidak melakukan perbuatan tertentu yang telah
disepakati dalam perjanjian. Dalam perikatan terdapat beberapa pokok
bahasan diantaranya: KetentuanUmum Perikatan, Prestasi dan Wanprestasi,
Jenis-Jenis Perikatan Perbuatan Melawan Hukum, Perwakilan Sukarela,
Pembayaran Tanpa Utang dan Hapusnya Perikatan.
 
B.Rumusan Masalah
 1.Apakah yang dimaksud dengan perjanjian dan perikatan?
2.Apa saja perbedaan perjanjian dan perikatan?
3.Apa perbedaan perjanjian dan perikatan menurut para ahli dan uu?

C.Tujuan
 1.untuk mengetahui arti perjanjian dan perikatan
2.untuk mengetahui perbedaan perjanjian dan perikatan
3.untuk unsur-unsur perjanjian dan perserikatan

 
BAB II
PEMBAHASAN
 A.pengertian 
1.Pengertian Perjanjian
Dalam hukum asing di jumpai istilah overeenkomst (bahasa belanda), contract\
agreement( bahasa inggris), dan sebagainya yang merupakan istilah
yang dalam hukum kita di kenal sebagai “kontrak” atau “ perjanjian”.
Umumya di katakan bahwa istilah-istilah tersebut memiliki pengertian
yangsama, sehingga tidak mengherankan apabila istilah tersebut
memiliki pengertian yang sama.Istilah kontra atau perjanjian dapat kita jumpai
di dalam KUH
perdata, bahkan dalam ketentuan hukum tersebut di muat pula pengertian ko
ntrakatau perjanjian. Pada pasal 1313 KUH perdata merumuskan
pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan satu orang atau lebih. Mengikat 
dirinyaterhadap satu orang atau lebih. Namun para ahli hukum
mempunyai pendapat yang berbeda beda mengenai pengertian
perjanjian.Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah
suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikat diri untukmela
ksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Ahli hukum yang
lainmengemukakan bahwa suatau perjanjian adalah suatu peristiwa di
manaseorang berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal yang menimbulkan perikatan yan
gmendukung janji janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau di tulis.

2.Syarat-Syarat Sah Perjanjian


Suatu kontrak atau perjanjian di anggap sah dan mengikat, makakontrak atau
perjanjian tersebut harus memenuhi syarat syarat tertentu.Menurut ketentuan
pasal 1320 KUH perdata, ada empat syarat yang harus di penuhi untuk sahnya
suatu perjanjian, yaitu:
a.Syarat pertama dari terbentuknya perjanjian yaitu adanya
kesepakatanantara para pihak tentang isi perjanjian yang akan mereka
laksanakan.Oleh karena itu timbulnya kata sepakat tidak boleh di sebabkan
oleh tigahal yaitu adanya penipuan, paksaan, dan kekeliruan. Apabila
perjanjian tersebut di buat bedasarkan adanay paksaan dari salah satu pihak,
maka perjanjian tersebut dapat di batalkan.
b.Kecakapan untuk membuat suatu perikatan pada saat penyusunankontrak,
para pihak secara hukum telah dewasa atau cakap berbuat
atau belum dewasa tetapi ada walinya. Di dalam KUH perdata yang di sebut pi
hak yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah orangorang
belum dewasa dan mereka yang berada di bawah pengampunan.3.

Mengenai suatu hal tertentu suatu perjanjian harus mengenai hal tertentuyan
telah di setujui. Suatu hal tertentu di sini adalah objek perjanjian danisi
perjanjian. Setiap perjanjian harus memiliki objek tertentu, jelas, dantegas.
Dalam perjanjian penilaian, maka objek yang akan di nilai haruslah jelas dan
ada, sehingga tidak mengira ngira4.

Setiap perjanjian yang di buat para pihak tidak boleh bertentangan


denganundang undang ketertiban umum dan kesusilaan.

3.Pelaksanaan dan Pembatalan Suatu Perjanjian

a.Yang dimaksud dengan pelaksanaan di sini adalah realisasi


atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah di perjanjiakan oleh pihak piha
k supaya perjanjian itu mencapai tujuanya. Pelaksanaan perjanjian pada
dasarnya menyangkut soal pembayaran dan penyerahan barang yangmenjadi
objek utama perjanjian. Pembayaran dan penyerahan barangdapat terjadi
secara serentak. Mungkin pembayaran lebih dahulu di susuldengan
penyerahan barang dulu baru kemudian pembayaran

b.Pengertian pembatalan dalam uraian ini mengandung dua


macamkemungkinan alasan yaitu: pembatalan karena tidak memenuhi
syaratsubyektif dan pembatalan karena adanya wanprestasi dari
debitur.Wanprestasi adalah tidak di laksanakanya kewajiaban sebagai
manamestinya yang di bebankan oleh kontrak terhadap pihak pihak
tertentuseperti yang di sebutkan dalam kontrak.
Adapun tiga bentuk ingkar janji :
>tidak memenuhi kewajiban sama sekali
>terlambat memenuhi kewajiban
>memenuhi kewajiban secara tidak sah

4.Pengertian Perikatan
Dalam buku ini digunakan secara harfiah kata “perikatan” sebagaiterjemahan
istilah “verbintesis” , yang merupakan pengambilalihan dari“obligastion” dalam
Code Civil Perancis. Dengan demikian berarti perikatan
adalah kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum
perikatantersebut.Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak memberukan
rumusan,
definisi, maupun arti istilah “perikatan”. Diawali dengan ketentuan Pasal1233,
yang menyatakan bahawa “Tiap
-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-
undang”, ditegaskan bahwa setiap
kewajiban perdata dapat karena dikehendaki oleh pihak-pihak yang
terkaitdalam perikatan yang secara sengaja dibuat oleh mereka, ataupun
karenaditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengandemikian berarti perikatan adalah hubungan hukum antara dua atau
lebih(pihak) dalam bidang/lapangan harta kekayaan, yang melahirkan
kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut.

B.Unsur Perikatan
Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur-unsur perikatan ada 4 yaitu:1.

Hubungan hukumHubungan hukum ialah hubungan yang terhadapnya hukum


melekatkan “hak” pada 1 (satu) pihak dan melekatkan “kewajiban” pada
pihak lainnya. Apabila 1 (satu) pihak tidak mengindahkan ataupunmelanggar
hubungan tadi, lalu hukum memaksakan supaya hubungantersebut dipenuhi
ataupun dipulihkan kembali. Misalnya A berjanji menjual sepeda kepada B
adalah hubunganhukum. Akibat dari janji itu, A wajib menyerahkan sepeda
miliknya. kepada B dan berhak menuntut harganya, sedangkan B
wajibmenyerahkan harga sepeda itu dan berhak untuk menuntut penyerahan
sepeda. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, maka hukum
“memaksakan” agar kewajiban tadi dipenuhi. Seterusnya kita melihat pula
bahwa tidak semua hubungan hukum dapat
disebutkan perikatan. Suatu janji untuk bersama-sama piknik, tidak melahirkan 
perikatan, sebab janji tadi tidak mempunyai arti
hukum. Janji demikiantermasuk dalam lapangan moral, dimana tidak
dipenuhinya prestasi akan menimbulkan “reaksi” dari dan oleh anggota-
anggota masyarakat lainnya. Jadi, pelaksanaanya bersifat otonom dan
sosiologis. Untuk menilai suatu hubungan hukum perkatan atau bukan, maka
hukum mempunyai ukuran-ukuran (kriteria) tertentu. Kekayaan Yang
dimaksudkan dengan kriteria perikatan itu adalah ukuran-ukuran yang
dipergunakan terhadap sesuatu hubungan hukum sehinggahubungan hukum
itu dapat disebutkan suatu perikatan di dalam  perkembangan sejarah,  apa
yang  dipakai  sebagai  kriteria  itu  teta .Dahulu yang menjadi kriteria ialah
hubungan hukum itu dapat dinilaidengan uang atau tidak. Apabila
hubungan hukum itu dapat dinilaidengan uang, maka hubungan hukum
tersebut merupakan suatu perikatan.Kriteria itu semakin lama sukar untuk
dipertahankan, karena didalam masyarakat terdapat juga hubungan hukum
yang tidak dapatdinilai dengan uang. Namun kalau terhadapnya tidak diberikan
akibathukum, rasa keadilan tidak akan dipenuhi. Dan ini bertentangan
dengansalah satu tujuan dari pada hukum yaitu mencapai keadilan. Oleh
karenaitu, sekarang kriteria di atas tidak lagi dipertahankan sebagai
kriteria,maka ditentukan bahwa sekalipun suatu hubungan hukum itu tidak
dapatdinilai dengan uang, tetapi kalau masyarakat atau rasa keadilan
menghendaki agar suatu hubungan itu diberi akibat hukum, makahukumpun
akan melekatkan akibat hukum pada hubungan tadi sebagaisuatu perikatan.
subjek perikatan.Seorang debitur harus selamanya diketahui, oleh karena
seseorangtentu tidak dapat menagih dari seorang yang tidak dikenal. Lain
halnyadengan kreditur boleh merupakan seseorang yang tidak diketahui.Di
dalam perikatan pihak-pihak kreditur dan debitur itu dapatdiganti.
Penggantian debitur harus diketahui atau persetujuan kreditur,sedangkan
penggantian
kreditur dapat terjadi secara sepihak. Bahkanuntuk hal-hal tertentu, pada saat
suatu perikatan lahir antara pihak- pihak, secara apriori disetujui hakikat
penggantian kreditur itu.Pada setiap perikatan sekurang-kurangnya harus 1
(satu) orangkreditur dan sekurang kurangnya 1 (satu) orang debitur. Hal ini
tidakmenutup kemungkinan dalam suatu perikatan itu terdapat
beberapaorang kreditur dan beberapa orang debitur. Seorang kreditur
dapatdilukiskan sebagaimana yang diuraikan dibawah ini:
 Kreditur itu tidak perlu dikenal, artinya penggantian kreditur dapatterjadi
secara sepihak, tanpa bantuan debitur, bahkan dalam lalu-lintas perdagangan
yang tertentu penggantian itu telah disetujuiterjadi sejak semula. Apabila
dalam suatu perikatan kreditur ituditentukan atau dikenal, maka kreditur yang
seperti ini disebutkankreditur yang memiliki gugatan atas nama (vordering
op naam). 
 Pihak-pihak Apabila hubungan hukum tadi dijajaki lebih jauh lagi maka
hubungan hukum itu harus terjadi antara 2 (dua) orang atau lebih. Pihakyang
berhak atas prestasi, pihak yang aktif adalah kreditur atau
yang berpiutang dan pihak yang wajib memenuhi prestasi, pihak yang pasifadal
ah debitur atau yang berutang. Mereka ini yang disebut
subjek perikatan.Seorang debitur harus selamanya diketahui, oleh karena
seseorangtentu tidak dapat menagih dari seorang yang tidak dikenal. Lain
halnyadengan kreditur boleh merupakan seseorang yang tidak diketahui.Di
dalam perikatan pihak-pihak kreditur dan debitur itu dapat diganti.
Penggantian debitur harus diketahui atau persetujuan kreditur,sedangkan
penggantian kreditur dapat terjadi secara sepihak. Bahkan untuk hal-hal
tertentu, pada saat suatu perikatan lahir antara pihak- pihak, secara apriori
disetujui hakikat penggantian kreditur itu.Pada setiap perikatan sekurang-
kurangnya harus 1 (satu) orangkreditur dan sekurang kurangnya 1 (satu) orang
debitur. Hal ini tidak menutup kemungkinan dalam suatu perikatan itu
terdapat beberapa orang kreditur dan beberapa orang debitur. Seorang
kreditur dapat dilukiskan sebagaimana yang diuraikan dibawah ini:
Kreditur itu tidak perlu dikenal, artinya penggantian kreditur dapat terjadi
secara sepihak, tanpa bantuan debitur, bahkan dalam lalu-lintas perdagangan
yang tertentu penggantian itu telah disetujui terjadi sejak semula. Apabila
dalam suatu perikatan kreditur ituditentukan atau dikenal, maka kreditur yang
seperti ini disebutkan kreditur yang memiliki gugatan atas nama (vordering
op naam. Penggantian kedudukan kreditur atau peralihan hak atas prestasi
terjadi dengan melakukan suatu formalitas tertentu (vorm vanrechthandeling)
misalnya dengan suatu akta, misalnya akta cessie. kedudukan kreditur itu
dapat pula dilakukan dengan bentuk yang lebih mudah, tanpa dengan
membuat akta cessie. Untuk itu kreditur harus membuat suatu pengakuan
utang (schuldbekentensis). Pengakuan utang ini dapat berupa pengakuan
utang atas tunjuk “aan order” atau atas bawa “aan toonder”. Peralihan dari
pengakuan utang atas tunjuk dilakukan dengan
penyerahan dari tangan ketangan dan di bagian belakang dari suratitu
diperbuat keterangan tentang peyerahan (endorsement) dan tanda tangan
dari pihak yang menyerahkan. Peralihan dari pengakuan utangatas bawa
terjadi dengan syarat-syarat yang lebih ringan dari pada endorsement.
Peralihan ini terjadi dengan penyerahan surat semata-mata, misalnya cheque.
Apabila cara-cara peralihan hak kredituryang tumbuh di dalam masyarakat
sekarang kita perhatikan denganseksama, maka ada tendes yang menunjukkan
bahwa
peralihan pengakuan utang atas bawa, juga memerlukan tanda tangan di belak
ang dari surat itu. Kita menemukan cek-cek yang di belakangnnya tercantum ta
nda tangan kreditur yang mengalihkan,dengan tujuan agar
pertanggungjawaban pemegang-pemegang cek-cek sebelumnya itu dapat
dimintakan apabila di kemudian hari si pemegang cek terakhir menemukan
bahwa cek itu tadi tidak memilikidana (kosong). Seorang kreditur mungkin pula
mengalihkan haknyaatas prestasi kepada kreditur baru, hak mana adalah
merupakan hak-hak pribadi yang kualitatif (kwalitatieve persooonlijke
recht).Misalnya A menjual sebuah mobil kepada B mobil mana telah
diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Dengan terjadinya  peralihan  hak 
milik dari  A  kepada  B,  maka  B  sekaligus  pada  saat yang sama B
mengambil alih juga hak asuransi yang telah melekat
pada mobil tersebut. Perikatan yang demikian dinamakan perikatan kualitatif
dan hak yang terjadi dari perikatan demikian dinamakan hak kualitatif.
Penggantian kriditur dapat pula terjadi dengan subrogasi. Seorang debitur
dilukiskan sebagai berikut:
 •Dalam suatu perikatan sekurang-kurangnya harus ada seorang debitur.
•Seorang debitur biasanya harus dikenal, karena yang tidak dikenal. Dengan
demikian maka penggantian kedudukan debitur hanya dapat terjadi apabila
kreditur telah memberikan persetujuan, misalnya pengambil alihan utang
(schuldoverneming).
•Seorang debitur dapat terjadi karena perikatan kualitatif, sehingga kewajiban
memenuhi presentasi dari debitur dinamakan kewajiban kualitatif, misalnya
seorang pemilik baru dari sebuah rumah yang oleh pemilik sebelumnya
diikatkan dalam suatu perjanjian sewa-menyewa, terikat untuk meneruskan
perjanjian sewa-menyewa itu.
Menurut Asser”s (handleiding tot de beoefening van het Ned
Burger lijkrecht cetakan tahun 1967), maka sejak saat suatu perikatan
dilakukan, pihak kreditur dapat memberikan persetujuan untuk adanya
penggantian debitur, misalya di dalam suatu perjanjian jual beli dapat
dijanjikan seseorang itu membeli untuk dirinya sendiri dan untuk pembeli-
pembeli yang berikutnya (koop voor zich of voornader to noemen meester).
Apabila di dalam jual ini debitur(pembeli) belum melunaskan seluruh harga
beli, maka dalam
hal benda itu dialihkan kepada pembeli baru, maka kewajiban untukmembayar
tersebut dengan sendirinya beralih kepada pembeli baru itu. Kedudukan
debitur dapat berganti atau beralih dengan subrogasi.Kualifikasi istilah prestasi
didalam bahasa Hukum di Indonesia
belum ada. Untuk menuangkan pengertian yang terkandung dalamistilah tadi
ke dalam bahasa itu memerlukan kalimat panjang yang kurang praktis
kedengarannya. Menurut hemat penulis pemakaian istilah prestasi di dalam
lingkungan bahasa hukum di Indonesia tidaklah salah, oleh karena pada
umumnya istilah tersebut lazim dipergunakan. Berdasarkan pemikiran yang
demikian penulis didalam bahasa Indonesia dapat langsung
mempergunakannya sebagai bahasa milik sendiri.
.Apabila 2 (dua) orang mengadakan perjanjian ataupun apabilaundang-undang
dengan terjadinya suatu peristiwa menciptakan
suatu perikatan jelaslah bahwa maksud dari kedua orang tersebut maupundari
pembentuk undang-undang untuk mengikat kedua orang itumemenuhi
kewajiban, untuk memenuhi sesuatu disebut dengan prestasi.4.
 Prestasi (Objek Hukum)Pasal 1234:
“Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk
 berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”.
Menurut Pasal 1234 KUHPerdata prestasi itu dibedakan atas
•Memberikan sesuatu
•Berbuat sesuatu
•Tidak berbuat sesuatuKe dalam perikatan untuk memberikan sesuatu
termasuk pemberian sejumlah uang, memberi benda untuk dipakai (menyewa)
, penyerahan hak milik atas benda tetap dan bergerak. Perikatan untukmelaku
kan sesuatu misalnya membangun rumah.Perikatan untuk tidak melakukan
sesuatu misalnya A, membuat perjanjian dengan B ketika menjual apoteknya,
untuk tidak menjalankanusaha apotek dalam daerah yang sama.
6.Syarat-Syarat Sah Perikatan
Syarat sahnya perikatan sulit dipisahkan dari salah satu asas dalamhukum
perikatan yakni asas konsensuil (kesepakatan). Syarat
sahnya perjanjian sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1230 yakni, sepakat 
bagi yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
suatuhal tetentu dan sebab yang halal. yang mengikatkan dirinya, kecakapan
untuk membuat suatu perikatan, suatuhal tetentu dan sebab yang halal.
1.Kesepakatan sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian merupakan
unsurutama sebagai syarat sahnya perjanjian. Kesepakatan dalam perikatan
atau kontrak dapat terjadi dalam bentuk lisan, tertulis (mengucapka kata)
dengan simbol-simbol tertentu serta berdiam diri (dengan suatu sikap/isyarat).
Perikatan dapat menjadi batal (dapat dibatalkan) jika saja terjadi cacat
kehendak atau cacat kesepakatan melalui beberapa hal,diantaranya
kekhilafan/kesesatan, paksaan, penipuan, dan penyalahgunaan keadaan. Cacat
kehendak dan kekhilafan, paksaan, dan penipuan
diatur dalam pasal 1321 yang menegaskan “tiada kesepakatan yang sah
apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan
 paksaan atau penipuan”. Kemudian diatur juga dalam pasal 1449 yang
mene
gaskan “perikatan yang dibuat dengan paksaan, kekhilafan, atau penipuan,
menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkan”.
2.Cakap yang dimaksud isini adalah setiap orang yang berumur 21 tahun
keatas oleh hukum dianggap cakap, kecuali karena suatu hal ditaruhdibawah
pengampuan, seperti: pemabuk, gila, pemboros. Misalnya, orangyang telah
dewasa tetapi tidak dianggap, tidak mampu sebab pemabuk,gila dan boros.
Lebih jauh ditegaskan perihal yang dianggap tidak cakap
 berdasarkan Pasal 1330 menegaskan, “tidak cakap untuk membuat
perjanjian”.
 3.Suatu hal tertentu sebagai salah satu syarat perjanjian jika tidak
terpenuhidalam perjanjian maka perjanjian itu dikatakan batal demi
hukumtertentu. Hal tertentu dalam hukum perikatan adalah prestasi
(kewajibanyang mesti dipenuhi oleh ke dua pihak atau lebih) yang terjadi
dalam perjanjian sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1234 prestasi itu dapat 
berupa:
•Menyerahkan sesuatu
•Berbuat sesuatu
 •Tidak berbuat sesuatu
4.Sebab yang halal atau yang diperkenankan oleh undang-undang menurut
Pasal 1337 KUHPerdata adalah “persetujuan yang tidak bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan”.
 
5.Pembatalan dan Pelaksanaan Perikatan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan
kemungkinan bahwa suatu perikatan atau perjanjian dapat dibatalkan, jika perj
anjiantersebut dalam pelaksanaannya akan merugikan individu tertentu.
Individuini tidak hanya pihak dalam perikatan atau perjanjian tersebut,
tetapimeliputi juga setiap individu yang merupakan pihak ketiga di luar para
pihakyang membuat atau mengadakan perikatan atau perjanjian tersebut.
Dalamhal ini, pihak yang jika dengan dilaksanakannya perikatan atau
perjanjiantersebut akan menderita kerugian dapat mengajukan pembatalan
atas perikatan atau perjanjian tersebut, baik sebelum perikatan perjanjian itudi
laksanakan maupun setelah perikatan perjanjian tersebut dilaksanakan.Bagi
keadaan yang terakhir ini, Pasal 1451 dan Pasal 1452 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata menentukan bahwa setiap kebatalan membawaakibat bahwa
semua kebendaan dan orang-orangnya dipulihkan sama sepertikeadaan
sebelum perjanjian dibuat.
C.Perbedaan Perjanjian dan Perikatan
Kata perjanjian dan kata perikatan merupakan istilah yang telah dikenaldalam
Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Pada
dasarnyaKUHPerdata tidak secara tegas memberikan definisi dari perikatan,
akan
tetapi pendekatan terhadap pengertian perikatan dapat diketahui dari pengerti
an perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang didefinisikan sebagai suatu p
erbuatan hukum dengan mana salah satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.Sekalipun dalam KHUPerdata definisi dari
perikatan tidak dipaparkansecara tegas, akan tetapi dalam pasal 1233
KUHPerdata ditegaskan bahwa  perikatan selain dari Undang-undang, 
perikatan dapat juga dilahirkan 
ari perjanjian. Dengan demikian suatu perikatan belum tentu merupakan perja
njiansedangkan perjanjian merupakan perikatan. Dengan kalimat lain, bila
defines idari pasal 1313 KUHPerdata tersebut dihubungkan dengan maksud
dari pasal1233 KUHPerdata, maka terlihat bahwa pengertian dari perikatan,
karena perikatan tersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendiri.Sebagai bahan
perbandingan untuk membantu memahami perbedaan duaistilah tersebut,
perlu dikutip pendapat Prof Subekti dalam bukunya HukumPerjanjian
mengenai perbedaan pengertian dari perikatan dengan perjanjian.Beliau
memberikan definisi dari perikatan sebagai berikut:
“Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang ataudua
pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal
dari  pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan
itu
.” Sedangkan perjanjian didefinisikan sebagai berikut:
“Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanjikepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untukmelaksanakan
sesuatu hal 
.”Hakekat antara perikatan dan perjanjian pada dasarnya sama,
yaitumerupakan hubungan hukum antara pihak-pihak yang diikat didalamnya,
namun pengertian perikatan lebih luas dari perjanjian,
sebab hubungan hukum yang adadalam perikatan munculnya tidak hanya dari
perjanjian tetapi juga dari aturan perundang-
undangan. Hal lain yang membedakan keduanya adalah bahwa perjanjian pada 
hakekatnya merupakan hasil kesepakatan para pihak, jadisumbernya benar-
benar kebebasan pihak-pihak yang ada untuk diikat
dengan perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Sedangk
an perikatan selain mengikat karena adanya kesepakatan juga mengikat karena
diwajibkan oleh undang undang, contohnya perikatan antara orangtua
dengananaknya muncul bukan karena adanya kesepakatan dalam perjanjian
diantaraayah dan anak tetapi karena perintah undang-undan Selain itu,
perbedaan antara perikatan dan perjanjian juga terletak padakonsekuensi
hukumnya. Pada perikatan masing-masing pihak mempunyai hakhukum untuk
menuntut pelaksanaan prestasi dari masing-masing pihak yangtelah terikat.
Sementara pada perjanjian tidak ditegaskan tentang hak hukumyang dimiliki
oleh masing-masing pihak yang berjanji apabila salah satu
dari pihak yang berjanji tersebut ternyata ingkar janji, terlebih karena pengerti
an perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata menimbulkan kesan seolah-
olah hanyamerupakan perjanjian sepihak saja. Definisi dalam pasal
tersebutmenggambarkan bahwa tindakan dari satu orang atau lebih
mengikatkan dirinyaterhadap satu orang lain atau lebih, tidak hanya
merupakan suatu perbuatanhukum yang mengikat tetapi dapat pula
merupakan perbuatan tanpa konsekuensihukum.Konsekuensi hukum lain yang
muncul dari dua pengertian itu
adalah bahwa oleh karena dasar perjanjian adalah kesepakatan para pihak, ma
ka tidakdipenuhinya prestasi dalam perjanjian menimbulkan ingkar janji
(wanprestasi),sedangkan tidak dipenuhinya suatu prestasi dalam perikatan
menimbulkankonsekuensi hukum sebagai perbuatan melawan hukum
(PMH).Berdasarkan pemahaman tersebut jelaslah bahwa adanya
perbedaan pengertian antara perjanjian dan perikatan hanyalah didasarkan kar
ena lebihluasnya pengertian perikatan dibandingkan perjanjian. Artinya
didalam
hal pengertian perjanjian sebagai bagian dari perikatan, maka perikatan akanm
empunyai arti sebagai hubungan hukum atau perbuatan hukum yang
mengikatantara dua orang atau lebih, yang salah satu pihak mempunyai
kewajiban untukmemenuhi prestasi tersebut. Bila salah satu pihak yang
melakukan perikatantersebut tidak melaksanakan atau terlambat
melaksanakan prestasi, pihak yangdirugikan akibat dari perbuatan melawan
hukum tersebut berhak untuk
menuntut pemenuhan prestasi atau penggantian kerugian dalam bentuk biaya, 
ganti rugidan bunga.Uraian diatas memperlihatkan bahwa perikatan dapat
meliputi dua arti,yaitu pada satu sisi sebagai perjanjian yang memang
konsekuensi hukumnya sangat tergantung pada pihak-pihak yang terikat
didalamnya, dan pada sisi lainmerupakan perikatan yang mempunyai
konsekuensi hukum yangjelas.
Sekalipun perjanjian sebagai suatu perikatan muncul bukan dari undang-udang 
tetapimemiliki kekuatan hukum yang sama dengan perikatan yang muncul
dariundang-undang, yaitu berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
diikatdidalamnya.

BAB III
PENUTUP
A.KASIMPULAN
 Kata perjanjian dan kata perikatan merupakan istilah yang telah
dikenaldalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Pada
dasarnyaKUHPerdata tidak secara tegas memberikan definisi dari perikatan,
akan
tetapi pendekatan terhadap pengertian perikatan dapat diketahui dari pengerti
an perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang didefinisikan sebagai suatu p
erbuatan hukum dengan mana salah satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih  Kata perjanjian dan kata perikatan
merupakan istilah yang telah dikenaldalam Kitab Undang Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata). Pada dasarnya KUHPerdata tidak secara tegas
memberikan definisi dari perikatan, akan
tetapi pendekatan terhadap pengertian perikatan dapat diketahui dari pengerti
an perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang didefinisikan sebagai suatu p
erbuatan hukum dengan mana salah satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.Sekalipun dalam KHUPerdata definisi dari
perikatan tidak dipaparkan secara tegas, akan tetapi dalam pasal 1233
KUHPerdata ditegaskan bahwa perikatan selain dari Undang-
undang, perikatan dapat juga dilahirkan dari perjanjian. Dengan demikian suat
u perikatan belum tentu merupakan perjanjiansedangkan perjanjian
merupakan perikatan. Dengan kalimat lain, bila definisi
dari pasal 1313 KUHPerdata tersebut dihubungkan dengan maksud dari pasal 1
233KUHPerdata, maka terlihat bahwa pengertian dari perikatan, karena
perikatantersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendir

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33592448/
Makalah_Hukum_Perikatan_Kontrak_Perbedaan_Perjajian_dan_Perikatan

Anda mungkin juga menyukai