Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Aspek Hukum Dalam Ekonomi


“Perjanjian/Kontrak”

Dosen pengampu : Mirza Elmy Safira, M.H.

Di susun oleh. :

1. Lu’Luul Khulaela (201805290009)


2. Nisa’ul Azizah (201805290005)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI'AH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirar-nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, dapat
menyelesaikan makalah Aspek Hukum dalam Ekonomi Islam ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah Aspek Hukum dalam Ekonomi
Islam ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap teman-teman
pembaca semua.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………. I


Kata Pengantar …………………………………………………. ii
Daftar Isi …………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………. 1
C. Tujuan …………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………. 3
A. Pengertian Perjanjian atau kontrak …………………………. 3
B. Unsur dan Syarat Perjanjian atau Kontrak.…………………… 4
C. Asas Asas dalam Perjanjian atau Kontrak. …………………. 5
D. Bentuk-bentuk Perjanjian atau Kontrak …………………. 7
E. Prestasi dan Wanprestasi ….……………………………… 7
F. Akibat-akibat Wanprestasi …………………………………. 8
G. Lahirnya Perjanjian …………………………………………. 9
H. Berakhirnya Perjanjian atau Kontrak …………………. 10

BAB III PENUTUP …………………………………………. 13


A. Kesimpulan …………………………………………. 13
B. Saran …………………………………………………. 14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua kegiatan usaha atau bisnis tidak bisa dilakukan dengan
sendiri. Kegiatan bisnis selalu mengaitkan pihak-pihak yang terkait
dengan bidang usaha yang diltekuni. Semua aktivitas yang dilakukan
dalam kegiatan bisnis tidak bisa meninggalkan dengan yang namanya
perjanjian atau kontrak. Dalam era globalisasi dan perdaganagan yang
sangat modern dan maju saat ini memungkinkan terjadinya perjanjian-
perjanjian bisnis dengan melibatkan pihak-pihak dalam negeri maupun
luar negeri. Oleh karena itu , diperlukan pengetahuan cukup bagi pelaku-
pelaku bisnis agar memahamai tentang perjanjian dan elemen-elemen apa
sajakah yang harus ada dalam perjanjian, sehingga suatu perjanjian dapat
dikatkan sebagai perjanjian sah, jelas, benar dan mengikat bagi para pihak.
Perlu diketahui juga akibat perjanjian yang dibuat akan
menciptakan hak dan kewajiaban untuk para penciptanya Sehingga untuk
itu pelaku bisnis harus melengkapi diri dengan pengetahuan agar hak dan
kewajiban dapat dibagi secara adil dalam sebuah perjanjian.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Perjanjian atau kontrak?
2. Apa saja unsur dan syarat Perjanjian atau Kontrak?
3. Apa saja asas asas dalam Perjanjian atau Kontrak?
4. Apa saja bentuk-bentuk Perjanjian atau Kontrak?
5. Apkah yang dimaksud Prestasi dan Wanprestasi ?
6. Apa saja akibat-akibat Wanprestasi?
7. Bagaimana Lahirnya Perjanjian?
8. Bagaimana Berakhirnya Perjanjian atau Kontrak?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Perjanjian atau Kontrak!
2. Untuk mengetahui unsur dan syarat Perjanjian atau Kontrak!
3. Untuk mengetahui asas asas dalam Perjanjian atau Kontrak!

1
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Perjanjian atau Kontrak!
5. Menjelaskan Prestasi dan Wanprestasi!
6. Untuk mengetahui akibat-akibat Wanprestasi!
7. Untuk mengetahui lahirnya Perjanjian!
9. Untuk mengetahui Berakhirnya Perjanjian atau Kontrak!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perjanjian atau kontrak


Untuk mengetahui tentang perjanjian atau juga disebut kontrak,
maka mula-mula harus memahami tentang pengertian perjanjian itu
sendiri. Pasal 1313 KUH Perdata memberikan pengertian yuridis
mengenai perjanjian, yaitu “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih.”1 Pengertian yang disampaikan oleh KUH perdata
tersebut cukup biasa saja, oleh kareana itu beberapa ahli hukum
memperluas pengertian tentang perjanjian tersebut.
Menurut Soedjono Dirdjosisworo memberikan pengertian
perjanjian atau kontrak yaitu “ Kontrak adalah suatu janji atau seperangkat
janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum
memeberikan pemulihan atau menetapakan kewajiban bagi yang ingkar
janji disertai sanksi pelaksanaanya.”2
Steven L. Emanuel menyampaikan bahawa perjanjian adalah
sebuah konfirmasi, dimana hukum akan menegakkan dengan berbagai
cara. Perjanjian sedikitnya harus memuat satu janji, contohnya komitmen
untuk melekukan sesuatu yang akan datang. 3
Perjanjian dalam bahasa Arab biasa disebut akad yang berarti
mengikat, mengumpulkan. Para fuqaha juga menggunakan istilah ini untuk
sumpah, perjanjian ataupun persetujuan jual beli. R. Setiawan menjelaskan
bahwa perjanjian ialah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih.4

1
Subekti & Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Pramita,
2001).
2
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kemotariatan, Buku Kedua,
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013), hlm. 244.
3
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, Memahami Kontrak dalam Persepektif Filsafah, Teori,
Dogmatik, dan Praktik Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2012),hlm.17.
4
R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bandung: Bina Cipta, 1987, hlm.49

3
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
perjanjian atau kontrak merupakan satu orang atau lebih yang saling
mengikat bila salah satu mengingkari atau melanggar hukum yang akan
menegakkan.
Perikatan dan perjanjian suatu perkara yang berbeda. Prof Subekti
dalam bukunya yang berjudul Hukum Perjanjian bisa menjadi pegangan
bahwa perjanjian dan perikatan adalah perkara yang berbeda .Beliau
menyatakan bahwa perikatan yaitu: “Suatu perikatan adalah suatu
perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.” Sedangkan
perjanjian yaitu: “Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”
Dari penjelasan diatas perikatan dan perjanjian adalah hal yang
sama, sama-sama memiliki hubungan hukum antara pihak-pihak yang
diikat didalamnya, tapi pengertian perikatan lebih luas dari pada
perjanjian, sebab hubungan hukum yang terkandung didalam perikatan
munculnya tidak hanya dari perjanjian tetapi juga dari aturan perundang-
undangan

B. Unsur dan Syarat Perjanjian atau Kontrak


Unsur-unsur perjanjian yang akan dijelaskan bersumber dari para
ahli hukum. Menurut Abdulkadir Muhammad menyampaikan
penjelasannya mengenai unsur-unsur perjanjian, antara lain:
1. Ada pihak-pihak, minimal dua orang yang terdiri dari subjek berupa
manusia kodrati dan badan hukum. Jika para pihak adalah manusia,
maka orang tersebut haruslah cakap dan dewasa.
2. Ada persetujuan anatara para pihak berdasarkan kebebasan untuk
mengadakan tawar-menawar (bargaining) atau konsensus dalam suatu
perjanjian.
3. Ada satu atau beberapa tujuan tertentu yang ingin dicapai, yang tidak
boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum,
kebiasaan yang diakui masyarakat dan kesulitan.

4
4. Ada prestasi yang harus dilaksanakan oleh satu pihak dan dapat
dituntut oleh pihak lainnya, begitu juga sebaliknya.
5. Ada bentuk tertentu, yang dapat dibuat secara tertulis dalam suatu akta
autentik maupun di bawah tangan, bahkan dapat dibuat secara lisan.
6. Ada syarat-syarat tertentu menurut undang-undang agar suatu kontrak
yang dibuat menjadi sah.5
Perjanjian yang benar dan mengikat yang telah ditentukan oleh undang-
undang pasal 1320 KUH Perdata, diperlukan empat syarat yang harus
dipenuhi semua pihak untuk memenuhi unsur sahnya perjanjian, antar
lain :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
Syarat ini menjelaskan bahwa perjanjian terbentuk saat disetujuinya
perjanjian tersebut oleh pihak-pihak yang membentuk perjanjian itu.
Bila tidak ada kata sepakat maka perjanjian tersebut belum terjadi.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Perjanjian yang disepakati, kelak akan menciptakan konsekuensi
hukum yang harus dilaksanakan oleh para pihak. Oleh karena itu
subjek hukum dalam perjanjian harus sanggup menyepakati perjanjian
tersebut. Tidak semua subjek hukum dianggap cakap untuk
menyepakati sebuah perjanjian.
3. Suatu hal tertentu
Hal tertentu yang dimaksud dalam syarat perjanjian adalah kewajiaban
debitur dan hak kreditur. Suatu hal tertentu merupakan objek
perjanjian yang diartiakan sebagai semua hak dan kewajiabn dari
perjanjian tersebut
4. Suatu sebab yang halal
Sebuah perjanjian harus memeiliki sebab yang tidak terlarang, tidak
boleh menentang perundang-undanagan, memeiliki kesusilaan yang
baik dan benar tanpa menghambat kertiban umum.
C. Asas Asas dalam Perjanjian atau Kontrak
1. Asas Konsensualisme
Perjanjain terjadi saat adanya konsensus atak kesepakatan oleh pihak
yang bersepakat. Asas ini tertuang pada Pasal 1320 KUH Perdata yang
menjelaskan bahwa harus ada kata sepakat diantara pihak yang

5
Muhammad Syaifuddin. Op.cit., hlm 22-23

5
membuat perjanjian,bila tidak ada kata sepakat maka tidah sah
perjanjiantersebut.
2. Asas kebebasan Berkontrak
Kebebasan berkontrak pada dasarnya merupakan representasi dari
keinginan untuk bebas, hak asasi manusia yang perkembangannya
dilandasi faham liberalisme saat ini, karena setiap orang bebas
mendapatkan apa yang diinginkan tapi dengan cara yang benar.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, asas kebasan berkontrak, anatar lain :
a. Kebebsan untuk membuat atau tidak membuat kontrak.
b. Kebebasan untuk memeilih pihak dengan siapa ia ingin membuat
kontrak.
c. Kebebasan untuk menentukan atau memeilih cauas dari kontrak
yang akan dibuat.
d. Kebebasan untuk menentukan objek kontrak.
e. Kebebsan untuk menentukan bentuk kontrak.
f. Kebebsan untuk menerima ataun menyimpang ketentuan undang-
undang yang bersifat opsional.6
3. Asas Pacta Sunt Servanda/kekuatan mengikat suatu kontrak
Kekuatan mengikat suatu kontrak memaksakan semua pihak
memenuhi perjanjian atau kontrak yang mereka buat. Asas ini tertuang
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Peradata yang berbunyi “ semua
kontrak yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
4. Asas Itikad Baik
Asas itikad baik tertuang di dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini
merupakan asas para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.
5. Asas kepribadian
Asas kepribadian tertuang didalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPer. Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain
untuk dirinya sendiri.”Asas yang menetapkan bahwa seseorang yang

6
Muhammad Syaifuddin. Op.cit., hlm 81-82

6
akan melakukan kontrak harus untuk kepentingan perseorangan saja
atau kepentingan dirinya sendiri.
D. Bentuk-bentuk Perjanjian atau Kontrak
Bentuk-bentuk perjanjian memiliki dua macam yaitu tertulis dan
tidak tertulis. Perjanjian tertulis yaitu perjanjian yang dibuat oleh para
pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan yaitu suatu
perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk lisan (cukup
kesepakatan para pihak).
Perjanjian tertulis memiliki tiga bentuk yang memiliki cara
tersendiri sebagimana dikemukakan berikut ini :
1. Perjanjian yang ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan
saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak di dalam perjanjian, dan
tidak bisa mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain, jika perjanjian
tersebut ditentang pihak ketiga maka para pihak dari perjanjian itu
berkewajiban mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk
membuktikan penolakan pihak ketiga yang dimaksud tidak berdasar
dan tidak dapat dibenarkan.
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para
pihak. Kesaksian notaris atau suatu dokumen hanya untuk melagilisir
keaslian tanda tangan para pihak. Tetapi, kesaksian tersebut tidak
kekuatan terhadap hukum dari perjanjian tersebut , Bila Salah satu
pihak membantah isi perjanjian maka pihak yang membantah itu harus
membuktikanya.
3. Perjanjian yang dibuat di depan notaris dalam bentuk akta notariel.
Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka pejabat
yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu adalah
notaris, camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat
bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan dan pihak
yang ingin menyangkal.7
E. Prestasi dan Wanprestasi
Prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi debitur/ pihak dalam
sebuah perjanjian tersebut. Ada tiga jenis prestasi yang tertuang pada Pasal
1234 KUH Perdata yaitu :
1. Memberikan sesuatu

7
Salim, Hukum Perjanjian, Teori dan Praktik Penyusunan Perjanjian, ( Jakarta : Sinar Gafika,
2008, cet 5 ), hlm. 42-43

7
Memeberikan sesuatu yang disebut yaitu kewajiban debitur untuk
memberikan sesuatu kepada kreditur yang sudah ditentukan pada isi
perjanjian. Misalanya perjanjian jual beli handphone, pihak penjual
harus berkewajiban memberikan handphone tersebut, dan pihak
pembeli memberikan uang kepada penjual.
2. Berbuat sesuatu
Kewajiban bagi salah satu pihak untuk berbuat sesuatu kepada pihak
lainnya sesuai isi perjanjian yang sudah ditentukan. Misalnya seorang
kasir harus melakukan pekerjaanya
3. Tidak berbuat sesuatu
Pada jenis ini biasanya berupa larangan-larangan yang tidak
dibolehkan oleh salah satu pihak, contoh penyewaan mobil rental,saat
penyewaan pihak yang menyewa dilarang mengalih sewakan mobil
tersebut.
Wanprestasi Adalah hal yang berlawanan dengan Prestasi.
Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk.
Wanprestasi yaitu kadaan tidak terpenuhinya prestasi atau kewajiaban
debitur sesuai kesepakatn yang dibuat. Menurut Subekti, teradapat empat
keadaan Wanprestasi, yaitu:
1. Tidak memenuhi prestasi
2. Memenuhi prestasi tetepi terlamabat
3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sebagaiman yang dijanjikan atau
memenuhi prestasi secara tidak baik
4. Melakuakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukkanya.8
F. Akibat-akibat Wanprestasi
Akibat –Akibat dari tindakan wanprestasi dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu:
1. Membayar kerugian (Ganti Rugi)
Salah satu pihak yang melakukan wanprestasi wajib membayar ganti
rugi. Pembayaran ganti rugi tidak selalu dengan uang, menurut pasal
1365 KUH perdata membayar ganti rugi dengan seberapa mungkin
mengembalikan penderitaan dan keadaan yang mungkin ingin dicapai,
tanpa melawan hukum. Bila pihak tersebut merasa dirugikan maka bisa
8
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata dalam Persepektif BW,(Bandung,Nuansa Aulia, 2014),
hlm.177

8
mengajukan tuntutan tersebut ke pengadilan agar pihak berwenagng
yang menghukum perbuatannya tersebut.
2. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
Pembatalan perjanjian atau pemecahan masalah dimaksud untuk
membawa keduabelah pihak kembali pada kondisi sebelum perjanjian.
Kalau satu pihak sudah mendapatkan objek dari pihak yang lain, baik
uang maupun barang . maka wajib dikembalikan sehingga perjanjian
tersebut akan hilang
3. Peralihan risiko
Kewajiaban untuk menanggung kerugian jika suatu saat terjadi
sesuatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa
objek perjanjian sesuai dengan pasal 1237 KUH Perdata. Oleh maka
barang itu semenjak perjanjian terbentuk adalah atas tanggungan
(risiko) si berpiutang (pihak yang berhak menerima barang).
G. Lahirnya Perjanjian
Menururt asas konsensualisme,suatu perjanjian lahir pada saat
terlaksananya kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak
mengenai hal-hal yang menjadi obyek perjanjian. Sepakat adalah
suatu peretujuan dan kemauan antara dua pihak tersebut. Apabila kedua
pihak berselisih maka tidak akan munculnya suatu perjanjian. Maka,
Apabila terjadi pertikaian anatara kedua belah pihak,antara apa yang
diinginkan dan apa yang dinyatakan, maka pernyataan itulah yang
menentukan. Perjanjian akan dianggap tercapai apabila pernyataan yang
dikeluarkan bisa diterima oleh semua pihak. Bila pernyataan diasampaikan
dengan bercanada maka tidak bisa dipegang untuk jadi dasar perjanjian.
Lagi pula, bila suatu pernyataan yang nyata atau sedikit keliru, maka tidak
boleh dianggap sudah terbentuknya kesepakatan yang dijadiakn dasar
perjanjian. Misalnya seorang pemilik menjual rumahnya, dengan memasan
sebuah iklan, dan ternyata iklan tersebut menuliskan harga dengan keliru
yaitu dengan harga seratus juta, setiap orang yang meliahat iklan tersebut
akan bertanya-tanya apakah orang yang memesan iklan tersebut sehat
pikirannya, dan kita tidak boleh mempercayai penawarantersebut tetapi
juga tidak perlu menuntut, karena mungkin ada kekeliruan dalam
komunikasi atau dalam mencetak iklan tersebut.

9
Ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk menentukan saat
lahirnya kontrak yaitu:
1. Teori Pernyataan (Uitings Theorie)
Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat atas suatu
penawaran telah ditulis surat jawaban penerimaan. Dengan kata lain
kontrak itu ada pada saat pihak lain menyatakan
penerimaan/akseptasinya.
2. Teori Pengiriman (Verzending Theori).
Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi adalah saat
lahirnya kontrak. Tanggal cap pos dapat dipakai sebagai patokan
tanggal lahirnya kontrak.
3. Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat jawaban
akseptasi diketahui isinya oleh pihak yang menawarkan.
4. Teori penerimaan (Ontvangtheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat diterimanya
jawaban, tak peduli apakah surat tersebut dibuka atau dibiarkan tidak
dibuka. Yang pokok adalah saat surat tersebut sampai pada alamat si
penerima surat itulah yang dipakai sebagai patokan saat lahirnya
kontrak.
H. Berakhirnya Perjanjian atau Kontrak
Menurut pasal 1381 KUH Perdata, kondisi yang membuat
berakhirnya suatu perjanjian, anatar lain:
1. Pembayaran
Pembayaran tidak selalu bentuk penyerahan uang, tetapi terciptanya
prestasi yang disepakati yang sesuai dengan isi perjanjian yang
memeiliki unsur pembayaran.
2. Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Pemenuhan kewajiban dalam sebuah perjanjian seharusnya dilakukan
sesuai yang diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, namun
tidak jarang kewajiab tersebut tidak terpenuhi sebelum waktu yang
dijanjikan . Pemenuhan kewajiban sebelum waktunya dapat
mengakhiri perjanjian tersebut , misalnya peminjaman yang dilakukan
dengan angsuran, apabila pihak yang meminjam dapat membayar

10
semua jumlah pinjamannya sebelum jatuh tempo, maka perjanjian
dapat berakhir sebelum waktunya.
3. Pembaharuan hutang
Pembaharuan utang dapat mengakibatkan berakhirnya perjanjian,
karena munculnya perjanjian baru mengakibatkan perjanjian lama
berakhir. Perjanjian baru bisa muncul karena adanya perubahan dalam
perjanjian.
4. Perjumpaan Hutang atau kompensasi
Perjumpaan hutang terjadi karena antara pihak satu dengan pihak
lainnya saling meminjam , sehingga pinjaman keduanya dianggap
terlunasi oleh pinjaman mereka masing-masing.
5. Percampuran Hutang
Berubahnya kekuasaan pihak atas suatu objek perjanjian juga dapat
mengakibatkan terbentuknya percampuran hutang yang mengakhiri
perjanjian, contohnya penyewa rumah yang beralih menjadi pemilik
rumah karena dibelinya rumah sebelum waktu sewa berakhir.
6. Pembebasan Hutang
Adanya kerelaan pihak kreditur untuk mecabut kewajiban debitur
untuk membayar hutang, dengan terbebasnya debitur dari kewajiban
pemenuhan hutang, maka yang disepakati dalam perjanjian sebagai
syarat sahnya perjanjian tersebut berakhir.
7. Musnahnya barang yang terhutang
Musnahnya barang yang disepakati juga megakibatkan tidak
terpenuhinya syarat sah perjanjian, karena objek yang disepakati tidak
ada, sehingga mengakibatkan berakhirnya perjanjian
8. Kebatalan atau pembatalan
Perjanjian akan berakhir bila tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian,
misalnya karena pihak yang melakukan perjanjian tidak memenuhi
syarat yang sudah disepakati dalam perjanjian.
9. Berlakunya suatu syarat batal
Dalam Pasal 1265 KUHPerdata diatur kemungkinan terjadinya
pembatalan perjanjian karena terpenuhinya syarat batal yang
menjadikannya perjanjian berakhir
10. Lewatnya waktu

11
Perjanjian akan berakhirkareana lewatnya tanggal waktu yang menjadi
sebab berakhirnya perjanjian.9

9
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,Jakarta:Rajawali Pers,2010 hlm 110

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjanjian atau kontrak merupakan satu orang atau lebih yang
saling mengikat bila salah satu mengingkari atau melanggar hukum yang
akan menegakkan. Unsur-unsur perjanjian menurut Abdulkadir
Muhammad ada enam yaitu
1. Ada pihak-pihak
2. Ada persetujuan anatara para pihak
3. Ada satu atau beberapa tujuan
4. Ada prestasi yang harus dilaksanakan
5. Ada bentuk tertentu
6. Ada syarat-syarat tertentu
Perjanjian yang benar dan mengikat yang telah ditentukan oleh
undang-undang pasal 1320 KUH Perdata, diperlukan empat syarat yang
harus dipenuhi semua pihak untuk memenuhi unsur sahnya perjanjian,
antar lain :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Dalam perjanjian juga harus memeliki asas-asas yang
dikategorikan menjadi lima yaitu , asas konsensualisme, asas kebebasan
berkontrak, asas Pacta Sunt Servanda/kekuatan mengikat suatu kontrak,
asas iktikad baik dan, asas kepribadian.
Bentuk-bentuk perjanjian memiliki dua macam yaitu tertulis dan
tidak tertulis. Perjanjian tertulis yaitu perjanjian yang dibuat oleh para
pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan yaitu suatu
perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk lisan (cukup
kesepakatan para pihak).
Prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi debitur/ pihak
dalam sebuah perjanjian tersebut. Ada tiga jenis prestasi yang tertuang

13
pada Pasal 1234 KUH Perdata yaitu, membuat sesuatu, berbuat sesuatu,
tidak berbuat sesuatu
Wanprestasi yaitu kadaan tidak terpenuhinya prestasi atau
kewajiaban debitur sesuai kesepakatn yang dibuat. Menurut Subekti,
teradapat empat keadaan Wanprestasi, yaitu:
1. Tidak memenuhi prestasi
2. Memenuhi prestasi tetepi terlamabat
3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sebagaiman yang dijanjikan atau
memenuhi prestasi secara tidak baik
4. Melakuakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukkanya.
Akibat –Akibat dari tindakan wanprestasi dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu, membayar kerugian, Pembatalan perjanjian atau
pemecahan perjanjian, Peralihan risiko
Menururt asas konsensualisme,suatu perjanjian lahir pada saat
terlaksananya kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak
mengenai hal-hal yang menjadi obyek perjanjian. Sepakat adalah
suatu peretujuan dan kemauan antara dua pihak tersebut. Apabila kedua
pihak berselisih maka tidak akan munculnya suatu perjanjian
Menurut pasal 1381 KUH Perdata, kondisi yang membuat
berakhirnya suatu perjanjian, yaitu :
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. Pembaharuan hutang
4. Perjumpaan Hutang atau kompensasi
5. Percampuran Hutang
6. Pembebasan Hutang
7. Musnahnya barang yang terhutang
8. Kebatalan atau pembatalan
9. Berlakunya suatu syarat batal
10. Lewatnya waktu
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kesempurnaan dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis
dan penulisan makalah ini. Baik itu kurang fasilitas yang mendukung

14
seperti buju-buku referensi yang begitu terbatas dalam menjamin
penyelesaian penulisan makalah 8ni sehingga kritik dan saran yang
bersifat konstruktif baik itu dari dosen maupun reian-rekan mahasiswa
snagatlah dharaokan untuk selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Shidarta, Abdul Raysid, Ahmad Shofian. 2018. Aspek hukum Ekonomi & Bisnis
Edisi pertama. Jakarta. Prenadamedia Group

Sari, Elsi Kartika, Advendi Simanungsong. 2005. Hukum dalam Ekonomi.


Jakarta. Grasindo

Subekti, Tjitrosudibio. 2001. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta.


Pradnya Pramita

Budiono, Herlien. 2013. Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang


Kemotariatan, Buku Kedua. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.

Syaifuddin, Muhammad. 2012.Hukum Kontrak, Memahami Kontrak dalam


Persepektif Filsafah, Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum. Bandung.Mandar
Maju

Setiawan, R. 1987. Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya. Bandung.Bina


Cipta

Salim. 2008. Hukum Perjanjian, Teori dan Praktik Penyusunan Perjanjian.


Jakarta. Sinar Gafika

Miru, Ahmadi. 2010. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta.


Rajawali Pers

Hukum perjanjian & Kontrak. 22 januari 2016. Aspek hukum dalam islam.
Diakses pada 28 November 2020.
http://hukumperjanjiandankontrak.blogspot.com/

16

Anda mungkin juga menyukai