Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

HUKUM BISNIS Risvan Akhir Roswandi, S.Sy.,M.H.

MAKALAH
PERJANJIAN KONTRAK

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

LIDIA GUSTINI 12170320228


NURAINI 12170321449

DWI KARLINA 12170324895

Makalah ini Disusun untuk Tugas Kelompok


KELAS 2D

PRODI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah mata kuliah hukum bisnis ini tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah yang bertema
“Perjanjian Kontrak” ini, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, kami memohon maaf.
Demikian, yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 03 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perjanjian Kontrak............................................................. 3

2.2 Asas-asas dalam Perjanjian/Kontrak................................................... 4

2.3 Bentuk Perjanjian/Kontrak.................................................................. 6

2.4 Wanprestasi dan Akibat-akibatnya...................................................... 8

2.5 Terhapusnya Perjanjian Kontrak......................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjanjian kontrak dan berbagai jenis ragamnya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari jual beli, sewa
menyewa, hingga kesepakatan bisnis , keberadaan kontrak sangat penting
untuk menjamin keabsahan perjanjian yang telah dibuat. Selain itu, adanya
kontrak, terutama yang tertulis, dapat menjadi pegangan ketika terjadi
masalah dalam sebuah perjanjian, dan akan menempuh jalur hukum untuk
penyelesaiannya.1
Suatu perjanjian kontrak lahir atas kesepakatan dari kedua bela pihak
yang berisi sekumpulan ketentuan yang nantinya harus ditaati oleh para
pihak. Hak dan kewajiban itu sendiri, menimbulkan hak dan kewajiban di
masing-masing pihak. Seperti yang mana dijelaskan dalam pasal 1313 KUH
Perdata adalah “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. “ 2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa perjanjian kontrak
sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga, kita perlu
mengetahui dan mempelajari apa-apa saja komponen yang ada dalam
pelaksanaan perjanjian kontrak tersebut seperti yang dibahas dalam makalah
“ Perjanjian Kontrak “.
Makalah ini, membahas tentang pengertian perjanjian, bentuk-bentuk
perjanjian, syarat perjanjian, wanpretasi dan akibat-akibatnya, serta
terhapusnya perjanjian. Maka dari itu, semoga pengetahuan yang didapat dari
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua baik bagi penulis ataupun
bagi pembaca.
1
Btari Mariska Purwaamijaya, Hukum Bisnis, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020),
hlm 13.
2
Wirdjoyo Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, (Bandung: Mandar Maju,
2000), hlm 4.

1
2.1 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari perjanjian/kontrak ?
2. Apa-apa saja asas yang ada pada perjanjian/kontrak ?
3. Bagaimana bentuk dari perjanjian/kontrak?
4. Apa-apa saja syarat perjanjian/kontrak ?
5. Bagaimana wanspresitasi dan akibat-akibat pada pada perjanjian kontrak?
6. Bagaimana terhapusnya perjanjian/kontrak ?

3.1 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami pengertian dari perjanjian/kontrak.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja asas yang ada pada perjanjian/kontrak.
3. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk dari perjanjian/kontrak.
4. Untuk mengetahui Apa-apa saja syarat perjanjian/kontrak.
5. Untuk memahami maksud dari wanspresitasi dan akibat-akibat pada pada
perjanjian kontrak.
6. Untuk mengetahui bagaimana terhapusnya perjanjian/kontrak.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Perjanjian Kontrak
Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris , yaitu contracts. Sedangkan
dalam bahasa Belanda, disebut dengan overeenkomst (Perjanjian).3
Pengertian perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUH Perdata Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi:
“Perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”.4
Henry Campbel, menuliskan definisi kontrak adalah suatu kesepakatan
yang diperjanjikan (promissory ag-reement) di antara dua atau lebih pihak
yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan
hukum.5
Lawrence M. Friedman, menuliskan definisi kontrak adalah seperangkat
hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis
perjanjian teretentu.6
Michael D. Bayles , menuliskan definisi kontrak sebagai aturan hukum
yang berkaitan dengan perlaksanaan perjanjian atau persetujuan.
Secara umum, kontrak atau perjanjian adalah suatu keadaan di mana kedua
belah pihak atau lebih melakukan perjanjian yang bentukmya tertulis untuk
dilaksanakan bersama pada suatu kegiatan.7
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa
perjanjian kontrak adalah suatu kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk
menjamin, apabila terjadi masalah kedepannya, yang akan diselesaikan
dengan jalur hukum.
2.2 Asas-asas dalam perjanjian (kontrak)

3
Salim HS, Hukum Kontrak, (Jakarta, Sinar Grafika, 2003), hlm 25.
4
Ibid.
5
Toman Sony Tambunan dan Wilson R.G Tambunan, Hukum Bisnis, (Jakarta,
Prenamedia Group, 2019), Hlm 56.
6
Joni Emirzon dan Muhammad Sadi , Hukum Kontrak, (Jakarta: Kencana, 2021), hlm 10.
7
Ibid.
3
2.2.1. Asas kebebasan Berkontrak (freedom 0f contracts)
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan 1338 ayat
(1) KUH Perdata, yang berbunyi:”semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas
kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberi kebebasan kepada
para pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian
2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun
3. Menentukan isi perjanjian,pelaksanaan, dan persyaratannya
4. Menentukan bentuk perjanjiannya, yaitu tertulis atau lisan.8
2.2.2. Asas Konsesualisme
Asas konsesualisme sering diartikan bahwa dibutuhkan kesepakan
untuk lahirnya kesepakatan. Pengertian ini kurang tepat karena maksud
asas konsesualisme ini adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada pada saat
terjadinya kesepakatan. Dengan demikian, apabila tercapai kesepakatan
antara para pihak, lahirlah kontrak , walaupun kontrak itu belum
dilaksanakan pada saat itu dan juga bisa disebut bahwa kontrak tersebut
bersifat obligator.9
Dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata ditentukan bahwa salah satu
syaratnya perjanjian, yaitu kesepakatan kedua bela pihak. Asas
konsesualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya
kesepakatan kedua bela pihak.10
Maka dapat disimpulkan, kesepakatan adalah persetujuan atau
persesuaian antara kehendak dari pernyataan yang dibuat oleh kedua bela
pihak.
2.2.3. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Serwanda)

8
Dasrol, Hukum Bisnis, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2022), hlm 113.
9
Rizka Wahyuni Amelia, Hukum Bisnis,(Sumatera Barat: Insan Cendekia Mandiri, 2021)
hlm 14.
10
Dasrol, Op.Cit, hlm 114.
4
Asas Pacta Sunt Serwanda ini berhubungan dengan akibat perjanjian.
Asas Pacta Sunt Serwanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak ,
sebagaimana layaknya sebagai undang-undang. Asas Pacta Sunt Serwanda
dapat disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang
berbunyi:” Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang.”11
2.2.4. Asas Itikad Baik (Goede Trouw)
Asas itikad baik dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUH
Perdata. Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata berbunyi:” Perjanjian harus
dilakukan dengan itikad baik.” Asas itikad merupakan asas bahwa para
pihak , yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan
yang baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi dua macam, yakni
itikad baik nisbi atau itikad baik mutlak. Pada itikad yang pertama,
seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek.
Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada pada akal sehat dan
keadilan.
2.2.5. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seorang
yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi;”Pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk
dirinya sendiri. Selanjutnya Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi:”Perjanjian
hanya berlaku antara pihak yang membuatnya. ”12
Jadi, dalam perjanjian/kontrak terdapat lima asas yang harus dipahami
yaitu, asas kebebasan berkontrak, asas konsesualisme, asas kepastian
hukum, asas itikad baik dan asas kepribadian.

11
Agus Riyanto, Hukum Bisnis Indonesia, (Batam: CV Batam Publisher, 2018), hlm 35.
12
Ibid.
5
2.3 Bentuk Perjanjian (Kontrak)
Pada dasarnya , perjanjian kontrak memiliki dua bentuk yaitu tertulis
dan tidak tertulis (lisan). Dalam prakteknya , perjanjian yang dilakukan secara
lisan kurang dapat melindungi kepentingan para pihak jika dikemudian hari
terjadi sengketa. Oleh karena itu, sebaiknya perjanjian dibuat dalam bentuk
tulisan. Dalam ilmu hukum, tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk
dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangi pihak yang
membuatnya disebut dengan istilah akta13. Berdasarkan ketentuan Pasal 1867
KUH Perdata, suatu akta dibagi menjadi 2 (dua), yaitu akta di bawah tangan
(onderbands) dan akta resmi (otentik).
1. Akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat tidak dihadapan pejabat
yang berwenang atau notaris. Akta ini dibuat dan ditandatangani oleh para
pihak yang membuatnya. Apabila suatu akta di bawah tanagan tidak
disangkal oleh para pihak, berarti mereka mengakui dan tidak menyangkal
kebenaran apa yang tertulis pada akta di bawah tanga tersebut, sehingga
sesuai pasal 1857 KUH Perdata, akta tersebut memperoleh kekuatan
pembuktian yang sama dengan suatu akta otentik. Akta di bawah tangan
ini dibagi lagi kedalam tiga jenis, yaitu:
a. Akta di bawah tangan biasa, akta ini dbuat dan ditandatangani oleh
para pihak tanpa melibatkan sama sekali pejabat yang berwenang
atau Notaris.
b. Akta di bawah tangan yang didaftar dalam daftar khusus oleh pejabat
yang berwenang atau Notaris , sering disebut diwaarmerken. Akta
ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak untuk kemudian
didaftarkan pada notaris , karena hanya didaftarkan, maka notaris
tidak bertanggung jawab terhadap materi/isi maupun tanda tangan
para pihak dalam dokumen yang dibuat oleh para pihak.
c. Akta di dibawah tangan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
atau notaris, sering disebut akta yang dilegalisasi. Akta ini dibuat

13
Ibid, hlm 39.
6
oleh para pihak yang namun penandatangannya disaksikan
dihadapan notaris, namun tidak bertanggung jawab terhadap
materi/isi dokumen.
2. Akta resmi (otentik). Akta otentik ialah akta yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang yang memuat atau menguraikan suatu tindakan
yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh
pejabat umum pembuat akta itu. Menurut pasal 1868 KUH Perdata, suatu
akta disebut otentik jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
a. Akta dibuat dalam bentuk yang dibuat undang-undang
b. Akta dibuat (door) atau dihadapan ( ten overstaan) seorang pejabat
umum dan,
c. Pejabat umum itu haruslah mempunyai wewenang untuk membuat
akta itu.14
Dari penjelasan di atas, bentuk perjanjian kontrak terbagi menjadi dua
yaitu, tertulis dan tidak tertulis (lisan), yang mana perjanjian tertulis lebih
mudah dipertanggungjawabkan daripada perjanjian secara tidak tertulis (lisan).
2.4 Syarat Perjanjian Kontrak
Pasal 1320 dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
disebutkan bahwa, suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat, yaitu:
a. Kesepakatan antara beberapa pihak yang mengikatkan dirinya pada suatu
kontrak tertentu (Pasal 1321-1328 KUH Perdata).
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ( Pasal 1329-1331) KUH
Perdata).
Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan bahwa: yang tak cakap untuk
membuat persetujuan adalah: Anak yang belum dewasa, 0rang yang ditaruh di
bawah pengampuan dan Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang
ditentukan Undang-Undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.
c. Suatu pokok persoalan tertentu. Artinya, sifat dan luas objek dalam
kontrak dapat ditentukan (Pasal 1332-1334 KUH Perdata).

14
Ibid, hlm 39-41.
7
d. Suatu sebab yang tidak terlarang. Artinya, klausa dalam kontrak tidak
melanggar ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan yang berlaku (Pasal
1335-1317 KUH Perdata).15
Maka dari itu, sesuai dengan penjelasan di atas suatu perjanjian/kontrak
terlaksana apabila, memenuhi syarat sesuai dengan aturan yang berlaku.

2.5 Wanprestasi dan akibat- akibatnya


Wanprestasi (ingkar janji) dalam suatu kontrak adalah salah satu atau
semua pihak yang terikaat dalam suatu kontrak tidak melakukan sesuatu
kewajiban atau prestasi sesuai yang tertulis dalam kontrak yang telah
disepakati bersama. Secara umum, bentuk dari suatu wanprestasi (ingkar janji)
dalam suatu kontrak adalah: Pertama, wansprestasi karena tidak melakukan
kewajiban sesuai kontrak. Kedua, wasprestasi karena telat melakukan
kewajiban sesuai isi kontrak. Ketiga, wansprestasi karena tidak sepenuhnya
melakukan kewajiban sesuai isi kontrak. Keempat, wansprestasi karena keliru
atau lalai memenuhi kewajibannya.16
Akibat dari wansprestasi adalah dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi,
pembatalan kontrak, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.
Sebagai contoh seorang debitur (siperutang) dituduh melakukan perbuatan
yang melawan hukum, lalai atau secara sengaja tidak melaksanakn sesuai
bunyi yang telah disepakati dalam kontrak, jika terbukti , maka debitur harus
mengganti kerugian (termasuk ganti rugi + bunga + biaya perkara. Meskipun
demikian debitur bisa membela diri dengan alasan yaitu: Keadaan memaksa
(overmacht/forcemajeure), kelalaian debitur sendiri, dan kreditur telah
melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.17
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, wanprestasi terjadi
ketika seseorang yang ada di dalam suatu perjanjian atau kontrak mengingkari

15
Toman Sony Tambunan dan Wilson R.G Tambunan, Op.Cit, hlm 56.
16
Ibid, hlm 62.
17
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm 42.
8
perjanjian/kontrak tersebut sehingga mendapatkan sanksi sesuai dengan
perjanjian/kontrak yang telah dibuat sebelumnya.

2.6 Terhapusnya Perjanjian/Kontrak


Berakhirnya perjanjian atau Terhapusnya perjanjian tertuang dalam pasal
1331 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa
perikatan terhapus kerena;

a. Pembayaran, pembayaran dalam arti sempit adalah pelunasan utang oleh


debitor kepada kreditor. Pembayaran seperti inidilakukan dalam bentuk
uang atau barang.
b. Pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau penitipan ,
merupakan suatu pembayaran yang dilakukan oleh si berutang secara tunai
kepada si berpiutang, karena si berpiutang menolak untuk menerimanya,
dan kemudian si berutang menitipkannya di pengadilan.
c. Pembaharuan utang (novasi), novasi lahir atas dasar persetujuan, Para
pihak membuat persetujuan dengan jalan menghapuskan perjnajian lama,
dan pada saat yang bersamaan dengan penghapusan tadi, perjanjian diganti
dengan perjanjian baru. Dengan hakikat, jiwa perjanjian baru serupa
dengan perjanjian terdahulu,
d. Perjumpaan utang atau konpensasi ini adalah suatu cara penghapusan
utang dengan jalan memperjumpakan atau memperhitungkan utang
piutang secara timbal balik antar kreditur dan debitur.
e. Pencampuran Utang, Percampuran utang terjadi akibat keadaan bersatunya
kedudukan debitu dan kreditur pada diri seseorang.
f. Pembebasan utangnya, Yaitu apabila kreditur membebaskan kewajiban
debitur memenuhi pelaksanaan perjanjian.
g. Musnahnya barang yang terutang, Musnahnya baranng terutang adalah
hancurnya, tidak dapat diperdagangkan, atau hilangnya barang terutang,
sehingga tidak diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada atau
tidak ada. Syaratnya, bahwa musnahnya barang itu diluar kesalahan
debitur dan sebelum dinyatakan lalai oleh kreditur.
9
h. Kebatalan atau pembatalan, Penyebab timbulnya pembatalan perikatan
adalah adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum
dewasa dan dibawah pengampuan, tidak mengindahkan bentuk perjanjian
yang disyaratkan dalam Undang-Undang, dan adanya cacat kehendak.
i. Berlakunya syarat batal, Syarat batal adalah suatu syarat yang bila
dipenuhi akan menghapuskan perikatan dan membawa segala sesuatu pada
keadaan semula, seolah-olah tidak ada suatu perjanjian (Pasal 1265).

Berdasarkan Pasal 1964 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang


dinamakan kadaluwarsa atau lewat waktu ialah supaya untuk memperoleh
sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan derngan lewatnya suatu
waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang.18
Maka dapat disimpulkan, penghapusan perjanjian/kontrak dapat terjadi
saat perjanjian itu telah selesai dan terhapus apabila telah memenuhi syarat
yang berlaku.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
perjanjian kontrak adalah suatu kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk
menjamin, apabila terjadi masalah kedepannya, yang akan diselesaikan dengan
jalur hukum.
Kemudian, dalam perjanjian/kontrak terdapat lima asas yang harus
dipahami yaitu, asas kebebasan berkontrak, asas konsesualisme, asas kepastian
hukum, asas itikad baik dan asas kepribadian. Sedangkan bentuk perjanjian
kontrak terbagi menjadi dua yaitu, tertulis dan tidak tertulis (lisan), yang mana

18
Dasrol, Op.Cit, hlm 118-119.
10
perjanjian tertulis lebih mudah dipertanggungjawabkan daripada perjanjian
secara tidak tertulis (lisan).
Selanjutnya, Wanprestasi terjadi ketika seseorang yang ada di dalam suatu
perjanjian atau kontrak mengingkari perjanjian/kontrak tersebut sehingga
mendapatkan sanksi sesuai dengan perjanjian/kontrak yang telah dibuat
sebelumnya, serta penghapusan perjanjian/kontrak dapat terjadi saat perjanjian
itu telah selesai dan terhapus apabila telah memenuhi syarat yang berlaku.
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca untuk dapat memahami tentang
perjanjian/kontrak mengingat perjanjian/kontrak sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, perlu adanya pembelajaran lebih dalam
tentang materi-materi perjanjian/kontrak tersebut.
Selain daripada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan kami harapkan dengan
adanya makalah ini dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca
dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat.

DATAR PUSTAKA

Amelia, R. W. (2021). Hukum Bisnis. Sumatera Barat: Insan Cendekia Mandiri.


Dasrol. (2022). Hukum Bisnis. Pekanbaru: Alaf Riau.
HS, S. (2003). Hukum Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.
Joni Emirzon, M. S. (2021). Hukum Kontrak. Jakarta: Kencana.
Riyanto, A. (2018). Hukum Bisnis . Batam: Batam Publisher.
Saliman, A. R. (2005). Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Kencana.
Toman Sony Tambunan, W. R. (2019). Hukum Bisnis. Jakarta: Prenamedia
Group.

11
12

Anda mungkin juga menyukai