Oleh :
Nama Dosen :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Praktik Perencanaan
Kontrak dengan topik pembahasan yaitu tentang “Memorandum of Understanding
dan Perjanjian Standar”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktik Perencanaan Kontrak serta sebagai penambah pengetahuan bagi kita semua.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan adanya dukungan dan bimbingan
dari Dosen Pengajar mata kuliah Praktik Perencanaan Kontrak, yaitu kepada Ibu
Dewi Septiana, SH.,M.H. Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dalam
penulisan makalah ini pasti banyak kesalahan atau kekurangan baik secara tidak
sengaja ataupun ketidaktahuan. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan dalam
membaca makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca. Besar harapan kami agar karya tulis ini nantinya
berguna dan menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa lainnya. Akhir kata kami mohon
maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan bagi pembaca sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................. 1
Kata Pengantar.............................................................................................................. 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
4
pengadilan. Ini berarti bahwa nota kesepahaman hanya mempunyai kekuatan
mengikat secara moral.
Hukum Perdata merupakan sekumpulan aturan yang memuat ketentuan
bagaimana seseorang bertingkah laku baik di keluarga maupun di masyarakat sekitar.
Salah satu aspek dari hukum perdata yang dapat mengatur tingkah laku manusia
adalah perjanjian dan pada suatu perjanjian tentu diberlakukan asas pact sunt
servanda. Artinya, perjanjian yang lahir akan mengikat para pihak layaknya suatu
undang-undang baik perjanjian yang berasal dari kesepakatan bersama maupun yang
berasal dari kesepakatan salah satu pihak dalam perjanjian (perjanjian standar). Asas
pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang
berbunyi: ’’Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”1
Perjanjian atau persetujuan yang termuat pada Buku III Bab II pasal 1313-pasal 1352
KUH Perdata merupakan hal yang sangat sering kita temui dalam kehidupan sehari-
hari baik di pasar, di sekolah, bahkan di dunia pekerjaan. Menurut sejarah, Perjanjian
Standar (Baku) sebenarnya sudah dikenal sejak zaman yunani kuno (423-347 SM),
Revolusi Industri yang terjadi di awal abad ke-19 telah menyebabkan munculnya
perjanjian atau kontrak baku. Awalnya, timbulnya produksi massal dari pabrik-pabrik
dan perusahaan-perusahaan tidak menimbulkan perubahan apa-apa. Tetapi
”standardisasi” dari produksi ternyata membawa desakan yang kuat untuk pembakuan
dari perjanjian-perjanjian.Hampir 99 persen perjanjian yang di buat di Amerika
serikat berbentuk perjanjian standar begitu juga di Indonesia perjanjian standar
bahkan merambah ke sektor properti dengan cara-cara yang secara yuridis masih
kontroversional misalnya, di perbolekan membeli satuan rumah susun secara inden
dalam bentuk perjanjian standar.
1 Salim,H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Praktik Penyusunan Kontrak, Jakarta ,
Sinar Grafika, Hal 10.
5
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
6
BAB II
CONTOH DAN ANALISIS
NOMOR :PRJ–4020/PW13/3/2007
Pada hari ini, Selasa Tanggal Dua Puluh Dua Bulan Mei Tahun Dua Ribu Tujuh (22 –
05 - 2007), kami yang bertanda tangan di bawah ini :
7
KEDUA BELAH PIHAK sepakat untuk mengadakan kerjasama Pengembangan
Manajemen Pemerintah Daerah dengan ketentuan Sebagai berikut :
BENTUK KERJASAMA
Pasal 1
RUANG LINGKUP
Pasal 2
8
1) PIHAK PERTAMA bertugas dan bertanggung jawab dalam hal Implementasi
dan pengembangan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
2) PIHAK KEDUA bertugas dan bertanggungjawab sebagai Narasumber,
Fasilitator dan Monitoring terhadap pelaksanaan kerjasama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.
3) Untuk efektifnya pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2, maka masing-masing pihak dapat membentuk Satuan Tugas.
PENUTUP
Pasal 4
9
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
KEPALA PERWAKILAN BPKP WALIKOTASURABAYA
PROVINSI JAWA TIMUR
ANALISIS :
Dari keterangan tersebut diatas, maka kami akan mencoba mengkaji lebih jauh
mengenai perjanjian Nota Kesepahaman (MoU) yang tertulis diatas.
10
• Kesepakatanantara para pihaknya yaitu BAMBANG DWI HARTANTO,
Walikota Surabaya bertempat tinggal di Jalan Taman Surya No. 1 Surabaya dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Surabaya, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas namanya Pemerintah Kota Surabaya yang selanjutnya
akan disebut sebagai Pihak Pertama dengan TEGUH WIDHYO UTOMO, Kepala
Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Propinsi
Jawa Timur beralamat di Jalan Raya Bandara Juanda Surabaya, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas kerjasama untuk mengadakan kerjasama Pengembangan
Manajemen Pemerintah Daerah yang selanjutnya akan disebut juga sebagai Pihak
Kedua dengan berbagai persyaratan yang mereka setujui bersama.
Syarat kesepakatan ini,bersama-sama dengan syarat kewenangan berbuat,
merupakan syarat obyektif dari kontrak. Jika tidak dipenuhinya kesepakatan
kehendak dan syarat kewenangan berbuat maka akan mengakibatkan perjanjian
Nota Kesepahaman (MoU) ini ”dapat dibatalkan”.
Kesepakatan Nota Kesepahaman (MoU) dimulai dari adanya unsur kerjasama dari
pihak BAMBANG DWI HARTANTO sebagai pihak pertama dan diikuti oleh
penerima penawaran dari pihak TEGUH WIDHYO UTOMO sebagai pihak
kedua.
• Tidak ada unsur paksaan, penipuan dan kesilapan untuk mencapai kesepakatan
kerjasama tersebut.
11
c) Wanita bersuami (agar jangan samapai ada dua nahkoda dalam satu perahu,
karena dalam suatu perkawinan, pihak suamilah yang dianggap sebagai
nakkodanya (kepala rumah tangga)).
d) Orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan tertentu.
(pasal 1330 KUH Perdata)
Dari ketentuan diatas, maka dapat dipastikan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
yaitu kecakapan berbuat dari para pihak yang melakukan perjanjian kerjasama telah
dipenuhi. Dapat dibuktikan dari identitas dari para pihak yang tertera dalam surat
perjanjian kerjasama diatas yaitu :
• BAMBANG DWI HARTANTO, Walikota Surabaya bertempat tinggal di Jl.
Taman Surya 1 No.1 Surabaya, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah Kota Surabaya yang selanjutnya akan disebut sebagai Pihak Pertama.
• TEGUH WIDHYO UTOMO : Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) Propinsi Jawa Timur beralamat di Jalan Raya Bandara
Juanda Surabaya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Propinsi Jawa Timur beralamat
di Jalan Raya Bandara Juanda Surabaya, selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA.
Semua pihak telah dewasa, tidak dibawah pengampuan, laki-laki bukan perempuan
serta tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan tertentu.
12
4. Suatu Sebab yang Halal
Sebab yang halal adalah sebab mengapa kontrak itu dibuat (harus halal)
Dari contoh Nota Kesepahaman kerjasama diatas, sebab dilakukan perjanjian
kerjasama antara lain untuk :
• Pengembangan sistem pengelolaan keuangan negara.
• Pendamingan pemutakhiran data barang daerah dan system informasi
manajemen barang daerah serta pendampingan pemeriksaan pajak daerah.
• Pendampingan penyusunan LAKIP Kota Surabaya.
• Evaluasi LAKIP SKPD.
• Penyusunan program kerja pengawasan.
• Evaluasi kinerja camat.
• Pendampingan penyusunan dan evaluasi system informasi kinerja.
13
• Adanya obyek perjanjian yaitu sebuah kerjasama Pelaksanaan kerjasama
sebagaimana ayat (1) akan ditindaklanjuti dengan Nota Kesepakatan yang akan
ditandatangani oleh masing-masing unit satuan kerja.
• Adanya kesepakatan antara pihak-pihak sehingga perjanjian kerjasama tersebut
dapat terjadi. pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
maka masing-masing pihak dapat membentuk Satuan Tugas.
2. Unsur Naturalia
Bagian ini merupakan sifat bawaan (natuur) perjanjian sehingga secara diam-diam
melekat pada perjanjian.
• Menjamin kesepakatan kedua belah pihak.
• Waktu perjanjian Nota Kesepahaman (MoU) kerjasama pada hari Selasa, tanggal
22 Mei 2007.
3. Unsur Accidentalia
Bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian dalam hal secara tegas
diperjanjikan oleh para pihak, yaitu antara lain :
• Identitas para pihak
Pihak pertama
Nama : BAMBANG DWI HARTANTO
Pekerjaan : Walikota Surabaya
Alamat : Jalan Taman Surya No. 1 Surabaya.
Pihak kedua
Nama : TEGUH WIDHYO UTOMO
Pekerjaan : Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP)
Provinsi Jawa Timur
Alamat : Jalan Raya Bandara Juanda Surabaya.
14
• Penutup surat perjanjian
15
B. Perjanjian Standar
Pada hari ini, Selasa, tanggal delapan belas bulan september tahun dua ribu tujuh, kami
yang bertanda tangan di bawah ini :
Kedua belah pihak dengan ini menerangkan bahwa Pihak Pertama menyewakan
kepada Pihak Kedua berupa Rumah yang berdiri diatas Sertifikat Hak Milik No
013/HM/2005 yang terletak di Jl, Puri Melati, No 15, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat
dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
16
Pasal 1
1. Perjanjian sewa menyewa ini berlaku tiga hari setelah ditandatanganinya
perjanjian ini dan akan berakhir dengan sendirinya pada 18 September 2008.
2. Perjanjian ini dapat diperpanjang untuk jangka waktu dan syarat-syarat yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
3. Pihak kedua dalam jangka waktu tiga bulan sebelum masa berakhirnya
perjanjian harus menyatakan kehendaknya secara tertulis untuk perpanjangan
perjanjian ini
Pasal 2
1. Uang sewa rumah adalah sebesar Rp. 50.000.000/tahun yang telah dibayar
secara tunai oleh Pihak Kedua pada saat ditanda-tanganinya perjanjian ini
2. Akta perjanjian ini juga berlaku sebagai kuitansi (tanda terima pembayaran)
yang sah
Pasal 3
1. Pihak Pertama menyerahkan rumah kepada Pihak Kedua dalam keadaan
kosong dari penghuni dan barang-barang milik Pihak Pertama
2. Pada saat berakhirnya perjanjian ini, Pihak Kedua harus menyerahkan kembali
rumah dalam keadaan kosong dan terpelihara kepada Pihak Pertama dan Pihak
Pertama tidak berkewajiban untuk menyediakan sarana penampungan guna
menampung keperluan dan barang-barang dari Pihak Kedua.
3. Apabila pada saat berakhirnya perjanjian ini, Pihak Kedua tidak dapat
melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan Pihak
Kedua tidak menyatakan kehendaknya untuk memperpanjang perjanjian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3), maka untuk setiap
keterlambatan Pihak Kedua akan dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,00/hari,
dan denda tersebut dapat ditagih seketika dan sekaligus lunas
17
4. Apabila keterlambatan tersebut berlangsung hingga 10 hari sejak berakhirnya
perjanjian, maka Pihak Kedua memberi kuasa kepada Pihak Pertama untuk
mengosongkan rumah dari semua penghuni dan barang-barang atas biaya Pihak
Kedua dan bilamana perlu dengan bantuan pihak kepolisian setempat.
Pasal 4
1. Pihak Kedua tidak diperkenankan untuk mengubah fungsi serta peruntukkan
sebagai rumah tinggal.
2. Pihak Kedua atas tanggungan sendiri dapat melakukan perubahan pada rumah
yang tidak akan mengubah konstruksi dan NJOP dan tambahan tersebut harus
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan menjadi milik Pihak
Pertama.
3. Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus dengan ijin tertulis dari
Pihak Pertama.
Pasal 5
1. Pihak Pertama menjamin Pihak Kedua bahwa selama masa perjanjian ini
berlaku, Pihak Kedua tidak akan mendapatkan tuntutan dan/atau gugatan dari
pihak lain yang menyatakan mempunyai hak atas tanah dan rumah tersebut.
2. Apabila terjadi perubahan kepemilikan terhadap rumah tersebut, Pihak Kedua
tetap dapat menikmati hak sewa sampai berakhirnya perjanjian ini.
Pasal 6
1. Selama masa sewa berlangsung, Pihak Kedua wajib memberikan uang
jaminan sebesar Rp10.000.000 kepada pihak pertama.
2. Uang Jaminan tersebut akan dikembalikan kepada Pihak Kedua secara tunai
oleh Pihak
Pertama, setelah Pihak Pertama memastikan tidak ada kewajiban pembayaran
yang tertunggak dari Pihak Kedua termasuk namun tidak terbatas pada
tagihan telepon, listrik, air, PBB, dan iuran warga.
18
Pasal 7
Selama perjanjian ini berlangsung, Pihak Kedua tidak diperkenankan untuk
memindahkan hak sewanya sebagian ataupun seluruhnya kepada pihak lain tanpa
persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.
Pasal 8
Segala kerusakan kecil maupun besar dari rumah tersebut menjadi tanggungan
sepenuhnya dari Pihak Kedua kecuali terhadap kerusakan yang ditimbulkan bukan oleh
Pihak Kedua (force majuer) akan ditanggung secara bersama oleh kedua belah pihak.
Pasal 9
Segala pungutan dan/atau iuran termasuk namun tidak terbatas pada iuran warga, PBB,
tagihan listrik, telepon, dan air menjadi tanggungan Pihak Kedua selama masa
perjanjian berlangsung.
Pasal 10
Segala ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini akan diatur selanjutnya dalam
adendum yang merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian ini dan akan
diputuskan secara bersama.
Pasal 11
1. Apabila terjadi sengketa atas isi dan pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah
pihak akan menyelesaikannya secara musyawarah.
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak berhasil, maka kedua belah
pihak sepakat untuk memilih domisili hukum dan tetap di kantor Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Depok.
Demikian perjanjian ini disetujui dan dibuat serta ditanda tangani oleh kedua belah
pihak dengan dihadiri saksi-saksi yang dikenal oleh kedua belah pihak serta dibuat
19
dalam rangkap dua bermateri cukup yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum
yang sama.
Semoga ikatan perjanjian ini membawa berkah bagi semua pihak.
Saksi
1. SUTONO 2. RAHMAT
WIDADI
ANALISIS :
Dari keterangan tersebut diatas, maka saya akan mencoba mengkaji lebih jauh
mengenai perjanjian sewa-menyewa yang tertulis diatas.
20
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
Sepakat dalam hal ini adalah persetujuan antara pihak-pihak untuk
melakukan perjanjian. Kesepakatan tidak salah apabila sepakat itu
diberikan karena kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau
penipuan (1321 KUH Perdata).
21
2. Kecakapan Berbuat dari Para Pihak (untuk membuat suatu
perikatan)
Menurut ketentuan yang berlaku bahwa semua orang cakap
(berwenang) membuat kontrak kecuali mereka yang tergolong
sebagai berikut :
a) Orang yang belum dewasa (belum berumur 21 tahun atau belum
kawin).
b) Orang yang ditempatkan di bawah pengampuan.
• Orang yang dingu (onnoozelheid)
• Orang gila (tidak waras pikiran)
• Orang yang gelap mata (razernij)
• Orang boros.
c) Wanita bersuami (agar jangan samapai ada dua nahkoda dalam
satu perahu, karena dalam suatu perkawinan, pihak suamilah yang
dianggap sebagai nakkodanya (kepala rumah tangga)).
d) Orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan
perbuatan tertentu.(pasal 1330 KUH Perdata).
Dari ketentuan diatas, maka dapat dipastikan bahwa salah satu syarat
sahnya perjanjian yaitu kecakapan berbuat dari para pihak yang melakukan
sewa-menyewa rumah telah dipenuhi. Dapat dibuktikan dari identitas dari
para pihak yang tertera dalam surat perjanjian sewa-menyewa diatas yaitu
:
22
• ARIFIN ISKANDAR, 34 tahun, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil,
bertempat tinggal di Jl. Senayan City No 11, Kota Senayan,
Propinsi DKI Jakarta, dalam hal ini bertindak untuk dan atas
namanya sendiri yang selanjutnya akan disebut juga sebagai Pihak
Kedua.
23
D. MENURUT UNSUR ESSENSIAL, NATURALIA DAN AKSIDENTIAL
A. Unsur Essensial
Bagian ini merupakan sifat yang harus ada di dalam perjanjian sifat
yang menentukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta
(constructieve oordeel).
Unsur-unsur essensial yang terdapat dalam surat perjanjian jual beli
rumah ini antara lain :
• Adanya pihak pertama yaitu LUKMAN ARDIANTO dalam hal ini
bertindak untuk dan atas namanya sendiri sebagai pemilik rumah
sewaan.
• Adanya pihak kedua yaitu ARIFIN ISKANDAR , dalam hal ini
bertindak untuk dan atas namanya sendiri sebagai penyewa.
• Adanya obyek perjanjian yaitu sebuah rumah yang berdiri diatas
Sertifikat Hak Milik No 013/HM/2005 yang terletak di Jl, Puri
Melati, No 15, Kota Depok dengan fasilitas yang disediakan.
• Adanya harga dari obyek perjanjian jual beli yaitu Rp
50.000.00,00/tahun.
• Adanya kesepakatan antara pihak-pihak sehingga perjanjian sewa-
menyewa tersebut dapat terjadi.
B. Unsur Naturalia
Bagian ini merupakan sifat bawaan (natuur) perjanjian sehingga secara
diam-diam
melekat pada perjanjian.
• Menjamin tidak ada cacat benda yang dijual
• Waktu perjanjian jual beli dan ditanda tangani perjanjian pada hari
Selasa, tanggal 18 September 2007.
24
C. Unsur Accidentalia
Bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian dalam hal
secara tegas diperjanjikan oleh para pihak, yaitu antara lain :
• Identitas para pihak
Pihak pertama
Nama : LUKMAN ARDIANTO S.H
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl. Waringin Timur No. 23, Kota Surakarta,
Propinsi Jawa Tengah.
Pihak kedua
Nama : ARIFIN ISKANDAR
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jl. Senayan City No.11, Senayan, Propinsi
DKI Jakarta.
25
BAB III
PEMBAHASAN
• Memorandum of Understanding
26
Istilah lain yang sering juga dipakai untuk m.o.u ini, terutama oleh negara-
negara Eropa adalah apa yang disebut dengan head agreement, cooperation
agreement, dan gentlement agreement yang sebenarnya mempunyai arti yang sama
saja dengan arti yang dikandung oleh istilah MoU.
Dalam perbendaharaan kata-kata indonesia, istilah MoU diterjemahkan ke dalam
berbagai istilah yang bervariasi, yang tampak belum begitu baku. Sebut saja misalnya
istilah seperti “nota kesepakatan atau nota kesepahaman”.
Menurut pengertian beberapa ahli, definisi memorandum of understanding adalah
sebagai berikut :
27
B. Pengaturan mengenai MoU
Hingga saat ini tidak dikenal pengaturan khusus tentang mou. Hanya saja,
merujuk dari defenisi dan pengertian di atas, dimana MoU tidak lain adalah
merupakan perjanjian pendahuluan, maka pengaturannya tunduk pada ketentuan
tentang perikatan yang tercantum dalam buku iii kitab undang -undang hukum
perdata. Pengaturan MoU pada ketentuan buku iii kuh perdata yang sifatnya terbuka
membawa konsekuensi pada materi muatan atau substansi dari MoU yang terbuka
pula. Artinya para pihak diberi kebebasan untuk menentukan materi muatan MoU
akan mengatur apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum, dan norma
kepatutan, kehati-hatian dan susila yang hidup dan diakui dalam masyarakat, serta
sepanjang penyusunan MoU itu memenuhi syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian
sebagaimana tertuang dalam pasal 1320 kuh perdata. Pasal 1320 kuh perdata
menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian adalah
(i) Adanya kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri;
(ii) Para pihakyang membuat perjanjian adalah pihak yang cakap;
(iii) Perjanjian dibuat karena ada hal tertentu; dan
(iv) Serta hal tersebut merupakan hal yang halal.
Kekuatan mengikat mou terdapat dua pendapat. Pertama, pendapat yang
menyatakan bahwa MoU kekuatan mengikat dan memaksa sama halnya dengan
perjanjian itu sendiri. Walaupun secara khusus tidak ada pengaturan tentang mou dan
materi muatan MoU itu diserahkan kepada pra pihak yang membuatnya serta bahwa
mou adalah merupakan perjanjian pendahuluan, bukan berarti MoU tersebut tidak
mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa bagi para pihak untuk mentaatinya
dan/atau melaksanakannya.
C. Macam-macam MoU
MoU dapat dibagi menurut negara dan kehendak para pihak. MoU menurut
negara merupakan mou yang dibuat antara negara yang satu dengan
28
negara yang lainnya. Mou menurut negara yang membuatnya dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
1. MoU yang bersifat nasional.
2. MoU yang bersifat internasional.
MoU yang bersifat nasional merupakan mou yang kedua belah pihaknya
adalah warga negara atau badan hukum indonesia, misalnya MoU yang dibuat antara
badan hukum indonesia dengan badan hukum indonesia lainnya atau antara PT
dengan pemerintah daerah.
MoU yang bersifat internasional merupakan nota kesepahaman yang dibuat antara
pemerintah indonesia dengan pemerintah negara asing dan/atau antara badan hukum
indonesia dengan badan hukum negaraasing. MoU menurut kehendak para pihak
yang membuatnya merupakan mou yang dibuat oleh para pihak yang sejak awal telah
menyetujui kekuatan mengikat dari MoU tersebut.
D. Tujuan MoU
29
4) karena memorandum of understanding dibuat dan ditandantangani oleh pihak
eksekutif teras dari suatu perusahaan, sehingga untuk suatu perjanjian yang
telah rinci mesti dirancang dan dinegosiasi khusus oleh staf-stafnya yang lebih
rendah tetapi lebih menguasai teknis.
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak lain, dan pihak
lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Perjanjian akan menerbitkan perikatan
antara dua orang yang membuatnya untuk melakukan suatu hal.
Ketentuan pasal 1338 kuhperdata menjadi dasar hukum bagi kekuatan mengikat mou
itu. Menurut pasal 1338, setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi para pembuatnya. Dengan kata lain jika mou itu telah dibuat
secara sah, memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana disebut dalam
pasal 1320, maka kedudukan dan/atau keberlakuan mou bagi para pihak dapat
disamakan dengan sebuah undang-undang yang mempunyai kekuatan mengikat dan
memaksa. Tentu saja pengikat itu hanya menyangkut dan sebatas pada hal-hal pokok
yang termuat dalam MoU.
Kedua, pendapat yang menyatakan dengan menitikberatkan MoU sebagai sebuah
perjanjian pendahuluan sebagai bukti awal suatu kesepakatan yang memuat hal-hal
30
pokok, serta yang harus diikuti oleh perjanjian lain, maka walaupun pengaturan MoU
tunduk pada ketentuan perikatan dalam kuhperdata, kekuatan mengikat MoU hanya
sebatas moral saja. Dengan kata lain pula mou merupakan gentlement agreement.
Mou ini adalah salah satu jenis dokumen resmi yang didalamnya memuat penjelasan
tentang persetujuan diantara dua belah pihak. Dikumen MoU ini lazimnya digunakan
didalam sebuah perusahaan berkaitan dengan perjanjian- perjanjian atau kesepakatan
yang dibuat antara perusahaan dengan klien-nya. Bentuk MoU dapat dikenali dari
ciri-ciridari isinya yang ringkas, biasanya cukup ditulis dalam satu halaman saja,
berisi hal yang dianggap paling pokok atau penting saja., bersifat pendahuluan saja
dan biasanya dapat diikuti oleh surat perjanjian yang dimuat terbatas. Umumnya
dibuat dalam bentuk perjanjian dibawah tangan atau tidak memiliki dasar hukum
yang kuat. Dokumen mou bukan merupakan hukum yang mengikat para pihak. Agar
mengikat secara hukum, maka harus ditindaklanjuti dengan sebuah perjanjian.
Kesepakatan mou ini bersifat moral, akan tetapi dalam prakteknya, mou tetap
disejajarkan dengan perjanjian lainnya. Ikatan yang terbentuk tidak hanya bersifat
moral, tetapi juga menjadi sebuah ikatan hukum. Poin pentingnya terletak pada isi
atau materi dari nota kesepahaman itu, bukan semata-mata pada istilah.
Sebagai contoh, mou digunakan sebagai perjanjian kerjasama tenaga kerja atau
karyawan dengan perusahaannya, perjanjian bidang kesehatan antara pasien dengan
pihak rumah sakit, perjanjian bidang pendidikan antara tata usaha dengan honorer,
dan sebagainya.
31
• Perjanjian Standar
2 Salim,H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Praktik Penyusunan Kontrak, Jakarta ,
Sinar Grafika, Hal 25.
32
syarat baku pada suatu formulir perjanjian yang sudah ada, kemudian
disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui dengan hampir tidak
memberikan kebebasan sama sekali kepada pihak lainnya untuk melakukan
negosiasi atas syarat-syarat yang disodorkan. Perjanjian yang demikian ini
disebut juga perjanjian baku atau perjanjian standar atau perjanjian adhesi.
33
Indonesia. Dan dalam perumusan kontrak suatu perjanjian, dibutuhkan
keterampilan redaksional hukum yang hanya dimiliki oleh ahli hukum atau
pengacara yang tentunya membutuhkan biaya mahal. Atas dasar itulah maka
banyak orang menggunakan perjanjian sejenis yang pernah dibuat dan
digunakan kemudian dibuat secara massal.21 Perjanjian baku dibuat karena
tidak memerlukan waktu yang lama untuk melakukan negosiasi. Jadi kontrak
baku muncul dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan praktis. Kontrak baku
telah digunakan secara meluas dalam dunia bisnis sejak lebih dari delapan pulu
tahun. Adanya kontrak baku ini timbul karena dunia bisnis memang
membutuhkannya. Oleh karena itu, kontrak baku diterima oleh masyarakat.
Sebenarnya perjanjian standar/baku tidak perlu selalu dituangkan
dalam formulir walaupun memang lazimnya di buat secara tertulis, seperti
contohnya perjanjian baku dapat di buat dalam bentuk pengumuman yang di
tempelkan di tempat penjual menjalankan usahanya.Bila dikaitkan dengan
peraturan yang dikeluarkan yang berkaitan dengan kontrak baku atau
perjanjian standar yang merupakan pembolehan terhadap praktek kontrak
baku, maka terdapat landasan hukum dari berlakunya perjanjian baku yang
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yaitu:
34
mengeahui isi janji baku atau menerima penunjukkan terhadap
syarat umum, terikat kepada janji itu. Janji baku dapat
dibatalkan, jika pihak kreditoir mengetahui atau seharunya
mengetahui pihak kreditur tidak akan menerima perjanjian
baku itu jika ia mengetahui isinya.
35
memenuhi ciri seperti diatas akan bergantung pada isi bahasa
dan penyajiannya.
36
Menurut Gras dan Pitlo, latar belakang lahirnya perjanjian baku antara
lain merupakan akibat dari perubahan susunan masyarakat. Masyarakat
sekarang bukan lagi merupakan kumpulan individu seperti pada abad XIX,
tetapi merupakan kumpulan dari sejumlah ikatan kerja sama (organisasi).
Perjanjian baku lazimnya dibuat oleh organisasi-organisasi perusahaan. Hal
inilah yang membuat perjanjian baku sering telah distandardisasi isinya oleh
pihak-pihak ekonomi kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk
menerima atau menolak isinya.
Selama perkembangannya, hampir setengah abad Hukum Perjanjian
Indonesia mengalami perubahan, antara lain sebagai akibat dari keputusan
badan legislatif dan eksekutif serta pengaruh dari globalisasi. Dari
perkembangan tersebut dan dalam praktek dewasa ini, perjanjian seringkali
dilakukan dalam bentuk perjanjian baku, dimana sifatnya membatasi asas
kebebasan berkontrak. Adanya kebebasan ini sangat berkaitan dengan
kepentingan umum agar perjanjian baku itu diatur dalam undang-undang atau
setidak-tidaknya diawasi pemerintah.
Latar belakang tumbuhnya perjanjian baku disebabkan karena keadaan
sosial ekonomi. Perusahaan besar, dan perusahaan pemerintah mengadakan
kerja sama dalam suatu organisasi dan untuk kepentingan mereka, ditentukan
syarat-syarat secara sepihak. Pihak lawannya (wederpartij) pada umumnya
mempunyai kedudukan lemah baik karena posisinya maupun karena
ketidaktahuannya, dan hanya menerima apa yang disodorkan. Pemakaian
perjanjian baku tersebut sedikit banyaknya telah menunjukkan perkembangan
yang sangat membahayakan kepentingan masyarakat, terlebih dengan
mengingat bahwa awamnya masyarakat terhadap aspek hukum secara umum,
dan khususnya pada aspek hukum perjanjian.
Sehubungan dengan sifat massal dan kolektif dari perjanjian
baku Vera Bolger menamakannya sebagai “take it or leave it contract”.
Maksudnya adalah jika debitur menyetujui salah satu syarat-syarat, maka
37
debitur mungkin hanya bersikap menerima atau tidak menerimanya sama
sekali, kemungkinan untuk mengadakan perubahan itu sama sekali tidak ada.
Handius merumuskan perjanjian baku sebagai berikut:
“Standaardvoorwaarden zijnschriftelijke concept bedingen welke zijn
opgesteld om zonder orderhandelingen omtrent hun inhoud obgenomen te
worden Indonesia een gewoonlijk onbepaald aantal nog te sluiten
overeenkomsten van bepaald aard” artinya: “Perjanjian baku adalah konsep
perjanjian tertulis yang disusun tanpa membicarakan isinya dan lazimya
dtuangkan dalam sejumlah perjanjian tidak terbatas yang sifatnya tertentu”.
38
telah memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa perjanjian standar khusus ini merupakan
perjanjian yang mana campur tangan dari pemerintah tampak sangat
dominan. Adanya campur tangan dari pemerintah ini merupakan
realisasi dari tugas pemerintah dalam suatu negara, memberikan
perlindungan terhadap warganya. Contoh perjanjian khusus ini : akta
jual beli tanah.
39
Dalam suatu perjanjian baku, khususnya dalam perdagangan, pihak
yang posisinya lebih kuat adalah pihak pengusaha. Dalam suatu
perjanjian baku syarat-syarat perjanjian yang merupakan pernyataan
kehendak ditentukan sendiri secara sepihak oleh pengusaha atau
organisasi pengusaha. Karena syarat-syarat perjanjian itu dimonopoli oleh
pengusaha, maka sifatnya cenderung lebih menguntungkan pengusaha
dari pada konsumen. Penentuan secara sepihak oleh pengusaha dapat
diketahui melalui format perjanjian yang sudah siap pakai, jika konsumen
setuju, maka di tanda tangani perjanjian tersebut.
40
Sebagi pihak yang mempunyai posisi tawar yang lemah maka
konsumen tidak dapat mengajukan tawaran dan perubahan terhadap isi
perjanjian baku tersebut. Jika konsumen bersedia menerima syarat-syarat
perjanjian yang disodorkan kepadanya, maka di tanda tangani perjanjian
itu. Penandatanganan tersebut menunjukkan bahwa konsumen bersedia
memikul beban tanggung jawab walaupun mungkin ia tidak bersalah dan
walaupun pihak konsumen tidak terlibat untuk merumuskan perjanjian itu.
Jika konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat perjanjian yang
disodorkan itu, ia tidak boleh menawar syarat-syarat yang sudah dibakukan
itu. Menawar syarat-syarat baku berarti menolak perjanjian. Pilihan
menerima atau menolak ini dalam bahasa Inggris diungkapkan
dengan ”take it or leave it”.
4. Bentuk tertulis
Sebagai bentuk untuk menjamin adanya kepastian hukum, maka
perjanjian standar/baku seringkali dibuat dalam bentuk tertulis. Bentuk ini
memudahkan pengusaha untuk membuktikan kesepakatan dari konsumen.
Dengan bentuk tertulis kesepakatan konsumen hanya perlu dibuktikan
dari tanda tangan dalam perjanjian sdtandar tersebut. Perjanjian secara
tertulis ini dapat berbentuk akta otentik maupun akta dibawah tangan.
Karena dibuat secara tertulis maka perjanjian yang memuat syarat-syarat
baku itu menggunakan katakata atau susunan kalimat yang teratur dan
rapi. Jika huruf yang dipakai kecil-kecil, kelihatan isinya sangat padat dan
sulit dibaca dalam waktu singkat. Hal seperti inilah yang seringkali
merugikan konsumen, kesalahan membaca syarat perjanjian baku yang
ditulis kecil-kecil akhirnya menjadi sumber konflik yang merugikan
konsumen di masa mendatang.
41
5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif :
Biasanya perjanjian standar digunakan dalam perbuatan hukum
yang dilakukan oleh banyak orang. Seperti contohnya jual-beli kendaraan
bermotor, perjanjian kredit pada bank dan lain-lain. Karena alasan ini
seringkali dipersiapkan secara massal dalam jumlah yang besar.
Perjanjian standar biasanya juga digunakan oleh perusahaan dibidang
perdagangan dan dibuat dalam bentuk yang sama. Format ini dibakukan
artinya sudah ditentukan model, rumusan dan ukurannya, sehingga tidak
dapat diganti, diubah atau dibuat dengan cara lain karena sudah dicetak.
Model perjanjian dapat berupa naskah perjanjian lengkap, atau blanko
formulir yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat perjanjian, atau
dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat- syarat baku.
42
penawaran dan penerimaan isi/syarat-syarat dan perjanjian antara kedua belah
pihak. Jika penawaran dari satu pihak diterima oleh pihak yang lain maka
terjadilah kesepakatan, yang berarti bahwa perjanjian yang terbit itu telah
mengikat bagi kedua belah pihak. Adapun untuk
menyertakan/memberlakukan perjanjian standar ini harus dengan cara-cara
tertentu, yaitu:
a. Penandatanganan Dokumen Perjanjian
Dalam hal ini peraturan standar dari perjanjian tersebut
dimuat/dicantumkan dalam rumusan kontrak. Sehingga dengan
ditandatanganinya kontrak tersebut, maka para pihak terikat dengan
peraturan standar. Mengenai cara penyertaan peraturan standar dengan
cara ini maka para peserta telah terikat.
Pada dasarnya,dalam dokumen perjanjian dimuat secara lengkap dan
rinci syarat-syarat baku. Ketika membuat perjanjian dokumen tersebut
disodorkan kepada konsumen untuk dibaca dan ditandatangani.
Dengan penandatanganan itu konsumen menjadi terikat pada syarat-
syarat baku (yurisprudensi). Dokumen perjanjian itu dapat berupa
naskah perjanjian, formulir permintaan asuransi, formulir pemesanan
barang, surat angkutan barang, surat tanda servis, polis asuransi dan
sebagainya.
43
dan dicetak dengan huruf yang kecil-kecil. Hal demikian seringkali
menyebabkan pihak yang disodori untuk menerima syarat-syarat baku
tersebut merasa enggan untuk membacanya terlebih lagi apabila harus
mempelajari dan memahaminya.
44
perjanjian pemborongan pembangunan, perjanjian kredit bank dan
sebagainya.
Dalam dokumen perjanjian tidak dimuat atau tidak ditulis syarat-syarat
baku, melainkan hanya menunjuk kepada syarat-syarat baku, misalnya
dalam dokumen jual beli perdagangan ditunjuk syarat penyerahan
barang atas dasar klausula FOB atau CIF. Ini berarti bahwa syarat
baku mengenai penyerahan barang atas dasar ketentuan FOB atau CIF
berlaku dalam perjanjian itu. Selain itu, yurisprudensi juga
menetapkan bahwa dengan penunjukan kepada tanda suatu badan atau
organisasi berlaku syarat-syarat baku yang ditetapkan oleh badan atau
organisasi yang bersangkutan. Misalnya dalam formulir permohonan
penutupan asuransi kerugian tertera tanda atau lambang ”Lloyd”, ini
berarti bahwa terhadap asuransi kerugian yang dibuat oleh
penanggung dan tertanggung itu berlaku syarat-syarat baku yang
ditetapkan oleh badan asuransi Lloyd.
45
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
MoU dan perjanjian memang memiliki kemiripan dan sama-sama berfungsi sebagai
dokumen yang berisi penjelasan mengenai hal-hal yang telah disepakati para pihak.
Namun yang membedakannya adalah, MoU hanya berperan sebagai persetujuan awal
atau “tanda jadi” antara para pihak untuk melakukan suatu kerja sama dan hanya
berisi hal-hal pokok yang disepakati para pihak. Sedangkan perjanjian merupakan
dokumen yang memuat ketentuan mengenai bagaimana suatu kerja sama tersebut
dijalankan termasuk hak dan kewajiban para pihak.
Selain itu, MoU juga memiliki jangka waktu yang relatif singkat, di mana jika jangka
waktu MoU telah berakhir, maka akan dilanjutkan untuk membuat perjanjian atau
berakhir jika kesepakatan tidak lagi dilanjutkan. Jika para pihak memutuskan untuk
tidak melanjutkan kesepakatan, maka tidak ada ganti rugi yang harus dibayarkan oleh
satu pihak kepada pihak lainnya. Berbeda dengan perjanjian yang jangka waktunya
relatif lebih panjang dan umumnya perjanjian akan berakhir jika kewajiban masing-
masing pihak telah terpenuhi maupun karena sebab lain. Selain itu, jika salah satu
pihak tiba-tiba tidak melanjutkan atau tidak melakukan hal yang dijanjikan, maka
pihak tersebut dapat dianggap wanprestasi dan pihak lainnya berhak untuk meminta
ganti rugi kepada pihak yang melakukan wanprestasi.
Jika MoU dan perjanjian merupakan dua dokumen yang memiliki fungsi berbeda,
bagaimana dengan kekuatan hukum di antara keduanya? Apakah keduanya memiliki
kekuatan mengikat yang sama? Pada dasarnya, MoU dibuat hanya sebagai
persetujuan pendahuluan antara para pihak sebelum kerja sama dilakukan. Sehingga,
MoU tidak mengikat selayaknya perjanjian.
46
Setelah melihat penjelasan di atas memang terdapat perbedaan jelas antara MoU
dengan perjanjian, namun terdapat kesalahpahaman di masyarakat yang membedakan
MoU dan Perjanjian hanya dari judulnya saja. Dalam prakteknya masih terjadi
banyak kesalahan dalam penggunaan MoU. Perbedaan bentuk tersebut, akan
menentukan kekuatan hukum yang berbeda. Sering terjadi di mana suatu MoU
ternyata mencantumkan hak dan kewajiban serta akibat hukum ketika kewajiban
tersebut tidak dipenuhi.
Jika hal tersebut terjadi, maka MoU tersebut bukanlah suatu perjanjian pendahuluan
sebagaimana tujuan dari MoU itu sendiri, melainkan suatu perjanjian pokok yang
mengikat para pihak. MoU dan Perjanjian adalah dua dokumen yang berbeda, oleh
karena itu, sangat penting bagi Anda sebagai pebisnis untuk mengetahui perbedaan
tujuan penggunaan diantara keduanya. Ketika akan menandatangani suatu MoU,
pastikan bahwa tidak ada hak dan kewajiban serta konsekuensi ketika kewajiban tidak
terpenuhi. Selain itu, pastikan bahwa MoU ini memiliki jangka waktu yang bersifat
sementara sehingga nantinya akan dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian
pokok.
B. Saran
47
substansi dari M.O.U yang sifatnya sudah merupakan kontrak atau setingkat
dengan perjanjian, maka hendaknya pebisnis menyelesaikannya masalah
tersebut di dalam pengadilan karena akan memberikan kepastian hukum
dalam penggantian kerugiannya
C. DAFTAR PUSTAKA
Salim HS. 2003. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta :
Sinar Grafika.
https://jdih.surabaya.go.id/pdfdoc/persamwali_3.pdf
https://penulisamatirreceh.blogspot.com/2019/02/mou.html?m=1
http://bimoadiwicaksono.blogspot.com/2010/08
https://abikusuma21.blogspot.com/2013/05
48