Anda di halaman 1dari 19

HUKUM PERJANJIAN

Ardhana Rifkidananto (175020200111021)


Ikhwan Adistama (175020200111061)
Huriah Emilia Hastuti (175020207111036)
PERJANJIAN

• Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah suatu perbuatan


hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih.
• Artinya, suatu perbuatan dimana oleh orang-orang bersangkutan
ditujukan agar timbul akibat hukum. Dengan demikian, suatu
perjanjian adalah hubungan timbal balik atau bilateral antar para pihak
yang mengikatkan diri di dalamnya
• Wirjono Prodjodikoro, menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu
perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak,
dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap tidak berjanji untuk
melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak
yang lain berhak untuk menuntuk pelaksanaan janji tersebut.
• M. Yahya Harahap, mengemukakan bahwa perjanjian mengandung suatu
pengertian yang memberikan sesuatu hak pada suatu pihak untuk
memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk
menunaikan prestasi.
• Subekti, mengatakan bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau lebih
saling berjanji untuk melakukan sesuatu.
HUKUM PERJANJIAN DAN HUKUM
PERIKATAN

• Pada prinsipnya, istilah “Hukum Perjanjian” mempunyai cakupan yang


lebih sempit dari istilah “Hukum Perikatan”.
• Istilah hukum perikatan mencakup semua bentuk berikatan dalam buku
III KUH Perdata baik ikatan hukum yang berasal dari perjanjian maupun
ikatan hukum yang terbit dari undang-undang
• Hukum perjanjian hanya dimaksudkan seagai pengaturan tentang ikatan
hukum yang terbit dari perjanjian saja. Perjanjian seseorang akan terikat
kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri
PERJANJIAN PERIKATAN

Merupakan perbuatan hukum Merupakan hubungan hukum

Mengikat karena ada Mengikat karena ada


kesepakatan kesepakatan dan karena
undang-undang
Memungkinkan timbulnya Memungkinkan timbulnya
wanprestasi perbuatan melawan hukum
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini
ditimbulkan suatu perhubungan antara dua orang itu yang
dinamakan “perikatan.” Dengan demikian maka kedudukan
antara perikatan dan perjanjian adalah, bahwa perjanjian
menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan.
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Syarat sebuah perjanjian dinyatakan sah, diatur dalam


Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
• Sepakat Mereka yang Mengikatkan Dirinya
• Kecakapan Para Pihak
• Adanya Objek atau Suatu Hal Tertentu
• Causa/Sebab yang Halal
SEPAKAT MEREKA YANG
MENGIKATKAN DIRINYA

• Kata sepakat di sini diperoleh bukan karena kekhilafan, paksaan, atau


penipuan. Kalau semua itu sampai terjadi, perjanjian bisa tetap berlaku atau
ada, tetapi tidak sah sampai yang dirugikan minta pembatalan di muka
pengadilan.
• Kekhilafan terjadi jika salah satu pihak keliru tentang apa yang diperjanjikan,
namun pihak lain membiarkan pihak tersebut dalam keadaan keliru.
• Paksaan : perbuatan yang menakutkan seseorang yang berpikiran sehat, baik
ketakutan terhadap dirinya maupun terhadap kekayaannya.
• Penipuan: suatu tipu muslihat yang dipakai salah satu pihak sehingga
menyebabkan pihak lain dalam perjanjian mau menandatanganinya.
KECAKAPAN PARA PIHAK

• Para pihak yang membuat perjanjian haruslah orang-


orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subjek
hukum. Pada dasarnya, semua orang menurut hukum,
cakap untuk membuat perjanjian.
• Orang-orang yang tidak cakap: orang-orang yang belum
dewasa, mereka yang ditaur di bawah pengawasan, dan
orang sakit ingatan.
ADANYA OBJEK ATAU SUATU HAL
TERTENTU

• Pada dasarnya bahwa objek yang diatur dalam perjanjian


cukup jelas atau setidaknya dapat ditentukan ditentukan
jenisnya.
• Benda tersebut harus ada atau sudah ada di tangan para
pihak pada waktu perjanjian itu dibuat.
CAUSA/SEBAB YANG HALAL

Bahwa apa yang dimaksudnya dalam isi


perjanjian adalah tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban
umum. Jika suatu perjanjian mengandung
sebab/causa yang tidak halal, maka perjanjian
itu batal demi hukum
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN

• Asas Kebebasan Berkontrak


• Asas Konsensualisme
ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK

• Dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu
perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
• Cara ini dikatakan sistem terbuka, artinya bahwa dalam membuat
perjanjian ini para pihak diperkenankan untuk menentukan isi dari
perjanjiannya dan sebagai undang-undang bagi mereka sendiri, dengan
pembatasan perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan norma kesusilaan
ASAS KONSENSUALISME

• Bahwa perjanjian itu lahir pada saat tecapainya kata sepakat antara pihak
mengenai hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan sesuatu formalitas
• Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat adalah kata sepakat
antara para pihak yang mengikatkan diri; cakap untuk membuat suatu
perjanjian; mengenai suatu hal tertentu; suatu sebab yang halal.
• Dua syarat pertama dinamakan syarat-syarat subjektif, yakni jika salah satu
pihak tidak dipenuhi maka pihak yang lain dapat meminta pembatalan.
• Dua syarat yang lain dinamakan syarat-syarat objektif, yakni jika salah satu
syarat tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum, artinya perjanjian itu
dianggap tidak pernah ada.
JENIS-JENIS PERJANJIAN

Berdasarkan Hak dan Kewajiban


a) Perjanjian Sepihak: perjanjian yang hanya ada kewajiban pada satu pihak, dan
hanya ada hak pada hak lain. Perjanjian ini hanya menimbulkan kewajiban-
kewajiban bagi satu pihak. (Perjanjian pinjam pakai.)
b) Perjanjian Timbal Balik: perjanjian yang hak dan kewajiban ada pada kedua belah
pihak. (Perjanjian jual-beli dan perjanjian sewa-menyewa.)
Keuntungan yang Diperoleh
c) Perjanjian Cuma-Cuma: hanya menguntungkan bagi salah satu pihak saja. Misalnya
perjanjian hibah dan perjanjian pinjam pakai.
d) Perjanjian Atas Beban: A menjanjikan kepada B suatu jumlah tertentu, jika B
menyerahkan sebuah benda tertentu pula kepada A.
Tujuan Perjanjian
a) Perjanjian kebendaan: perjanjian hak atas benda dialihkan atau diserahkan kepada pihak lain.
Misalnya perjanjian pembebanan jaminan dan penyerahan hak milik.
b) Perjanjian obligatoir: perjanjian yang menimbulkan kewajiban dari para pihak.
c) Pernjanjian liberatoir: perjanjian para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang ada.
Misalnya pembebasan utang.
Cara Terbentuknya
d) Perjanjian konsensuil: perjanjian yang mengikat sejak adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.
Jadi perjanjian lahir sejak detik tercapainya kata sepakat dari kedua belah pihak. Misalnya jual beli
dan sewa menyewa.
e) Perjanjian riil: perjanjian yang mengikat jika disertai dengan perbuatan atau tindakan nyata. Jadi,
dengan adanya kata sepakat saja, perjanjian tersebut belum mengikat kedua belah pihak.
f) Perjanjian formal: perjanjian yang terikat pada bentuk tertentu, jadi bentuknya harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Jika bentuk perjanjian tersebut tidak sesuai dengan ketentuan,
maka perjanjian tersebut tidak sah. Misalnya jual beli tanah harus dengan akta PPAT, pendirian
Perseroan Terbatas harus dengan akta Notaris.
ANEKA PERJANJIAN

• Jual-beli: suatu perjanjian bertimbal-balik dimana pihak yang satu berjanji untuk
menyerahkan hak milik atau suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya berjanji
untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari
perolehan hak milik tersebut.
• Sewa-menyewa: suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang,
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak
tersebut terakhir disanggupi pembayarannya.
• Pinjam-meminjam: suatu perjanjian dimana pihak yang satu memberikan kepada
pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan
sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.
• Tukar menukar adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak
megikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara bertimbal
balik sebagai gantinya suatu barang lain. Dalam dunia perdagangan perjanjian
ini juga dikenal dengan nama barter.
• Persekutuan adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih untuk berusaha
bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai dengan jalan masing-
masing memasukkan sesuatu dalam suatu kekayaan bersama.
• Penghibahan adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu
hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
menyerahkan sesuatu barang guna keperluan si penerima hibah yang menerima
penyerahan itu.
Perjanjian Bunga Abadi
• Pasal 1770 KUH Perdata: “Perjanjian bunga abadi ialah suatu persetujuan
bahwa pihak yang memberikan pinjaman uang akan menerima pembayaran
bunga atas sejumlah uang pokok yang tidak akan dimintanya kembali.”
Penitipan
• Pasal 1694 KUH Perdata: “Penitipan adalah terjadi apabila seseorang
menerima sesuatu barang dari orang lain dengan syarat bahwa ia akan
menyimpannya dan mengembalikannya dalam ujud asalnya.”

Anda mungkin juga menyukai