Anda di halaman 1dari 5

Nama :

Npm : 19101211

Kelas : C4/Semester 4

Mata kuliah : Perancangan Kontrak

1. A. unsur-unsur perjanjian, yakni unsur esensialia, unsur aksidentalia, dan unsur naturalia.

• Unsur esensialia; dalam perjanjian ini sangat terkait dengan syarat hal tertentu dalam
perjanjian, karena unsur esensialia merupakan unsur pokok yang harus ada dalam suatu perjanjian.
Misalnya unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah adanya barang yang sudah ditentukan atau
dapat ditentukan dan adanya harga barang. Sedangkan klausul-klausul lainnya yang bukan merupakan
hal pokok dalam kontrak itulah yang disebut unsur aksidentalia.

• Unsur aksidentalia; biasanya baru akan ada jika diperjanjikan oleh para pihak, termasuk di
dalamnya cara pembayaran, tempat pembayaran, tempat dan cara penyerahan, dan lain-lain. Apabila
tidak dicantumkan oleh para pihak, pengaturannya diatur dalam undang-undang yang biasa disebut
unsur naturalia.

• Unsur naturalia; merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam perjanjian, dalam arti apabila
para pihak tidak mengaturnya, maka pengaturannya diatur dalam undang-undang.

B. Jenis-jenis perjanjian ang bisa dikenal sehari-hari:

• Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak.

• Perjanjian Cuma – Cuma

Menurut ketentuan Pasal 1314 KUHPerdata, suatu persetujuan yang dibuat dengan cuma-cuma adalah
suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada, pihak yang
lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.

• Perjanjian Atas Beban

Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat
kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.

• Perjanjian Bernama ( Benoemd )

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah bahwa
perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan
tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab
XVIII KUHPerdata.

• Perjanjian Tidak Bernama ( Onbenoemde Overeenkomst )


Perjanjian tak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi
terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan
dengan kebutuhan pihak- pihak yang mengadakannya.

• Perjanjian Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak.

• Perjanjian Kebendaan ( Zakelijk )

Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda
kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblilige) pihak itu untuk menyerahkan benda
tersebut kepada pihak lain (levering, transfer).

• Perjanjian Konsensual

Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian
kehendak untuk mengadakan perjanjian. Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai
kekuatan mengikat (Pasal 1338).

• Perjanjian Real

Yaitu suatu perjanjian yang terjadinya itu sekaligus dengan realisasi tujuan perjanjian, yaitu pemindahan
hak.

• Perjanjian Liberatoir

Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada(Pasal 1438 KUHPerdata).

• Perjanjian Pembuktian ( Bewijsovereenkomts )

Suatu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yangberlaku di antara mereka.

• Perjanjian Untung – untungan

Menurut Pasal 1774 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perjanjian untunguntungan adalah suatu
perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara
pihak, bergantung pada suatu kejadianyang belum tentu.

• Perjanjian Publik

Perjanjian publik yaitu suatu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik,
karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta. Diantara keduanya
terdapat hubungan atasan dengan bawahan (subordinated), jadi tidak dalam kedudukan yang sama(co-
ordinated).

• Perjanjian Campuran

Perjanjian campuran adalah suatu perjanjian yang mengandung berbagai unsurperjanjian di dalamnya.

2. Mengingat begitu pentingnya sebuah perjanjian, agar tidak timbul permasalahan di kemudian
hari akibat kurang pahamnya seseorang dalam membuat suatu perjanjian, maka kami akan menjelaskan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar perjanjian menjadi sah dan mengikat para pihak. Pasal
1320 KUH Perdata menyebutkan adanya 4 (empat ) syarat sahnya suatu perjanjian, yakni:

• Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya;

• Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan;

• Suatu hal tertentu; dan

• Suatu sebab (causa) yang halal.

Persyaratan yang pertama dan kedua disebut syarat subjektif karena berkenaan dengan subjek
perjanjian. Sedangkan, persyaratan yang ketiga dan keempat berkenan dengan objek perjanjian
dinamakan syarat objektif.

Syarat batalnya perjanjian:

Pembayaran

Dalam hal ini debitor telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang diperjanjikannya
kepada pihak kreditor. Baik dengan melakukan penyerahan sejumlah uang atau barang yang
dijanjikannya. Pembayaran dapat diartikan juga sebagai pelunasan. Tehitung sejak dilunasinya utang-
utang pihak yang berutang (debitor) maka berakhirlah perjanjian tersebut.

Penawaran pembayaran tunai, dengan diikuti adanya penyimpanan atau penitipan

Adakalanya pihak kreditor menolak pembayaran utang yang akan dilakukan si debitor. Maka untuk
mengatasi permasalahan tersebut pihak yang berutang debitor dapat menitipkan apa yang akan
diserahkannya kepada kreditor di pengadilan. Pengadilan yang dimaksud yaitu pengadilan yang telah
ditunjuk para pihak dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Pembaharuan utang (Novasi)

Pembaharuan utang merupakah salah satu hal yang mengakibatkan berakhirnya perjanjian lama dan
pada saat yang bersamaan menimbulkan perjanjian yang baru. Eksistensi dari perjanjian baru tersebut
menggantikan kedudukan dari perjanjian yang lama. Adapun yang termasuk dalam kategori
pembaharuan utang yaitu adanya utang lama yang dihapuskan dengan adanya suatu perjanjian yang
baru. Adanya perubahan kreditor atau debitor berdasar pada kesepakatan bersama, juga termasuk
dalam kategori pembaharuan utang.

Perjumpaan utang atau kompensasi


Perjumpaan utang terjadi demi hukum, pada suatu keadaan dimana dua orang saling berutang satu
sama lain. Contohnya: A mempunyai utang kepada B sebesar Rp.1.000.000,- Sebaliknya B mempunyai
utang kepada A sebesar Rp.1.500.000,-. Demi hukum dalam hal ini telah terjadi perjumpaan utang,
sehingga A hanya memiliki kewajiban pembayaran utang kepada B sebesar Rp.500.000,-

Percampuran utang

Merupakan suatu keadaan dimana 1 (satu) orang berkedudukan sebagai kreditor dan debior untuk
suatu permasalahan utang yang sama.

Salah satu contohnya yaitu ketika seorang bapak (kreditor) meminjamkan sejumlah uang kepada
anaknya (debitor). Ketika kreditor meninggal dunia, maka debitor akan berkedudukan selaku ahli waris
dari kreditor, yang menerima boedel waris dari pewaris. Maka ahli waris yang awalnya berkedudukan
sebagai debitor setelah kreditor meninggal dunia, secara otomatis menurut hukum menggantikan
kedudukan pewaris sebagai kreditor termasuk utang piutang dengan dirinya sendiri. Dalam hal demikian
maka perjanjian utang piutang antara bapak dengan anaknya tersebut otomatis berakhir menurut
hukum.

3. Asas Kebebasan Berkontrak ( Freedom of contract)

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan para pihak untuk :

1.Membuat atau tidak membuat perjanjian

2.Mengadakan perjanjian dengan siapapun

3.Menentukan isi perjanjian ,pelaksanaan, dan persyaratannya.

4.Menentukan bentuk perjanjiannya , apakah berbentuk tulis atau lisan.

Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama memenuhi syarat sahnya perjanjian dan
tidak melanggar hukum,kesusilaan ,serta ketertiban umum.

Asas Konsensualisme ( Concensualism)

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1) KUHPer. Dalam pasal tersebut salah
satu syarat sahnya perjanjian antara kedua belah pihak. Perjanjian sudah lahir sejak tercapainya kata
sepakat. perjanjian telah mengikat ketika kata sepakat dinyatakan atau diucapakan, sehingga tidak perlu
lagi formalitas tertentu. Kecuali dalam hal undang-undang memberikan syarat formalitas tertentu
terhadap suatu perjanjian yang mensyaratkan harus tertulis.

Asas Kepastian Hukum ( Pacta Sunt Servanda)

Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ” Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian
,maka hakim dengan keputusannya dapat memaksa agar pihak yang melanggar itu melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan perjanjian,bahkan hakim dapat meminta pihak yang lain membayar
ganti rugi. Putusan pengadilan itu merupakan jaminan bahwa hak dan kewajiban para pihak dalam
perjanjian memiliki kepastian hukum ,sehingga secara pasti memiliki perlindungan hukum.

Asas Itikad baik ( Good Faith)

Asas ini tercantum dalam pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, ” Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik”. Dalam asas ini para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Dengan
itikad baik berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanaan perjanjian haruslah jujur,
terbuka dan saling percaya . Keadaan batin para pihak itu tidak boleh dicemari oleh maksud untuk
melakukan tipu daya atau menutup-tutupi keadaan sebenarnya.

Asas Kepribadian ( Personality)

Asas kepribadian berarti isi perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal dan tidak mengikat
pihak-pihak lain yang tidak memberikan kesepekatanannya. Seseorang hanya dapat mewakili orang lain
dalam membuat perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.

4.Asas itikad baik mempunyai dua pengertian yaitu itikad baik subyektif dan itikad baik obyektif. Asas
itikad baik dalam pengertian subjektif dapat diartikan sebagai sikap kejujuran dan keterbukaan
seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Itikad baik dalam arti objektif berarti bahwa suatu
perjanjian yang dibuat haruslah dilaksanakan dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan
kesusilaan atau perjanjian tersebut dilaksanakan dengan apa yang dirasakan sesuai dalam masyarakat
dan keadilan. Mengenai asas itikad baik dalam perjanjian ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH
Perdata yang menyebutkan bahwa perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik.

5.A. Pasal 1315 KUH Perdata tersebut mengandung pengertian bahwa para pihak tidak boleh
mempunyai tujuan untuk atau mengikutsertakan orang lain atau mengikat pihak ketiga selain daripada
mereka sendiri. Intinya, suatu perjanjian hanya berlaku dan mengikat para pihak yang membuatnya. Hal
ini kemudian dipertegas dalam Pasal 1340 KUH Perdata. Ketentuan inilah yang dikenal dengan asas
perjanjian bersifat tertutup

B. Janji bagi kepentingan pihak ketiga diatur dalam ketentuan Pasal 1317 KUH Perdata yang
menyebutkan bahwa :

 1. Lagipun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang
pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu
pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain, menurut suatu janji yang seperti itu.

 2. Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh menarikya kembali, apabila pihak
ketiga tersebut telah menyatakan hendak mempergunakannya

Anda mungkin juga menyukai