Anda di halaman 1dari 77

PERIKATAN YANG

BERSUMBER DARI
PERJANJIAN
Perikatan
Pengertian menurut Ilmu Pengetahuan Hukum
Perdata ,Yaitu :
*Hubungan hukum
*yang terletak dalam lapangan harta
kekayaan
*antara satu orang/lebih dengan satu orang
lain/lebih,
*dimana pihak yang satu harus berprestasi
diikuti kontra prestasi dari pihak lain.
(Pihak yang satu berhak atas sesuatu dan
pihak yang lain berkewajiban atas
sesuatu)
Hubungan Hukum

Hubungan hukum adalah hubungan yang


didalamnya melekat hak pada salah satu
pihak dan melekat kewajiban pada pihak
lainnya.
Perbedaan Perikatan dengan Perjanjian

 Perikatan
 Perjanjian
1. Hukum Perikatan
hanya ada dalam 1. Batasannya ada
Ilmu Pengetahuan dalam Pasal 1313
Hukum Perdata. KUH Perdata.
2. Karena merupakan
suatu hubungan
hukum maka sifatnya 2. Karena merupakan
abstrak. perbuatan hukum
maka sifatnya
konkret.
Persamaan Perikatan dengan
Perjanjian
 Keberadaan antara pihak-pihak, baik
perikatan maupun perjanjian minimal
2 pihak.
 Baik perikatan maupun perjanjian
berada dalam lingkup harta kekayaan.

Misalnya : Perjanjian jual beli,


merupakan konkretisasi dari perikatan
yang berwujud dari perjanjian.
Pasal 1313 KUH Perdata

Perjanjian adalah :

 Suatu perbuatan
 dengan mana satu orang atau lebih
 mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih lainnya.
Sehingga perjanjian melahirkan perikatan
Definisi Perjanjian menurut Pasal
1313 KUH Perdata
mengandung kelemahan
 Karena hanya menyangkut perjanjian
sepihak saja, dari rumusan “satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih lainnya”
kata “mengikatkan”merupakan kata kerja
yg sifatnya hanya datang dari satu pihak
saja tidak dari kedua belah pihak”
 Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus
/kesepakatan
perbuatan disini pengertiannya sangat luas
karena maksud sebenarnya adalah perbuatan
hukum
 Pengertian Perjanjian terlalu luas
pengertian perjanjian juga mencakup
melangsungkan perkawinan, janji kawin
Perkawianan sudah diatur tersendiri dalam
hukum keluarga, Sebenarnya yang dimaksudkan
dgn perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata
adalah hubungan antara debitur dan kreditur
(dlm lapangan harta kekayaan)
 Tanpa menyebut Tujuan
Dalam rumusan pasal itu tidak disebutkan
apa tujuan untuk menyebutkan tujuan
mengadakan perjanjian
Sehingga tidaklah jelas tujuan para pihak
yg mengikatkan dirinya dalam perjanjian
Rumusan perjanjian
 Perjanjian adalah suatu persetujuan
dengan mana dua orang atau lebih saling
mengikatkan diri untuk melaksanakan
suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.
Menurut Pasal 1233
KUHPerdata
Tiap-tiap perikatan lahir, baik karena
perjanjian baik karena undang-undang.
 Bedanya antara perikatan yang lahir dari
Perjanjian dan dari Undang-undang
Perikatan yang lahir dari
perjanjian—
menimbulkan hubungan hukum yang
memberikan hak dan meletakkan
kewajiban kepada para pihak yang
membuat perjanjian berdasarkan atas
kemauan dan kehendak sendiri dari para
pihak yang bersangkutan yang
mengikatkan diri tersebut
Perikatan yang lahir dari undang-
undang
-- adalah perikatan yang terjadi karena
adanya suatu peristiwa tertentu sehingga
melahirkan hubungan hukum yang
menimbulkan hak dan kewajiban diantara
para pihak yang bersangkutan bukan
berasal dari atau merupakan kehendak
para pihak yang bersangkutan, melainkan
telah diatur dan ditentukan oleh undang-
undang
Perjanjian adalah salah satu
sumber perikatan
Perjanjian melahirkan perikatan yang
menciptakan kewajiban pada salah satu
atau lebih pihak dalam perjanjian.
Kewajiban yang dibebankan pada debitur
dalam perjanjian, memberikan hak pada
pihak kreditor untuk menuntut
pelaksanaan prestasi dalam perikatan
yang lahir dari perjanjian tersebut.
BAGAN PERJANJIAN

Subyek Perjanjian

DEBITUR KREDITUR

OBYEK PERJANJIAN

PRESTASI
SUBYEK PERJANJIAN
adalah segala sesuatu yang mempunyai hak
dan kewajiban .
Terdiri dari :
-ORANG
-BADAN HUKUM
Terdiri dari :
KREDITUR –pihak yang berhak atas sesuatu
dari pihak lain/debitur
DEBITUR—berkewajiban memenuhi sesuatu
kepada kreditur
Tiga golongan untuk berlakunya
Perjanjian menurut KUHPerdata
1.Perjanjian Berlaku Bagi para pihak yang
membuat perjanjian.
2.Perjanjian berlaku bagi ahli waris dan
mereka yang mendapatkan hak.
3.Perjanjian Berlaku bagi pihak ketiga.
1.Perjanjian berlaku bagi para
pihak yang membuat perjanjian
 Pada asasnya perjanjian dibuat hanya
berlaku bagi para pihak yang membuat
perjanjian itu. (Ps.1340 KUHPerdata)
 Ps.1340 KUHPerdata ;
 “Persetujuan-persetujuan hanya berlaku
antara pihak-pihak yang membuatnya”
2.Berlaku bagi ahli waris dan
mereka yang memperoleh hak
 Perjanjian yg dibuat oleh para pihak,
suatu saat kemungkinan dapat pula
diberlakukan pada ahli waris dan juga
berlaku bagi mereka yang memperoleh
hak.(Ps.1318KUHPerdata)
Lanjutan...
 Misal ; seseorang meninggal dunia masih
terikat pada pihak lain dalam perjanjian
baik kedudukan sebagai kreditur atau
debitur, maka dgn sendirinya hak dan
kewajiban jatuh pada ahli waris, sebagai
kreditur berarti mendapat hak sedangkan
sebagai debitur berarti mempunyai
kewajiban melunasi hutang.
3.Berlaku bagi pihak ketiga
 Berlakunya perjanjian bagi pihak ketiga
dalam arti adanya janji bagi pihak ketiga.
Ps.1317 KUHPerdata;
 (1) Janji seseorang memberi sesuatu
kepada orang lain;
 (2)jika seseorang membuat janji demi
kepentingan sendiri.
 Contoh ad.(1)
A memberikan hak miliknya berupa mobil
kepada B, selanjutnya B diwajibkan untuk
menyerahkan sepeda motornya kepada C.
 Contoh ad.(2)
A janji kepada B, bila C mengembalikan
mobilnya agar B yang menerimanya
karena A akan pergi.
OBYEK PERJANJIAN
Obyek dari perikatan adalah apa yang harus
dipenuhi oleh si berutang dan merupakan
hak si berpiutang. Hal ini Disebut Prestasi.
Debitur berkewajiban atas suatu prestasi
dan kreditur berhak atas suatu prestasi.
Prestasi merupakan obyek dari perikatan
Berdasarkan Pasal 1234 KUHPerdata
Yaitu dengan :
-Menyerahkan sesuatu, bisa memberikan
benda, atau memberikan sesuatu untuk
dipakai
-Melakukan sesuatu
-Tidak melakukan sesuatu
 Perikatan melahirkan hak dan kewajiban
dalam lapangan hukum harta kekayaan
bagi yang membuat perjanjian
Pihak dalam perjanjian secara sukarela
mengikatkan diri untuk menyerahkan
sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak
berbuat sesuatu.
Dengan sifat sukarela, perjanjian harus lahir
dari kehendak dan harus dilaksanakan
sesuai dengan maksud dari pihak yang
membuat perjanjian.
 Dalam suatu perjanjian, para pihak yang
yang bersangkutan haknya dijamin dan
dilindungi oleh hukum atau undang-
undang
 Sehingga bila haknya tidak dipenuhi
secara sukarela ia berhak menuntut
melalui pengadilan supaya orang yang
bersangkutan dipaksa untuk memenuhi
atau menegakan haknya
Unsur Unsur Perjanjian

 Unsur Esensialia

 Unsur Naturalia

 Unsur Aksidentalia
Esensialia

 Merupakan bagian penting dari suatu


perjanjian, dimana tanpa bagian tersebut
perjanjian tidak memenuhi syarat.
 Bagian tersebut harus/mutlak ada.
Contoh :
 dalam perjanjian jual beli (Ps.1457
KUHPerdata) bagian esentialia adalah
barang dan harga. Tanpa adanya barang
dan harga perjanjian tidak mungkin ada.
Naturalia
Merupakan unsur yang pasti ada dalam
suatu perjanjian tertentu setelah unsur
esensialianya diketahui secara pasti.
Contoh :
 Dalam perjanjian yang unsur
esensialianya jual beli unsur naturalianya
terletak pada kewajiban penjual untuk
menjamin bahwa obyeknya tdk
mengandung cacad tersembunyi.
Aksidentalia
 Merupakan unsur pelengkap dalam suatu
perjanjian yang merupakan ketentuan-
ketentuan sesuai kehendak para pihak,
yang merupakan persyaratan khusus yang
ditentukan secara bersama-sama oleh
para pihak.
Contoh :
 jual beli mobil beserta perlengkapan yang
ditambahkan, seperti Tape, AC, dsb.
 Dalam jual beli adalah ketentuan
mengenai tempat dan saat penyerahan
kebendaan yang dijual atau dibeli
Perjanjian mengikat para pihak yang
menyusunnya apabila perjanjian itu dibuat
secara sah sesuai ketentuan yang berlaku.
-Pasal 1320 KUHPerdata menyatakan bahwa
untuk sahnya perjanjian diperlukan 4
syarat yaitu :
1. Kata Sepakat
2. Kecakapan bertindak
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
KESEPAKATAN
para pihak yang mengikatkan
diri
Diawali oleh para pihak yang saling berkomunikasi,
menawarkan sesuatu yang kemudian diterima oleh pihak
lainnya.
Terdapat proses tawar menawar sebelum terwujud kata
sepakat diantara para pihak.
Komunikasi awal ini bertujuan untuk mencari titik temu
agar bisa tercapai kata sepakat secara bebas.
Terdapat keinginan yang berlawanan dari para pihak yang
menghasilkan kesepakatan, yaitu pertemuan kehendak
yang saling setuju mengenai barang dan harga serta
syarat-syaratnya—sehingga terjadi kesepakatan.
Contoh : A adlh seseorang yg membutuhkan tv dgn
spesifikasi yg dikehendaki, sedangkan B membutuhkan
uang untuk suatu keperluan dan berniat menjual tv nya.
Spesifikasi Tv yg dijual B sesuai dgn kehendak A sehingga
terjadi tawar menawar dan terjadi kesepakatan harga.
Kecakapan
Cakap atau bekwaam menurut hukum
adalah sudah dewasa yaitu sudah
berumur 21 tahun (Pasal 330 BW)
Pada prinsipnya semua orang adalah cakap
untuk membuat perjanjian kecuali ia
dinyatakan tidak cakap oleh undang-
undang (dibawah pengampuan)
• Diatur dlm Ps.433 KUHPerdata
Orang-orang dewasa yg ada yang tidak
mampu melakukan tindakan hukum.
Suatu Hal Tertentu
Obyeknya perjanjian adalah prestasi yang
harus dipenuhi oleh debitur kepada
kreditur
Suatu hal tertentu yang dimaksudkan adalah
paling sedikit ditentukan jenisnya atau
jumlahnya dapat ditentukan.
Sebab bila suatu obyek perjanjian tidak
tertentu yaitu tidak jelas jenisnya dan
tidak tentu jumlahnya perjanjian yang
demikian adalah tidak sah
Contoh :
A selaku pembeli menyatakan sepakat
membeli tanah B dengan harga Rp.1 juta /
meter persegi seluas 2000 meter persegi,
yang terletak Ungaran.
Obyek perjanjian disebutkan jenisnya adlh
tanah dan letaknya di Ungaran dan
jumlahnya 2000 meter persegi.
Apakah sudah memenuhi syarat sebagai hal
tertentu berdasarkan Pasal 1320 BW ?
Walaupun telah disebutkan tanah seluas
2000 meter persegi dan letaknya di
Ungaran, tetapi letak tanah si B di sebelah
mana, bisa di daerah perkotaan, kawasan
industri, sawah pertanian. Karena
harganya jelas akan berbeda.
Suatu Sebab yang Halal
Halal = legal (sesuai dengan undang-
undang/hukum)
Bahwa isi suatu perjanjian harus memuat suatu
kausa yang diperbolehkan atau legal, sehingga
merupakan perjanjian yang sah dan mengikat.
Kausa yang diperbolehkan disini dimaksudkan
selain yang dibolehkan berdasarkan undang-
undang juga tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum dan kesusilaan.
Syarat Subjektif
Dua unsur pokok yang menyangkut
subyek (pihak) yang mengadakan
perjanjian
 Kesepakatan dan
 Kecakapan.

--Akibat hukum, bila tidak memenuhi


unsur tsb perjanjian dapat
dibatalkan.
 Perjanjian dibatalkan dalam arti bahwa
perbuatan hukum yang dilakukan
dianggap tidak ada.
Syarat Objektif
 Suatu hal tertentu dan
 Suatu sebab yang halal.

 Akibat hukumnya, bila tidak


memenuhi unsur tsb perjanjian batal
demi hukum (perbuatan hukum itu
tidak ada sejak semula).
Teori penentuan kapan saat
terjadinya perjanjian
 Teori penerimaan (ontvangstheorie).
 Teori pernyataan (uitingstheorie).
 Teori pengiriman (verzendtheorie).
 Teori pengetahuan (vernemingstheorie).
 Teori pengetahuan yang diobjektifkan
(geobjectiveerde ver nemingstheorie).
 Teori Kepercayaan (vertouwenstheorie).
 Teori Kehendak (wilstheorie).
Responsi
 Pada tanggal 5 Desember 2017, A di
Semarang mengirim surat penawaran barang
kepada B di Jakarta, dan surat tersebut
diterima oleh B pada tanggal 7 Desember
2017. Setelah satu hari berfikir B
berkeputusan untuk menerima tawaran
tersebut dan pada tanggal itu juga, 8
Desember 2017 B mengirim surat balasan
yang diterima oleh A pada tanggal 10
Desember 2017. Pada tanggal 9 Desember
2017 C di Semarang bertemu A dan
memberitahukan bahwa tawarannya diterima
B.
Pertanyaan
 Kapan saat terjadinya persesuaian
kehendak para pihak ?
 Jelaskan alasan anda.
Teori Penerimaan

 Hoge Raad berpendapat persetujuan


terjadi:
bila pihak yang menawarkan telah
menerima jawaban dari pihak yang
ditawari.
 Persesuaian kehendak terjadi pada
tanggal 10 Desember 2017, yaitu saat A
menerima tawaran mengeluarkan
pernyataan tentang penerimaan
tawaran.
Teori Pernyataan

 Persetujuan terjadi pada saat pihak yang


menerima tawaran mengeluarkan
pernyataan tentang penerimaan tawaran.

 Persesuaian kehendak terjadi pada


tanggal 8 Desember 2017, yaitu pada
saat B mempersiapkan surat balasan.
Teori Pengiriman
 Persetujuan terjadi pada saat pihak yang
menerima tawaran sudah mengirimkan
berita penerimaan tawaran tersebut.

Persesuaian kehendak terjadi pada


tanggal 8 Desember 2017, yaitu pada
saat B memasukkan surat balasan.
Teori Pengetahuan
 Persetujuan dapat terjadi menurut para
sarjana dalam teori ini, bila pihak yang
menawarkan mengetahui tawarannya
diterima.

Pada tanggal 9 Desember 2017 C di


Semarang ketemu A dan memberitahukan
bahwa tawarannya diterima B.

 Maka persesuaian kehendak antara a dan


B terjadi pada tanggal 9 Desember 2017.
Teori pengetahuan yang
diobjektifkan
 Menurut teori ini bahwa pihak yang
mengirimkan penawaran secara akal
sehat dapat menganggap bahwa yang
ditawari itu telah mengetahui atau
membaca surat dari pihak yang
menawarkan.
 Terjadinya perjanjian secara objektif
yaitu sejak B membaca surat tawaran A
dan menyetujuinya, pada tanggal 8
Desember 2017.
Teori Kepercayaan
 Dengan adanya tawaran itu apakah betul-
betul dapat menimbulkan kepercayaan
pada penerima. Misalnya, bila salah satu
pihak percaya bahwa betul-betul surat
yang dikirim itu telah diterima.
 Dalam kasus, terjadinya persesuaian
kehendak antara A dan B adalah pada
saat B menerima surat tawaran A dan B
percaya pada isi surat tersebut, yaitu
pada tanggal 7 Desember 2017.
Teori Kehendak

Teori ini merupakan teori yang dianggap



paling terdahulu, yaitu menekankan pada
faktor kehendak,
bahwa kesepakatan terjadi pada saat
kehendak pihak penerima tawaran
dinyatakan.

 Misalnya bila pihak penerima tawaran


menuliskan surat jawaban.
Cacad Kehendak
 Kesesatan/kehilafan.
 Paksaan.
 Penipuan.
(ketentuan yang ada dalam KUH Perdata).
 Penyalahgunaan keadaan. (Undue
influence).
(Diluar KUH Perdata / perkembangan).
Ps.1321 KUHPerdata tentang
Cacad Kehendak
 “Tidak ada sepakat yang sah apabila
sepakat itu diberikan karena kekhilafan
atau diperolehnya dgn paksaan dan
penipuan”
Kekhilafan/Kesesatan (Ps.1322
KUHPerdata)
 Dapat dibedakan :
◊Khilaf atau sesat mengenai orangnya
(error in persona)
Yaitu kesesatan terjadi mengenai pihak
lawannya dalam perjanjian yang dibuat
◊Khilaf atau sesat mengenai hakekat
barangnya (error in substantia)
Kesesatan mengenai sifat benda yang
menjadi alasan untuk mengadakan
perjanjian.
Contoh error in persona
Contoh : seseorang ingin dibuatkan lukisan
oleh pelukis yang bernama Ahyar Arif
karena dia sudah sangat terkenal karena
keahliannya melukis, tetapi karena khilaf
maka mengadakan perjanjian dengan
Ahyar Arif yang juga pelukis, tetapi
keahliannya tidak seahli/sepintar Ahyar
Arif yg sdh terkenal tsb. Bila terjadi
demikian, maka pemberi mandat utk
melukis tsb dapat meminta
pembatalannya dengan Ahyar Arif
Contoh Error in Substantia
 Seseorang membeli kerajinan kuningan
dari Juwana ternyata keliru dengan
kerajinan kuningan dari perajin Kendal.
 Sesat mengenai barangnya yang dengan
sendirinya mengenai obyek dari
perjanjian, namun karena syarat pertama
sahnya perjanjian (kesepakatan) maka
akibatnya sama dengan hakekat
orangnya, jadi dapat dibatalkan.
 Khilaf atau sesat mengenai orangnya bila
dalam perjanjian sampai terjadi keadaan
tersebut maka sebagai akibatnya
perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dapat dibatalkan.
 Demikian pula khilaf atau sesat mengenai
hakekat barangnya juga dapat dibatalkan.
Paksaan (Pasal 1324 KUH
Perdata) berupa :
 Paksaan mutlak/absolut.
Artinya, tidak ada pilihan lain, selain harus
menerima.

Paksaan relatif.
Artinya, dipaksa, tetapi masih ada
kesempatan untuk mempertimbangkan
menerima atau menolak perjanjian
tersebut.
Bentuk Paksaan
 Paksaan phisik yaitu suatu paksaan
yang nyata ditujukan pada jasmani.
 Paksaan psikhis yaitu suatu paksaan
yang mengarah pada ketentraman
batin atau kejiwaan
 Sehingga paksaan adalah kekerasan
jasmani atau ancaman yang
menimbulkan ketakutan pada orang
lain sehingga dgn terpaksa membuat
suatu perjanjian.
Penipuan
(Ps.1328KUHPerdata)
 Merupakan suatu alasan untuk pembatalan
persetujuan apabila tipu muslihat yang
dipakai oleh salah satu pihak adalah
sedemikian rupa hingga terang dan nyata
bahwa pihak yang lain tidak telah membuat
perikatan itu jika tidak dilakukan tipu
muslihat itu tersebut.
 Penipuan tidak dipersangkakan tetapi harus
dibuktikan (yg dirugikan harus dapat
membuktikan adanya tipu daya atau tipu
muslihat)
Ciri-ciri
Penyalahgunaan Keadaan
 Darurat.
Situasi yg sangat kritis salah satu pihak
menekan pihak yg lain utk menyetujui
 Tidak dapat berpikir panjang
Karena situasi tidak mendukung tidak dpt
berpikir panjang
 Dalam keadaan ketergantungan.
Penyalahgunaan Keadaan
merupakan :
 Sebab yang tidak diperbolehkan
(sejak awal tidak ada itikad baik dgn
memanfaatkan keadaan)
Pedoman Penafsiran
Pelaksanaan Perjanjian
 Semua perjanjian yang sah mengikat pihak-
pihak yang membuat perjanjian dan berlaku
sebagai UU (Pasal 1338 (1) BW).
 Bila kata dari suatu perjanjian telah jelas tidak
menimbulkan lagi keragu-raguan lagi, tidak
diperkenankan memberikan pengertian lain
(Pasal 1342 BW).
Pedoman Penafsiran
Pelaksanaan Perjanjian
 Semua perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik (Pasal 1338 (3) BW).
Asas-asas Perjanjian
 Menurut Prof. Dr. Mariam Darus
Badrulzaman,S.H.
1. Asas kebebasan berkontrak.
asas yg memberikan kebebasan kpd para
pihak untuk mengadakan perjanjian dgn
siapapun jg, menentukan bentuk
(lisan/tertulis), isi, obyek dan
pelaksanaannya.
2. Asas Konsensualisme.
asas yg didasarkan kesepakatan para pihak.
3. Asas kepercayaan.
asas dmn setiap orang yg akan mengadakan
perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yg
diadakan mereka di kemudian hari.
4. Asas kekuatan mengikat.
Asas dimana dlm perjanjian
mengikat para pihak
5.Asas persamaan hukum.
Asas yg menempatkan para pihak
dalam persamaan hak dan
kewajiban di muka hukum
6. Asas keseimbangan.
Asas dimana para pihak dlm
keadaan seimbang untuk
memenuhi dan melaksanakan
perjanjian itu.
7. Asas kepastian hukum.
asas yg mengandung kepastian hukum
dlm perjanjian, trdpt kekuatan
mengikat dlm perjanjian sbg UU bagi
para pihak.
8. Asas Moral.
asas yg didasarkan perbuatan sukarela
dn scr moral mnyelesaikan perbuatan
tsb.
Asas-asas Perjanjian
 Menurut Prof. Rutten
1. Asas Konsensualisme.
2. Asas Kekuatan Mengikat.
3. Asas Kebebasan Berkontrak.
1. Asas Konsensualisme
 Terdapat adanya kesepakatan atau
persesuaian kehendak dari para pihak
yang mengadakan perjanjian.
 Adanya persamaan pandangan dari para
pihak untuk tercapainya tujuan dari
perjanjian.
2.Asas Kekuatan Mengikat
 Perjanjian yang dibuat oleh para pihak-
pihak akan berlaku dan mengikat dan
tidak dapat ditarik kembali secara sepihak.
 Artinya Perjanjian berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak (yg
membuat perjanjian)
3.Asas Kebebasan Berkontrak
 Para Pihak Bebas untuk mengadakan
perjanjian yang dikehendakinya, tidak
terikat pada bentuk tertentu.
 Pembatasan kebebasan :
-Perjanjian yg dibuat meskipun bebas tetapi
tidak dilarang / bertentangan dengan
ketertiban umum dan kesusilaan.
Kebebasan Berkontrak
 Bahwa setiap orang dapat membuat
perjanjian sesuai dengan maksud dan
keinginannya berdasarkan Pasal 1338
(1)KUHPerdata :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”
“semua perjanjian”, berarti perjanjian apa
saja baik itu perjanjian yang telah ada dan
diatur dlm KUHPerdata (perjanjian
bernama/nominaat)
Misalnya : perjanjian jual beli (Ps.1457
KUHPerdata), sewa menyewa (Ps.1548
KUHPerdata)
Perjanjian yg tidak diatur dalam
KUHPerdata
 Dalam perkembangannya terdapat
perjanjian di luar KUHPerdata tetapi
terdapat atau dikenal dalam masyarakat
(perjanjian innominaat).
 Misal : perjanjian kerjasama, perjanjian
pemasaran, perjanjian pengelolaan dll.
Actio Pauliana
Actio Pauliana Adalah hak kreditur
untuk membatalkan perjanjian yang
diadakan debiturnya dengan pihak
ketiga.
 Kreditur tidak merupakan pihak
dalam perjanjian itu karena yang
mengadakan perjanjian adalah
debiturnya dengan pihak lain
 Tetapi kreditur tersebut berkepentingan
dengan tindakan debiturnya, jika
perjanjian yang diadakan debiturnya
merugikan kepentingan dirinya (kreditur)
 Diatur dalam Ps.1341 KUHPerdata

Anda mungkin juga menyukai