Anda di halaman 1dari 143

ANALISIS KASUS KERUSAKAN

LINGKUNGAN KONFLIK PEMBANGUNAN

PABRIK SEMEN DI PEGUNUNGAN KENDENG

JAWA TENGAH

Dosen Pengampu:

Ridwan Arifin, S.H., LL.M.

Disusun Oleh:

Andika Avicena Setiawan (8111418392)

Aji Bimo Sakti (8111418405)

Adhila Salsabila Safira (8111418420)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
KONFLIK PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN

DI PEGUNUNGAN KENDENG

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup di sekitar kita merupakan sebuah ekosistem yang harus saling kita jaga
dan hormati karena hubungan manusia dengan lingkungan sama seperti halnya manusia dengan
manusia, saling bergantung satu sama lain. Hal ini dijelaskan lebih lanjut pada Undang-Undang
tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup. Menurut Undang-Undang No 32
Tahun 2009 lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 2009). Adanya sifat saling
bergantungan satu sama lain membuat manusia membutuhkan lingkungan hidup lebih dalam.
Sumber Daya Alam (SDA).

Sumber Daya Alam (SDA) merupakan bagian dari lingkungan hidup yang terdiri dari
sumber daya hayati dan nonhayati dan membentuk kesatuan ekosistem. Sumber daya hayati
adalah salah satu sumber daya yang dapat pulih (renewable resource) dan memiliki kehidupan
serta kematian, contoh sumber daya hayati adalah flora dan fauna. Sedangkan sumber daya non
hayati merupakan sumber daya yang tidak memiliki kehidupan serta kematian, contohnya adalah
air, mineral, belerang, minyak, dan sebagainya. Sumber daya nonhayati terkadang menjadi
permasalahan yang muncul di tengah masyarakat. Konflik lingkungan terjadi karena tidak
adanya kesepakatan atau pemahaman bersama mengenai suatu isu lingkungan. Sumber daya ini
akan habis jika terus menerus digunakan dan dikeruk habis oleh pihak yang berkuasa, baik
perusahaan maupun pemerintah. Cara untuk mendapatkan sumber daya nonhayati juga akan
mengorbankan sumber daya hayati. Sumber daya hayati merupakan sumber daya yang akan terus
ada karena adanya regenerasi secara berkala. Namun, proses yang ada membutuhkan waktu yang
lama. Seperti halnya dalam kasus pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Jawa
Tengah.
Isu pokok terkait kasus dari pembangunan pabrik semen di daerah Pegunungan Kendeng, Jawa
Tengah sebagai berikut:

- Penebangan hutan secara besar-besaran


- Pencemaran air
- Tidak adanya irigasi
- Pelanggaran administrasi
- Tindak pidana pengrusakkan lingkungan

B. Gambaran umum kasus/ Kronologi kasus

Kasus pembangunan pabrik semen di daerah Pegunungan Kendeng berawal dari sebuah
perusahaan yang membutuhkan lahan untuk pembangunan pabrik semen yaitu PT Semen
Indonesia (Persero) di Sukolilo, Pati Utara, Jawa Tengah. Pada tahun 2009, PT Semen Indonesia
(Persero) mengubah rancangan wilayah pembangunan pabrik semen ke wilayah Rembang, Jawa
Tengah. Tepatnya di Kecamatan Gunem, Pegunungan Kendeng, Rembang. Pada tanggal 14
Oktober 2010, Pemerintah daerah memberikan ijin pembangunan pabrik semen dengan
mengeluarkan Keputusan Bupati Nomor 545/68/2010 mengenai Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP). Surat keputusan ini diikuti dengan adanya Pemberian Izin Lokasi
Eksplorasi untuk pembangunan pabrik semen, lahan tambang bahan baku, dan sarana pendukung
lainnya dengan nomor 591/40/2011.

Pada tahun 2014, terjadi bentrok antara PT Semen Indonesia (Persero) dengan warga
Kendeng saat agenda peletakan batu pertama tambang semen. Warga Kendeng mengatakan
bahwa mereka tidak diberikan informasi mengenai pembangunan pabrik semen di wilayah desa
mereka. Sosialisasi hanya dilakukan oleh kepala daerah terkait tanpa memberitahu warga
Kendeng. Dokumen AMDAL juga tidak disampaikan kepada warga Kendeng. Oleh karena itu,
dampak-dampak negatif akibat pembangunan pabrik semen tidak diketahui oleh masyarakat.

Muncul sebuah konflik yang menyebabkan warga di daerah tersebut merasa terganggu
dengan adanya pembangunan pabrik semen akan merusak lingkungan sekitar. Adanya
kepentingan perusahaan untuk mengeksplorasi daerah Pegunungan Kendeng untuk mencari
bahan baku pembuatan semen, karena diduga pada daerah perusahaan sebelumnya bahan baku
pembuatan semen sudah hampir habis. Masyarakat yang terganggu akan pembangunan pabrik
semen tersebut lalu menggelar aksi demonstrasi dan menggugat perusahaan tersebut. Terlebih
lagi selain menyebabkan kerusakan lingkungan, perusahaan semen tersebut tidak melakukan
proses perizinan secara benar dan memaksakan kehendak perusahaan dengan cara melanggar
administrasi.

Di tahun yang sama, 2014 lalu warga Pegunungan Kendeng Rembang dan juga WALHI
pernah menggugat Gubernur Jawa Tengah sebagai tertugat 1 dan PT. Semen Gresik yang
sekarang menjadi PT. Semen Indonesia sebagai tergugat 2 ke Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang, namun gugatan tersebut ditolak. Kemudian waga mengajukan banding ke Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya, hasilnya juga ditolak. Kemudian mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung, hasilnya kembali ditolak. Pada 2 Agustus 2016 para penggugat menemukan
bukti baru (novum) dan mengambil langkah hukum selanjutnya yaitu peninjaun kembali (PK).
Hasil dari gugatan tersebut, Mahkamah Agung mengabulkan PK gugatan warga petani
pegunungan kendeng dan juga WALHI.

C. Mengapa bisa terjadi?

Karena Pembangunan pabrik semen ini selain menyebabkan kerusakan lingkungan juga
menyalahgunakan peraturan yang sudah ada, diantaranya:

- Penggunaan kawasan cekungan air tanah Watuputih sebagai area penambangan batuan
kapur untuk bahan baku pabrik semen melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 pasal 63 yang menetapkan area ini
sebagai kawasan lindung imbuhan air dan Perda RTRW Kabupaten Rembang Nomor 14
Tahun 2011 pasal 19 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung geologi.
- Penebangan kawasan hutan tidak sesuai dengan Persetujuan prinsip tukar menukar
kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan, surat Nomor S. 279/Menhut-II/2013 tertanggal
22 April 2013, dalam surat tersebut menyatakan bahwa kawasan yang diizinkan untuk
ditebang adalah kawasan hutan KHP Mantingan yang secara administrasi Pemerintahan
terletak pada Desa Kajar dan Desa Pasucen kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
provinsi Jawa Tengah. Namun fakta di lapangan, Semen Indonesia menebang kawasan
hutan Kadiwono kecamatan Bulu seluas kurang lebih 21,13 hektar untuk tapak pabrik.
Perlu diketahui dalam Perda nomor 14 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang
Kecamatan Bulu tidak diperuntukkan sebagai kawasan industri besar.
- Pencemaran air dimana kawasan cekungan yang digunakan sebagai sumber air oleh
warga sekitar telah di gunakan sebagai bahan baku pembuatan semen , melanggar
Undang Undang No 17 Tahun 2019 tentang perusakan sumber air pasal 32 yang berbunyi
“Setiap Orang yang menggunakan Sumber Daya Air sebagaimana dimalsud dalam Pasal
29 ayat (2) huruf c dilarang melakukan pencemaran dan/atau pemsakan pada Sumber Air,
lingkungan, dan Prasarana Sumber Daya Air di sekitarnya”.

D. Dampak Bagi Masyarakat

Kasus pembangunan pabrik semen ini membawa dampak bagi masyarakat sekitar daerah
Pegunungan Kendeng. Pembangunan pabrik ini mengharuskan penebangan hutan secara besar-
besaran yang menimbulkan konflik baru bagi masyarakat, lalu muncul pencemaran air dan tidak
adanya irigasi. Mayoritas pekerjaan masyarakat Kendeng adalah petani. Air merupakan sumber
daya alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sawah. Jika tidak ada air untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari dan irigasi untuk sawah maka dampak lingkungan sudah sangat parah.
Pembangunan dinilai merusak sumber daya air dan mematikan sektor pertanian di daerah
sekitarnya.

E. Pihak Yang Bertanggung Jawab

Pihak-pihak yang bertanggung jawab, dalam kegiatan explorasi untuk mendirikan pabrik
semen dan mencari bahan baku yang dilakukan oleh PT. Semen Indonesia pastinya adalah
Gubernur Jawa Tengah yang telah mengeluarkan izin dan juga Perusahaan PT. Semen gresik
sekarang PT. Semen Indonesia karena dampak yang di akibatkan oleh perusahaan tersebut mulai
dari gundulnya hutan yang di akibatkan digunakan sebagai sarana atau tempat pembangunan
pabrik yang dekat dengan bahan baku utama yaitu batu kapur dan rusaknya kawasan lindung
ekologi cekungan air tanah watu putih yang di gunakan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber
air, namun sumber air tersebut di gunakan sebagai bahan baku pembuatan semen dan rusaknya
saluran irigasi di sekitar pegunungan kendeng yang di akibatkan oleh aktivitas pabrik tapi
kejadian semua ini tidak akan berjalan ketika izin yang kembali di keluar kan oleh Gubernur
jawa tengah dengan alesan harus melengkapi persyaratan tertentu sebelum membangun pabrik
yang kenyataanya jelas bahwa di putusan Mahkama Agung bahwa harus menghentikan seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan Pabrik semen Kendeng dimana Izin pertama pada Tahun 2012,
melalui SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Penambangan oleh PT. Semen Gresik Persero telah di batalkan demi hukum melelui
Putusan Mahakama Agung yang telah berkedudukan Hukum Tetap Inkracht dan akhir (final)
tidak dapat dilakukan upaya hukum lagi, Pemerintah Daerah pun tidak luput dari pemberian Izin
yag dilakukan untuk pembangunan Pabrik dan eksplorasi tambang tersebut

F. Pemecahan Masalah Jika Terjadi Kasus Yang Sama

Analisis Pemecahan Kasus jika terjadi kesamaan dalam Kasus tersebut, jika terjadi
kesamaan tentang apa yang terjadi seperti diatas apart desa dalam hal ini Kepala Desa harus
sesegera mungkin tanggap akan aktivitas asing yang terjadi di sekitar wilayah kewenangannya
tidak perlu lambat dalam mengetahui suatu hal yang terjadi di sekitar tanyakan kepada Atasan
yang lebih berwenang dalam Hirarki Pemerintahan, tanayakan Dokumen apa saja yang di miliki
dan di perlukan dalam kegiatan yang akan dilakukan di Lingkungan tersebut, jika ada penolakan
dan menyalahi aturan adminsitrasi tentang pengurursan izin serta adanya sengketa dengan warga
sekitar yang akan terdampak, penyelesaiannya dapat melakukan upaya antara lain melalui upaya
Hukum Administrasi Apabila terjadi penyalahgunaan Administrasi melalui PTUN, Upaya
Konstitusional melalui Pengujian sengketa Kewenangan Lembaga Negara (SKLN) di Mahkamah
Konstitusi, upaya Hukum Pidana terkait dengan Pengrusakan Lingkungan dan Upaya suap jika
terjadi indikasi supa yang dilakukan perusahaan kepada Aparat desa dalam hal ini Kepala desa,
Upaya Hukum Perdata terkait dengan Kerugian yang diakibatkan oleh Perusahaan kepada
Masyarakat.

G. Analisis

Dari kasus yang terjadi antra PT Semen indonesia dengan Warga Kecamatan gunem Kab.
Rembang telah melanggar beberapa peraturan diantaranya adalah Undang Undang No 17
Tahun 2019 tentang Perusakan Sumber Air pasal 32 yang berbunyi “Setiap Orang yang
menggunakan Sumber Daya Air sebagaimana dimalsud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf c dilarang
melakukan pencemaran dan/atau pemsakan pada Sumber Air, lingkungan, dan Prasarana Sumber
Daya Air di sekitarnya”. Hal ini disebabkan cekungan air yang ada di pegunungan kendeng di
jadikan untuk sumber bahan bagu/terkena dampak dari explorasi yang di lakukan perusahaan
yang seharusnya merupakan kawasan lindung geologi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No
13 Tahun 2017 Pasal 7 Ayat (1B) bebunyi “pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.” Dan Undang Undang No 32 Tahun 2009
Pasal 54 dan wajib memulihkan lingkungan tersebut belum lagi pelanggaran tentang administrasi
dimana sesuai dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah
memeberikan hak yang sangat tinggi kepada setiap daerah dalam mengatur kebijakan-
kebijakandaerah dalam mendukung program pembangunan berkelenjutan di era otonomi daerah,
untuk memepercepat tewujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
pelayanan,pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
denganmemperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan
suatudaerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian, pemerintah provinsi mengambil-alih Izin Usaha Pertambangan (IUP)


dari tangan pemerintah kabupaten. Adanya PP No. 132 Tahun 1961 Pasal 5 dan PP No. 5 Tahun
1984 Pasal 21 menunjukan bahwa terdapat peraturan dan tata cara pendirian industri berat yang
tujuan utamanya adalah untuk membangun ekonomi nasional yang mengutamakan kebutuhan
rakyat dan selain untuk membangun ekonomi nasional, perindustrian berat juga tidak boleh
terlepas dari pertanggungjawaban dalam upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta mencegah terjadinya kerusakan terhadap lingkungan hidup. Dalam arti yang sesungguhnya
untuk mendirikan suatu industri berat tidak boleh dilakukan secara sembarangan, perusahaan
harus mempunyai AMDAL dan tidak boleh melanggar peraturan pemerintah tentang tatacara
pendirian industri berat. Namun yang dilakukan oleh PT Semen Gresik (PT. Semen Indonesa) di
Rembang telah melanggar peraturan pemerintahyang telah disebutkan diatas, selain itu PT
Semen Gresik tidak mengadakan sosialaisasi mengenai AMDAL kepada warga Rembang
mengingat merekalah yang berdampingan langsung dengan adanya pabrik ini dan secara
otomatis ketika terjadi kerusakan lingkungan warga Rembang yang menjadi sasaran utamanya.

Permasalahannya adalah Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan Surat Keputusan


Gubernur Jawa Tengah No 660.1/6 tahun 2017 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan
dan Pembangunan Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Kabupaten Rembang,
Propinsi Jawa Tengah, tanggal 23 Februari 2017, dengan dalih Adendum Andal dan RKL-RPL
baru. Namun seharusnya Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 91 PK/TUN/2017 Tahun
2017. Jelas menolak upaya peninjauan kembali yang dilakukan gubernur Jawa Tengah dan PT.
Semen Gresik sekarang PT.Semen Indonesia. Yang seharusnya tidak memberi keputusan baru
yang berkaita dengan izin penambangan dan pembangunan pabrik di Rembang,dimana putusan
gubernur sebelumnya pada tahun 2012 SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT. Semen Gresik Persero, tbk (sekarang
PT. Semen Indonesia) di Kabupaten Rembang, Presiden pun telah mengambil sikap dengan tidak
memberikan Izin pembangunan pabrik semen dan izin Pertambangan.
H. Kesimpulan

Pendirian PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang yang membawa reaksi penolakan


oleh warga Kendeng merupakan cerminan dari ketidak tegasanNegara dalam melindungi dan
melestarikan pengelolaan lingkungan hidup yang telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009. Hal
ini dikarenakan pendirian PT Semen Indonesia di Kabupaten rembang tidak sesuai dengan
prosedur pendirianindustri berat dan telah melanggar Perda RTRW Kabupaten Rembang
yangmenjadikan cekungan air Watuputih sebagai kawasan lindung geologi.

Peristiwa pendirian PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang merupakan salah satu


akumulasi kegagalan pemerintah dalam mengambil langkah kebijakan terutama kegagalan
Gubernur Jawa Tengah menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah telah melanggar asas-asas
umum pemerintahan yang baik yaitu terbukti bahwa Gubernur Jawa Tengah mendukung
terealisasikannya pendirian PT Semen Indonesia di Rembang dengan mengeluarkan surat izin
pendirian PT, yang hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Mahkamah Agung memerintah
kanuntuk membatalkan surat keputusan Gubernur bukan untuk mengganti dan memperbaiki
surat keputusan pendirian PT Semen Indonesia.

Sebagaimana termaktub dalam konstitusi, Indonesia adalah Negara hukum. Segala


tindak-tanduk, kesalahan, perbuatan, perkara, dan persengketaan akan diselesaikan melalui cara
hukum ketika memang musyawarah menemui jalan buntu. Dengan demikian, maka sudah
sepantasnya sebagai warga Negara yang bertanggung jawab dan mematuhi konstitusi, kita patut
mematuhi segala keputusan yang telah ditetapkan di muka pengadilan sebagai ujung dalam
pemutusan perkara. Baik dalam konteks individu, kelompok, korporasi, bahkan pihak pemerintah
sekalipun. Seorang pejabat pemerintahan memiliki asascontrario actus yaitu pemerintah dapat
mengeluarkan keputusan sepihak seperti apa yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah dengan
mengeluarkan izin pendirian PT Semen Indonesia yang bertentangan dengan Keputusan
Mahkamah Agung. Hal ini sangat mencederai citra pejabat pemerintah di depan publik yang
seharusnya mengutamakan keadilan.
I. Rekomendasi

1. Gubernur jawa tengah harus menutup kegiatan dan pembangunan pabrik semen di
pegunungan Kendeng Jawa Tengah dengan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur
Tentang penutupan kegiatan Tersebut, sesuai putusan Mahkamah Agung yang telah
mengabulkan Gugatan warga petani pegunugan Kendeng rembang dan Yayasan Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia.
2. Melakukan upaya perdata bagi warga untuk menuntut ganti rugi karena sudah terdampak
kegiatan penambangan dan juga pembangunan pabrik semen yang selama ini sudah
berlangsung padahal warga sedang melakukan uapaya hukum.
3. Melakukan penyelidikan bagi penegak hukum terkait untuk menyelidiki potensi suap
dalam pengurusan izin kegiatan penambangan dan juga pembangunan pabrik semen di
pegunungan kendeng rembang.
4. Melakukan penyelidikan bagi penegak hukum terkait untuk menyelidikan kerusakan
lingkungan yang di sebabkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan penambangan
karena sudah cukup jelas melakukan pengrusakan lingkungan dan di jerat dengan
Undang – Undang tindak pidana pengerusakan lingkung
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Todaro, Michael dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Undang-undang

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Undang Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Perusakan Sumber Air


LAMPIRAN
m
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
PUTUSAN
Nomor 91 PK/TUN/2017
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa perkara tata usaha negara dalam peninjauan kembali telah
memutuskan sebagai berikut dalam perkara:
PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk – sekarang bernama
PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk, tempat kedudukan
di Jalan Gedung Utama Gresik, Jln. Veteran Gresik 61122,
dalam hal ini diwakili oleh RIZKAN CHANDRA, selaku
Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk;
Selanjutnya memberi kuasa kepada:
1. ANDRI W. KUSUMA, S.H., M.H.;
2. MARTINUS FUKUNDA HEMO, S.H;
3. TRICAHYO NOVANTO, S.H.;
4. BUNGA VIDIYANKA, S.H.;
Kesemuanya Para Advokat yang berkantor pada FA. Hukum
PRISM (PRISM Law Office), yang beralamat di Gedung
Alamanda Tower Lantai 21 F, Tb. Simatupang Kav.23-24,
Cilandak Barat, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 14 Maret 2017;
Pemohon Peninjauan Kembali Ke-2 dahulu sebagai
Termohon Peninjauan Kembali II/Terbanding II/Tergugat II
Intervensi;
melawan:
I. 1. JOKO PRIANTO, kewarganegaraan Indonesia,
tempat tinggal di Desa Tegaldowo RT/RW 006/001,
Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pekerjaan
Wiraswasta;
2. SUKIMIN, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal
di Desa Suntri RT/RW 008/001, Kecamatan Gunem,
Kabupaten Rembang, pekerjaan Petani/Pekebun;
3. SUYASIR, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal
di Desa Timbrangan RT/RW 006/001, Kecamatan
Gunem, Kabupaten Rembang, pekerjaan Petani/
Pekebun;

Halaman 1 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
4. RUTONO, kewarganegaraan
tinggal di Desa Tengger RT/RWIndonesia, tempat
002/004, Kecamatan
Sale, Kabupaten Rembang, pekerjaan Petani/Pekebun;
5. SUJONO, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal
di Desa Bitingan RT/RW 001/001, Kecamatan Sale,
Kabupaten Rembang, pekerjaan Karyawan Swasta;
6. SULIJAN, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal
di Desa Dowan RT/RW 001/003, Kecamatan Gunem,
Kabupaten Rembang, pekerjaan Petani/Pekebun;
Selanjutnya memberikan Kuasa kepada :
1. ZAINAL ARIFIN, S.H.I;
2. ASFINAWATI, S.H.;
3. SITI RAKHMA MARY H., S.H., M.SI., M.A.;
4. MUHAMMAD ISNUR, S.H.;
5. ARIP YOGIAWAN, S.H.;
6. ANDI MUTTAQIEN, S.H;
7. ALGHIFFARI AQSA, S.H.;
8. RONALD SIHAAN, S.H., M.H.;
9. JUDIANTO SIMANJUNTAK, S.H.;
Kesemuanya adalah kewarganegaraan Indonesia, Para
Advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi Peduli
Lingkungan yang berdomisili hukum di Kantor Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Jalan Jomblang IV No. 17
Semarang, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 April
2017;
II. YAYASAN WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA,
berkedudukan di Jalan Tegal Parang Utara No. 14
Mampang, Jakarta Selatan 12940;
Dalam hal ini di wakili oleh:
1. Nur Hidayati, kewarganegaraan Indonesia Tempat
tinggal di Jalan Sirsak Nomor 17, RT 002/RW 004
Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa,
Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi Daerah khusus
Ibukota Jakarta, Jabatan Ketua Pengurus Yayasan
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI);
2. Kholisoh, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal
di Jalan P. Al-Mustaqim Mampang Prapatan II, RT

Halaman 2 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
003/RW
Kotamadya002, Kelurahan
Jakarta Mampang
Selatan, Provinsi Prapatan,
Daerah Ibukota
Jakarta, Jabatan Sekretaris Pengurus Yayasan
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI);
3. Kartika, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal di
Kavling Pratama Nomor 63 RT 009/RW 005, Kelurahan
Rorotan, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta
Timur, Provinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta,
Jabatan Bendahara Pengurus Yayasan Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI);
Selanjutnya memberikan kuasa kepada:
1. RONALD SIAHAAN, S.H., M.H.;
2. ANDI MUTTAQIEN, S.H.;
3. SITI RAKHMAN MARY H., S.H., M.SI, M.A.;
Kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, Para Advokat
yang yang berdomisili hukum di Kantor Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) Semarang, Jalan Jomblang IV No. 17
Semarang, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 17
April 2017;
Para Termohon Peninjauan Kembali Ke-2, I, II dahulu Para
Pemohon Kasasi I, II/ Para Pembanding/Para Penggugat;
Dan
GUBERNUR JAWA TENGAH, tempat Kedudukan di Jalan
Pahlawan Nomor 9 Semarang;
Selanjutnya memberi Kuasa Khusus kepada:
1. INDRAWASIH, S.H., M.H., Kepala Biro Hukum Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Tengah;
2. IWANUDDIN ISKANDAR, S.H., M.Hum, Kepala Bagian
Bantuan Hukum Dan HAM pada Biro Hukum Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Tengah;
3. SURYO HADI WINARNO, S.H., M.M., Kepala Sub Bagian
Bantuan Hukum pada Biro Hukum Sekretariat Daerah
Provinsi Jawa Tengah;
4. AGUS CAHYONO, S.H., Kepala Sub Bagian Sengketa
Hukum pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Tengah;

Halaman 3 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
5. ILHAM
Daerah PRIBADI, S.H.,Tengah;
Provinsi Jawa Staf pada Biro Hukum Sekretariat
6. BANA BAYU WIBOWO, S.H., Staf pada Biro Hukum
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah;
7. IRA KUSUMA DEWI, S.H., Staf pada Biro Hukum
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah;
8. SAIFUL NADIB, S.H., Staf pada Biro Hukum Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Tengah; Alamat Kantor : Jalan
Pahlawan Nomor 9 Semarang ;
9. ALI KHAIDAR, SH., Staf pada Biro Hukum Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Tengah;
Kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil pada Biro Hukum Setda Provinsi Jawa Tengah,
beralamat di Jalan Pahlawan Nomor 9 Semarang, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus Nomor 180/0005370 tanggal 7 April 2017;
Turut Termohon Peninjauan Kembali Ke-2 dahulu sebagai
Termohon Peninjauan Kembali I/Terbanding I/Tergugat;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
Pemohon Peninjauan Kembali Ke-2 dahulu sebagai Termohon Peninjauan
Kembai II/Terbanding II/Tergugat II Intervensi telah mengajukan Peninjauan
Kembali Ke-2 terhadap Putusan Mahkamah Agung Peninjauan Kembali Nomor
99 PK/TUN/2017, tanggal 05 Oktober 2016 yang telah berkekuatan hukum
tetap, dalam perkaranya melawan sekarang Para Termohon Peninjauan
Kembali Ke-2, I, II dahulu Para Pemohon Peninjauan Kembali I, II/Para
Pembanding/Para Penggugat dan Turut Termohon Peninjauan Kembali K-2
dahulu Termohon Peninjauan Kembali I, Terbanding I/Tergugat dengan posita
gugatan sebagai berikut:
Adapun objek gugatan ini adalah:
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012
tertanggal 7 Juni 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT
Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah;
A. Kedudukan dan Kepentingan Hukum Para Penggugat;
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

Halaman 4 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 ayat (1),
berbunyi:
“Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan
agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan
batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau rehabilitasi”;
2. Bahwa dalam gugatan ini terdapat penggugat perorangan, yaitu
Penggugat I, Penggugat II, Penggugat III, Penggugat IV, Penggugat V,
Penggugat VI. Selain itu, dalam gugatan ini terdapat penggugat
Lembaga Swadaya Masyarakat yang berbentuk yayasan, yaitu
Penggugat VII;
3. Bahwa Penggugat I s.d. Penggugat VI kepentingannya dirugikan oleh
Keputusan Tata Usaha a quo, karena:
Penggugat I : Penggugat I tinggal di Desa Tegaldowo, RT/RW
006/001, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.
Lokasi Penambangan berdasarkan Keputusan a quo
hanya berjarak 500 meter dari Desa Tegaldowo
sehingga Penggugat I berpotensi mengalami
kerugian yaitu matinya sumber air yang selama ini
digunakan untuk minum dan kebutuhan sehari-hari
lainnya. Penambangan semen juga berpotensi
menimbulkan debu yang akan mengganggu saluran
pernafasan dan iritasi mata;
Penggugat II : Penggugat II bekerja sebagai petani/pekebun. Lahan
pertaniannya berada di Desa Suntri, Kecamatan
Gunem, Kabupaten Rembang. Pertanian di Desa
Suntri mengandalkan air dari sumber mata air yang
berada di CAT Watuputih. Dengan adanya
penambangan berdasarkan Keputusan a quo
berpotensi menghilangkan sumber mata air tersebut;
Penggugat III : Penggugat III bekerja sebagai petani/pekebun. Lahan
pertaniannya berada di Desa Timbrangan,
Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Pertanian
di Desa Timbrangan mengandalkan air dari sumber
mata air yang berada di CAT Watuputih. Dengan

Halaman 5 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
adanya penambangan
berpotensi berdasarkan
menghilangkan sumber Keputusan a quo
mata air tersebut
dan berpotensi menimbulkan debu yang akan
mengganggu saluran pernafasan dan iritasi mata;
Penggugat IV : Penggugat IV bekerja sebagai petani/pekebun. Lahan
pertaniannya berada di Desa Tengger, Kecamatan
Sale, Kabupaten Rembang. Pertanian di Desa
Tengger mengandalkan air dari sumber mata air yang
berada di CAT Watuputih. Dengan adanya
penambangan berdasarkan Keputusan a quo
berpotensi menghilangkan sumber mata air tersebut;
Penggugat V : Penggugat V tinggal di Desa Bitingan, RT/RW
001/001, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang.
Selama ini Desa Bitingan sudah menerima dampak
dari aktivitas penambangan yang sudah ada yaitu
berkurangnya sumber mata air dan sering terjadi
bencana alam berupa tanah longsor. Dengan adanya
penambangan berdasarkan Keputusan a quo akan
memperburuk kondisi yang sudah ada;
Penggugat VI : Penggugat VI selain bekerja sebagai wiraswata
(penggilingan padi) juga bekerja sebagai petani/
pekebun. Lahan pertaniannya berada di Desa
Dowan, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.
Pertanian di Desa Dowan mengandalkan air dari
sumber mata air yang berada di CAT Watuputih.
Dengan adanya penambangan berdasarkan
Keputusan a quo berpotensi menghilangkan sumber
mata air tersebut;
4. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1
angka (27), berbunyi:
“Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok orang yang
terorganisasi dan terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan
kegiatannya berkaitan dengan lingkungan hidup”;
Lebih lanjut, dalam Pasal 92 ayat (1), berbunyi:
“Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak

Halaman 6 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
mengajukan
hidup”; gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
Lebih lanjut, dalam Pasal 92 ayat (3), berbunyi:
“Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi
tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran
dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun”;
5. Bahwa sejak awal berdirinya hingga sekarang, Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia tumbuh secara swadaya di tengah-tengah masyarakat
dan bersama masyarakat, bergerak atas dasar kepedulian pada
pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemajuan, perlindungan,
penegakan, penghormatan terhadap hukum, khususnya lingkungan
hidup di Indonesia;
6. Bahwa Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia didirikan
berdasarkan Akta Notaris, Nomor 05 tanggal 27 Mei 2007. Berdasarkan
Akta Notaris Arman Lany, S.H., akta dimaksud sudah didaftarkan pada
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
7. Bahwa oleh karena itu pula Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
sebagai badan hukum dapat membentuk perwakilan-perwakilan di
daerah. Hingga saat ini Wahana Lingkungan Hidup Indonesia memiliki
perwakilan di 28 provinsi yang disebut dengan Eksekutif Daerah (ED);
8. Bahwa dengan demikian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia sebagai
organisasi yang berbadan hukum telah melakukan penguatan
masyarakat yang peduli pada lingkungan hidup di seluruh wilayah
Republik Indonesia melalui Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
Daerah. Begitu pula Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Daerah
bersama anggota partisipannya masing-masing secara riil telah
melakukan gerakan kepedulian terhadap lingkungan hidup di daerah
masing-masing, sehingga kepedulian Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia sebagai organisasi lingkungan terhadap lingkungan hidup di
wilayah Republik Indonesia menjadi garda depan dalam gerakan
organisasi lingkungan hidup di Indonesia;

Halaman 7 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
9. Badan Hukum
Pemerintah suatuIndonesia
Republik organisasi adalah
dengan pengakuan
mengikuti prosedurresmi dari
tertentu.
Dan untuk keperluan itu WALHI sudah mendaftarkan diri/organisasinya
sebagaimana mestinya di Kementerian. Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor C-2889.HT.01.02.TH 2007 tanggal 10
September 2007 dengan bentuk Yayasan;
10. Bahwa dalam Pasal 5 angka 2 Anggaran Dasar Penggugat VII, secara
jelas disebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan dari yayasan
adalah “Meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai pembina
lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara
bijaksana”. Salah satu cara mencapai maksud dan tujuan Yayasan:
“Pengembangan Program LSM” di dalam:
a. menghimpun permasalahan lingkungan hidup dan sumberdaya yang
ada serta menemukan berbagai alternatif pemecahannya;
b. mendorong terciptanya kesadaran diri terhadap lingkungan menjadi
kegiatan nyata yang dapat mendatangkan manfaat bagi keselarasan
antara manusia dan alam lingkungannya;
c. meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dengan sebanyak
mungkin mengikutsertakan anggota masyarakat secara luas;
11. Bahwa dalam menjalankan peranannya, Penggugat VII secara nyata
dan terus menerus membuktikan dirinya peduli terhadap pelestarian
fungsi lingkungan dan salah satu cara yang digunakan dalam
menjalankan aktivitasnya adalah dengan mendayagunakan lembaganya
sebagai sarana untuk mengikutsertakan sebanyak mungkin anggota
masyarakat dalam mencapai tujuan pelestarian dan pengelolaan
lingkungan;
12. Bahwa kepentingan hukum Penggugat VII dalam mengajukan gugatan,
adalah:
- Bahwa berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangganya, WALHI adalah organisasi yang didirikan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Untuk
tujuan tersebut, di kawasan Pegunungan Kendeng, WALHI telah
secara nyata melakukan kegiatan-kegiatan untuk melestarikan
kawasan karst Pegunungan Kendeng, seperti melakukan penelitian
terhadap karst dan sumber air di kawasan Pegunungan Kendeng,
pendidikan lingkungan kepada masyarakat, dan kampanye

Halaman 8 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
lingkungan.
lingkungan WALHI juga secara Kendeng
di Pegunungan nyata telah terlibat
yang dalam advokasi
dibuktikan dengan
menggugat Surat Izin Eksplorasi untuk PT Semen Gresik pada tahun
2009 melalui Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang. WALHI
mendapati fakta-fakta bahwa pemberian izin lingkungan dari
Gubernur Jawa Tengah kepada PT Semen Indonesia di Kabupaten
Rembang sebagaimana Surat Keputusan a quo telah melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengabaikan
perlindungan terhadap pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan
fakta-fakta tersebut, maka terbitnya Izin Lingkungan untuk PT Semen
Indonesia telah merugikan kepentingan WALHI;
B. Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang;
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor Republik Indonesia 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 1 angka (11),
berbunyi:
“Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau
pejabat tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan untuk
mendapatkan putusan”;
Lebih lanjut, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 54 ayat (1) dan (2),
berbunyi:
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan
yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan tergugat;
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum
Pengadilan, gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara;
2. Bahwa gugatan a quo adalah atas terbit dan berlakunya Keputusan
Tata Usaha Negara yaitu: Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah tertanggal 7 Juni 2012 yang
dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah. Atas terbit dan berlakunya

Halaman 9 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
keputusan ini, maka di
yang berkedudukan pihak Tergugat adalah Gubernur Jawa Tengah
Semarang;
3. Bahwa Pengadilan Tata Usaha yang mengadili gugatan sengketa Tata
Usaha Negara di Provinsi Jawa Tengah adalah Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang yang beralamat di Jalan Abdulrahman Saleh nomor
89 Kota Semarang;
Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas,
dan karena Para Penggugat mengajukan Gugatan atas Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT Semen Gresik
(Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah
tertanggal 7 Juni 2012, maka Pengadilan Tata Usaha Semarang
memiliki kewenangan untuk memeriksa dan memberikan putusan dalam
perkara a quo;
C. Dasar Gugatan:
Sebelum masuk pada pokok perkara, perlu kami sampaikan latar belakang
gugatan ini. Karst adalah suatu kawasan yang memiliki karakteristik relief
dan drainage yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan
batuan-batuannya yang intensif (Ford dan Willian, 1989). Karst memiliki
fungsi strategis sebagai penyimpan cadangan air terbesar di bawah
permukaan bagi wilayah di sekitar kawasan karst. Karst pada umumnya
membentuk bentang alam yang ditandai dengan terdapatnya dekokan
(closed depressions) dengan berbagai ukuran dan susunan, pengasatan
(drainage), permukaan yang terganggu, serta goa-goa dan sistem
pengasatan bawah tanah (Bambang Prastistho, 1995);
Sedangkan menurut Esteban (1996) karst adalah suatu sistem
kejadian eksodinamik yang melibatkan air, yang mengakibatkan struktur
massa batuan mudah larut dan berubah secara berkesinambungan.
Karstifikasi terjadi pada tubuh batuan mulai dari permukaan, yakni bagian
yang bersentuhan langsung dengan atmosfer, hingga kedalaman 200-250
meter (Milanovic, 1992);
Proses ini pada kelanjutannya menghasilkan tata lingkungan yang secara
umum kompleks dengan hidrogeologi dan geomorfologi unik. Selain karena
pelarutan, bentang alam seperti karst dapat terjadi oleh proses pelapukan,
hasil kerja hidrolik misalnya pengikisan, pergerakan tektonik, pencairan es,
dan evakuasi dari batuan beku (lava). Karena proses utama
pembentukannya bukan pelarutan, maka bentang alam demikian disebut

Halaman 10 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
pseudokarst (Gillieson,
pelarutan disebut 1996). Sementara itu karst yang terbentuk oleh
truekarst;
Merujuk kepada Haryono (2001) dalam Adji (2013), permukaan dari bukit‐
bukit karst itulah yang berperan sebagai reservoir utama air di kawasan
karst, dan sebaliknya tidak ada zone untuk menyimpan aliran conduit
karena geraknya yang sangat cepat dan segera mengalir ke laut. Dalam
istilah ilmu karst, zone permukaan bukit karst ini disebut sebagai zone
epikarst, yaitu lapisan dimana terdapat konsentrasi air hasil infiltrasi air
hujan;
Menurut Klimchouk (1997) dalam Adji (2013), epikarstic zone atau dikenal
juga sebagai subcutaneous zone adalah zone teratas yang tersingkap dari
batuan karst yang memiliki permeabilitas dan porositas karena proses
pelebaran celah adalah paling tinggi dibanding lapisan‐lapisan yang lain,
sehingga berperan sebagai media penyimpan air yang baik. Zone ini
berkontribusi sebagai penyedia aliran andalan bahkan pada periode
kekeringan yang panjang. Haryono (2001) menyebutkan bahwa permukaan
bukit karst berperan sebagai reservoir utama air di kawasan karst, dan
sebaliknya tidak ada zona untuk menyimpan aliran conduit karena geraknya
sangat cepat dan segera mengalir ke laut. Zona epikarst ini merupakan
konsentrasi air hasil infiltrasi air hujan (Adji, 2013);
Hasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh Dinas
Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada Maret 1998
menjelaskan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis
tergolong dalam tipe bentang alam karst. Terdapat fenomena alam unik
dengan adanya goa-goa alam dan sungai bawah tanah;
Hasil pendataan secara berkala yang dilakukan oleh Semarang Caver
Association (SCA) dan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK) Rembang, terdata 49 goa yang tersebar di sekitar wilayah
Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih dan 4 diantaranya merupakan goa
yang memiliki sungai bawah tanah aktif. Terdapat 109 mata air yang
tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial yang mengalir
di sepanjang musim kemarau dan penghujan;

Halaman 11 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

gung
Ind
Keterangan: Sebaran mata air dan goa yang terdapat di kawasan
Pegunungan Watuputih);
Berdasarkan Kajian Potensi Kawasan Karst Kendeng Utara Pegunungan
Rembang Madura Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, zona jenuh air
berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada
ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan berada pada ketinggian
lebih kurang 190 mdpl. Sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100-
350 mdpl, yang tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada
di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih. Data inilah
yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai
kawasan karst, dimana akuifer air masih berjalan dengan sangat baik. Ini
ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan pada
setiap ketinggian. Pembentukan sistem sungai bawah permukaan yang
ditemukan dalam Goa Temu menunjukkan bahwa Pegunungan Watuputih
merupakan pegunungan yang mengalami proses karstifikasi aktif sebagai
bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara yang berfungsi
sebagai epikarst penyimpan air yang sangat besar bagi penyupali mata air
yang ada di sekitarnya;
Luas batu gamping Formasi Paciran yang membentuk Gunung Watuputih
lebih kurang 3020 ha. Kawasan CAT Watuputih yang merupakan area
imbuhan air memiliki luas 2555,09681 ha (hasil perhitungan melalui Sistem
Informasi Geografis). Kawasan CAT Watuputih menjadi kawasan resapan
air terbesar penyuplai sumber mata air yang ada di sekitar kawasan
Pegunungan Watuputih. Dari pengukuran lapangan berdasarkan data

Halaman 12 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
AMDAL PT
Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk-(2012), mata air yang terbesar adalah
Sumber Semen yang memiliki debit 600 lt/detik, terletak di Desa Tahunan di
bagian timur wilayah CAT Watuputih, dan mata air yang terkecil adalah
Mata air Belik Watu memiliki debit 0,02 liter/detik, terletak di Desa
Timbrangan di bagian barat area CAT Watuputih;
Berdasarkan Kajian Potensi Kawasan Karst Kendeng Utara Pegunungan
Rembang Madura, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, ditemukan jumlah
debit yang terukur di lapangan, dari 109 mata air yang ada di kawasan
pegunungan karst Watuputih dapat diperhitungkan estimasi volume air yang
dihasilkan oleh mata air dalam satu hari. Bila disimulasikan, mata air yang
terkecil 0,02 liter/detik dalam 1 hari/24 jam/3600 menit/86400 detik akan
menghasilkan air 1728 liter dalam satu hari. Mata air dengan debit terbesar
600 liter/detik dalam 1 hari akan menghasilkan 51.840.000 liter air dimana
kurang dari 10% dimanfaatkan langsung untuk kebutuhan masyarakat dan
sisanya terdistribusi ke lahan pertanian;
Hal ini menunjukkan bahwa air yang dihasilkan dari sumber-mata air yang
ada di sekitar kawasan karst CAT Watuputih melebihi kebutuhan dasar
masyarakat akan air yang rata-rata membutuhkan 15-20 liter/hari/orang.
Jika nilai ini devaluasi sebagai potensi ekonomi, maka jumlah air yang
dihasilkan akan melebihi nilai yang didapat dari sektor pertambangan yang
justru berpotensi mengurangi bahkan menghilangkan pasokan dan distribusi
air pada sumber-mata air yang ada di sekitar kawasan karst CAT Watuputih.
Mata air Sumber Semen menjadi sumber utama untuk memenuhi
kebutuhan air masyarakat di 14 Kecamatan Kabupaten Rembang, dengan
estimasi memenuhi kebutuhan 607.188 jiwa di 14 kecamatan Kabupaten
Rembang (PDAM, 2013). Kebutuhan air tersebut sebagian besar disuplai
dari CAT Watuputih dan sebagian lagi dari sayap antiklin yang membentang
antara Gunung Butak-Tengger dan sekitarnya maupun dari selatan Desa
Tahunan;
Berdasarkan teori epikarst, penambangan bukit gamping akan mengurangi
jumlah simpanan air diffuse, dan sebaliknya akan meningkatkan aliran
conduit saat hujan. Dampak yang sangat tidak diharapkan adalah
bertambahnya prosentase aliran conduit saat musim hujan yang dapat
mengakibatkan banjir dan berkurangnya prosentase aliran diffuse saat
musim kemarau sehingga mata air akan menjadi kering;

Halaman 13 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa izin Rembang
Kabupaten usaha pertambangan yang dikeluarkan
merekomendasikan kepada PToleh pemerintah
Semen Gresik
(Persero), Tbk untuk melakukan penambangan di area yang masuk ke
dalam kawasan CAT Watuputih seluas 131,55 hektare (1.315.500 m 2). Jika
kawasan tersebut ditambang, terdapat risiko hilangnya air yang dapat
dihitung berdasarkan hubungan curah hujan rata-rata di wilayah Kecamatan
Gunem dan Sale, yaitu 1500 mm/tahun (1,5 m) dengan asumsi jika 50%
menjadi aliran permukaan dan 50% menjadi air tanah (0,75 m), jika asumsi
porositas batu gamping di kawasan CAT Watuputih pada zona epikarst
20%, dan jika diasumsikan, batu gamping yang akan ditambang sampai
pada kedalaman 20 meter. Maka, potensi kehilangan mata air yang
tersimpan adalah:
Box.1. Potensi Kehilangan Air;
Estimasi curah hujan yang masuk ke air tanah x luas area pertambangan x
kedalam zona epikarst yang hilang x prosentase zona epikarst;
0,75 m x 1.315.500 m2 x 20 m x 20% = 4.054.500 m3;
Hilangnya fungsi epikarst akan mengakibatkan hilangnya fungsi resapan air
pada kawasan CAT Watuputih, dimana mata air yang ada di sekitar
kawasan karst CAT Watuputih mampu memenuhi kebutuhan 607.198 jiwa
di 14 kecamatan, Kabupaten Rembang. Dari hasil perhitungan, potensi
hilangnya cadangan air yang ada di CAT Watuputih akibat dari rencana
aktivitas penambangan adalah 4 juta meter kubik air;
Berdasarkan estimasi penghitungan standar, perlu dilakukan penghitungan
mendalam untuk dapat menentukan angka pasti risiko berkurangnya jumlah
air yang akan ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan. Penghitungan ini
bisa dilakukan dengan melakukan penelitian hidrologi karst CAT Watuputih
dengan membandingkan minimal dua kali musim hujan dan dua kali musim
kemarau untuk dapat melihat perubahan dan hubungan antara kawasan
karst dengan resapan air yang menyuplai mata air yang terdapat di sekitar
kawasan karst CAT Watuputih;
Dalam konteks bencana, hilangnya fungsi resapan menyebabkan hilangnya
jeda waktu air tersimpan sehingga pada saat musim hujan, air yang
seharusnya terserap ke dalam tanah akan berubah menjadi air
permukaan/run off. Pada saat melebihi debit puncak, air hujan yang datang
akan cepat hilang sebagai aliran air permukaan dan hal ini dapat
mengakibatkan banjir di wilayah-wilayah dataran yang berhubungan

Halaman 14 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
langsung
Watuputih;dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bermuara pada CAT
Pada tahun 2012, Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk,
di Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah tertanggal 7 Juni 2012;
Izin tersebut pada pokoknya adalah memberikan izin lingkungan kepada PT
Semen Gresik (Persero) Tbk untuk melakukan kegiatan: pertama,
penambangan batu kapur; kedua, penambangan tanah liat; ketiga
membangun pabrik dan utilitas; keempat membangun jalan produksi dan
kelima, membangun jalan tambang. Kelima kegiatan tersebut berada di
Pegunungan Kendeng Utara, khususnya CAT Watuputih sehingga
berpotensi dapat menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara telah merumuskan politik hukum
pembentukannya. Ini dapat dilihat di bagian “menimbang” huruf (c) yang
berbunyi:
“Bahwa meskipun pembangunan nasional hendak menciptakan suatu
kondisi sehingga setiap warga masyarakat dapat menikmati suasana serta
iklim ketertiban dan kepastian hukum yang berintikan keadilan, dalam
pelaksanaannya ada kemungkinan timbul benturan kepentingan,
perselisihan, atau sengketa antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
dengan warga masyarakat yang dapat merugikan atau menghambat
jalannya pembangunan nasional”;
Lebih lanjut, dalam bagian menimbang huruf (d) berbunyi:
“Bahwa untuk menyelesaikan sengketa tersebut diperlukan adanya
Peradilan Tata Usaha Negara yang mampu menegakkan keadilan,
kebenaran, ketertiban, dan kepastian hukum, sehingga dapat memberikan
pengayoman kepada masyarakat, khususnya dalam hubungan antara
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan masyarakat”;
Dalam kerangka itulah, gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang atas terbit dan berlakunya Keputusan Tata Usaha Negara yaitu:
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012
tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT Semen Gresik
(Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah tertanggal
7 Juni 2012 yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah yang

Halaman 15 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
berkedudukan di Semarang ini diajukan melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang;
C.1. Kronologi terbitnya Keputusan A quo;
Setelah mendapat penolakan di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati,
sekitar tiga tahun lalu, PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak
20 Desember 2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk,
berencana melakukan penambangannya di Kawasan Gunung Watuputih

gung
Kabupaten Rembang dengan nilai proyek Rp3,7 Triliun;

Ind
Pada tanggal 14 Oktober 2010 PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak
20 Desember 2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, telah

mendapatkan WilayahIzinUsahaPertambangan(WIUP) dengan


diterbitkannya Keputusan Bupati Rembang Nomor 545/68/2010 tentang

Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Eksplorasi Tras


Kepada PT Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012

menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk;


Pada tanggal 18 Januari 2011, Bupati Rembang menerbitkan Keputusan

Nomor 545/4/2011 Tentang Izin Usaha Penambangan (IUP) Eksplorasi

AtasPT
menjadi Nama PT Semen
Semen Gresik
Indonesia (Persero)
(Persero) Tbk;Tbk -sejak 20 Desember 2012

Pada tanggal 18Nopember 2011Bupati Rembang menerbitkan


Keputusan Nomor 591/040/Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Lokasi
Kepada PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak 20 Desember 2012
menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk untuk Pembangunan Pabrik
Semen, Lahan Tambang Bahan Baku dan Sarana Pendukung Lainnya;

Ind
PT Semen
Semen Gresik
Indonesia (Persero)
(Persero) Tbk,
Tbk, sejak
telah 20 Desember
melakukan 2012 menjadi
penyusunan AmdalPT
dan
dinyatakan layak pada tanggal 30 April 2012 dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/10 Tahun 2012 tentang
Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Penambangan dan Pembangunan
Pabrik Semen oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten
Rembang, Propinsi Jawa Tengah tertanggal 7 Juni 2012;
Setelah adanya Keputusan dari Gubernur Jawa Tengah mengenai
Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Penambangan dan Pembangunan
Pabrik Semen PT Semen Gresik (Persero) Tbk, pada tanggal 7 Juni 2012

Repu
Gubernur Jawa Tengah kembali mengeluarkan Keputusan Nomor
660.1/17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan

dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Halaman 16 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
diKabupatenRembang,ProvinsiJawaTengahtertanggal
Pada tanggal 15 Februari 2013 PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak
20 Desember 2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, telah
7 Juni 2012;
memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi dengan
dikeluarkannya Keputusan Bupati Rembang Nomor 545/0230/2013

Tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi


Batuan Tanah Liat Kepada PT Semen Gresik (Persero) Tbk;

Ind
Bahwa dalam rencana pembangunannya, masyarakat merasa pihak

gung
PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak 20 Desember 2012 menjadi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tidak pernah melakukan sosialisasi

kepada masyarakat yang akan terkena dampak;


C.2. Dasar Gugatan terhadap Keputusan A quo;
1. Bahwa objek gugatan a quo adalah Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah tertanggal 7 Juni 2012, yang berisi
pokoknya adalah memberikan izin lingkungan kepada PT Semen
Gresik (Persero) Tbk, sejak 20 Desember 2012 menjadi PT Semen

Indonesia (Persero) Tbk, untuk melakukan kegiatan: pertama,


penambangan batu kapur; kedua, penambangan tanah liat; ketiga
membangun pabrik dan utilitas; keempat membangun jalan produksi,
dan kelima, membangun jalan tambang;
2. Bahwa Surat Keputusan a quo ditetapkan di Semarang pada tanggal
7 Juni 2012;
3. Bahwa seorang warga Kabupaten Rembang (Baskoro Budhi
Darmawan) telah mengajukan permohonan informasi ke Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 5 Juni
2014;
4. Bahwa Baskoro Budhi Darmawan memperoleh informasi tersebut
pada tanggal 18 Juni 2014 yang kemudian memberitahukannya
kepada Para Penggugat termasuk Penggugat VII selaku pendamping
masyarakat. Dari tanggal 18 Juni 2014, Para Penggugat mengetahui
mengenai terbitnya Surat Keputusan tersebut di atas;
5. Bahwa Penggugat I s.d. Penggugat VI telah melakukan upaya
administrasi dalam bentuk menyampaikan surat keberatan terhadap
Keputusan yang telah dikeluarkan Tergugat dengan menemui

Halaman 17 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
langsung
menerimaGubernur Jawa
surat tanda Tengah pada tanggal 20 Juni 2014 dan telah
terima;
6. Bahwa upaya administrasi tersebut telah dimuat dalam situs berita
online Tempo tertanggal 21 Juni 2014 dengan judul “Soal Pabrik
Semen, Ganjar Dinilai Tak Tegas”, Situs online Tempo tertanggal
22 Juni 2014 dengan judul “Aktivis Gugat Izin Pabrik Semen di
Rembang”, Situs online NU Online tertanggal 20 Juni 2014 dengan
judul “Warga NU ajukan Keberatan Izin Pabrik Semen ke Gubernur
Jateng”, Situs online MataAirRadio.net tertanggal 20 Juni 2014 dengan
judul “Lima Hari, Warga masih bertahan di Tenda „Penolakan‟ Pabrik
Semen”;
7. Bahwa Penggugat VII mengetahui adanya Surat Keputusan a quo
pada tanggal 18 Juni 2014 dan telah melakukan upaya administrasi
dalam bentuk mengirimkan surat keberatan terhadap Keputusan yang
telah dikeluarkan Tergugat pada tanggal 25 Agustus 2014;
8. Bahwa sampai gugatan ini didaftarkan, Tergugat tidak membatalkan
Keputusan a quo;
9. Bahwa Keputusan a quo telah sesuai dengan ketentuan pasal 1
angka (8) dan angka (9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor Republik Indonesia 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, yaitu sebagai berikut:
9.1. Tergugat, Gubernur Jawa Tengah adalah Badan atau Pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sehingga Tergugat, merupakan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud
pasal 1 angka (8) Juncto Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor Republik Indonesia 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara;
9.2. Surat Keputusan yang dikeluarkan Tergugat tersebut merupakan
suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang memenuhi syarat-syarat
sebagaimana dimaksud pasal 1 angka (9), Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor Republik Indonesia 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Syarat-syarat tersebut
adalah:

Halaman 18 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
a. Konkrit,
Tergugat,karena Surat Keputusan
tidak abstrak tersebut
tetapi berwujud nyata-nyata
tertentu dibuat oleh
dan dapat
ditentukan apa yang harus dilakukan oleh PT Semen Gresik
(Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk;

b. Individual, bahwa Surat Keputusan tersebut ditujukan dan berlaku


khusus bagi PT Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20
Desember 2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk,

untuk melakukan penambangan dan pembangunan pabrik semen


di Kabupaten Rembang;
c. Final, karena Surat Keputusan tersebut sudah definitif dan
menimbulkan suatu akibat hukum dimana berdasarkan Surat
Keputusan tersebut sudah dapat melakukan perbuatan hukum
yang berkaitan dengan penambangan dan pembangunan pabrik
semen di Kabupaten Rembang;
10. Bahwa Para Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat yang
telah mengeluarkan Surat Keputusan yang mengakibatkan
kepentingan Penggugat dirugikan berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Pasal 53 ayat (1) yang berbunyi:
“Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi
tuntutan agar keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu
dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan
Ganti Rugi dan/atau direhabilitasi”;
11. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha, Pasal 48, yang berbunyi:
a. Dalam hal suatu badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi
wewenang oleh berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
menyelesaikan secara administrasi sengketa Tata Usaha Negara
tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus
diselesaikan melalui upaya administrasi yang tersedia;
b. Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) jika upaya administrasi yang bersangkutan
telah digunakan;

Halaman 19 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa berdasarkan:
1. Ketentuan peraturan perundang-undangan di atas;
2. Tanggal Para Penggugat mengetahui keputusan a quo;
3. Bahwa Surat Keputusan a quo yang dikeluarkan oleh Keputusan a quo
bersifat konkrit, individual dan final dan;
4. Upaya administrasi yang dilakukan Para Penggugat, maka gugatan ini
mempunyai dasar;
D. Alasan Gugatan:
Bahwa Tergugat telah mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan Oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah tertanggal 7 Juni 2012;
Bahwa Surat Keputusan a quo yang dikeluarkan oleh Tergugat tersebut
merupakan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal 53 ayat 2 huruf (a)
dan (b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
asas-asas pemerintahan yang baik;
Bahwa terkait dengan Pasal 53 ayat (2) huruf a, Surat Keputusan a quo
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
Peraturan yang bertentangan Pokok Alasan

Undang-Undang Republik Indonesia Konservasi sumberdaya air


Nomor 7 Tahun 2004 tentang dilaksanakan salah satunya di
Sumberdaya Air Juncto Keputusan cekungan air tanah;
Presiden Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Watuputih sudah
Cekungan Air Tanah; ditetapkan sebagai cekungan air
tanah;

Undang-Undang Republik Indonesia Bentang alam karst dan kawasan


imbuhan air tanah adalah kawasan
Nomor 26 Tahun 2007 tentang lindung geologi;
Penataan Ruang Juncto Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;

. Undang-Undang Republik Indonesia Keputusan a quo mengandung cacat


hukum, kekeliruan, penyalahgunaan,
Nomor 32 Tahun 2009 tentang serta ketidakbenaran dan/ atau
Perlindungan dan Pengelolaan pemalsuan data, dokumen, dan/ atau

Halaman 20 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Lingkungan Hidup;

Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor


6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
informasi;

Cekungan Watuputih adalah kawasan


lindung imbuhan air yang seharusnya
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah dilindungi;
Tahun 2010-2030 Juncto Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2011 tentang Penetapan
Cekungan Air Tanah;

Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Cekungan Watuputih adalah kawasan


Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW lindung imbuhan air yang seharusnya
Kabupaten Tahun 2011-2031 Juncto dilindungi;
Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 Luas konsesi melebihi kawasan yang
tentang Penetapan Cekungan Air diperuntukkan untuk industri
Tanah; pertambangan besar;

Bahwa terkait dengan Pasal 53 ayat (2) huruf b, Surat Keputusan a quo bertentangan dengan
Asas Kepastian Hukum, Asas Tertib Penyelenggara Negara, Asas Kepentingan Umum, Asas
Keterbukaan, Asas Proporsionalitas, Asas Profesionalitas, dan Asas Akuntabilitas;
E. Adapun uraian mengenai alasan Para Penggugat mengajukan gugatan ini adalah sebagai
berikut:
E.1. Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Juncto
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011
Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;
1. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumberdaya Air, Pasal 20 ayat (1) berbunyi: “Konservasi
sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan
daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air;
Lebih lanjut, dalam Pasal 20 ayat (2), berbunyi: “Konservasi sumber
daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air,
serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan pada setiap wilayah sungai”;
2. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air, Pasal 21 ayat (1), berbunyi: “Perlindungan
dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan

Halaman 21 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
melestarikan sumber
kerusakan atau air beserta
gangguan lingkunganoleh
yang disebabkan keberadaannya terhadap
daya alam, termasuk
kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia”;
Lebih lanjut, Pasal 21 ayat (2), berbunyi: “Perlindungan dan
pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah
tangkapan air;
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air;
c. Pengisian air pada sumber air;
d. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
e. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
f. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
g. Pengaturan daerah sempadan sumber air;
h. Rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau;
i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan
pelestarian alam”;
3. Bahwa dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumberdaya Air dalam Pasal 25 ayat (1), berbunyi:
“Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau,
waduk, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air,
kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan
kawasan pantai”;
4. Bahwa berdasarkan Pasal 20 ayat (1), Juncto Pasal 21 ayat (2),
Juncto Pasal 21 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Juncto Pasal 25 ayat (1),
Konservasi sumber daya air dilaksanakan salah satunya di cekungan
air tanah. Sementara tindakan konservasi yang menjadi mandat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air tidak termasuk kegiatan-kegiatan bisa dilakukan
berdasarkan Keputusan a quo yaitu: pertama, penambangan batu
kapur; kedua, penambangan tanah liat; ketiga membangun pabrik dan
utilitas; keempat membangun jalan produksi, dan kelima, membangun
jalan tambang;
5. Bahwa Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, di dalam
lampiran I, Daftar Cekungan Air Tanah (CAT) Di Indonesia, di point

Halaman 22 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
124 disebut
029' 0.73" Cekungan
- 1110 Air koordinat
32' 56.27", Tanah Watuputih, di koordinat
(lintang) -060 50' 41.56"(bujur) III
- 60 50'
41.56", seluas 31 km², di Kabupaten Rembang dan Blora, masuk
dalam kategori B;
6. Bahwa dengan demikian, Cekungan Air Tanah Watuputih adalah
cekungan air yang harus dikonservasi;
7. Bahwa wilayah pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk,
sejak 20 Desember 2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk,
yang memperoleh izin berdasarkan SK a quo tumpang tindih dengan
Cekungan Air Tanah Watuputih, sebagai berikut:

Republik
Keterangan: Peta Wilayah IUP PT Semen Indonesia dan PT Semen
Indonesia Rembang Beserta Sebaran Cekungan Air Tanah
Watuputih, Goa, Mata Air, dan Ponor di Kabupaten Rembang;

Ind

Republi
Halaman 23 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Keterangan: Peta Geologi
Provinsi JawaCekungan
Tengah; Air Tanah (CAT) Watuputih,
Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas
dan hasil penelitian ASC, Keputusan a quo bertentangan dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air Juncto Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;
E.2. Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Juncto
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang Pasal 20 ayat (1) huruf (c), berbunyi: “ Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional memuat: c. rencana pola ruang wilayah
nasional yang meliputi kawasan lindung nasional dan kawasan budi
daya yang memiliki nilai strategis nasional”;
Lebih lanjut, Pasal 20 ayat (6), berbunyi: “Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional diatur dengan peraturan pemerintah”;
2. Bahwa Peraturan Pemerintah yang dimaksud dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
3. Bahwa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pasal 51 huruf
(e) menyatakan bahwa salah satu kawasan lindung nasional adalah
kawasan lindung geologi;
Lebih lanjut, Pasal 52 berbunyi: “Kawasan Lindung Geologi terdiri atas:
a. Kawasan cagar alam geologi;
b. Kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah”;
Lebih lanjut, Pasal 53 angka (1) berbunyi: “Kawasan cagar alam
geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (5) huruf a terdiri
atas:
a. Kawasan keunikan batuan dan fosil;
b. Kawasan keunikan bentang alam; dan
c. Kawasan keunikan proses geologi”;
Lebih lanjut, Pasal 60 angka (2), berbunyi: “Kawasan keunikan

Halaman 24 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
bentang alam
ditetapkan sebagaimana
dengan kriteria: dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf b
a. Memiliki bentang alam gumuk pasir pantai;
b. Memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik
dan gumuk vulkanik;
c. Memiliki bentang alam goa;
d. Memiliki bentang alam ngarai/lembah;
e. Memiliki bentang alam kubah;
f. Memiliki bentang alam kars”;
4. Bahwa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pasal 51 huruf
(e) menyatakan bahwa salah satu kawasan lindung nasional adalah
kawasan lindung geologi;
Lebih lanjut, Pasal 52 berbunyi: “Kawasan Lindung Geologi terdiri atas:
a. Kawasan cagar alam geologi;
b. Kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah”;
Lebih lanjut, Pasal 52 ayat (5), berbunyi: “Kawasan lindung geologi
terdiri atas:
a. kawasan cagar alam geologi;
b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah”;
Lebih lanjut, Pasal 53 ayat (3), berbunyi: ”Kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52 ayat (5) huruf c terdiri atas:
a. Kawasan imbuhan air tanah; dan
b. Sempadan mata air”;
5. Bahwa dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bentang alam
karst dan kawasan imbuhan air tanah adalah kawasan lindung geologi
yang seharusnya dilindungi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang Juncto Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana tata Ruang Wilayah Nasional;
6. Bahwa hasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh
Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada
Maret 1998 menunjukkan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya
secara fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Di dalam

Halaman 25 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
bentang
goa alamalam karst terdapat
dan sungai bawah fenomena
tanah; alam unik dengan adanya goa-
Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas dan
hasil penelitian ESDM Jateng, Keputusan a quo bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
E.3. Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan;
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dalam Pasal 22 ayat (1),
Juncto Pasal 36 ayat (2) Juncto Pasal 36 ayat (1) Juncto Pasal 40 ayat
(10) Juncto Pasal 41, mengatur prosedur keluarnya izin lingkungan
sebagai berikut:

2. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009


Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Pasal 37 ayat (2),
berbunyi: “Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (4) dapat dibatalkan apabila:
a. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
b. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum
dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL; atau
c. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL
tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan”;
3. Bahwa dalam Keputusan a quo terdapat cacat hukum sebagai berikut:
a. Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Juncto

Halaman 26 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Keputusan PresidenCekungan
tentang Penetapan Republik Indonesia
Air Tanah;Nomor 26 Tahun 2011
b. Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Juncto
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
c. Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan;
d. Keputusan a quo bertentangan dengan Peraturan Daerah Jawa
Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2030 Juncto Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang
Penetapan Cekungan Air Tanah;
e. Keputusan a quo bertentangan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang RTRW
Kabupaten Tahun 2011-2031 Juncto Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan
Air Tanah;
f. Keputusan a quo bertentangan dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik;
Penjelasan dari point a-f, di atas bisa dilihat di bagian E.1-E.6 gugatan
ini;
4. Bahwa dalam Keputusan a quo terdapat kekeliruan, penyalahgunaan,
serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
informasi sebagai berikut:
a. Bahwa dalam dokumen ANDAL, ditemukan informasi sebagai
berikut:
- Halaman I-10: “areal penambangan merupakan kawasan karst
yang memiliki beberapa mata air sehingga dikategorikan
kawasan lindung sehingga perlu dikaji kelas-kelas karst yang
boleh ditambang”;
- Halaman II-19: “Di kawasan IUP merupakan kawasan
imbuhan/resapan air tanah, tempat masuknya air ketika terjadi
hujan menuju akuifer yang dikeluarkan dalam bentuk mata air”;
- Berdasarkan hasil pemetaan dengan metode APLIS terdapat dua
kategori imbuhan air tanah sedang (40-60%) dan imbuhan air

Halaman 27 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
tanah tinggi
Imbuhan (60-80):
tinggi Imbuhantinggi;
– Karstifikasi sedang – Karstifikasi sedang,
- Halaman III-20: “Kawasan UP sebagian besar merupakan
kawasan resapan air yang air tanahnya mengarah ke arah timur
atau di Desa Tahunan, Kecamatan Sale”;
- Halaman III-20: “Maka dari itu perlu diketahui hubungan antara
daerah resapan IUP ini dengan mata air di bagian timur yang
merupakan mata air tahunan yaitu pada Sumber Semen dan
Brubulan”;
- Halaman III-20: “Daerah imbuh mata air Sumber Semen 635
l/detik seluas 7500 ha. Sumber Brubulan 100 l/dt seluas 220 ha”;
- Halaman III-25: “Di daerah IUP: akuifer semi conduit, air meresap
ke dalam lembah, masuk ke dalam lorong gua dan keluar
menjadi mata air. Berdasarkan hasil pengeboran terdapat
rongga (baca: gua)”;
- Halaman III-30: “Mata air Brubulan mempunyai daerah tangkapan
di IUP sebesar 40% berdasarkan interpretasi foto”;
- Halaman III-38: “Mata air Brubulan Pesucen adalah mata air vital
bagi masyarakat khususnya untuk mandi, mencuci dan irigasi”
- Halaman III-78: Kawasan karst Tegaldowo;
1. Mengalami proses pelarutan;
2. Membentuk struktur pelarutan seperti lekukan dan rongga-
rongga dalam berbagai ukuran;
3. Membentuk sistem perguaan ciri utama karst;
- Bahwa berdasarkan data-data di atas, tim penyusun Amdal
menyimpulkan (halaman III-80):
1. Bahwa lokasi petak termasuk kawasan budidaya. Lokasi
kawasan kars lindung berada di luar petak rencana
penambangan;
2. Bahwa tidak ditemukan mata air, goa, baik basah maupun
kering di dalam petak;
3. Bahwa daerah penambangan bukan termasuk dalam kawasan
kars lindung sehingga dapat dilakukan penambangan daerah
penyelidikan;
Bahwa kesimpulan ANDAL yang menjadi dasar keluarnya SK
Kelayakan Lingkungan yang kemudian menjadi dasar keluarnya Izin
Lingkungan ternyata tidak berdasarkan informasi yang benar;

Halaman 28 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
b. Bahwa masyarakat
Hidup pada bersama
bulan Juli dengan
2014 telah tim Kementerian
melakukan kunjunganLingkungan
lapangan di
area cekungan air tanah Watuputih, Kecamatan Gunem, Kabupaten
Rembang. Dalam kunjungan tersebut, masyarakat dan tim KLH
telah menemukan satu titik ponor yang berada dalam kawasan Izin
Usaha Penambangan (IUP) PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak
20 Desember 2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk;
c. Bahwa beberapa warga (Jumadi, Suroso, bersama warga lainnya)
yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan
Kendeng (JMPPK) Rembang pada tanggal 12 Agustus 2014 telah
melakukan penelusuran lapangan di area CAT Watuputih, Desa
Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, dan
menemukan dua titik ponor yang berada di kawasan IUP PT Semen
Gresik (Persero) Tbk, sejak 20 Desember 2012 menjadi PT Semen

Indonesia (Persero) Tbk;

gung
Ind
Keterangan: Peta Cekungan Air Tanah Watuputih beserta sebaran
Goa, Mata Air, Sumur, Ponor, dan batas Izin Usaha
Pertambangan (IUP)PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
sejak 20 Desember 2012 menjadi PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk);

5. Bahwa selain cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta


ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
informasi, Keputusan a quo bertentangan dengan asas partisipatif

Halaman 29 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
sebagaimana dimaksud
Republik Indonesia Nomordalam Pasal
32 Tahun 20092 Tentang
huruf kPerlindungan
Undang-Undang
dan
Pengelolaan Lingkungan, yang berbunyi: “ Yang dimaksud dengan
“asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong
untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik
secara langsung maupun tidak langsung”;
Terkait dengan izin lingkungan, lebih lanjut dalam Pasal 39, berbunyi:
“Ayat (1), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan dan
keputusan izin lingkungan”;
Ayat (2), Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat;
Penjelasan pasal 39 (1) Undang-Undang PPLH menyatakan bahwa
tujuan “mengumumkan permohonan izin dengan cara yang mudah
diketahui masyarakat” adalah memungkinkan peran serta masyarakat,
khususnya yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur
keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses pengambilan
keputusan izin;
Bahwa dalam kasus ini, dengar pendapat tidak dilakukan,
pengumuman tidak dilakukan, keberatan masyarakat yang ditunjukkan
melalui beberapa protes tidak dihiraukan, bahkan keberatan resmi
tidak menjadi pertimbangan;
Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas
Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
E.4. Keputusan a quo bertentangan dengan Peraturan Daerah Jawa Tengah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2010-2030 Juncto Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air
Tanah;
1. Bahwa Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-
2030, pasal 30 berbunyi “Pola ruang wilayah provinsi menggambarkan
rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya”;

Halaman 30 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
2. Bahwa
RencanaPeraturan Daerah
Tata Ruang JawaProvinsi
Wilayah TengahJawa
Nomor 6 Tahun
Tengah 2010
Tahun tentang
2010-
2030, pasal 31 berbunyi: “Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud
pada pasal 30, meliputi:
a. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
b. Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan
cagar budaya;
d. Kawasan rencana bencana alam;
e. Kawasan Lindung Geologi;
f. Kawasan lindung lainnya”;
3. Bahwa Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-
2030, di dalam pasal 40 dijelaskan “kawasan sekitar mata air
sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 huruf d, tersebar di
kabupaten/kota yang memiliki mata air”;
4. Bahwa Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-
2030, pasal 60 berbunyi: “Kawasan lindung geologi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 31 huruf e, terdiri dari:
a. Kawasan lindung kars;
b. Kawasan cagar alam geologi;
c. Kawasan imbuhan air”;
Lebih lanjut dalam pasal 63 berbunyi: “Kawasan Imbuhan Air
sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 huruf c, meliputi kawasan
resapan air tanah pada Cekungan Majenang, Cekungan Sidareja,
Cekungan Nusa Kambangan, Cekungan Cilacap, Cekungan Kroya,
Cekungan Banyumudal, Cekungan Purwokerto-Purbalingga,
Cekungan Kebumen-Purworejo, Cekungan Wonosobo, Cekungan
Magelang-Temanggung, Cekungan Karanganyar-Boyolali, Cekungan
Belimbing, Cekungan Eromoko, Cekungan Giritontro, Cekungan
Semarang-Demak, Cekungan Randublatung, Cekungan Watuputih,
Cekungan Lasem, Cekungan Pati-Rembang, Cekungan Kudus,
Cekungan Jepara, Cekungan Ungaran, Cekungan Sidomulyo,
Cekungan Rawapening, Cekungan Salatiga, Cekungan Kendal,

Halaman 31 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Cekungan
Pemalang, Subah, Cekungan
Cekungan Karang Cekungan
Tegal-Brebes, Kobar, Cekungan Pekalongan-
Lebaksiu”;
5. Bahwa Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, di dalam lampiran I,
Daftar Cekungan Air Tanah (CAT) Di Indonesia, di point 124 disebut
Cekungan Air Tanah Watuputih, di koordinat (bujur) III 029' 0.73" -
1110 32' 56.27", koordinat (lintang) - 060 50' 41.56" - 60 50' 41.56",
seluas 31 km2, di Kabupaten Rembang dan Blora, masuk dalam
kategori B;
6. Bahwa dengan demikian, Cekungan Air Tanah Watuputih adalah
kawasan imbuhan air yang merupakan bagian dari kawasan lindung
geologi;
7. Bahwa wilayah pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak
20 Desember 2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, yang
memperoleh izin berdasarkan SK a quo tumpang tindih dengan
Cekungan Air Tanah Watuputih;

Republi
8. Bahwa Cekungan Watuputih adalah kawasan lindung geologi yang
seharusnya dilindungi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2030;
9. Bahwa hasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh
Dinas Pertambangan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada
Maret 1998 dijelaskan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya
secara fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Terdapat
fenomena alam unik dengan adanya goa-goa alam dan sungai bawah
tanah;
Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas dan
hasil penelitian ESDM Jateng, Keputusan a quo bertentangan dengan
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2030;
E.5. Keputusan a quo bertentangan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tahun 2011-
2031;
1. Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011
Tentang RTRW Kabupaten Tahun 2011-2031, Pasal 19 berbunyi:

Halaman 32 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
“Kawasan Lindung
ayat (2) huruf Geologi
f berupa sebagaimana
kawasan dimaksud
imbuhan air meliputi:dalam pasal 13
a. Cekungan Watuputih; dan
b. Cekungan Lasem;
2. Bahwa dengan demikian, Cekungan Air Tanah Watuputih adalah
kawasan imbuhan air yang merupakan bagian dari kawasan lindung
geologi;
3. Bahwa di dalam dokumen ANDAL disebutkan rencana penggunaan
lokasi penambangan Batu Gamping di Desa Tegaldowo, Kajar,
Kecamatan Gunem akan menggunakan luas lahan 520 ha. Padahal
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011,
pasal 27 ayat (2) dinyatakan: “Peruntukan industri besar seluas kurang
lebih 869 ha (delapan ratus enam puluh sembilan hektar)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Kawasan industri Rembang seluas kurang lebih 173 ha (seratus
tujuh puluh tiga hektar) berada di Desa Pasarbanggi Kecamatan
Rembang;
b. Kawasan industri Sluke seluas kurang lebih 291 ha (dua ratus
sembilan puluh satu hektar) berada di Desa Leran dan Trahan
Kecamatan Sluke dan seluas kurang lebih 200 ha (dua ratus hektar)
di Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke; dan
c. Kawasan industri pertambangan seluas kurang lebih 205 ha (dua
ratus lima hektar) berada di wilayah Kecamatan Gunem”;
4. Bahwa dalam rencana penggunaan lokasi penambangan Batu
Gamping di Desa Tegaldowo, Kajar, Kecamatan Gunem di dalam
dokumen ANDAL disebutkan akan menggunakan luas lahan 520 ha.
Angka ini jauh lebih besar dari luas peruntukan yang diatur dalam
Pasal 27 di atas yaitu seluas 205 ha;
5. Bahwa dalam Pasal 27 ayat 2 huruf c disebutkan bahwa peruntukan
industri besar kawasan industri pertambangan seluas kurang lebih 205
hektar berada di wilayah Kecamatan Gunem. Tetapi fakta di lapangan
bahwa lokasi tapak pabrik industri pertambangan tersebut seluas
21,13 hektar berada di Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu;
6. Bahwa hasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh
Dinas Pertambangan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada
Maret 1998 menyebutkan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya
secara fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Terdapat

Halaman 33 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
fenomena
tanah; alam unik dengan adanya goa-goa alam dan sungai bawah
7. Bahwa Keputusan a quo memberikan izin lingkungan kepada PT
Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk-untuk melakukan kegiatan: pertama,
penambangan batu kapur; kedua, penambangan tanah liat; ketiga
membangun pabrik dan utilitas; keempat membangun jalan produksi
dan kelima, membangun jalan tambang. Kelima kegiatan tersebut
berada di kawasan imbuhan air yang merupakan kawasan lindung
geologi;
Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas dan
hasil penelitian ESDM Jateng, Keputusan a quo bertentangan dengan
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2030;
E.6. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat bertentangan dengan Asas-
Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB);
1. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 ayat (2) huruf b,
berbunyi “Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat bertentangan
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik”. Lebih lanjut,
penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b tersebut, berbunyi: “yang
dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah
meliputi asas: kepastian hukum; tertib penyelenggaraan negara;
keterbukaan; proporsionalitas; profesionalitas; akuntabilitas
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme”;
2. Bahwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dalam Penjelasan Pasal 3, yang
dimaksud dengan asas-asas dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang baik adalah:
a. Asas Kepastian Hukum;
Yang dimaksud dengan Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam
negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap

Halaman 34 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kebijakan Penyelenggara Negara;
Bahwa Keputusan a quo yang dikeluarkan Tergugat tanpa
memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumberdaya Air Juncto Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan
Air Tanah, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang Juncto Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2010-2030 Juncto Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah,
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Tahun 2011-2031 Juncto Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 Tentang
Penetapan Cekungan Air Tanah, sehingga menimbulkan
ketidakpastian hukum;
b. Asas Tertib Penyelenggara Negara;
Yang dimaksud dengan Asas Tertib Penyelenggara Negara adalah
asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara;
Bahwa keputusan a quo yang dikeluarkan Tergugat telah
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku yang
menimbulkan ketidakteraturan, ketidakserasian, dan
ketidakseimbangan penyelenggaraan negara;
c. Asas Kepentingan Umum;
Yang dimaksud dengan "Asas Kepentingan Umum" adalah asas
yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif;
Bahwa keputusan a quo yang dikeluarkan Tergugat tidak
mendahulukan kepentingan umum, kesejahteraan masyarakat, dan
keberlanjutan lingkungan. Beroperasinya pabrik semen PT Semen
Gresik (Persero) Tbk, sejak 20 Desember 2012 menjadi PT Semen

Halaman 35 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Indonesia(Persero)Tbk,
akan hilang/berkurangnya
kehilangan mata pencahariannya, mengakibatkan masyarakat
sumber-
sumber air, dan pencemaran lingkungan lainnya;
Bahwa proses keluarnya keputusan a quo yang dikeluarkan
Tergugat juga tidak aspiratif, akomodatif, dan selektif dengan tidak
melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL). Akibatnya, hingga gugatan ini
diajukan, situasi di tapak pabrik tidak kondusif;
d. Asas Keterbukaan;
Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara;
Bahwa tidak ada upaya dari Tergugat untuk memberikan informasi
langsung kepada masyarakat disaat keputusan a quo tersebut
dikeluarkan. Para Penggugat dan masyarakat Rembang pada
umumnya baru mengetahui keberadaan dari keputusan a quo pada
saat mengajukan permohonan akses informasi;

RENCANA USAHA

Mengikutsertakan masyarakat dengan • faktanya masyarakat tidak


Pengumuman dan Konsultasi Publik, bahkan mengetahui tentang rencana

gung
sebelum penyusunan Kerangka Acuan (pasal 9 (2), usaha;
(3)); masyarakat berhak mengajukan saran,
pendapat, dan tanggapan (pasal 9 (4));

Penyusunan Kerangka Acuan (KA)

KA disusun oleh Pemrakarsa sebelum penyusunan


Ind
faktanya masyarakat tidak
Andal dan RPL-RKL dan diajukan kepada Kepala dilibatkan dalam proses
Daerah yang berwenang (pasal 20, Lampiran penyusunan KA;
Permen LH No 17/2012);

Kerangka Acuan dinilai oleh Komisi Penilai Amdal

Masyarakat terkena dampak memilih dan Faktanya warga yang saat ini
menetapkan sendiri wakilnya untuk duduk sebagai menolak tidak ada satupun yang
anggota Komisi Penilai AMDAL, jumlah wakil diikutsertakan dalam Komisi Penilai
masyarakat ditetapkan secara proporsioanal AMDAL. Warga juga tidak tahu
mewakili aspirasi masyarakat yang diwakilinya menahu tentang rencana usaha.
dalam persoalan Lingkungan Hidup (lampiran
Permen LH No 17/2012).

Halaman 36 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Pemrakarsa menyusun ANDAL, RPL dan RKL

Andal, RPL-RKL dibuat atas dasar KA yang telah


disetujui oleh Komisi AMDAL/batas waktu
persetujuan telah dilampaui (pasal 27).

Dokumen dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL

Andal, RPL-RKL diajukan kepada pejabat yg berwenang. Komisi Penilai AMDAL membentuk tim teknis dan melakukan penilaian AMDAL (pasal 28 ).

Ind
Faktanya masyarakat terkena dampak yang menolak rencana pembangunan pabrik semen tidak terlibat dalam proses penilaian

Andal, RPL-RKL.

menyelenggarakan Rapat Komisi AMDAL, menyampaikan rekomendasi hasil penilaian kepada pejabat yang berwenang.
Faktanya
Rekomendasi
masyarakat berupa
tidak terlibat
kelayakan
dalam
lingkungan/ketidak
proses penilaian ini.
layakan lingkungan (pasa

lik
Terbit Ijin Lingkungan

lingkungan Rep
Pengikutsertaan masyarakat dalam proses ijin
dilakukan melalui pengumuman
permohonan ijin lingkungan dan pengumuman terbitnya
ijin lingkungan (lampiran Permen LH No 17/2012).
Faktanya masyarakat tidak
dilibatkan dalam proses terbitnya
ijin lingkungan dan masyarakat
tidak tahu menahu terkait
terbitnya ijin lingkungan.

e. Asas Proporsionalitas;

gung
Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara;
Asas Proporsionalitas ini memerintahkan kepada tergugat untuk
memberikan ruang partisipasi kepada para penggugat seperti hak
atas informasi dan hak atas partisipasi;
Ind
Bahwa Asas Proporsionalitas tidak dipenuhi oleh Tergugat sehingga
merugikan Para Penggugat;
Bahwa keberadaan keputusan a quo Tergugat membuktikan
Tergugat tidak proporsional dalam menjalankan kewenangannya.
Bahwa pihak PT Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak 20 Desember
2012 menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, telah melanggar
prosedur perizinan dan tidak mendapat sanksi apapun. Dengan
demikian keputusan a quo Tergugat telah melanggar Asas

Halaman 37 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
f. Proporsionalitas;
Asas Profesionalitas
Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Bahwa sebagaimana terurai di atas, keputusan a quo dibuat tidak
dengan mendasarkan pada peraturan dan perundangan yang
berlaku, dengan demikian nyata-nyata Tergugat tidak bertindak
profesional dalam membuat Keputusan a quo. Keputusan a quo
dikeluarkan tergugat berdasarkan penilaian yang tidak professional
terhadap AMDAL yang ternyata mengandung cacat hukum,
kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau
pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
g. Asas Akuntabilitas;
Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Bahwa masyarakat telah melakukan penolakan atas terbitnya izin a quo, selengkapnya
dijelaskan secara kronologis ke dalam tabel berikut ini:

Waktu Peristiwa Fakta lain/Respon

14 Oktober 2010 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Masyarakat tidak


-sejak 20 Desember 2012 mengetahui tentang
menjadi PT Semen Indonesia Keputusan Bupati
(Persero) Tbk-telah mendapatkan Rembang tersebut;
Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) dengan
diterbitkannya Keputusan Bupati
Rembang Nomor 545/68/2010
tentang Pemberian Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP)
Eksplorasi Tras Kepada PT
Semen Gresik (Persero) Tbk -
sejak 20 Desember 2012 menjadi
PT Semen Indonesia (Persero)
Tbk;

18 Januari 2011 Bupati Rembang menerbitkan Masyarakat tidak


Keputusan Nomor 545/4/2011 mengetahui mengenai
tentang Izin Usaha Keputusan Bupati
Penambangan (IUP) Eksplorasi Rembang tersebut;
Atas Nama PT Semen Gresik

Halaman 38 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a (Persero) Tbk -sejak 20


Desember 2012 menjadi PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk;

18 November 2011 Bupati Rembang menerbitkan Masyarakat tidak


Keputusan Nomor mengetahui Keputusan
591/040/Tahun 2011 tentang Bupati Rembang
Pemberian Izin Lokasi Kepada tersebut;
PT Semen Gresik (Persero) Tbk
- sejak 20 Desember 2012
menjadi PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk-Untuk
Pembangunan Pabrik Semen,
Lahan Tambang Bahan Baku
dan Sarana Pendukung Lainnya;

7 Juni 2012 Gubernur Jawa Tengah kembali Masyarakat tidak


mengeluarkan Keputusan Nomor mengetahui penerbitan
660.1/17 Tahun 2012 tentang Keputusan tersebut;
Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan dan
Pembangunan Pabrik Semen
Oleh PT Semen Gresik (Persero)
Tbk -sejak 20 Desember 2012
menjadi PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk-. Di Kabupaten

epu
Rembang, Provinsi Jawa
Tengah;

Tahun 2012 Beredar kabar bahwa di wilayah Ketika masyarakat


Desa Tegaldowo Kecamatan menanyakan terkait
Gunem Kabupaten Rembang rencana pendirian pabrik
Jawa Tengah akan di bangun semen PT Semen Gresik
pabrik semen PT Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20
(Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi
Desember 2012 menjadi PT PT Semen Indonesia
Semen Indonesia (Persero) Tbk-, (Persero) Tbk-kepada
namun sampai saat ini dari pihak Kepala Desa Tegaldowo,
pemerintah Rembang maupun yang bersangkutan tidak
dari pihak PT Semen Gresik tahu-menahu mengenai

Ind
(Persero) Tbk -sejak 20 rencana pendirian pabrik
Desember 2012 menjadi PT semen PT Semen Gresik
Semen Indonesia (Persero) Tbk- (Persero) Tbk -sejak 20
belum melakukan sosialisasi Desember 2012 menjadi
terkait akan dibangunnya pabrik PT Semen Indonesia
tersebut; (Persero) Tbk- di
wilayahnya. Kepala Desa
tidak memberikan
jawaban yang jelas;

Tahun 2013 Tidak puas dengan jawaban yang Pihak pemerintah


diberikan Kepala Desa Kecamatan Gunem
Tegaldowo kepada warga, (Teguh Gunawarman)
akhirnya warga memutuskan menyatakan tidak tahu-
untuk menanyakan ke kantor menahu mengenai
Kecamatan Gunem. Delapan rencana pendirian pabrik
orang warga (Joko Prianto, semen di wilayah
Sumarno, Abdulah, Supristianto, Kabupaten Rembang.

Halaman 39 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli,
dan Nardi) datang ke Kantor
Kecamatan Gunem menanyakan
rencana pendirian pabrik semen;
Tapi disaat itu Camat
menyarankan kepada
masyarakat untuk
berkirim surat kepada
pihak PT Semen Gresik
(Persero) Tbk -sejak 20
Desember 2012 menjadi
PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk-, DPRD
Rembang, Bupati
Rembang, Gubernur,
MPR RI dan juga kepada
Presiden;

Ind
15 Februari 2013 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
-sejak 20 Desember 2012
menjadi PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk-telah memegang
Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi dengan
dikeluarkannya Keputusan
Bupati Rembang Nomor
545/0230/2013 Tentang
Pemberian Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi Batuan Tanah Liat

epu
Kepada PT Semen Gresik
(Persero) Tbk -sejak 20
Desember 2012 menjadi PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk;
Rabu, 17 April 2013 Warga mengikuti saran Camat Sampai gugatan ini
Gunem untuk berkirim surat diajukan, balasan surat
kepada Pemerintah dan pihak PT atau sosialisasi dari pihak
Semen Gresik (Persero) Tbk - pemerintah dan PT
sejak 20 Desember 2012 menjadi Semen Gresik (Persero)
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk -sejak 20 Desember
Tbk. Isi surat adalah Minta 2012 menjadi PT Semen
Segera Diadakan Sosialisasi di Indonesia (Persero) Tbk-
wilayah Desa Tegaldowo tidak pernah ada;
Kecamatan GunemKabupaten
Rembang Jawa Tengah;

22 April 2013 Wargakembali menanyakan Perangkat desa


Rencana pendirian pabrik semen menyatakan tidak
PT Semen Gresik (Persero) Tbk - mengetahui tentang

k
sejak 20 Desember 2012 menjadi rencana pendirian
PT Semen Indonesia (Persero) pabriksemen PT Semen
Tbk-kepada pemerintah Desa Gresik (Persero) Tbk -
dalam sebuah pertemuan Karang sejak 20 Desember 2012
Taruna di Balai Desa Tegaldowo menjadi PT Semen
yang dihadiri perangkat desa. Indonesia (Persero) Tbk;

Sehari sebelum acara tersebut,


dua orang warga diancam akan

e
diculik oleh beberapa orang dan
oleh aparat keamanan, LSM dan
pihak PT Semen Gresik
(Persero) Tbk -sejak 20

Halaman 40 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a 22 Mei 2013
Desember 2012 menjadi PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk;

Warga mendirikan paguyuban Ketika warga sedang


tentang kepedulian terhadap mengadakan dialog
lingkungan dan pembelaan para dengan tokoh
petani. Rencana tersebut masyarakat dan
disampaikan kepada pemerintah perangkat desa, warga
Desa Tegaldowo; justru dipojokkan oleh
semua perangkat desa
dan para tokoh yang
hadir balai Desa
Tegaldowo;
22 Juni 2013 Puluhan warga Desa Tegaldowo, Setibanya di kantor Balai
Kecamatan Gunem melakukan Desa Tegaldowo warga
unjuk rasa dengan berjalan kaki sempat adu mulut
menuju balai Desa Tegaldowo dengan pihak keamanan
sambil menyuarakan penolakan dan pemerintah Desa.
terhadap rencana pendirian Sumarno, Supristianto,
pabrik semen; Sunardi, dan Sujito
adalah empat wargayang
sempat disekap di kantor
Balai Desa dan
dintimidasi beberapa
orang di balai desa
karena kedatangan
warga masyarakat Desa
Tegaldowo ke balai desa
dalam acara silaturohmi
Pemkab Rembang
dengan masyarakat Desa
Tegaldowo tersebut
dianggap illegal.
Faktanya, isi acara
tersebut adalah
sosialisasi tentang
rencana pendirian pabrik
semen;

18 September 2013 Sekitar 500 warga Desa DPRD Rembang berjanji


Tegaldowo mendatangi kantor akan membentuk
DPRD Rembang.Warga menolak Pansus, tetapi sampai
rencana pendirian pabrik semen sekarang tidak pernah
dan meminta DPRD Rembang ada;
untuk mendesak Kementerian
Kehutanan untuk mencabut
Surat Izin Prinsip maupun Surat
Izin Pinjam Pakai kawasan hutan
yang diajukan oleh pihak PT
Semen Gresik (Persero) Tbk -
sejak 20 Desember 2012
menjadi PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk;

19 September 2013 Anggota DPRD Rembang datang Mendengar penjelasan


ke Desa Tegaldowo; dari rombongan anggota
DPRD yang dinilai tidak
memihak masyarakat

Halaman 41 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a akhirnya masyarakat
Desa Tegaldowo
mengusir anggota DPRD;

23 September 2013 Aksi penolakan terhadap Wakil Bupati


pendirian Pabrik semen menyatakan: Kalau ada
menyebar keseluruh pelosok pabrik semen berdiri di
kabupaten Rembang. Beberapa wilayah Desa Tegaldowo
warga sempat dipanggil oleh secara otomatis lahan
Wakil Bupati H. ABDUL HAFIDZ pertanian berkurang dan
di Rumah Dinas Wakil Bupati di untuk pakan ternak akan
Rembang; berangsur-angsur hilang
dan Wakil Bupati
menyarankan untuk
mengambil pakan ternak
warga dari luar daerah
yang jaraknya puluhan
kilometer yaitu dari
Kabupaten Grobogan
dan itu pun bukan rumput
tapi janggel (batang
jagung).
Wakil Bupati juga
mengatakan tanah di
wilayah Desa Tegaldowo
sangat tandus dan
kurang cocok untuk lahan
pertanian, dan menilai
tanaman di wilayah Desa
Tegaldowo kurang subur.
Tetapi kenyataannya, hal
itu sangat beda dengan
di lapangan. Lahan
pertanian di Desa
Tegaldowo sangat subur;

22 Oktober 2013 Sekitar 1000 warga Desa


Tegaldowo, Pasucen,
Timbrangan, Suntri, dan Bitingan
mengadakan istighotsah di
lapangan Desa Tegaldowo
sebagai bentuk penolakan
terhadap rencana pendirian
pabrik semen;

27 Oktober 2013 Sekitar seribu orang warga Desa Pada saat itu hadir
Tegaldowo, Timbrangan, Suntri Camat Gunem yang
Timbrangan, Pasucen, dan berjanji akan
Bitingan, Kecamatan Gunem menjembatani dan
mendatangi tapak pabrik untuk memfasilitasi para
menolak rencana pendirian pendemo untuk berdialog
pabrik; dengan pihak PT Semen
Gresik (Persero) Tbk -
Para penolak rencana pendirian sejak 20 Desember 2012
Pabrik Semen PT Semen menjadi PT Semen
Indonesia tersebut sempat Indonesia (Persero) Tbk-.
dihalang-halangi oleh aparat Tetapi sampai gugatan
keamanan. Tapi masyarakat ini
diajukan, janji tersebut

Halaman 42 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a 28 Oktober 2013
terus melawan dan akhirnya bisa
menembus barisan keamanan;

Masyarakat melakukan
tidak dilaksanakan;

istighotsah melestarikan
Pegunungan Kendeng Utara;

19 Februari 2014 Sekitar 1000 warga Desa Dalam aksi unjuk rasa
Tegaldowo, Timbrangan, tersebut terjadi adu mulut
Pasucen, Kajar, Suntri, dan dan saling dorong antara
Bitingan, Kecamatan Gunem dan warga dengan pihak
Kecamatan Sale Kabupaten keamanan, karena pihak
Rembang berunjuk rasa di DPRD tidak mau
depan kantor DPRD Rembang. menemui warga
Mereka meminta DPRD dihalaman gedung
menghentikan semua aktivitas DPRD;
dan seluruh proses yang
berkaitan dengan penambangan
dan pembangunan pabrik
semen, dan mencabut dukungan
dan persetujuan terhadap
rencana pembangunan pabrik-
pabrik semen yang ada di
Rembang, serta meninjau
kembali dan konsisten terhadap
Perda Provinsi Jawa Tengah
Nomor 6 tahun 2010 tentang
RTRW dan Perda Kabupaten
Rembang Nomor 14 tahun 2011
yang menyatakan Cekungan
Watuputih adalah kawasan
imbuhan air dan kawasan
lindung geologi;

20 Februari 2014 Warga Desa Tegaldowo Dialog awalnya lancar


menggelar acara dialog di Balai malah menjadi ajang
Desa Tegaldowo untuk menutup keributan dengan
jalan tambang, karena warga datangnya para preman
merasa terganggu debu dan untuk membubarkan
bisingnya kendaraan-kendaraan acara dialog. Bahkan
milik perusahaan semen tersebut Sumarnosalah satu
yang lalu-lalang di depan rumah wargapenolak pabrik
warga; semen sempat menjadi
sasaran pelemparan air
mineral oleh seorang
anggota BPD di Desa
Tegaldowo;

27 Maret 2014 Ratusan Warga Desa Tegaldowo


dan Desa Timbrangan,
Kecamatan Gunem memasang
patok penanda bahwa lahan
pertanian tidak akan di jual
sampai kapanpun dan dengan
harga berapapun untuk
kepentingan pengusaha
pertambangan dan untuk lahan
pembangunan Pabrik Semen PT

Halaman 43 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a 16 Juni 2014
Semen Indonesia;

Ratusan warga yang didominasi


oleh ibu-ibu (kaum perempuan)
Acara peletakan batu
tersebut berakhir dengan
yang berasal dari Desa kekerasan terhadap
Tegaldowo, Timbrangan, dan puluhan ibu-ibu yang
Pasucen, menggelar aksi dilakukan oleh aparat TNI
penolakan ditapak pabrik saat dan POLRI ;
acara peletakan batu pertama
pembangunan pabrik semen; Warga yang didominasi
oleh ibu-ibu tersebut
menduduki tapak pabrik
dan membuat tenda
perjuangan sampai
gugatan ini diajukan;

Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas dan


penjelasan di atas, Keputusan a quo bertentangan dengan Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik;
E.7. Alasan Penundaan;
1. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 67 ayat (2) berbunyi:
“Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan
sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan
Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap”;
2. Lebih lanjut, Pasal 67 ayat (4), berbunyi: Permohonan penundaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2):
a. Dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat
mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat
dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu tetap
dilaksanakan;
b. Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam rangka
pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut;
3. Bahwa, keputusan a quo, telah menimbulkan konflik sosial di
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari konflik yang terjadi antara
masyarakat yang pro pembangunan pabrik semen dan masyarakat
yang kontra terhadap penambangan karst dan pembangunan pabrik
semen setelah keluarnya keputusan a quo. Konflik ini terus memuncak
sehingga pihak yang menolak pembangunan pabrik semen mendirikan
tenda penolakan pabrik sejak 16 Juni 2014 sampai sekarang. Mereka
tidak bisa beraktifitas secara normal;

Halaman 44 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
4. Bahwa pada tanggal
yang berjudul 24 Oktober
“KLH: Tinjau 2014 harian
Ulang AMDAL”. Kompas
Pada memuat berita
berita tersebut,
Kementrian Lingkungan Hidup meminta agar analisis mengenai
dampak lingkungan pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa
Tengah ditinjau ulang, bahkan direvisi. Berdasarkan penelitian terbaru
dari KLH LIPI, terdapat kekeliruan dan ketidaklengkapan dalam
AMDAL yang menjadi dasar terbitnya keputusan a quo;
5. Bahwa berdasarkan hal tersebut Penggugat mengajukan permohonan
agar pelaksanaan Keputusan a quo ditunda selama pemeriksaan
sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan
Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap;
Bahwa berdasarkan hal tersebut, terdapat keadaan yang sangat mendesak
yang mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan jika
Keputusan a quo tetap dilaksanakan, sehingga selayaknya pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan sengketa
Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan Pengadilan
yang memperoleh kekuatan hukum tetap;
F. Kesimpulan Dan Permohonan;
Kami berkeyakinan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang akan
menjadi saksi bagi penegakan hukum dan keadilan tidak hanya dalam
perkara ini, melainkan juga dalam penegakan atas penghormatan dan
perlindungan Hak Asasi Manusia;
Berdasarkan argumentasi yang telah Kami uraikan di bagian sebelumnya,
Kami berpendapat bahwa:
- Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Juncto
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011
Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;
- Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Juncto
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
- Keputusan a quo bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
- Keputusan a quo bertentangan dengan Peraturan Daerah Jawa
Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Halaman 45 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Provinsi
Republik Jawa Tengah Nomor
Indonesia Tahun 26
2010-2030
Tahun Juncto
2011 Keputusan Presiden
Tentang Penetapan
Cekungan Air Tanah;
- Keputusan a quo bertentangan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Rembang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Tahun
2011-2031 Juncto Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;
- Keputusan a quo bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan
Yang Baik;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Para Penggugat mohon
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang agar memberikan putusan
sebagai berikut:
1. Dalam Penundaan:
Menetapkan bahwa Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor
660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh
PT Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa
Tengah yang dikeluarkan Tergugat ditangguhkan/ditunda pelaksanaannya
sampai dengan adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap;
2. Dalam Pokok Perkara:
1.1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;
1.2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan Oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah;
1.3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT Semen Gresik (Persero)
Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah;
1.4. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat dan Tergugat II
Intervensi mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai
berikut:
Eksepsi Tergugat:
I. Eksepsi Kewenangan Absolut;
Gugatan a quo Tidak Memenuhi Persyaratan Formal Sebagaimana Diatur
Dalam Ketentuan Pasal 93 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009;

Halaman 46 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
1. Bahwa Gugatan
persyaratan Para
formal Penggugat diatur
sebagaimana secaradalam
substansial tidak
Pasal 93 memenuhi
ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyebutkan sebagai berikut:
“Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap Keputusan Tata
Usaha Negara apabila:
a. Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen amdal;
b. Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL; dan/atau;
c. Badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan”;
2. Bahwa berdasarkan hal tersebut, salah satu syarat mutlak untuk
diajukannya suatu gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara
berupa izin lingkungan adalah hanya apabila izin lingkungan tersebut
dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara tanpa dilengkapi
dengan dokumen AMDAL;
3. Bahwa mengingat Izin Lingkungan telah dikeluarkan oleh Tergugat
setelah disiapkannya dokumen AMDAL oleh Tergugat, maka Para
Penggugat sama sekali tidak mempunyai dasar hukum yang sah untuk
mengajukan Gugatan berkenaan dengan Izin Lingkungan, dan karena
itu Gugatan Para Penggugat terhadap Izin Lingkungan tersebut menjadi
cacat dan tidak sah karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 93
ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, karena hal tersebut
merupakan aturan hukum yang khusus (lex specialis) berkenaan
dengan Sengketa Tata Usaha Negara di bidang lingkungan hidup;
4. Bahwa Sesuai dengan asas lex specialis derogate lex generalis (aturan
hukum yang khusus mengesampingkan aturan hukum yang umum),
maka setiap orang, termasuk Para Penggugat, wajib berpedoman pada
ketentuan hukum yang secara khusus mengatur objek sengketa Tata
Usaha Negara di bidang lingkungan hidup, yakni dengan mengacu pada
Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009;
5. Bahwa dalam penerapan terhadap Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 juga telah dilakukan secara konsisten oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara dalam memeriksa dan mengadili

Halaman 47 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
perkara Tata
setidaknya Usahasebuah
terdapat Negaraputusan
di bidang lingkungan
Pengadilan Tata hidup. Bahwa
Usaha Negara
Semarang Nomor 81/G/2013/PTUN Semarang Tanggal 12 Juni 2014,
yang pada intinya menyatakan bahwa gugatan yang diajukan
penggugat dinyatakan tidak diterima karena tidak terpenuhinya
persyaratan yang diatur dalam Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang 32
Tahun 2009;
6. Bahwa sesuai hal-hal tersebut di atas maka sudah seharusnya gugatan
tersebut ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak diterima;
II. Gugatan Daluwarsa;
1. Bahwa yang menjadi objek gugatan a quo adalah Keputusan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012 tanggal 7 Juni 2012 tentang
Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik
Semen Oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk. di Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah;
2. Bahwa menindaklanjuti Keputusan a quo sebagaimana tersebut angka
1, telah diterbitkan Pengumuman Kepala Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah Nomor 660.1/BLH.II/0960 tanggal 11 Juni 2012
tentang Pengumuman Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan
Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk. di
Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, yang terdokumentasikan
dan ditempelkan di Balai Desa, Kantor Kecamatan, Lokasi Rencana
Kegiatan dan selanjutnya Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah juga telah mengumumkan Izin Lingkungan tersebut
secara resmi dan terbuka pada tanggal 27 Maret 2012 melalui situsnya
(website) Pengumuman tersebut sesuai dengan Pasal 49 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
3. Bahwa berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, disebutkan sebagai berikut:
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh
hari terhitung sejak diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara”;
4. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka gugatan yang
diajukan oleh Para Penggugat adalah tidak benar dan tidak berdasar,

Halaman 48 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
karena
melebihigugatan yangwaktu
tenggang diajukan terhadap
sesuai objek peraturan
ketentuan gugatan aperundang-
quo telah
undangan sebagaimana tersebut angka 3, oleh sebab itu gugatan Para
Penggugat harus ditolak atau setidaknya ditanyakan tidak dapat
diterima;
III. Gugatan Premateur:
1. Bahwa Para Penggugat dalam Gugatan-nya halaman 16-17
mengemukakan bahwa mereka telah mengajukan keberatan terhadap
objek gugatan a quo yang kami kutip sebagai berikut:
“5. Bahwa Penggugat I s.d. Penggugat VI telah melakukan upaya
administrasi dalam bentuk menyampaikan surat keberatan terhadap
Keputusan yang telah dikeluarkan Tergugat dengan menemui
langsung Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 20 Juni 2014 dan
telah menerima surat tanda terima”;
“6. Bahwa upaya administrasi tersebut telah dimuat dalam situs berita
online Tempo tertanggal 21 Juni 2014 dengan judul “Soal Pabrik
Semen, Ganjar Dinilai Tak Tegas”, Situs online Tempo tertanggal 22
Juni 2014 dengan judul “Aktivis Gugat Izin Pabrik Semen di
Rembang”, Situs online NU Online tertanggal 20 Juni 2014 dengan
judul “Warga NU ajukan Keberatan Izin Pabrik Semen ke Gubernur
Jateng”, Situs online Mata Air Radio.net tertanggal 20 Juni 2014
dengan judul “Lima Hari, Warga masih bertahan di Tenda
Penolakan Pabrik Semen”;
“7. Bahwa Penggugat VII mengetahui adanya Surat Keputusan a quo
pada tanggal 18 Juni 2014 dan telah melakukan upaya administrasi
dalam bentuk mengirimkan surat keberatan terhadap keputusan
yang telah dikeluarkan Tergugat pada tanggal 25 Agustus 2014”;
Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan Para Penggugat
(sebagaimana tersebut di atas), maka Penggugat I s/d Penggugat VI
mengajukan upaya administrasi berupa keberatan pada tanggal 20 Juni
2014, sementara itu Penggugat VII mengajukan upaya administrasi
berupa keberatan pada tanggal 25 Agustus 2014. Lebih lanjut, terhadap
keberatan-keberatan tersebut, Tergugat (in casu Gubernur Provinsi
Jawa Tengah) belum memberikan jawaban baik secara lisan ataupun
tertulis;

Halaman 49 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
2. Berdasarkan ketentuanmengenai
Tahun 2009 mengatur Pasal 70 ayat
peran(2) Undang-Undang
masyarakat terkait Nomor 32
perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup berbunyi sebagai berikut:
“Peran masyarakat dapat berupa: a. pengawasan sosial; b. pemberian
saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau c.
penyampaian informasi dan/atau laporan”;
Berdasarkan bunyi pasal tersebut di atas, maka salah satu peran
masyarakat adalah pemberian keberatan;
3. Berdasarkan ketentuan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 menyatakan sebagai berikut:
“Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
wajib mengumumkan setiap permohonan dan keputusan izin
lingkungan”;
Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 menyatakan:
“Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara yang mudah diketahui oleh masyarakat”;
Bahwa Penjelasan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 menyatakan sebagai berikut:
“Pengumuman dalam Pasal ini merupakan pelaksanaan atas
keterbukaan informasi. Pengumuman tersebut memungkinkan peran
serta masyarakat, khususnya yang belum menggunakan kesempatan
dalam prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam
proses pengambilan keputusan izin”;
Berdasarkan bunyi Pasal 39 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
beserta Penjelasannya tersebut di atas yang dihubungkan dengan
Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, maka
masyarakat yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur
keberatan dalam proses pengambilan keputusan izin dapat
menggunakan hak-nya mengenai peran masyarakat yaitu keberatan
terhadap penerbitan keputusan Izin Lingkungan);
4. Bahwa upaya keberatan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dikenal sebagai upaya
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-
Undang Peradilan Tata Usaha Negara beserta Penjelasannya yang
menyatakan sebagai berikut:
Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara:

Halaman 50 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
“Dalam hal oleh
wewenang suatu atau
Badan atau Pejabat
berdasarkan Tata Usaha
peraturan Negara diberi
perundang-undangan
untuk menyelesaikan secara administrasi sengketa Tata Usaha Negara
tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus
diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia”;
Penjelasan Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Peradilan Tata Usaha
Negara:
“Upaya administrasi adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh
seorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap
suatu Keputusan Tata Usaha Negara……Dalam hal penyelesaian
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut harus dilakukan sendiri oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan itu, maka prosedur yang ditempuh tersebut disebut
“keberatan””;
5. Bahwa mengingat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 diatur
mengenai upaya administratif berupa keberatan atas penerbitan
Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa sebagaimana telah
kami kemukakan di atas, namun dalam undang-undang tersebut tidak
diatur mengenai jangka waktu penyelesaian upaya administratif
tersebut. Dengan demikian, jangka waktu penyelesaian upaya
administratif berupa keberatan tersebut mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan (3) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
menyatakan sebagai berikut:
Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Peratun:
“Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha negara tidak mengeluarkan
keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat
maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah
menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud”;
Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara:
“Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka
setelah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimanya permohonan,
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap
telah mengeluarkan keputusan penolakan”;

Halaman 51 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
6. Bahwa penggunaan
Tahun 1986 Tentang Pasal 3 ayat
Peradilan (2)Usaha
Tata dan (3) Undang-Undang
Negara Nomor 5
tersebut di atas
sebagai dasar hukum jangka waktu penyelesaian upaya administratif
berupa keberatan (apabila aturan dasarnya tidak mengatur mengenai
jangka waktu keberatan) telah menjadi suatu yurisprudensi
sebagaimana disebutkan dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 95.K/TUN/2000 tertanggal 11 Mei 2001 dalam perkara
antara PT Makassar Kartika melawan Gubernur Provinsi Sulawesi
Selatan, dengan kaidah hukum sebagai berikut:
“Bahwa tenggang waktu pengajuan gugatan terhadap keputusan
penolakan (keputusan fiktif negatif) yang dilakukan oleh Tergugat
adalah 90 hari dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan
keberatan dari Penggugat”;
Bahwa yurisprudensi tersebut di atas pun telah menjadi sumber hukum
yang mengikat ketika diikuti oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
(tingkat I maupun tingkat Banding) yaitu dalam Putusan Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 152/B/2011/PT.TUN.JKT
tertanggal 13 Januari 2012 dalam perkara antara PT Paramitra Alfa
Sekuritas melawan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga
Keuangan yang memiliki pertimbangan sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa dalam peraturan dasar tidak mengatur rentang
waktu untuk menjawab upaya keberatan, sehingga berdasarkan Pasal
48 Juncto Pasal 3 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, tenggang waktu mengajukan gugatan
baru dapat diajukan setelah 4 (empat) bulan dari permohonan yang
diajukan pejabat tata usaha negara yang berwenang menerbitkan
keputusan tidak memberikan keputusan (secara fiktif pejabat tata usaha
negara dianggap menolak permohonan tersebut”;
“Menimbang, bahwa apabila dicermati antara tanggal mengajukan
keberatan tanggal 17 Januari 2011 dengan tanggal pengajuan gugatan
tanggal 27 Januari 2011, tenggang waktu untuk dapat mengajukan
gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Juncto Pasal 48
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara belum lewat 4 (empat) bulan sehingga oleh karena itu gugatan
Penggugat/Terbanding diajukan masih prematur”;

Halaman 52 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
7. Bahwa apabila
Penggugat I s/dkembali padaVIdalil
Penggugat Gugatan Para
mengajukan upayaPenggugat dimana
administrasi berupa
keberatan pada tanggal 20 Juni 2014, sementara itu Penggugat VII
mengajukan upaya administrasi berupa keberatan pada tanggal 25
Agustus 2014, dan dihubungkan dengan fakta bahwa Gugatan a quo
diajukan oleh Para Penggugat pada tanggal 1 September 2014 dimana
Tergugat belum memberikan jawaban dalam rentang waktu antara
keberatan-keberatan tersebut dengan tanggal definitif pengajuan
Gugatan a quo, maka terbukti dengan jelas bahwa Gugatan a quo
masih prematur untuk diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang;
8. Bahwa mendasarkan pada uraian dan analisa tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa Gugatan a quo adalah premateur. Dikarenakan
belum selesainya upaya administratif berupa keberatan yang diajukan
oleh Para Penggugat, sehingga secara hukum mengakibatkan
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang tidak berwenang untuk
memeriksa dan mengadili perkara a quo dan oleh karenanya kami
mohon kepada Majelis Hakim pemeriksa perkara yang terhormat untuk
menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (niet
onvankelijke verklaard);
Eksepsi Tergugat II Intervensi:
Kompetensi Absolut selengkapnya adalah sebagai berikut:
A. Gugatan Para Penggugat Tidak Memenuhi Persyaratan Formal
Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(untuk selanjutnya disebut sebagai “Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009”);
1. Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Objek Sengketa yang
digugat oleh Para Penggugat adalah Izin Lingkungan yang diterbitkan
oleh Tergugat kepada Tergugat II Intervensi. Bahwa aturan dasar dari
Izin Lingkungan diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (untuk selanjutnya disebut sebagai “PP Nomor 27/2012”).
Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 35 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 Juncto Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor
27/2012, maka yang dimaksud dengan Izin Lingkungan adalah: “Izin
yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau

Halaman 53 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kegiatan yang wajib
dan pengelolaan amdal atau
lingkungan hidupUKL-UPL dalam rangka
sebagai prasyarat untuk perlindungan
memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan”;
2. Bahwa Gugatan a quo pada dasarnya tidak memenuhi persyaratan
formal pengajuan suatu Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Adapun Pasal 93
ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 menyatakan sebagai
berikut:
“(1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap Keputusan Tata
Usaha Negara apabila:
1. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara menerbitkan izin
lingkungan kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal
tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen amdal;
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara menerbitkan izin
lingkungan kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL; dan/atau;
3. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan izin
usaha dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin
lingkungan”;
3. Bahwa berdasarkan bunyi pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tersebut di atas, maka suatu syarat mutlak untuk dapat
diajukannya Gugatan/Sengketa Tata Usaha Negara terhadap Izin
Lingkungan adalah apabila Pejabat Tata Usaha Negara menerbitkan
Izin Lingkungan tanpa dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (untuk selanjutnya disebut sebagai “Amdal”)
atau tanpa dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Bahwa terkait
rencana usaha penambangan dan pembangunan pabrik semen
Tergugat II Intervensi di Kabupaten Rembang, maka dalam hal ini yang
diperlukan adalah dokumen Amdal;
4. Bahwa sebelum Tergugat menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN) Objek Sengketa kepada Tergugat II Intervensi, maka Tergugat
II Intervensi telah mematuhi seluruh perizinan-perizinan ataupun
dokumen-dokumen yang diperlukan terkait dengan regulasi lingkungan
hidup. Dalam bagian Menimbang huruf a pada Keputusan Tata Usaha
Negara (KTUN) Objek Sengketa menyebutkan sebagai berikut: “Bahwa
kegiatan penambangan dan pembangunan pabrik semen oleh PT
Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa

Halaman 54 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Tengah
tertuangadalah
dalamlayak ditinjau Gubernur
Keputusan dari aspekJawa
lingkungan hidup
Tengah sebagaimana
Nomor 660.1/10
Tahun 2012”;
Selanjutnya, dalam bagian Menimbang huruf b pada Keputusan Tata
Usaha Negara (KTUN) Objek Sengketa menyebutkan sebagai berikut:
“Bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, setiap usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan dinyatakan
layak ditinjau dari aspek lingkungan hidup, wajib diterbitkan Izin
Lingkungan”;
Atas dasar dua pertimbangan tersebut di atas, kemudian Tergugat
menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Objek Sengketa
kepada Tergugat II Intervensi yang disebutkan dalam bagian
Menimbang huruf c pada Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Objek
Sengketa sebagai berikut: “Bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Gubernur tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan
dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT Semen Gresik (Persero), Tbk
di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah”;
5. Bahwa sebelum Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Objek
Sengketa diterbitkan oleh Tergugat, maka Tergugat II Intervensi telah
melakukan kajian lingkungan hidup yang termuat dalam dokumen
Amdal yang didalamnya terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(Andal) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)-Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Berdasarkan dokumen Amdal
Tergugat II Intervensi tersebut, maka Tergugat menerbitkan Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/10 Tahun 2012 Tentang
Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Penambangan Dan
Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT Semen Gresik (Persero), Tbk Di
Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah tertanggal 30 April 2012
(untuk selanjutnya disebut sebagai “Keputusan Gubernur Kelayakan
Lingkungan Hidup”) sehingga rencana usaha penambangan dan
pembangunan pabrik semen Tergugat II Intervensi telah layak dari segi
lingkungan hidup;
Adapun dalam bagian menimbang huruf d Keputusan Gubernur
Kelayakan Lingkungan Hidup tersebut menyebutkan sebagai berikut:

Halaman 55 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
“Bahwa Analisis
Pengelolaan Dampak Lingkungan
Lingkungan Hidup- (ANDAL)
Hidup (RKL) Rencanadan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL) Rencana Penambangan dan Pembangunan
Pabrik Semen Oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk Di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup wajib mendapatkan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup dari Gubernur Jawa Tengah berdasarkan
rekomendasi hasil penilaian dari Komisi Penilai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah”;
6. Bahwa mengingat Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Objek
Sengketa (in casu Izin Lingkungan) diterbitkan oleh Tergugat setelah
adanya keputusan kelayakan lingkungan hidup atas penilaian dokumen
Amdal Tergugat II Intervensi, maka berdasarkan Pasal 93 ayat (1) huruf
a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Para Penggugat tidak
memiliki dasar hukum untuk mengajukan Gugatan a quo. Oleh karena
itu, Gugatan Para Penggugat dapat dikategorikan sebagai cacat hukum
dan tidak sah karena bertentangan dengan Pasal 93 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Bahwa Pasal 93 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 sendiri merupakan aturan main
yang mengatur khusus mengenai keabsahan pengajuan gugatan tata
usaha negara terhadap suatu keputusan tata usaha negara berupa Izin
Lingkungan, sehingga sah atau tidaknya pengajuan gugatan terhadap
suatu Izin Lingkungan wajib berpedoman pada Pasal 93 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009;
7. Bahwa menjadi suatu keanehan tersendiri karena Para Penggugat jelas
mengetahui dan menyadari adanya Keputusan Gubernur Kelayakan
Lingkungan Hidup karena Para Penggugat mencantumkan keputusan
tersebut dalam posita Gugatan-nya halaman 11 yang kami kutip
sebagai berikut:
“PT Semen Gresik (Persero) Tbk – sejak 20 Desember 2012 menjadi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk- telah melakukan penyusunan
Amdal dan dinyatakan layak pada tanggal 30 April 2012 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.660.1/10
Tahun 2012 tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana
Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT Semen
Gresik (Persero) Tbk di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah”;

Halaman 56 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
“Setelah adanya
Kelayakan Keputusan Hidup
Lingkungan dari Gubernur
RencanaJawaPenambangan
Tengah mengenai
dan
Pembangunan Pabrik Semen PT Semen Gresik (Persero) Tbk, pada
tanggal 7 Juni 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan
dan Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT Semen Gresik (Persero)
Tbk di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah”;
Dengan demikian, berdasarkan Asas Publisitas (openbarheid) suatu
peraturan perundang-undangan, maka sudah sepatutnya pula Para
Penggugat menyadari dan mengetahui adanya Pasal 93 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dimana Gugatan a quo
terhadap Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Objek Sengketa tidak
memenuhi persyaratan formil berdasarkan Pasal 93 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 karena penerbitan Keputusan Tata
Usaha Negara (KTUN) Objek Sengketa jelas didasarkan pada adanya
Keputusan Gubernur Kelayakan Lingkungan Hidup yang mengesahkan
dokumen Amdal Tergugat II Intervensi;
8. Bahwa dalam praktek Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 93 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 diterapkan dalam hal objek
gugatannya adalah Izin Lingkungan (in casu Keputusan Tata Usaha
Negara (KTUN) Objek Sengketa). Hal tersebut dapat terlihat pada
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Nomor
81/G/2013/PTUN.SMG tertanggal 5 Juni 2014 antara Karomat, Dkk
selaku Penggugat melawan Gubernur Jawa Tengah selaku Tergugat
dan PT Bhimasena Power Indonesia (Persero) selaku Tergugat II
Intervensi (untuk selanjutnya disebut sebagai “Putusan PTUN
Semarang 81/2013”) dimana dalam perkara tersebut Karomat Dkk
menggugat Izin Lingkungan yang diterbitkan oleh Gubernur Jawa
Tengah kepada PT Bhimasena Power Indonesia (Persero). Adapun
pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang Nomor 81 Tahun 2013, halaman 127-128, menyatakan
sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti tersebut di atas diketahui
pihak Tergugat II Intervensi telah memiliki dokumen Amdal yang telah
dinyatakan memenuhi syarat karena telah melalui tahapan-tahapan
sebagaimana disyaratkan undang-undang dalam pengajuan
permohonan izin lingkungan”;

Halaman 57 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
“Menimbang, bahwa
di atas sesuai berdasarkan
dengan pertimbangan-pertimbangan
ketentuan tersebut
Pasal 93 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009, maka secara a contrario Majelis Hakim
berpendapat izin lingkungan (objek sengketa) yang dimiliki Tergugat II
Intervensi merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang
dikecualikan sehingga tidak dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha
Negara”;
“Menimbang, bahwa karena Eksepsi Tergugat II Intervensi mengenai
kewenangan absolut Pengadilan Tata Usaha Negara terkait ketentuan
Pasal 93 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
diterima, maka terhadap Eksepsi selebihnya tidak perlu
dipertimbangkan lebih lanjut”;
9. Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, maka kami mohon kepada
Majelis Hakim yang terhormat untuk menyatakan Gugatan Para
Penggugat tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklaard) karena
Gugatan a quo tidak memenuhi persyaratan formal pengajuan suatu
gugatan berdasarkan Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang
memeriksa dan mengadili Gugatan a quo;
B. Gugatan Para Penggugat Tidak Memenuhi Persyaratan Formal
Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 49 huruf b Undang-Undang
Peradilan Tata Usaha Negara;
1. Bahwa Pasal 49 huruf b Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara
menyatakan sebagai berikut:
“Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang
disengketakan itu dikeluarkan:
b. Dalam keadaan yang mendesak untuk kepentingan umum
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Adapun yang dimaksud dengan “kepentingan umum” berdasarkan
Penjelasan Pasal 49 huruf b Undang-Undang Peradilan Tata Usaha
Negara adalah “kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan
masyarakat bersama dan/atau kepentingan pembangunan, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”;
2. Lebih lanjut, kegiatan penambangan dan pembangunan pabrik Semen
Tergugat II Intervensi di Kabupaten Rembang pada dasarnya termasuk
dalam kategori “kepentingan umum” sebagaimana tersebut dalam Pasal

Halaman 58 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
49 huruf bII Undang-Undang
Tergugat Peratun tersebut.
Intervensi telah ditetapkan sebagaiHal tersebut
Objek mengingat
Vital Nasional
Sektor Industri berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 620/M-IND/Kep/12/2012 tentang Objek Vital
Nasional Industri (untuk selanjutnya disebut sebagai “Kepmenperin
Nomor 620 Tahun 2012”) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Perindustrian Nomor 466/M-IND/Kep/8/2014 untuk selanjutnya
disebut sebagai “Kepmenperin Nomor 466 Tahun 2014”) dengan jenis
industri yaitu Semen. Tergugat II Intervensi pun menerima Sertifikat
Objek Vital Nasional Sektor Industri dari Menteri Perindustrian RI pada
tanggal 2 September 2014 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 466/M-IND/Kep/8/2014 (untuk selanjutnya disebut
sebagai “Sertifikat Objek Vital Nasional Sektor Industri”);
3. Lebih lanjut berdasarkan Pasal 1 angka 1 Keputusan Presiden Nomor
63 tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional (untuk
selanjutnya disebut sebagai “Keppres Nomor 63 Tahun 2004”), yang
dimaksud dengan Objek Vital Nasional adalah “kawasan/lokasi,
bangunan/instalasi dan/atau usaha yang menyangkut hajat hidup orang
banyak, kepentingan negara dan/atau sumber pendapatan negara yang
bersifat strategis”. Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 2 huruf a Keppres
Nomor 63/2004 disebutkan “Objek Vital Nasional yang bersifat strategis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 harus memenuhi salah
satu, sebagian atau seluruh ciri-ciri sebagai berikut: a. menghasilkan
kebutuhan pokok sehari-hari”;
4. Bahwa selain itu, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2011 – 2025 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2015 (untuk selanjutnya disebut sebagai “Perpres MP3EI”), maka
industri semen, terutama industri semen BUMN, merupakan salah satu
industri yang diandalkan untuk mendukung program Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Oleh karena
itu, atas program yang telah digariskan oleh Presiden RI tersebut
melalui Perpres MP3EI, sangatlah diperlukan dukungan dari
perusahaan industri semen yang salah satunya adalah Tergugat II

Halaman 59 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Intervensi, untukPerpres
tersebut melalui melakukan ekspansi
MP3EI, dapatusaha agar program Presiden RI
terealisasi;
5. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dengan telah
ditetapkannya Tergugat II Intervensi sebagai Objek Vital Nasional
Industri berdasarkan Keppres Nomor 63/2004 Juncto Kepmenperin
Nomor 620/2012 Juncto Kepmenperin Nomor 466/2014 Juncto
Perpres MP3EI Juncto Sertifikat Objek Vital Nasional Sektor Industri,
maka jelas Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Objek Sengketa
untuk kegiatan penambangan dan pabrik semen di Kabupaten
Rembang termasuk sebagai Keputusan Tata Usaha Negara (untuk
selanjutnya disebut sebagai “KTUN”) yang menyangkut “kepentingan
umum” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b Undang-
Undang Peradilan Tata Usaha Negara. Berdasarkan hal tersebut, maka
Pengadilan Tata Usaha Negara (in casu Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang) tidak memiliki kewenangan/kompetensi untuk
memeriksa dan mengadili perkara a quo dan oleh karenanya kami
mohon kepada Majelis Hakim pemeriksa perkara yang terhormat untuk
menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (niet
onvankelijke verklaard;
Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang Nomor 064/G/2014/PTUN.Smg, tanggal 16 April 2015 adalah
sebagai berikut:
I. Dalam penundaan;
- Menolak permohonan Penundaan pelaksanaan Surat keputusan Objek
sengketa;
II. Dalam eksepsi;
- Menerima eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi tentang tenggang
waktu;
Dalam pokok sengketa;

- Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak diterima (niet onvankelijk


verklaard);
- Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara yang dalam
peradilan tingkat pertama diperhitungkan sebesar Rp313.500,00 (tiga ratus
tiga belas ribu lima ratus Rupiah);

Halaman 60 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang,
Surabaya bahwa amar Putusan Pengadilan
Nomor 135/B/2015/PT.TUN.SBY., Tinggi
tanggal 3 Tata Usaha
November 2015 Negara
adalah
sebagai berikut:
- Menerima permohonan banding dari Para Penggugat / Pembanding;
- Menguatkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Nomor
64/G/2014/PTUN.SMG, tanggal 16 April 2015 yang dimohonkan banding;
- Menghukum Para Penggugat / Pembanding untuk membayar biaya perkara
untuk dua tingkat peradilan yang untuk tingkat banding ditetapkan sebesar
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu Rupiah);
Menimbang, bahwa amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 99
PK/TUN/2016, tanggal 05 Oktober 2016 yang telah berkekuatan hukum
tetap tersebut adalah sebagai berikut:
Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon
Peninjauan Kembali: 1. JOKO PRIANTO, 2. SUKIMIN, 3. SUYASIR,
4. RUTONO, 5. SUJONO, 6. SULIJAN, dan 7. YAYASAN WAHANA
LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA tersebut;
Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
Nomor 135/B/2015/PT.TUN.SBY., tanggal 3 November 2015 yang menguatkan
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Nomor
064/G/2014/PTUN.SMG, tanggal 16 April 2015;
MENGADILI KEMBALI,
1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17
Tahun 2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah;
3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk,
di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah;
Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya
perkara dalam semua tingkat pengadilan, yang dalam peninjauan kembali ini
ditetapkan sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu Rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap tersebut, yaitu Putusan Mahkamah Agung Nomor 99
PK/TUN/2016, tanggal 05 Oktober 2016 diberitahukan kepada Termohon
Peninjauan Kembali II/Terbanding II/Tergugat II Intervensi pada tanggal 17

Halaman 61 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
November
Terbanding2016, kemudian
II/Tergugat terhadapnya
II Intervensi oleh
dengan Termohon Peninjauan
perantaraan Kembali II/
Kuasanya berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Maret 2017 diajukan permohonan peninjauan
kembali ke-2 secara tertulis di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang pada tanggal 15 Maret 2017, sebagaimana ternyata dari Akta
Permohonan Peninjauan Kembali Nomor 064/G/2014/PTUN.Smg yang dibuat
oleh Panitera Muda Perkara Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang,
permohonan tersebut disertai alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang tersebut pada tanggal 15 Maret
2017;
Menimbang, bahwa tentang permohonan Peninjauan Kembali Ke-2
tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama pada
tanggal 20 Maret 2017, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya diajukan
Jawaban Memori Peninjauan Kembali ke-2 yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang pada tanggal 20 April 2017;
ALASAN PENINJAUAN KEMBALI
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan
alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut :
I. PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI UNTUK KEDUA KALINYA
DIBENARKAN DAN SAH SECARA HUKUM;
1. Bahwa, berdasarkan Pasal 67 huruf e Undang-Undang Nomor 14
tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, yang berbunyi “apabila antara
pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang
sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan
putusan yang bertentangan satu dengan yang lain”;
2. Bahwa, berdasarkan Pasal 72 Ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor
14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, yang berbunyi “dalam hal
permohonan peninjauan kembali didasarkan atas salah satu alasan yang
tersebut Pasal 67 huruf c sampai dengan huruf f agar dapat diketahui;
3. Bahwa, sebagai realisasi ketentuan Pasal 67 huruf e dan Pasal 72 Ayat 1
huruf b Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung, untuk mendapatkan keadilan dan kepastian hukum bagi Pencari
Keadilan, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah melakukan
terobosan hukum atas ketentuan sebagaimana tersebut di atas, yakni
apabila terdapat 2 (dua) Putusan yang berbeda dan saling bertentangan
satu dengan lainnya atas obyek yang sama dimana 2 (dua) Putusan
tersebut telah berkekuatan hukum tetap (dalam perkara perdata maupun

Halaman 62 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
perkara pidana),
Permohonan dimungkinkan
Peninjauan dan dibenarkan
Kembali terhadap untuk tersebut.
salah satu Putusan diajukan
Berangkat dari pemikiran tersebut, Mahkamah Agung Republik Indonesia
telah menerbitkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA RI) Nomor
10 Tahun 2009 tentang Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali,
tertanggal 12 Juni 2009, yang membolehkan dan membenarkan
Pengajuan Peninjauan Kembali atas Putusan Peninjauan Kembali
dengan alasan sebagaimana tersebut di atas, sebagaimana yang diatur
pada point 2 (dua) SEMA RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pengajuan
Permohonan Peninjauan Kembali, tertanggal 12 Juni 2009 sebagai
berikut:
“2. Apabila suatu obyek perkara terdapat 2 (dua) atau lebih putusan
peninjauan kembali yang bertentangan satu dengan yang lain baik dalam
perkara perdata maupun perkara pidana dan diantaranya ada yang
diajukan permohonan peninjauan kembali agar permohonan peninjauan
kembali tersebut diterima dan berkas perkara tetap dikirimkan ke
Mahkamah Agung.”;
4. Bahwa, dikaitkan dengan SEMA RI Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana,
sebagaimana yang diatur pada point 4 (empat)- nya yang berbunyi
sebagai berikut:
“Permohonan peninjauan kembali yang diajukan lebih dari 1 (satu) kali
terbatas pada alasan yang diatur dalam SEMA Nomor 10 tahun 2009
tentang Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali yaitu apabila
ada suatu obyek perkara terdapat 2 (dua) atau lebih putusan peninjauan
kembali yang bertentangan satu dengan yang lain baik dalam perkara
perdata maupun pidana”;

asarkan ketentuan-ketentuan dan alasan-alasan tersebut di atas TERHADAP PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP DAPAT

II. TERDAPAT DUA PUTUSAN HUKUM YANG BERBEDA DAN SALING

Republi
BERTENTANGAN YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP ATAS
OBYEK YANG SAMA;
1. Bahwa, yang menjadi alasan Permohonan Peninjauan Kembali a-quo-
adalah terkait dengan Putusan Peninjauan Kembali No. 99

Halaman 63 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
PK/TUN/2016 (Lampiran
2016 dengan obyek – 1)
perkara yangKeputusan
Surat telah diputus tanggal
Gubernur 05 Oktober
Jawa Tengah
Nomor 660.1/17 Tahun 2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen
oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang Propinsi
Jawa Tengah, dengan amar Putusan sebagai berikut:
MENGADILI
 Mengabulkan Permohonan Peninjauan Kembali dari Pemohon
Peninjauan Kembali : 1. Joko Prianto, 2. Sukimin, 3. Suyasir, 4.
Rutono, 5. Sujono, 6. Sulijan dan Yayasan Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia tersebut;
 Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Surabaya Nomor 135/B/2015/PT.TUN.SBY, tanggal 3 November
2015 yang menguatkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang Nomor : 064/G/2014/PTUN.SMG, tanggal 16 April 2015.
MENGADILI KEMBALI
1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor
660.1/17 Tahun 2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin Lingkungan
kegiatan Penambangan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, di
Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah;
3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012, tanggal 7
Juni 2012, Tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang Propinsi
Jawa Tengah;
Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya
perkara dalam semua tingkatan pengadilan, yang dalam Peninjauan
Kembali ini ditetapkan sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus
ribu rupiah).
2. Bahwa, terhadap Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016
tersebut di atas telah diberitahukan secara patut kepada para pihak
pada tanggal 15 November 2016 berdasarkan Surat Pemberitahuan
Putusan Peninjauan Kembali Nomor: 064/G/20134/PTUN.SMG jo
Nomor: 135/B/2015/PT.TUN.SBY jo Nomor: 99 PK/TUN/2016
(Lampiran – 2);

Halaman 64 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
3. No.
Bahwa, kemudian
05/Pdt terdapat
G/2017/PN Gugatan
Gsk, antara PerdataSetyo
Pramono Dengan Register
Mustiko Perkara
(sebagai
Penggugat I) dan Agus Sugiharto (sebagai Penggugat II) melawan PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu bernama PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk), dengan obyek perkara Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen
oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang Propinsi
Jawa Tengah;
4. Bahwa, Putusan perkara No. 05/Pdt G/2017/PN Gsk, tanggal 27
Februari 2017 (Lampiran – 3), dengan amar Putusan sebagai berikut:
MENGADILI
Dalam Konpensi:
- Menolak Gugatan Para Penggugat Konvensi/Para Tergugat
Rekonvensi untuk seluruhnya.
Dalam Rekonpensi:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi
untuk sebagian;
2. Menyatakan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/30
tahun 2016 tentang “Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Bahan
Baku Semen Dan Pembangunan Serta Pengoperasian Pabrik Semen
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah” tertanggal 9 November 2016 sebagai
perubahan atas Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.
660.1/17 tahun 2012 Tentang “Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah”
tertanggal 7 Juni 2012 adalah tidak bertentangan dengan hukum dan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat;
3. Menyatakan segala tindakan Penggugat Rekonvensi/Tergugat
Konvensi melakukan Penambangan Bahan Baku, Pembangunan dan
Pengoperasian Pabrik berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 660.1/30 tahun 2016 tentang “Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan Bahan Baku Semen Dan Pembangunan Serta
Pengoperasian Pabrik Semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, di
Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah” tertanggal 9 November
2016 sebagai perubahan atas Surat Keputusan Gubernur Jawa

Halaman 65 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Tengah No. 660.1/17
Penambangan tahun 2012 Tentang
dan Pembangunan Pabrik “Izin
SemenLingkungan
oleh PT.Kegiatan
Semen
Gresik (Persero) Tbk di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah”
tertanggal 7 Juni 2012 adalah sah dan sesuai dengan ketentuan
hukum;
4. Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi selain
dan selebihnya.
Dalam Konpensi dan Rekonpensi
Menghukum Para Penggugat Konvensi/Para Tergugat Rekonvensi untuk
membayar biaya perkara sejumlah Rp. 328.000,00 (tiga ratus dua puluh
delapan ribu rupiah);
5. Bahwa, terhadap Putusan Perkara Perdata Nomor: 05/Pdt G/2017/PN
Gsk tertanggal 27 Februari 2017 tersebut di atas Pemohon Peninjauan
Kembali sebagai Tergugat hadir pada saat Pembacaan Putusan Perkara
Nomor: 05/Pdt G/2017/PN Gsk tertanggal 27 Februari 2017, maka pada
tanggal 13 Maret 2017 Putusan a-quo- telah berkekuatan hukum tetap
sebagaimana Catatan Inkracht Putusan Perkara Perdata Nomor: 05/Pdt
G/2017/PN Gsk yang ditandatangani oleh Panitera Pengganti Pengadilan
Negeri Gresik Drs. Bambang Budi Setyawan, S.H.,M.H (Lampiran – 4);
6. Bahwa, dengan demikian jika melihat dan membaca ke-2 (dua) Putusan
di atas vide Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016 tanggal
05 Oktober 2016 (Perkara TUN) dan Putusan Perdata Nomor : 05/Pdt
G/2017/PN Gsk tanggal 27 Februari 2017 (Perkara Perdata), maka
sangatlah jelas Terdapat 2 (dua) gugatan atas objek yang sama yaitu
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012,
tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan
dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk,
di Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah yang Putusannya
berbeda dan saling bertentangan satu dengan yang lain serta
masing-masing Putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap;
7. Bahwa, Permohonan Peninjauan Kembali yang Pemohon Peninjauan
Kembali ajukan ini terkait adanya pertentangan antara Putusan
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016 tanggal 05 Oktober 2016
dengan Putusan Perdata Nomor: 05/Pdt G/2017/PN Gsk tertanggal 27
Februari 2017 terhadap objek yang sama yaitu Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012, tanggal 7 Juni
2012, tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan

Halaman 66 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Pembangunan Pabrik Semen
Kabupaten Rembang olehJawa
Propinsi PT. Semen
TengahGresik (Persero)
a-quo- Tbk, di
sebagaimana
dimaksud dalam angka 6 (enam) di atas, karenanya Permohonan
Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali ini
telah memenuhi ketentuan dan syarat sebagaimana dimaksud
dalam SEMA RI Nomor 7 Tahun 2014 dan SEMA RI Nomor 10 Tahun
2009;
8. Bahwa, sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 16 ayat (1)
Undang-Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
selengkapnya berisi ketentuan: “(1) Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan

PENINJAUAN KEMBALI ATAS PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI NO. 99 PK/TUN/2016 TANGGAL 05 OKTOBER 2016 INI ADALAH SAH MENURUT HUKUM DAN WA

dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib
untuk memeriksa dan mengadilinya”;
III. PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI NO. 99 PK/TUN/2016 TANGGAL 05
OKTOBER 2016 TELAH MELANGGAR ASAS-ASAS HUKUM ACARA
YANG FUNDAMENTAL YAKNI ASAS KEPASTIAN HUKUM, ASAS
KEADILAN, ASAS MANFAAT KARENANYA PUTUSAN A-QUO- PATUT
UNTUK DIBATALKAN;
Bahwa, selain terdapat 2 (dua) Putusan yang berbeda atas obyek yang
sama yakni Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun
2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan
dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, di
Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah yang masing-masing putusan
tersebut telah berkekuatan hukum tetap, sebagaimana yang telah diuraikan
dalam angka II di atas, Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016
tanggal 05 Oktober 2016 TELAH DIPUTUS DENGAN MELANGGAR ASAS-
ASAS FUNDAMENTAL HUKUM ACARA yakni Asas Kepastian Hukum,
Asas Keadilan dan Asas Manfaat, sehingga secara hukum oleh Mahkamah
Agung RI Putusan Peninjauan Kembali a-quo- patut untuk dibatalkan,
berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di bawah ini :

Halaman 67 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
1. Adanya Pelanggaran-Pelanggaran
Hukum dalam Yang Bersifat
Putusan Peninjauan Kembali PerkaraSubstantif
No. 99 Secara
PK/TUN/2016 yang dilakukan dengan sengaja oleh Majelis Hakim
Peninjauan Kembali a-quo- yang Melanggar Asas-asas Fundamental
Hukum Acara yakni asas kepastian hukum, berdasarkan alasan-
alasan sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut:
A. Majelis Hakim Peninjauan Kembali Yang Telah Memeriksa,
Mengadili Dan Memutus Perkara Peninjauan Kembali Tersebut
Dalam Putusan Peninjauan Kembali a-quo- Telah Melanggar
Ketentuan Pasal 28 D Ayat (1) UUD’45;
- Bahwa, Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016, telah
melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang mana pasal ini
sebagai pengejawantahan dari Pasal 28 huruf D ayat (1) UUD‟45
yang menyatakan: “(1) setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan KEPASTIAN HUKUM YANG ADIL
SERTA PERLAKUAN YANG SAMA DIHADAPAN HUKUM”;
- Bahwa, dari ketentuan Pasal 28 huruf D ayat (1) UUD‟45 di atas
telah memberikan jaminan hak perlakuan yang sama dihadapan
hukum bagi siapa saja, sehingga PERADILAN DALAM MEMUTUS
PERKARA TIDAK BOLEH MEMBEDA-BEDAKAN ORANG;
- Bahwa, Majelis Hakim yang telah memeriksa, mengadili dan
memutus Perkara Peninjauan Kembali a-quo- hanya
mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon
Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan
Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016)
mengenai Novum, walaupun faktanya bukti-bukti tersebut tidak sah
dan tidak dapat di kualifikasikan sebagai Novum serta bukan pula
merupakan hal yang menentukan terhadap perkara a-quo-, dimana
bukti-bukti surat yang diajukan Pemohon Peninjauan Kembali
(Lampiran - 6) yang menyangkal kebenaran bukti-bukti yang
diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai
Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali
No. 99 PK/TUN/2016), SAMA SEKALI TIDAK DIPERIKSA DAN
TIDAK DIPERTIMBANGKAN;
Berdasarkan kedua hal tersebut di atas sangatlah jelas dan sangat
terang benderang Majelis Hakim yang telah memeriksa, mengadili

Halaman 68 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
dan memutus
kesalahan Perkara
yang sangatPeninjauan Kembali a-quo-
fatal dan melanggar telah Pasal
Ketentuan melakukan
28 D
Ayat (1) UUD‟45, maka Mahkamah Agung Republik Indonesia
wajib menerima Permohonan Peninjauan Kembali ini dan
membatalkan Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016.
B. Majelis Hakim Peninjauan Kembali Yang Telah Memeriksa,
Mengadili Dan Memutus Perkara Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016 Tersebut telah melakukan Penyelundupan Hukum
Yakni Dengan Memaksa Memakai Ketentuan Atau Norma Hukum
di Luar Ketentuan Hukum Acara Yang Berlaku Dalam Peradilan
Tata Usaha Negara;
- Bahwa, Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat)
sebagaimana kita pahami bersama. Konsep Rechtstaat dan The
Rule of Law memiliki perbedaan, antara lain dalam The Rule of
Law, tidak terdapat Peradilan Administrasi Peradilan Tata Usaha
Negara (selanjutnya disebut “PTUN”) sedangkan dalam Rechtstaat
terdapat Peradilan Administrasi Negara yang berdiri sendiri
terpisah dari peradilan umum. Sistem Rechstaat yang banyak
dianut di Negara-Negara Eropa Kontinental bertumpu pada sistem
civil law, sedangkan sistem rule of law yang banyak dikembangkan
di Negara-Negara dengan tradisi Anglo Saxon bertumpu pada
sistem common law;
- Bahwa, Menurut pendapat John Staal yang dikutip oleh Prof. Jimly
Assiddiqie maka dalam Negara hukum ada empat unsur:
1) Pengakuan Hak Asasi Manusia (grondrechten);
2) Pembatasan kekuasaan (scheiding van machten);
3) Pemerintahan berdasarkan undang-undang {wetmatigheid van
bestuur (administratie)};
4) Pengadilan Administrasi Negara (administratieve rechspraak).
- Bahwa, sebagaimana pendapat Prof. Oemar Seno Adji kemudian
menterjemahkan unsur ke empat dari Negara hukum menurut
pendapat Julius Stahl administratieve rechtspraak adalah peradilan
tata usaha dalam perselisihan;
- Bahwa, dengan demikian Peradilan Tata Usaha Negara
berkedudukan sama dengan badan-badan peradilan lainnya,
yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer

Halaman 69 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
yang berfungsi
kehakiman sebagai
di Negara salah Indonesia;
Republik satu pelaksanaan kekuasaan
- Bahwa, hal tersebut di atas semakin diperjelas lagi oleh isi
ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara (untuk selanjutnya disebut dengan
“UU TUN”) yang menyebutkan bahwa Peradilan Tata Usaha
Negara adalah salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman
bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha
Negara. Sama halnya dengan lembaga peradilan lainnya, struktur
Peradilan Tata Usaha Negara terdiri dari PTUN sebagai
pengadilan tingkat pertama, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
(selanjutnya disebut “PT TUN”) sebagai pengadilan tingkat
banding. Puncak dari Kekuasaan Kehakiman di lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara adalah Mahkamah Agung;
- Bahwa, PTUN secara resmi terbentuk dan dijalankan semenjak
tanggal 14 Januari 1991. Adapun landasan yuridis atas
pembentukan PTUN yang pertama kali adalah berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 Tahun 1991
tentang Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara di Jakarta,
Medan, Palembang, Surabaya, dan Ujung Pandang, dan
dihubungkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 7 Tahun 1991 tentang Penerapan Undang- Undang No. 5
Tahun 1986 tentang PTUN. Semenjak itu mulai diberlakukan
secara nasional pelaksanaan peraturan UU TUN;
- Bahwa, GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM terhadap
Penguasa (onrechtmatig gedaads) secara gugatan perdata
semenjak adanya PTUN tidak lagi diajukan di Pengadilan
Negeri;
- Bahwa, dengan demikian bila ada gugatan di PTUN maka
HUKUM ACARA YANG BERLAKU ADALAH HUKUM ACARA
PTUN BUKAN HUKUM ACARA PERDATA. Dan karenanya
TIDAK MUNGKIN dalam persidangan PTUN diberlakukan hukum
acara perdata, hal ini dikarenakan dalam gugatan perdata di
Pengadilan Negeri maupun gugatan di PTUN masing-masing
Pengadilan tersebut mempunyai KEWENANGAN ABSOLUT;

Halaman 70 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa, Majelisdalam
PK/TUN/2016 Hakimmemutus
Peninjauan Kembali
perkara Perkara
a-quo- No. 99
TELAH SECARA
KELIRU MEMAKAI DAN MEMAKSAKAN BAHKAN TELAH
MENYELUNDUPKAN ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai dasar untuk membatalkan
Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya No.
135/B/2015/PT.TUN.SBY tanggal 03 November 2015 dan
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang No.
064/G/2014/PTUN.SMG tanggal 16 April 2015;
- Bahwa, Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
mengatur kedaluwarsa BUKAN ketentuan yang dapat
dipergunakan dalam Peradilan Tata Usaha Negara, yang
selengkapnya bunyi Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menyatakan sebagai berikut:
“Tenggat Kedaluwarsa untuk mengajukan gugatan ke pengadilan
mengikuti tenggang waktu sebagaimana diatur dalam
KETENTUAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA dan
dihitung sejak diketahui adanya pencemaran dan/ atau
kerusakan lingkungan Hidup”;
- Bahwa, dari isi ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tersebut di atas sangatlah jelas dan tegas Pasal
ini KHUSUS MENGATUR KEDALUWARSA DALAM LINGKUP
ATAU WILAYAH HUKUM PERDATA;
- Bahwa, dalam peradilan Tata Usaha Negara telah secara tegas
diatur hukum acara mengenai kedaluwarsa yakni dalam
ketentuan Pasal 55 UU TUN, yang selengkapnya menyatakan
sebagai berikut :
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu
SEMBILAN PULUH HARI terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara”;
Bahwa, oleh karena itu berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas,
HUKUM ACARA YANG BERLAKU DALAM SUATU PENGADILAN

Halaman 71 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
TATA
TATA USAHA
USAHA NEGARA
NEGARAADALAH
BUKAN HUKUM
HUKUM ACARA
ACARAPERADILAN
PERDATA,
karena masing-masing Peradilan tersebut mempunyai
KEWENANGAN ABSOLUT yang berbeda, sehingga sangatlah jelas
dan sangat terang benderang Majelis Hakim yang telah memeriksa,
mengadili dan memutus Perkara Peninjauan Kembali a-quo- telah
melakukan Penyelundupan Hukum yakni dengan memaksakan
dan memakai ketentuan atau norma hukum di luar ketentuan
hukum acara yang berlaku dalam Peradilan Tata Usaha Negara,
karenanya Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib menerima
Permohonan Peninjauan Kembali ini dan membatalkan Putusan
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016;
C. Majelis Hakim Peninjauan Kembali yang Telah Memeriksa,
Mengadili Dan Memutus Perkara Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016 Tersebut Telah Salah, Dan Adanya Kekhilafan yang
Nyata Serta Bahkan Lalai Dalam Menerapkan Ketentuan Mengenai
Kedaluwarsa;
- Bahwa, Majelis Hakim yang telah memeriksa, mengadili dan
memutus Perkara Peninjauan Kembali a-quo- telah salah, khilaf
dan bahkan lalai dan sengaja mempergunakan ketentuan Pasal 89
Ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebagaimana
dinyatakan dalam pertimbangan Putusan a-quo- pada halaman
108 Putusan No. 99 PK/TUN/2016 yang menyatakan:
“Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, tenggang waktu
pengajuan gugatan 90 (sembilan puluh) hari sejak masyarakat
mengetahui adanya potensi pencemaran dan/ atau kerusakan
lingkungan hidup akibat penerbitan Surat Izin Lingkungan objek
sengketa. Kapan saatnya secara pasti potensi pencemaran dan/
atau kerusakan lingkungan itu diketahui? Bahwa menurut majelis
hakim secara pasti baru dapat dinyatakan para Penggugat
mengetahui adanya potensi pencemaran dan/ atau kerusakan
lingkungan sejak adanya penjelasan dari Baskoro Budhi
Darmawan kepada para Penggugat pada tanggal 18 Juni 2014,
setelah di perolehnya AMDAL dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Provinsi Jawa Tengah (Bukti P - 15). Dengan demikian,
pengajuan gugatan pada tanggal 1 September 2014 belum lewat

Halaman 72 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
waktu
Tahun sebagaimana maksud
1986 jo Pasal 89 Pasal
ayat (1) 55 Undang-Undang
Undang-Undang Nomor
Nomor 32 Tahun5
2009”;
- Bahwa, Pertimbangan Majelis Hakim a-quo- sebagaimana dalil
yang telah di ungkapkan oleh Pemohon Peninjauan Kembali pada
huruf B di atas sangatlah jelas telah melanggar ketentuan
Peraturan Perundang-undangan dan hukum acara yang berlaku
dalam Peradilan Tata Usaha Negara, karena secara hukum
ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup bukanlah ketentuan kedaluwarsa dalam wilayah hukum
Tata Usaha Negara dan juga bukan ketentuan yang dapat
dipakai dalam hal mengajukan gugatan Tata Usaha Negara;
- Bahwa, dalam mengajukan gugatan Tata Usaha Negara
sangatlah jelas dan tegas ketentuan mengenai
kedaluwarsanya diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Tata
Usaha Negara yang berbunyi:
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu
Sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara”;
- Bahwa, sebagaimana pendapat Ahli Hukum Acara Perdata Dr.
Yoni A. Setiyono, S.H., M.H., Mengenai Tenggang waktu
pengajuan gugatan dalam PTUN maka proses pengajuan
gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara yang penting dan
harus diperhatikan dengan seksama adalah masalah
tenggang waktu pengajuan gugatan. Gugatan dapat diajukan
hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak
saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara;
- Bahwa, Konsekuensi yuridis akibat tidak dipenuhinya syarat
limitatif mengenai tenggang waktu adalah gugatan tidak dapat
diterima oleh Pengadilan, karena gugatan diajukan setelah
lewat waktunya;
- Metode penghitungan tenggang waktu SEMBILAN PULUH HARI
untuk pengajuan gugatan adalah sebagai berikut:

Halaman 73 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
1. Terhadap
55 Ayat (1)keputusan positif Nomor
Undang-Undang sebagaimana
5 Tahundiatur
1986 dalam Pasal
Undang-
Undang Tata Usaha Negara, maka saat mulai dihitungnya
sembilan puluh hari adalah menurut bunyi rumusan Pasal 55
Undang-Undang Tata Usaha Negara yaitu:
- Sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha Negara
yang digugat itu yang memuat nama penggugat;
- Sejak hari pengumuman keputusan (beschikking) tersebut
dalam hal peraturan dasarnya bahwa suatu keputusan itu
harus diumumkan;
2. Terhadap Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) yang
telah melewati upaya administratif (Pasal 48), tenggang waktu
Sembilan puluh hari dihitung sejak diterimanya Keputusan
Tata Usaha Negara yang diputus dari instansi pemutus upaya
administratif tersebut;
3. Terhadap keputusan fiktif (Pasal 3 Undang-Undang Tata
Usaha Negara), penghitungan tenggang waktu sembilan puluh
hari tersebut harus dilihat apakah dalam peraturan dasarnya
ditentukan mengenai batasan tenggang waktu keharusan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mengadakan reaksi
atas suatu permohonan yang telah masuk, sehingga
penghitungan tenggang waktu SEMBILAN PULUH HARI
tersebut adalah sebagai berikut:
 Jika ada ketentuan tenggang waktu harus mengeluarkan
keputusan maka tenggang waktu Sembilan puluh hari
dihitung sejak habisnya kesempatan mengambil
keputusan itu, yaitu setelah lewatnya tenggang waktu yang
ditentukan dalam peraturan dasarnya yang dihitung sejak
diterimanya permohonan yang bersangkutan (Pasal 3 ayat
(2));
 Jika tidak ada ketentuan tenggang waktu untuk mengambil
keputusan yang dimohon, maka tenggang waktu Sembilan
puluh hari dihitung setelah lewatnya batas waktu empat
bulan yang dihitung sejak tanggal diterimanya
permohonan yang bersangkutan (Pasal 3 ayat (3)).
- Bahwa, Penghitungan tenggang waktu sebagaimana dimaksud
Pasal 55 Undang-Undang Tata Usaha Negara terhenti ditunda
(geschors) pada saat gugatan didaftarkan di Kepaniteraan

Halaman 74 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Pengadilan Tata Usaha
dengan ketentuan Negara
yang diatur yang
Pasal berwenang.
62 Ayat Sehubungan
(6) dan Pasal 63 ayat
(1) Undang-Undang Tata Usaha Negara, maka gugatan baru
hanya dapat diajukan dalam sisa waktu dari
penghentian/penundaan penghitungan tenggang waktu gugatan
saat didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
yang berwenang tersebut di atas. Bagi mereka yang tidak dituju
oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara tetapi yang merasa
kepentingannya dirugikan, maka tenggang waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dihitung secara kasuistis sejak saat ia
merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha
Negara dan mengetahui adanya keputusan tersebut. Apabila
tenggang waktu sembilan puluh hari itu tidak digunakan oleh
mereka yang berhak menggugat, maka Keputusan Tata Usaha
Negara tersebut meskipun di dalamnya mengandung cacat
yang fatal, TETAP TIDAK DAPAT DIGANGGU GUGAT LAGI
DENGAN SARANA HUKUM APAPUN kecuali atas kemauan
sendiri dari pihak pemerintah dalam hal ini instansi pemerintah
yang berwenang. Eksistensi ketentuan mengenai pembatasan
tenggang waktu tersebut adalah berkaitan dengan masalah
kepastian hukum (rechtszekerheid) yang berkaitan dengan
masalah kekuatan berlakunya Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan. Sehubungan sistem pengaturan mengenai
tenggang waktu gugatan, tampak di sini undang-undang ingin
mengakomodasikan dua kepentingan yang berbeda, yaitu sisi
kepentingan masyarakat menyangkut masalah kepastian hukum
berlakunya Keputusan Tata Usaha Negara dan sisi kepentingan
individual, dalam arti untuk melindungi hak-hak perseorangan yang
terkena akibat hukum dari dikeluarkannya atau tidak Keputusan
Tata Usaha Negara;
- Bahwa, menurut Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun
1991 pada Angka V.3 yang pada pokoknya menyatakan bahwa
bagi mereka yang tidak dituju oleh suatu keputusan Tata Usaha
Negara tetapi yang merasa kepentingannya dirugikan, maka
tenggang waku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UU TUN
dihitung 90 (sembilan puluh) hari secara kasuistis sejak saat suatu
pihak (seseorang atau badan hukum perdata) merasa

Halaman 75 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kepetingannya dirugikan
mengetahui adanya oleh Keputusan
keputusan tersebut. Tata Usaha
Dalam Negara
perkara dan
Amdal
bila diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara maka walaupun
diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, NAMUN
DALAM HUKUM ACARANYA TUNDUK PADA HUKUM ACARA
PERADILAN TATA USAHA NEGARA;
- Ketentuan dalam Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Lingkungan
Hidup diatur mengenai tenggang kedaluwarsa, yang berbunyi:
“Tenggat kedaluwarsa untuk mengajukan gugatan ke pengadilan
mengikuti tenggang waktu sebagaimana diatur dalam ketentuan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan dihitung sejak
diketahui adanya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup”;
- Tetapi perhitungan tenggang waktunya tetap dihitung berdasarkan
aturan Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana uraian di atas.
Sedangkan tenggat waktu kedaluwarsa sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, bukan dihitung dari tenggang waktu dalam hukum perdata
sebagaimana diatur dalam buku ke - 4 KUHPerdata, namun tetap
90 (sembilan puluh) hari/ 3 (tiga) bulan sebagaimana ketentuan
dalam Peradilan Tata Usaha Negara yang dijelaskan di atas;
- Bahwa, berdasarkan uraian tersebut di atas maka ketentuan yang
berlaku dalam memutus Perkara Tata Usaha Negara dalam
kaitannya dengan permasalahan Izin Lingkungan adalah
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Peradilan Tata
Usaha Negara;
Bahwa, berdasarkan uraian di atas, dengan demikian perbuatan
Majelis Hakim yang telah memeriksa, mengadili dan memutus Perkara
Peninjauan Kembali a-quo- yang telah mengenyampingkan ketentuan
Pasal 55 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara mengenai
kedaluwarsanya mengajukan gugatan (vide Putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara Semarang Nomor 064/G/2014/PTUN.SMG dan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya Nomor
135/B/2015/PT.TUN.SBY), dengan memaksa mempergunakan
ketentuan lain diluar ketentuan yang berlaku dalam Hukum Acara

Halaman 76 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Peradilan TataUndang-Undang
89 ayat (1) Usaha Negara, yakni
Nomordengan mempergunakan
32 Tahun Pasal
2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah perbuatan
yang salah, keliru serta merupakan kekhilafan yang nyata dan
bahkan lalai dalam menerapkan ketentuan peraturan perudang-
undangan Tata Usaha Negara mengenai DALUWARSA
sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang
Tata Usaha Negara, karenanya Mahkamah Agung Republik
Indonesia wajib menerima Permohonan Peninjauan Kembali ini
dan membatalkan Putusan Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016;
D. Majelis Hakim Yang Telah Memeriksa, Mengadili Dan Memutus
Perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016 Tersebut telah
melanggar Asas Imparsialitas;
- Bahwa, hakim dalam memeriksa dan memutus dalam suatu
perkara harus bertindak secara objektif dengan tidak membeda-
bedakan orang, hal ini dikenal dengan Asas Imparsialitas/ fair trial
karena setiap orang sama kedudukannya dihadapan hukum
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 D ayat (1) UUD‟45 yang
berbunyi:
“(1) setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan KEPASTIAN HUKUM YANG ADIL SERTA PERLAKUAN
YANG SAMA DIHADAPAN HUKUM.”;
- Bahwa, dalam sidang penyumpahan dan pengesahan bukti-
bukti yang di ajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII
(d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016) di Pengadilan Tata
Usaha Negara Semarang, Pemohon Peninjauan Kembali TIDAK
PERNAH dipanggil secara sah untuk menghadiri sidang yang
dimaksud, sementara jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 28 D
ayat (1) UUD‟45 tersebut di atas adalah wajib hukumnya
Pemohon Peninjauan Kembali untuk hadir dalam persidangan
tersebut dalam kaitannya dengan prinsip check and balance
guna membela kepentingannya sebagaimana pendapat Ahli
Hukum Acara Perdata Dr. Yoni A. Setyono, S.H., M.H.;

Halaman 77 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa,
ketentuanhal yang
Pasal sama(1)juga
4 ayat telah diatur No.
Undang-Undang secara tegas2009
48 Tahun dalam
Tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi:
“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-
bedakan orang”;
- Bahwa, ketentuan Pasal tersebut yang merupakan
pengejawantahan dari Pasal 28 D ayat (1) UUD‟45 adalah
ketentuan yang wajib diikuti dan dipatuhi oleh hakim maupun
badan peradilan yang sedang memeriksa suatu perkara;
- Bahwa, berdasarkan ketentuan Pasal 28 D ayat (1) UUD‟45 dan
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman, yang diperkuat berdasarkan pendapat Ahli
Hukum Acara Perdata di atas, maka wajib hukumnya kehadiran
pihak Termohon Peninjauan Kembali II (saat ini sebagai Pemohon
Peninjauan Kembali) pada saat persidangan penyumpahan Bukti
tersebut. Dengan demikian ketidakhadiran Termohon
Peninjauan Kembali II (saat ini sebagai Pemohon Peninjauan
Kembali) menyebabkan secara hukum sidang penyumpahan
dan pengesahan bukti itu tidak sah karena melanggar
prosedur formil hukum acara yakni melanggar asas imparsial/
fair trial, karenanya bukti-bukti yang dijadikan Novum
berdasarkan sidang penyumpahan itu pada Pengadilan Tata
Usaha Negara MENJADI TIDAK SAH sehingga tidak mempunyai
nilai kekuatan pembuktian. Namun, demikian walaupun Novum itu
tidak sah, tetapi tetap diterima dengan dipertimbangkan oleh
Majelis Hakim Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016;
- Bahwa, Majelis Hakim Peninjauan Kembali Perkara No. 99
PK/TUN/2016 tidak hanya melakukan pelanggaran atas asas
imparsialitas/ fair trial dengan menerima bukti-bukti yang telah di
jadikan Novum itu, tetapi juga telah melanggar asas yang sama
karena pada saat memeriksa dan memutus perkara a-quo- telah
tidak memperhatikan dan memeriksa bukti surat dari PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang telah secara tegas
menolak kebenaran atas bukti-bukti yang telah dijadikan
Novum oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h
sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016) (bukti ini telah

Halaman 78 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
disampaikan oleh Termohon
No. 99 PK/TUN/2016 yang Peninjauan Kembali
ditandai dengan II dalam PPerkara
Lampiran – 1b),
padahal bukti-bukti yang dipaksakan dijadikan novum tersebut
katanya quod-non- diterbitkan oleh PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk;
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, sehingga
sangatlah jelas dan sangat terang benderang Majelis Hakim yang telah
memeriksa, mengadili dan memutus Perkara Peninjauan Kembali No.
99 PK/TUN/2016 telah melakukan pelanggaran terhadap asas
imparsial/fair trial yang merupakan asas fundamental dalam
hukum acara karenanya Mahkamah Agung Republik Indonesia
wajib menerima Permohonan Peninjauan Kembali ini dan
membatalkan Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016.
E. Majelis Hakim Peninjauan Kembali Yang Telah Memeriksa,
Mengadili Dan Memutus Perkara Peninjauan Kembali Tersebut
telah melanggar Asas Audio Et Alteram Partem
- Bahwa, pada saat sidang penyumpahan dan pengesahan bukti-
bukti yang dijadikan Novum Termohon Peninjauan Kembali I s/d
VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016), di Pengadilan Tata
Usaha Negara Semarang, yang mana Pemohon Peninjauan
Kembali (d/h sebagai Termohon Peninjauan Kembali II) TIDAK
PERNAH DIUNDANG DAN DIPANGGIL SECARA SAH oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang untuk mengikuti
persidangan tersebut, dalam rangka check and balance untuk
melakukan pembelaan diri, Pemohon Peninjauan Kembali
seharusnya diundang untuk menghadiri sidang tersebut;
- Bahwa, dengan demikian perbuatan Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang yang telah DENGAN SENGAJA TIDAK
MENGUNDANG DAN MEMANGGIL SECARA SAH Pemohon
Peninjauan Kembali adalah merupakan kekeliruan yang
sangat nyata dan cenderung lalai karena perbuatan itu adalah
tindakan yang tidak fair/partial yang tentunya telah melanggar
asas fundamental hukum acara yakni asas Equality Before
The Law (Fair Trial/Impartial) yang telah diakui secara tegas
dalam Pasal 28 D ayat (1) UUD’45 yang menyatakan: “(1)
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,

Halaman 79 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
dan
YANG KEPASTIAN HUKUM HUKUM”
SAMA DIHADAPAN YANG ADIL
dan SERTA PERLAKUAN
juga telah melanggar
Asas Audio Et Alteram Partem.
Selain melanggar Pasal 28 D ayat (1) UUD’45 serta Majelis
Hakim Peninjauan Kembali juga melanggar ketentuan Pasal 4
ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman, yang menyatakan; “Pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan
orang”;
- Bahwa, berdasarkan pendapat Ahli Hukum Acara Perdata Dr. Yoni
A. Setyono, S.H., M.H. Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai
Termohon Peninjauan Kembali II) harus dipanggil untuk
menghadiri sidang penyumpahan Novum, untuk melakukan
pembelaan diri yakni melakukan penyanggahan atas bukti-bukti
yang dijadikan Novum itu, sebagaimana pendapatnya sebagai
berikut:
“Disamping itu dalam pengajuan Peninjauan Kembali
disamping menerima permohonan adanya Novum tersebut
maka sebagai “check and balance” maka pihak Termohon
juga harus diberikan kesempatan untuk melakukan
pembelaanya mengenai adanya permohonan tersebut; hal ini
sesuai dengan asas “Audi et alteram partem” yaitu asas para
pihak harus didengar. Para pihak mempunyai kedudukan
yang sama dan harus diperlakukan dan diperhatikan secara
adil. Hakim tidak dibenarkan hanya memperhatikan barang
bukti, keterangan, atau penjelasan salah satu pihak saja. Bila
hal ini tidak dilakukan maka prosedur formil ini juga
melanggar asas tersebut”;
- Bahwa, berdasarkan ketentuan Pasal 28 D ayat (1) UUD‟45 dan
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman yang diperkuat berdasarkan Pendapat Ahli
Hukum Acara Perdata di atas, maka wajib hukumnya kehadiran
pihak Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai Termohon
Peninjauan Kembali II) pada saat persidangan penyumpahan
Novum. Dengan demikian ketidakhadiran Pemohon Peninjauan
Kembali (d/h sebagai Termohon Peninjauan Kembali II)
menyebabkan secara hukum sidang penyumpahan itu tidak

Halaman 80 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
sah karenaasas
melanggar melanggar
audi et prosedur formil karenanya
alteram partem, hukum acara yakni
bukti-bukti
yang dijadikan Novum berdasarkan sidang penyumpahan tersebut
pada Pengadilan Tata Usaha Negara menjadi tidak sah sehingga
tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Namun, demikian
walaupun Novum itu tidak sah, tetapi tetap dipaksakan diterima
dengan dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Peninjauan Kembali
No. 99 PK/TUN/2016;
- Bahwa, Majelis Hakim Peninjauan Kembali Perkara No. 99
PK/TUN/2016 tidak hanya melakukan pelanggaran terhadap asas
audi et alteram partem dengan menerima bukti-bukti yang telah
di jadikan Novum itu, tetapi juga telah melanggar asas yang sama
karena pada saat memeriksa dan memutus perkara a-quo- telah
tidak memperhatikan dan memeriksa bukti surat dari PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk yang telah secara tegas menolak
kebenaran atas bukti-bukti yang telah dijadikan Novum oleh
Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h bukti ini di tandai
dengan lampiran P-2b dalam Perkara No. 99 PK/TUN/2016),
padahal bukti-bukti yang dipaksakan dijadikan Novum tersebut
katanya quod-non- diterbitkan oleh PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk;
Berdasarkan hal-hal yang telah di uraikan di atas, sangatlah jelas dan
terang benderang Majelis Hakim yang telah memeriksa, mengadili dan
memutus Perkara Peninjauan Kembali a-quo- telah melakukan
pelanggaran terhadap asas audi et alteram partem yang
merupakan asas fundamental dalam hukum acara, karenanya
Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib menerima
Permohonan Peninjauan Kembali ini dan membatalkan Putusan
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016;
F. Majelis Hakim Peninjauan Kembali Putusan No. 99 PK/TUN/2016
Telah Memeriksa, Mengadili Dan Memutus Perkara a-quo-
berdasarkan Novum Yang Tidak Sah Dan Tidak Benar, Serta
Bukan Merupakan Hal Yang Menentukan;
- Bahwa, menurut pendapat Ahli Hukum Acara Perdata Dr. Yoni A.
Setyono, S.H., M.H. Novum dalam bahasa latin mempunyai istilah
lengkap noviter perventa, yang berarti “newly discovered facts,
which are usually allowed to be introduced in a case even after the

Halaman 81 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
pleadings
ditemukan,are closed”
yang (terjemahan
biasanya bebas untuk
diperbolehkan Penulis “fakta baru
diajukan yang
ke dalam
suatu kasus meskipun setelah proses pembelaan dilakukan atau
selesai”). Pengertian Novum menurut Hadari Djenawi Tahir adalah
suatu hal yang baru yang timbul kemudian sesudah adanya
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang
tetap yang sebelumnya tidak pernah menjadi pembicaraan atau
tidak pernah dipersoalkan di dalam pemeriksaan pengadilan.
Sedangkan menurut pendapat M. Karjadi dan R. Soesilo adalah
keadaan atau peristiwa baru yang sebelumnya tidak pernah
diketemukan. Dalam penjelasan atas Pasal 15 Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman telah menyinggung perihal Novum yang
disebut dengan istilah nova. Pengertian nova sama dengan yang
saat ini disebut Novum, yaitu “fakta-fakta atau keadaan-keadaan
baru, yang pada waktu dilakukan peradilan yang dahulu, tidak
tampak atau tidak memperoleh perhatian;
- Bahwa, syarat bukti adanya Novum harus merupakan bukti tertulis
baik berupa alat bukti surat atau akta, baik itu dapat berupa akta
otentik maupun akta dibawah tangan. Sehingga dalam Novum
tidak dapat diajukan dengan alat bukti di luar alat bukti tertulis.
Dalam pengajuan alat bukti tertulis tersebut harus memenuhi
2 (dua) syarat yaitu syarat formil dan materiil. Dalam Syarat
formil, maka bila dihubungkan dengan ketentuan Pasal 69
huruf (b) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung, maka terhadap penemuan bukti baru
tertulis tersebut terhadap penemunya HARUS DILAKUKAN
PENYUMPAHAN. Bila sumpah ini tidak dilakukan maka Putusan
Peninjauan Kembali tersebut melanggar ketentuan Pasal 69 huruf
(b) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah
Agung YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM MEMAKSA
(DWINGEN RECHT). Maka bila dilanggar akan mengakibatkan
BATALNYA Putusan Peninjauan Kembali tersebut;
- Bahwa, dalam persyaratan materiil suatu Novum DISAMPING
HARUS BERBENTUK TERTULIS DAN BERSIFAT SANGAT
MENENTUKAN, bentuk sangat menentukan tersebut artinya bukti
tertulis tersebut merupakan suatu bukti yang tidak

Halaman 82 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
terbantahkan, mempunyai
mengikat, namun kekuatan yang
bila dapat dilumpuhkan oleh sempurna dan
pihak lawannya
maka bukti itu menjadi tidak dapat dianggap sangat
menentukan lagi. Bila berkaitan dengan adanya suatu sosialisasi
suatu produk beschikking, maka arti sosialisasi tersebut harus
dilakukan di depan orang banyak yang berkaitan dengan
beschikking tersebut tidak dapat digantungkan atau ditentukan
dengan kehadiran seseorang saja. Artinya dengan tidak
hadirnya seseorang tersebut diartikan sosialisasi tidak dilakukan,
ini bukan merupakan kekeliruan hukum yang nyata
(rechtsdwaling). Disamping itu dalam pengajuan Peninjauan
Kembali disamping menerima permohonan adanya Novum
tersebut maka sebagai “check and balance” maka pihak Termohon
juga harus diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaanya
mengenai adanya permohonan tersebut, hal ini sesuai dengan
asas “Audi et alteram partem” yaitu asas para pihak harus
didengar. Para pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus
diperlakukan dan diperhatikan secara adil. Hakim tidak
dibenarkan hanya memperhatikan barang bukti, keterangan,
atau penjelasan salah satu pihak saja. Bila prosedur formil
ini tidak dilakukan, maka ini juga melanggar asas Audi et
alteram partem”;
- Bahwa, menurut pendapat Ahli Hukum Acara Perdata Dr. Yoni A.
Setyono, S.H., M.H. pengertian Novum bila dikaitkan dengan
ketentuan Pasal 67 huruf (b) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung dan Undang-Undang No. 3 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, berbunyi: “Apabila setelah
perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemukan”; Pengertian surat-surat bukti pada Pasal ini bila
dikaitkan dengan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
No. 1 Tahun 1982 tentang Peraturan Mahkamah Agung No. 1
Tahun 1980 yang disempurnakan, yang menyatakan bahwa
“Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti

Halaman 83 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
yang bersifat
tidak dapat menentukan, yang pada waktu perkara diperiksa
ditemukan”;
Dengan demikian maka pengertian bukti baru (Novum) merupakan
bukti yang berbentuk surat yang isinya memuat suatu fakta yang
sudah terdapat/ sudah ada pada saat pemeriksaan perkara a-quo-
di tingkat pertama sebelum perkara a-quo- diputus oleh
pengadilan, namun fakta yang sudah ada dalam bukti surat
tersebut belum diajukan dan diperiksa, atau belum terungkap
dalam persidangan ketika perkara diperiksa, melainkan baru
diketahui/ ditemukan setelah perkara diputus, dan apabila
diajukan, diperiksa dan dipertimbangkan oleh Pengadilan, maka
Putusan Pengadilan akan berlainan dengan Putusan Pengadilan
yang terakhir karena sifatnya sangat menentukan;
- Bahwa, sebagaimana yang dikemukakan di atas maka syarat bukti
adanya Novum bila harus merupakan bukti tertulis baik berupa alat
bukti surat atau akta, baik itu berupa akta otentik maupun akta
dibawah tangan. Sehingga suatu Novum tidak dapat diajukan
dengan alat bukti di luar alat bukti tertulis. Dalam pengajuan
Novum yang berupa alat bukti tertulis tersebut harus memenuhi 2
(dua) syarat yaitu syarat formil dan materiil;
Dalam Persyaratan formil, maka bila dihubungkan dengan
ketentuan Pasal 69 sub (b) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985
Tentang Mahkamah Agung, maka terhadap penemuan bukti baru
tertulis tersebut terhadap penemunya harus dilakukan
penyumpahan. Penyumpahan disini dilakukan oleh Hakim yang
ditunjuk Ketua Pengadilan di Pengadilan Tata Usaha Negara yang
menyidangkan pada tingkat pertama. Penyumpahan atas
penemuan baru ini berkaitan pula untuk menghitung jangka waktu
dan siapa penemunya, apakah pengajuan Peninjauan Kembali
dengan alasan Novum ini sesuai dengan jangka waktu 180
(seratus delapan puluh) hari semenjak ditemukan dan apakah
benar yang bersangkutan menemukan alat bukti tertulis tersebut
setelah perkara tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Bila sumpah ini tidak dilakukan maka Putusan Peninjauan
Kembali tersebut melanggar ketentuan pasal 69 huruf (b) yang
mempunyai kekuatan hukum memaksa (dwingen recht). Maka

Halaman 84 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
bila dilanggar
Peninjauan akan mengakibatkan
Kembali tersebut; batalnya Putusan
Dalam persyaratan materiil, suatu Novum disamping harus
berbentuk tertulis dan bersifat sangat menentukan, bentuk sangat
menentukan tersebut artinya bukti tertulis tersebut merupakan
suatu bukti yang tidak terbantahkan, mempunyai kekuatan yang
sempurna dan mengikat, namun bila dapat dilumpuhkan oleh
pihak lawannya maka bukti itu menjadi tidak dapat dianggap
sangat menentukan lagi;
- Bahwa, dikaitkan dengan pendapat Ahli Hukum Acara Perdata di
atas dan ketentuan Pasal 67 huruf (b) Undang-Undang No. 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, Pemohon Peninjauan
Kembali menolak dengan tegas pertimbangan Putusan Majelis
Hakim Perkara No. 99 PK/TUN/2016 yang telah menerima bukti
yang dijadikan Novum oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII
(d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016), sebagaimana bunyi
pertimbangnya pada halaman 107 alinea 4:
“Bahwa dari fakta di persidangan secara objektif terungkap
sebagian warga Kecamatan Rembang telah mengikuti Rapat
Silaturahmi Pemerintah Kabupaten Rembang, PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk (sekarang bernama PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk) dengan warga Gunem dan sekitarnya 23 Juni 2013, termasuk
dalam daftar hadir adalah Joko Prianto (bukti T.II Intervensi-23),
akan tetapi berdasarkan Novum PK-1, PK-2, PK-3 dan PK-4
berupa tiket garuda, Boarding Pass, Surat Pernyataan Terbang
dan Email dari Garuda kepada Panin Tour, menunjukan pada
tanggal yang bersamaan dengan rapat tersebut, Joko Prianto
terbang dari Pontianak ke Cengkareng dengan Pesawat Garuda
Flight No. GA 0507. Dengan demikian, terbukti bahwa Joko
Prianto tidak ikut hadir dalam Rapat Silaturahmi Pemerintah
Kabupaten Rembang, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dengan
warga Gunem dan sekitarnya tanggal 22 Juni 2012.”;
- Bahwa, untuk membuktikan gugatannya tidak kedaluwarsa, Para
Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon
Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016) telah membantah kehadiran Termohon Peninjauan

Halaman 85 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Kembali
terbitnya I Surat
dalam Keputusan
menghadiri Tata
acara Usaha
sosialisasi berkaitan
Negara dengan
tentang Ijin
Lingkungan Pemohon Peninjauan Kembali yang diadakan di
Gunem, Rembang, karena pada tanggal yang sama dia berdalih
tengah menggunakan Pesawat Garuda Indonesia yang terbang
dari Pontianak ke Jakarta, dengan mengajukan bukti surat yang
dipergunakan oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h
Pemohon Peninjauan Kembali I s/d VII dalam Perkara Peninjauan
Kembali No. 99 PK/TUN/2016) dalam Perkara Nomor : 99
PK/TUN/2016 berupa:
a. Email dari Garuda Indonesia yang ditandai dengan Bukti 04;
b. Tiket Garuda Indonesia dengan nomor tiket 126-3970060282
ditandai dengan bukti 01;
c. Boarding Pass Garuda Indonesia yang ditandai dengan Bukti
02;
d. Surat Pernyataan Terbang yang disahkan oleh Sdr. Alisa
Marselini (ticketing Garuda) Garuda Indonesia JKTKLGA 9740
yang ditandai dengan bukti Bukti 03.
Bukti-bukti ini diajukan kembali oleh Pemohon Peninjauan Kembali
yang ditandai dengan Lampiran – 5a s/d Lampiran – 5d;
- Bahwa, Pemohon Peninjauan Kembali menolak dengan tegas
pertimbangan hukum tersebut di atas, sebab bukti-bukti tersebut
yang diajukan sebagai Novum tidaklah memenuhi ketentuan
persyaratan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 67 huruf
(b) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah
Agung, karena dengan adanya suatu sosialisasi suatu produk
beschikking, maka arti sosialisasi tersebut harus dilakukan di
depan orang banyak yang berkaitan dengan beschikking tersebut
tidak dapat digantungkan atau ditentukan dengan kehadiran
seseorang saja dalam hal ini Joko Prianto (i.e Termohon
Peninjauan Kembali I);
- Bahwa, disamping itu PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK
SELAKU PIHAK YANG BERWENANG BERKAITAN DENGAN
PENERBITAN BUKTI-BUKTI TERSEBUT TELAH MENYANGKAL
KEBENARAN BUKTI-BUKTI ITU KARENA BUKTI-BUKTI
TERSEBUT BUKAN MERUPAKAN SURAT-SURAT RESMI YANG
DITERBITKANNYA. Hal ini secara tegas telah disampaikan dalam

Halaman 86 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
suratnya tertanggal 24 MeiPerihal
GARUDA/JKTWI-20065/2016 2016 “Tanggapan
dengan Nomor Surat
Permohonan
Konfirmasi Dokumen Penerbangan”, yang ditujukan untuk
Pemohon Peninjauan Kembali (d/h bukti ini di tandai dengan
lampiran -1b dalam Perkara No. 99 PK/TUN/2016) sebagai
balasan surat Pemohon Peninjauan Kembali kepada PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk tanggal 16 Mei 2016 (d/h bukti ini di
tandai dengan lampiran -1a dalam Perkara No. 99
PK/TUN/2016), adapun inti jawaban dari pihak Garuda terhadap
permohonan konfirmasi dokumen penerbangan tersebut adalah
sebagai berikut:“
a. Bahwa, dokumen-dokumen yang disampaikan dimaksud
dalam surat Bapak BUKAN MERUPAKAN DOKUMEN
RESMI yang dikeluarkan oleh Garuda kepada
Penumpang;
b. Bahwa dokumen-dokumen yang disampaikan dimaksud
juga BUKAN MERUPAKAN FORMAT TIKET ATAU
BOARDING PASS YANG RESMI DIKELUARKAN OLEH
GARUDA KEPADA PENUMPANG”.
- Bahwa, berdasarkan jawaban surat tersebut di atas telah
membuktikan dengan jelas dan tegas bahwa BUKTI-BUKTI YANG
DIJADIKAN NOVUM OLEH TERMOHON PENINJAUAN KEMBALI
I S/D VII ITU BUKAN MERUPAKAN DOKUMEN RESMI YANG
DITERBITKAN PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK,
selain itu FORMAT TIKET DAN BOARDING PASS BUKAN
MERUPAKAN FORMAT RESMI YANG DITERBITKAN OLEH PT.
GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK. Namun demikian, bukti-
bukti Novum yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali I -
VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016) tersebut tetap
dipaksakan dan diterima sebagai Novum walaupun tidak
bersifat menentukan dan tidak sah sebagai bukti Novum. Jika
Majelis Hakim yang memutus Perkara Peninjauan Kembali No.
99 PK/TUN/2016 ini memperhatikan dan memeriksa dengan
teliti bukti-bukti Novum tersebut yang disandingkan dengan
bukti surat Pemohon Peninjauan Kembali (Surat dari PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk d/h bukti ini di tandai dengan

Halaman 87 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
lampiran -1b dalam
Hakim yang Perkara
memutus No. 99a-quo-,
perkara PK/TUN/2016), makamenolak
seharusnya Majelis
Permohonan Peninjauan Kembali dari Termohon Peninjauan
Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali
dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016);
- Bahwa, perlu di tambahkan pula, karena bukti-bukti Novum yang
diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali I-VII (d/h sebagai
Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali
No. 99 PK/TUN/2016) tersebut telah nyata tidak diterbitkan oleh
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai pihak yang
berwenang, maka dapat dikatakan Termohon Peninjauan
Kembali I tidak pernah terbang dari Pontianak ke Jakarta pada
tanggal 22 Juni 2013, sebagaimana terlihat pada bukti-bukti yang
tidak sah tersebut. Dengan kata lain bukti-bukti Novum yang
diajukan tersebut tidak dapat diajukan sebagai alat bukti yang sah
dan menjadi bukti-bukti yang bersifat menentukan sebagaimana
maksud dari ketentuan Pasal 67 Huruf (b) Undang-Undang No. 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung;
- Bahwa, kalaupun benar quod-non- Termohon Peninjauan Kembali
I terbang dari Pontianak ke Jakarta pada tanggal 22 Juni 2013,
maka ketidakhadiran Termohon Peninjauan Kembali I bukan
merupakan suatu bukti yang menentukan untuk menyatakan
gugatan Termohon Peninjauan Kembali I tidak kedaluwarsa
karena ketidakhadiran seseorang dalam sosialisasi Ijin
Lingkungan yang merupakan produk Tata Usaha Negara yang
harus disosialisasikan, maka ketidakhadiran seseorang dalam
sosialisasi itu, bukan merupakan bukti yang menentukan
untuk dijadikan Novum membatalkan Ijin Lingkungan itu, hal
ini sebagaimana pendapat hukum dari Ahli Hukum Acara Perdata
Dr. Yoni A Setyono, S.H., M.H. yang menyatakan:
“Bila berkaitan dengan adanya suatu sosialisasi suatu produk
beschikking, maka arti sosialisasi tersebut harus dilakukan di
depan orang banyak yang berkaitan dengan beschikking tersebut
tidak dapat digantungkan atau ditentukan dengan kehadiran
seseorang saja. Artinya dengan tidak hadirnya seseorang tersebut
tidak dapat diartikan sosialisasi tidak dilakukan”;

Halaman 88 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa, selain
Peninjauan itu bukti-bukti
Kembali I s/d VIIyang
(d/hdiajukan
sebagaioleh Termohon
Pemohon Peninjauan
Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016)
tidak memenuhi syarat formil dan materiil karenanya tidak
memenuhi syarat sebagai bukti baru (novum) yang menentukan;
Tidak memenuhi syarat formil: bahwa, Hakim Peradilan Tata
Usaha Negara itu bersifat aktif dalam mencari kebenaran materiil
senada dengan pendapat Ahli Hukum Acara Perdata Dr. Yoni A.
Setiyono, S.H., M.H. yang menyatakan Peranan hakim Peradilan
Tata Usaha Negara yang aktif karena ia dibebani tugas untuk
mencari kebenaran materiil, oleh karena itu berdasarkan hal
tersebut, pada saat sidang penyumpahan bukti-bukti yang
dijadikan Novum tersebut, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
yang telah di klaim oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII
(d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016) menerbitkan bukti-bukti
tersebut quod-non- seharusnya dipanggil oleh Pengadilan Tata
Usaha Negara Semarang dalam sidang pernyataan sumpah untuk
memastikan mengenai kebenaran ditemukan bukti-bukti
berkaitan dengan tanggal dan hari surat bukti-bukti itu
diterbitkan dan sekaligus pengesahan akan kebenaran bukti
tersebut oleh Pejabat PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
yang berwenang untuk itu. Selain itu, pelanggaran atas syarat
formil yang dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang yaitu karena Pemohon Peninjauan Kembali (yang
pada saat itu berkedudukan sebagai Termohon Peninjauan
Kembali II) tidak dipanggil untuk menghadiri sidang
penyumpahan, sedangkan pada pemeriksaan tingkat pertama
yaitu pemeriksaan di Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang dimana Pemohon Peninjauan Kembali (yang pada
saat itu berkedudukan sebagai Termohon Peninjauan Kembali
II) juga merupakan pihak dalam perkara, sehingga dengan
demikian pemanggilan terhadap diri Pemohon Peninjauan
Kembali (yang pada saat itu berkedudukan sebagai Termohon
Peninjauan Kembali II) merupakan suatu keharusan
berdasarkan ketentuan Pasal 28 D ayat (1) UUD’45 dan Pasal 4
ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang

Halaman 89 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Kekuasaan Kehakiman
balance untuk yangpembelaan
kepentingan berkaitan diri
dengan checkbukti-
berkaitan and
bukti yang dijadikan Novum tersebut;
- Bahwa, berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka bukti-bukti yang
diajukan sebagai Novum oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d
VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016) bukanlah Novum
sebagaimana maksud ketentuan Pasal 67 huruf (b) Undang-
Undang No. 14 Tahun 1985 Undang-Undang Tentang
Mahkamah Agung;
- Bahwa, demikian pula bukti-bukti yang diajukan sebagai Novum
oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai
Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali
No. 99 PK/TUN/2016) tidak memenuhi ketentuan Pasal 69 huruf
(b) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Undang-Undang Tentang
Mahkamah Agung;
- Bahwa, sebagaimana yang telah diuraikan di atas bukti-bukti yang
dijadikan Novum harus disumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang, mengingat sifat hakim Peradilan Tata Usaha Negara
yang bersifat aktif untuk mencari kebenaran materiil, pemeriksaan
bukti-bukti itu TERNYATA TIDAK MEMENUHI SYARAT
PENYUMPAHAN SEBAGAI NOVUM sebagaimana maksud yang
sebenarnya dari Pasal 69 huruf (b) Undang-Undang No. 14 Tahun
1985 Tentang Mahkamah Agung. Kalaupun benar quod-non-,
pernyataan sumpah telah dilakukan Termohon Peninjauan
Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali
dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016)
mengenai hari dan tanggal ditemukan bukti-bukti, tetapi bukti-bukti
yang diajukan yang diklaim sebagai Novum tersebut tidak pernah
dilakukan sumpah oleh Pejabat PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk yang memang secara Anggaran Dasarnya
berwenang untuk itu untuk menyatakan kebenaran atas bukti-bukti
tersebut. Hal tersebut menandakan adanya kekeliruan yang
nyata dan kesengajaan yang dilakukan pada saat sidang
pemeriksaan bukti-bukti itu, dimana Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang yang katanya melakukan quod-non
penyumpahan hanya pemeriksaan semata atas bukti-bukti, tidak

Halaman 90 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
memanggil
menerbitkanPT. Garuda Indonesia
bukti-bukti (Persero) Tbk yang
itu untuk mengkonfirmasi diklaim telah
kebenaran bukti
itu dan juga memanggil Pemohon Peninjauan Kembali (yang pada
saat itu berkedudukan sebagai Termohon Peninjauan kembali II)
untuk menghadiri sidang tersebut untuk dimintakan keterangannya
mengenai kebenaran surat-surat quod-non yang menjadi Novum
itu;
- Bahwa, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan suratnya pada
tanggal 24 Mei 2016 dengan Nomor Surat GARUDA/JKTWI-
20065/2016 Perihal “Tanggapan Permohonan Konfirmasi
Dokumen Penerbangan” telah menolak kebenaran bukti-bukti
yang telah dijadikan Novum tersebut, sehingga berdasarkan
fakta ini, bukti-bukti itu tidak bernilai sebagai Novum yang sah
dan tidak bersifat menentukan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Ahli Hukum Acara Perdata Dr. Yoni A Setyono, S.H., M.H.,
sebagaimana yang diuraikan di atas, maka dengan adanya
bantahan dan/atau penolakan yang dilakukan oleh PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk, mengenai kebenaran bukti-bukti
yang diajukan tersebut, maka secara materiil bukti itu tidak
bersifat menentukan.

tu sebagai Novum , telah melanggar hukum dan melanggar kepastian hukum yakni ketentuan Pasal 67 huruf (b) dan Pasal 69 huruf (b) Unda

gung

2. Putusan Peninjauan Kembali Perkara No. 99 PK/TUN/2016 Yang


Telah Diputus Oleh Majelis Hakim Peninjauan Kembali a-quo-
ah Dengan Sengaja Melakukan Pelanggaran-Pelanggaran yang Bersifat
Substantif Secara Hukum Yakni Telah Melanggar Asas atau Prinsip
Keadilan, yang Dapat Diuraikan Sebagai Berikut:

Halaman 91 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
A. Majelis Hakim
Mengadili Dan Peninjauan Kembali
Memutus Perkara yang Telah
Peninjauan Memeriksa,
Kembali Tersebut
Telah Melanggar Asas Imparsialitas;
- Bahwa, hakim dalam memeriksa dan memutus dalam suatu
perkara harus bertindak secara objektif dengan tidak membeda-
bedakan orang yang mana hal ini dikenal dengan asas
Imparsialitas/Fair Trial karena setiap orang sama kedudukannya
dihadapan hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 huruf
D ayat (1) UUD‟45 yang berbunyi:
“(1) setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan KEPASTIAN HUKUM YANG ADIL SERTA PERLAKUAN
YANG SAMA DIHADAPAN HUKUM”;
- Bahwa, dalam sidang penyumpahan dan pengesahan bukti-bukti
yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h
sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan
Kembali No. 99 PK/TUN/2016) di Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang tersebut, Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai
Termohon Peninjauan Kembali II) TIDAK PERNAH TERJADI,
KARENA Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai
Termohon Peninjauan Kembali II) dan PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk TIDAK PERNAH DIPANGGIL SECARA SAH DAN
PATUT, sehingga tindakan Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang tersebut adalah tindakan yang tidak fair dan parsial.
Padahal sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu ketentuan Pasal
28 huruf D ayat (1) UUD‟45 tersebut di atas adalah wajib
hukumnya Pemohon Peninjauan Kembali selaku pihak dalam
perkara tersebut, diundang oleh Majelis Hakim Peninjauan
Kembali untuk hadir dalam persidangan tersebut dalam kaitannya
dengan prinsip check and balance guna membela kepentingannya
sebagaimana pendapat Ahli Hukum Acara Perdata Dr. Yoni A.
Setyono, S.H., M.H.;
- Bahwa, hal yang sama juga telah diatur secara tegas dalam
ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:
“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang”.

Halaman 92 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa, ketetuan
pengejawantahan Pasal28 huruf
dari Pasal tersebut yang
D ayat (1) UUD‟45merupakan
adalah
ketentuan yang wajib diikuti dan dipatuhi oleh hakim maupun
badan peradilan yang sedang memeriksa suatu perkara;
- Bahwa, berdasarkan ketentuan Pasal 28 huruf D ayat (1) UUD‟45
dan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman yang diperkuat berdasarkan
pendapat Ahli Hukum Acara Perdata di atas, maka wajib
hukumnya kehadiran dari pihak Pemohon Peninjauan Kembali (d/h
sebagai Termohon Peninjauan Kembali II) dan pihak PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk pada saat pemeriksaan bukti-bukti
tersebut. Dengan demikian ketidakhadiran Pemohon
Peninjauan Kembali (d/h sebagai Termohon Peninjauan
Kembali II) dan pihak PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
menyebabkan secara hukum sidang pemeriksaan bukti-bukti
itu tidak sah karena melanggar prosedur formil hukum acara
yakni melanggar asas imparsial/fair trial, karenanya bukti-bukti
yang dijadikan Novum berdasarkan sidang pemeriksaan bukti-
bukti itu menjadi tidak sah, sehingga bukti-bukti tersebut tidak
mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Namun demikian,
walaupun Novum itu tidak sah dan tidak mempunyai nilai
kekuatan pembuktian, tetap dipaksakan diterima dan
dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016;
- Bahwa, Majelis Hakim Peninjauan Kembali Perkara No. 99
PK/TUN/2016 yang memeriksa dan memutuskan Perkara Putusan
a-quo- berdasarkan bukti-bukti Novum yang tidak sah, karena
adanya pelanggaran asas imparsial/ fair trial pada saat sidang
pemeriksaan bukti di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang
sebagaimana yang diuraikan di atas, juga pada tingkat Peninjauan
Kembali Majelis Hakim Peninjauan Kembali yang telah
memutuskan perkara a-quo-, telah melanggar asas yang sama
karena pada saat memeriksa dan memutus perkara a-quo- tidak
memperhatikan dan memeriksa bukti surat yang diajukan oleh
Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai Termohon
Peninjauan Kembali II) yaitu bukti surat dari PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk yang telah secara tegas menolak

Halaman 93 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kebenaran
Peninjauanatas bukti-bukti
Kembali I s/d yang dijadikan Novum
VII (ditandai dengan oleh Termohon
lampiran -1b
dalam perkara No. 99 PK/TUN/2016), padahal bukti-bukti yang
dipaksakan dijadikan Novum tersebut katanya quod-non-
diterbitkan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

terang benderang melanggar asas fundamental hukum acara yakni asas imparsial/fair trial, maka sudah seharusnya apabila Mahkamah Agung Republik Indonesi

B. Majelis Hakim Peninjauan Kembali Yang Telah Memeriksa,


Mengadili Dan Memutus Perkara Peninjauan Kembali Tersebut
Telah Melanggar Asas Audio Et Alteram Partem
- Bahwa, pada saat sidang pemeriksaan dan pengesahan bukti-
bukti yang dijadikan Novum oleh Termohon Peninjauan Kembali I
s/d VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara
Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016), di Pengadilan Tata
Usaha Negara Semarang TIDAK PERNAH TERJADI, KARENA
Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai Termohon
Peninjauan Kembali II) dan PT. Garuda Indonesia (Persero)
Tbk TIDAK PERNAH DIPANGGIL SECARA SAH DAN PATUT
oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang untuk mengikuti
persidangan itu, dalam rangka check and balance untuk
melakukan pembelaan diri, Pemohon Peninjauan Kembali (d/h
sebagai Termohon Peninjauan Kembali II) seharusnya diundang
untuk menghadiri sidang tersebut;
- Bahwa, dengan demikian perbuatan Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang yang telah dengan sengaja tidak
mengundang Pemohon Peninjauan Kembali adalah kelalaian
dan kekeliruan yang sangat nyata karena perbuatan itu adalah
tindakan yang tidak fair/partial yang tentunya telah melanggar
asas fundamental hukum acara yakni asas Equality Before

Halaman 94 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
The
dalamLaw (Fair28
Pasal Trial/Impartial) yang telah
D ayat (1) UUD’45 yangdiakui secara tegas
menyatakan; ”(1)
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan KEPASTIAN HUKUM YANG ADIL SERTA
PERLAKUAN
YANG SAMA DIHADAPAN HUKUM” dan juga tentunya telah
melanggar asas Audio Et Alteram Partem. Selain melanggar
Pasal 28 D ayat (1) UUD’45, Majelis Hakim Peninjauan Kembali
juga telah melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman,
yang menyatakan; “Pengadilan mengadili menurut hukum
dengan tidak membeda-bedakan orang”;
- Bahwa, berdasarkan pendapat Ahli Hukum Acara Perdata, Dr.
Yoni A. Setyono, S.H., M.H., PemohonPeninjauan Kembali (d/h
sebagai Termohon Peninjauan Kembali II) harus dipanggil untuk
menghadiri sidang pemeriksaan bukti-bukti yang dijadikan Novum,
untuk melakukan pembelaan diri yakni melakukan penyanggahan
atas bukti-bukti yang dijadikan Novum itu, sebagaimana
pendapatnya sebagai berikut:
“Disamping itu dalam pengajukan Peninjauan Kembali
disamping menerima permohonan adanya Novum tersebut
maka sebagai “check and balance” maka pihak Termohon
juga harus diberikan kesempatan untuk melakukan
pembelaanya mengenai adanya permohonan tersebut; hal ini
sesuai dengan asas “Audi et alteram partem” yaitu asas para
pihak harus didengar; Para pihak mempunyai kedudukan
yang sama dan harus diperlakukan dan diperhatikan secara
adil. Hakim tidak dibenarkan hanya memperhatikan barang
bukti, keterangan, atau penjelasan salah satu pihak saja. Bila
hal ini tidak dilakukan maka prosedur formil ini juga
melanggar asas tersebut”;
- Bahwa, berdasarkan ketentuan Pasal 28 huruf D ayat (1) UUD‟45
dan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman yang diperkuat berdasarkan
pendapat Ahli Hukum Acara Perdata di atas, maka wajib
hukumnya kehadiran pihak Termohon Peninjauan Kembali pada
saat persidangan pemeriksaan bukti. Dengan demikian
ketidakhadiran Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai

Halaman 95 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Termohon
(Persero) Peninjauan Kembali II) dan
Tbk menyebabkan PT. Garuda
secara hukum Indonesia
sidang
pemeriksaan bukti-bukti itu tidak sah karena melanggar
prosedur formil hukum acara yakni melanggar asas audi et
alteram partem, karenanya bukti-bukti yang dijadikan Novum
berdasarkan sidang pemeriksaan itu pada pengadilan Tata Usaha
Negara menjadi tidak sah sehingga tidak mempunyai nilai
kekuatan pembuktian. Namun, walaupun Novum itu tidak sah,
tetap saja dipaksakan diterima dan dipertimbangkan oleh Majelis
Hakim Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016;
- Bahwa, Majelis Hakim Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016,
tidak hanya melakukan pelanggaran asas audi et alteram partem
yaitu dengan tetap menerima bukti-bukti yang tidak sah yang telah
dijadikan Novum itu, tetapi juga telah melanggar asas yang sama
yaitu asas audi et alteram partem karena pada saat memeriksa
dan memutus perkara a-quo- tidak memperhatikan dan tidak
memeriksa bukti surat yang diajukan Pemohon Peninjauan
Kembali (d/h sebagai Termohon Peninjauan Kembali II) yang
didapat dari PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang isi suratnya
telah secara tegas menolak kebenaran atas bukti-bukti yang telah
dijadikan Novum oleh Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII
(ditandai dengan lampiran P-1b dalam perkara No. 99
PK/TUN/2016), padahal bukti-bukti yang dipaksakan dijadikan
Novum tersebut katanya quod-non- diterbitkan oleh PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk.

an terang benderang melanggar asas fundamental hukum acara yakni asas Audi Et Alteram Partem, maka sudah seharusnya apabila Mahkamah Agung Republik

Republi
C. Majelis Hakim Peninjauan Kembali Putusan No. 99 PK/TUN/2016
Telah Memeriksa, Mengadili Dan Memutus Perkara a-quo-
Berdasarkan Novum Yang Tidak Sah Dan Tidak Benar;

Halaman 96 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa,
memuatNovum merupakan
suatu fakta bukti terdapat/
yang sudah yang berbentuk suratpada
sudah ada yangsaat
isinya
pemeriksaan perkara a-quo- ditingkat pertama sebelum perkara a-
quo- diputus oleh pengadilan, namun fakta yang sudah ada dalam
bukti surat tersebut belum diajukan dan diperiksa, atau belum
terungkap dalam persidangan ketika perkara diperiksa, melainkan
baru diketahui/ ditemukan setelah perkara diputus, dan apabila
diajukan, diperiksa dan dipertimbangkan oleh pengadilan, maka
putusan pengadilan akan berlainan dengan putusan pengadilan
yang terakhir karena sifatnya sangat menentukan;
- Bahwa, bila sumpah ini tidak dilakukan maka Putusan Peninjauan
Kembali tersebut melanggar ketentuan Pasal 69 sub (b) Undang-
Undang No.14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung YANG
MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM MEMAKSA (DWINGEN
RECHT). Maka bila dilanggar akan mengakibatkan batalnya
Putusan Peninjauan Kembali tersebut;
- Dalam mengajukan alat bukti tertulis tersebut harus memenuhi 2
(dua) syarat yaitu syarat formil dan materiil. Dalam syarat formil,
maka bila dihubungkan dengan ketentuan Pasal 69 sub (b)
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung,
maka terhadap penemuan bukti baru tertulis tersebut maka
terhadap penemunya harus dilakukan Penyumpahan;
- Bahwa, sebagaimana yang telah diuraikan di atas bukti-bukti yang
dijadikan Novum harus disumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang, mengingat sifat hakim Peradilan Tata Usaha Negara
yang bersifat aktif untuk mencari kebenaran materiil, pemeriksaan
bukti-bukti itu TERNYATA TIDAK MEMENUHI SYARAT
PENYUMPAHAN SEBAGAI NOVUM sebagaimana maksud yang
sebenarnya dari Pasal 69 huruf (b) Undang-Undang No. 14 Tahun
1985 Tentang Mahkamah Agung. Kalaupun benar quod-non-,
pernyataan sumpah telah dilakukan Termohon Peninjauan
Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan Kembali
dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016)
mengenai hari dan tanggal ditemukan bukti-bukti, tetapi bukti-bukti
yang diajukan yang diklaim sebagai Novum tersebut tidak pernah
dilakukan sumpah oleh Pejabat PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk yang memang secara Anggaran Dasarnya

Halaman 97 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
berwenang untuk
tersebut. Hal itu untuk
tersebut menyatakan adanya
menandakan kebenaran atas bukti-bukti
kekeliruan yang
nyata dan kesengajaan yang dilakukan pada saat sidang
pemeriksaan bukti-bukti itu, dimana Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang yang katanya melakukan quod-non
penyumpahan hanya pemeriksaan semata atas bukti-bukti, tidak
memanggil PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang diklaim telah
menerbitkan bukti-bukti itu untuk mengkonfirmasi kebenaran bukti
itu dan juga memanggil Pemohon Peninjauan Kembali (yang pada
saat itu berkedudukan sebagai Termohon Peninjauan kembali II)
untuk menghadiri sidang tersebut untuk dimintakan keterangannya
mengenai kebenaran surat-surat quod-non yang menjadi Novum
itu;
- Bahwa, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan suratnya pada
tanggal 24 Mei 2016 dengan Nomor Surat GARUDA/JKTWI-
20065/2016 Perihal “Tanggapan Permohonan Konfirmasi
Dokumen Penerbangan” telah menolak kebenaran bukti-bukti
yang telah dijadikan Novum tersebut, sehingga berdasarkan
fakta ini, bukti-bukti itu tidak bernilai sebagai Novum yang sah
dan tidak bersifat menentukan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Ahli Hukum Acara Perdata Dr. Yoni A Setyono, S.H., M.H.,
sebagaimana yang diuraikan di atas, maka dengan adanya
bantahan dan/atau penolakan yang dilakukan oleh PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk, mengenai kebenaran bukti-bukti
yang diajukan tersebut, maka secara materiil bukti itu tidak
bersifat menentukan;

p ketentuan Pasal 69 huruf (b) Undang-Undang No.14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung yang sifatnya wajib ditaati, karenanya sudah seharusnya Mahkama

3. Putusan Peninjauan Kembali Perkara No. 99 PK/TUN/2016 telah


diputus oleh Majelis Hakim Peninjauan Kembali a-quo- dengan
sengaja melakukan Pelanggaran-Pelanggaran yang bersifat

Halaman 98 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
substantif secaraSebagai
Dapat Diuraikan hukum Berikut:
yakni telah melanggar Asas Manfaat, Yang
A. Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016 Telah
Menimbulkan Kerugian Negara
- Bahwa, Pembukaan UUD‟45 secara tegas menyatakan bahwa,
tujuan dan maksud bernegara adalah: melindungi seluruh
tumpah darah Negara Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
memelihara ketertiban dunia;
- Bahwa, agar tujuan dan maksud Negara tersebut tercapai, maka
segala komponen bangsa harus turut serta dan berpartisipasi
serta memberikan manfaat untuk mewujudkannya, termasuk
dalam hal ini adalah penegakkan hukum dan penegak hukum;
- Bahwa, R. Soeroso dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
Ilmu Hukum”, hlm. 54 menyatakan fungsi-fungsi hukum sebagai
berikut:
 sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat;
 sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan
batin;
 Sebagai penggerak pembangunan;
 fungsi kritis hukum.
- Bahwa, fungsi hukum sebagai alat Penggerak Pembangunan
tentunya diwujudkan dalam tindak dan perbuatan dari aparat
penegak hukum (cq. Hakim) yang mendukung terlaksananya
dengan baik segala program pemerintah. Seperti diketahui pada
saat ini pemerintah sedang bergiat untuk membangun berbagai
infrastruktur, demi terwujudnya maksud dan tujuan bernegara
sebagaimana yang dinyatakan dalam pembukaan UUD‟45;
- Bahwa, dengan adanya Putusan Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016, ternyata telah melanggar salah satu fungsi hukum
yaitu hukum berfungsi atau bermanfaat sebagai Penggerak Roda
Pembangunan. Putusan Peninjauan Kembali a-quo- telah
menghambat Pemohon Peninjauan Kembali dalam
melaksanakan tugasnya sebagai back bone/tulang punggung
untuk mendukung dan mensukseskan rencana strategis
Pemerintah Indonesia dalam percepatan pembangunan
infrastruktur di Indonesia, karena putusan itu telah membatalkan

Halaman 99 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Surat
NomorKeputusan
660.1/17 Tata Usaha7 Negara
tertanggal Gubernur
Juni tahun 2012 Jawa Tengah
tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan Dan Pembangunan Pabrik
Semen oleh Pemohon Peninjauan Kembali, yang merupakan
ruh dan landasan untuk berjalannya kegiatan Pabrik milik
Pemohon Peninjauan Kembali;
- Bahwa, Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016 telah
mengakibatkan adanya potensi kerugian bagi Negara karena
telah menyia-nyiakan investasi YANG SANGAT BESAR yang
diambil dari APBN yang telah dikeluarkan sebesar ± Rp.
5.000.000.000.000,- (lima triliun rupiah) untuk Pembangunan
Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali dan pada saat ini
Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali pembangunannya
telah mencapai 98%. Hal ini seperti yang terdapat dalam
pemberitaan dalam Beritasatu.com Tertanggal 13 November
2016, yang berjudul “Pakar Nilai Putusan MA Soal Pabrik Semen
Rembang Akibatkan Ketidakpastian Investasi”
(http://www.beritasatu.com/nasional/392323-putusan-ma-soal-
pabrik-semen-rembang-pakar-beri-kepastian-hukum-sekaligus-
ketidakpastian-investasi.html), yang pada intinya menyatakan :
“Proses pembangunan, Pabrik Semen Rembang saat ini sudah
mencapai 95 persen, dan tahun depan ditargetkan dapat
beroperasi. Pabrik Semen ini menempati lahan seluas 55
hektare, sedangkan luas tambang mencapai 450 hektare. Pabrik
itu mampu berproduksi selama 130 tahun dengan rata-rata
produksi mencapai 3 juta ton per tahun, dengan nilai investasi
mencapai Rp 4,5 triliun. Soegiyanto lebih lanjut menegaskan,
putusan itu akan menimbulkan komplikasi terhadap iklim
investasi. Jika pembangunan pabrik terhenti dan pabrik
gagal beroperasi, akan merusak iklim investasi di Tanah Air”.
(Lampiran -11);
- Bahwa, selain potensi kerugian Negara yang secara nyata dapat
di hitung sebagaimana telah diuraikan di atas, terdapat juga
potensi-potensi kerugian Negara secara materiil akan terjadi dan
dampaknya justru lebih besar dan menimbulkan bahaya riil bagi
kelangsungan pembangunan infrastruktur strategis yang
ditargetkan oleh Negara. Dampak dan bahaya tersebut antara
lain:

Halaman 100 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
a. Bergantungnya Negara
pada pihak swasta atau pada ketersediaan
bahkan semen khususnya
pihak asing;
b. Harga semen yang tidak dapat dikontrol oleh Negara
mengingat ketergantungan kita dan tidak adanya kemandirian
Negara dalam memenuhi kebutuhan tersebut;
c. Khusus untuk infrastruktur strategis seperti Pembangunan
Infrastuktur wilayah perbatasan, militer, objek-objek vital
lainnya, tentunya apabila pembangunan infrastruktur-
infrastruktur tersebut mengalami kendala dalam
pembangunannya akan berdampak luas bahkan akan
berdampak terhadap ketahanan dan pertahanan Negara.

elanggaran yang nyata terhadap ketentuan atau Asas Manfaat yang sifatnya WAJIB DITAATI, karenanya sudah seharusnya Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republi
B. Proyek PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah merupakan
Back Bone/ Tulang Punggung dari Program Pembangunan
Infrastruktur Pemerintah;
- Bahwa, kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen
Pemohon Peninjauan Kembali di Kabupaten Rembang pada
dasarnya termasuk dalam kategori “Kepentingan Umum”
sebagaimana tersebut dalam Pasal 49 huruf (b) UU TUN.
Mengingat Pemohon Peninjauan Kembali telah ditetapkan sebagai
Objek Vital Nasional Sektor Industri berdasarkan Keputusan
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 620/M-
IND/Kep/12/2012 tentang Objek Vital Nasional Industri
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Perindustrian No. 466/M-IND/Kep/8/2014 dengan jenis Industri
yaitu semen. Atas hal tersebut Pemohon Peninjauan Kembali
menerima Sertifikat Objek Vital Nasional Sektor Industri dari
Menteri Perindustrian RI pada tanggal 2 September 2014

Halaman 101 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
berdasarkan Surat
IND/Kep/8/2014 Keputusan Menteri Perindustrian 466/M-
(Lampiran-12);
- Bahwa, Pabrik Semen milik Pemohon Peninjauan Kembali
merupakan back bone/tulang punggung bagi pemerintah
Indonesia untuk melaksanakan Proyek-Proyek Strategis
Pembangunan Infrastruktur, seperti Infrastruktur Jalan, Pelabuhan,
Lapangan Udara, Sekolah, Puskemas dan Rumah Sakit serta
Infrastruktur Pertahanan dan Keamanan seperti Pembangunan
Pangkalan Militer, Markas dan Lapangan Udara di pulau-pulau
terluar dan perbatasan Indonesia;
- Bahwa, berdasarkan Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011
tentang masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2011-2025 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 (selanjutnya disebut
“Perpres MP3EI”) tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Ekonomi Indonesia 2011-2025, maka Industri Semen terutama
Industri Semen BUMN adalah merupakan salah satu Industri
yang diandalkan (back bone/ tulang punggung) untuk
mendukung program Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Semen Gresik
akan MENGGUNAKAN 100% TENAGA KERJA ASLI INDONESIA
TANPA MENDATANGKAN PEKERJA DARI LUAR NEGERI,
digunakannya tenaga kerja asal Indonesia sudah dilakukan sejak
Pembangunan Pabrik yang kini berjalan 94,4%. Dalam proyek
Pembangunan Pabrik, ada total 5.179 orang yang 2.260 di
antaranya merupakan warga Jawa Tengah dan sisanya dari luar
Jawa Tengah diantaranya Warga Rembang sendiri ada 1.079
orang yaitu di ring 1 ada 459 orang, ring 2 ada 174 orang, dan
ring 3 ada 456 orang dari area Pabrik dan Penambangan.
Setelah proyek Pembangunan Pabrik rampung, akan dibuka
lapangan kerja untuk proses produksi yang juga diambil dari warga
lokal. Potensi lapangan kerjanya antara lain petugas penunjang
operasi dan maintenance, keamanan, administrasi, dan lainnya.
Potensi serapan pasca proyek masih ada 825 tenaga kerja, belum
lagi dari multiplier effect peluang ekonomi seperti indekost, kantin,
tenaga kerja dari rekanan, dan sebagainya, berdasarkan hal

Halaman 102 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
tersebut
Semen maka dapat disimpulkan
Pemohon Peninjauan bahwa Pembangunan
Kembali tersebut Pabrik
dinilai
mengandung lebih banyak manfaatnya bagi masyarakat daripada
bencananya. Oleh Karena itu atas program yang telah digariskan
oleh Presiden Republik Indonesia tersebut melalui Perpres MP3EI,
sangatlah diperlukan dukungan dari Perusahaan Industri Semen
yang salah satunya adalah Industri Semen milik Pemohon
Peninjauan Kembali untuk melakukan ekspansi usaha agar
program Presiden Republik Indonesia melalui Perpres MP3EI
dapat terealisasi;
- Bahwa, dengan demikian keberadaan Pabrik dan Penambangan
Semen Pemohon Peninjauan Kembali di Rembang, sangat
strategis dan bermanfaat karena membantu mempercepat
program Pemerintah Republik Indonesia dalam membangun
Infrastruktur yang bermanfaat untuk kemajuan Bangsa dan Negara
dari Sabang sampai Merauke. Dengan ketersediaan semen yang
berkesinambungan maka program itu tentunya dapat terjaga dan
terlaksana dengan baik;

an pelanggaran yang nyata terhadap ketentuan atau Asas Manfaat yang sifatnya WAJIB DITAATI, karenanya sudah seharusnya Mahkamah Agung Republik Indo

gung C. Tidak Terdapat Dampak Negatif Terhadap Pembangunan Pabrik

Ind
Semen bagi Masyarakat dan justru Masyarakat mendukung
Berdirinya Pabrik Semen Seperti Dalam Pemberitaan
- Bahwa, kehadiran Pabrik Semen dapat memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat Rembang dan masyarakat sekitarnya
yakni dengan terbukanya kesempatan kerja di Pabrik Semen
Pemohon Peninjauan Kembali, dan juga kemudian terbukanya
kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar Pabrik;
- Bahwa, Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali akan
menggunakan 100% tenaga kerja asli Indonesia tanpa
mendatangkan pekerja dari luar negeri, digunakannya tenaga

Halaman 103 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kerja
yang asal
kini Indonesia sudah dilakukan
berjalan 94,4%. sejak Pembangunan
Dalam Proyek Pembangunan Pabrik,
Pabrik
ada total 5.179 orang yang 2.260 di antaranya merupakan warga
Jawa Tengah dan sisanya dari luar Jawa Tengah diantaranya
Warga Rembang sendiri ada 1.079 orang yaitu di ring 1 ada
459 orang, ring 2 ada 174 orang, dan ring 3 ada 456 orang dari
area Pabrik dan penambangan. Setelah proyek Pembangunan
Pabrik rampung, akan dibuka lapangan kerja untuk proses
produksi yang juga diambil dari warga lokal. Potensi lapangan
kerjanya antara lain petugas penunjang operasi dan maintenance,
keamanan, administrasi, dan lainnya. Potensi serapan pasca
proyek masih ada 825 tenaga kerja, belum lagi dari multiplier
effect peluang ekonomi seperti indekost, kantin, tenaga kerja dari
rekanan, dan sebagainya, berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa Pembangunan Pabrik Semen Pemohon
Peninjauan Kembali tersebut secara nyata berdampak
memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat;
- Bahwa, keberadaan Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali
di Rembang bermanfaat bagi masyarakat Rembang karena
memberikan peluang ekonomi yakni terserapnya tenaga kerja dari
masyakarat Rembang dan terbukanya peluang ekonomi baru bagi
masyarakat sekitar Pabrik, manfaat yang dirasakan warga
Rembang, disamping itu manfaat lain dengan keberadaan Pabrik
Semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk bagi masyarakat
Rembang adanya bantuan untuk khitanan, nikah masal, beasiswa,
hewan kurban, pemberian keterampilan rias pengantin bagi ibu-
ibu. Karena bermanfaat, masyarakat Rembang mendukung
Pabrik tetap berjalan dan menolak Putusan Peninjauan
Kembali No. 99 PK/TUN/2016, sebagaimana yang digambarkan
berdasarkan berita-berita media on line antara lain:
 Berita Tertanggal 14 Oktober 2016, Berita Jatim.com berjudul
“Warga Rembang: Lanjutkan Pembangunan Pabrik Semen”,
(http://m.beritajatim.com/ekonomi/279659/warga_rembang:lanj
utkan_pembangunan_pabrik_semen.html), yang inti beritanya
menyatakan: “Demo yang dimulai sekitar Pukul 09.00 WIB itu
diawali dengan aksi longmarch (jalan kaki) dari kawasan
Videotron menuju ke depan pintu gerbang Kantor Halaman

Halaman 104 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Pemprov
dan posterJateng. Sambiltuntutan
bertuliskan berorasi, mereka
warga membawa
yang spanduk
mendukung tetap
berdirinya pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang.
Dikatakan, dulu kondisi ekonomi sebagian besar warga sangat
memprihatinkan. Warga hidup dalam kemiskinan. Namun,
sejak pabrik berdiri berangsur-angsur kondisi ekonomi
membaik. Pernyataan itu diamini Sudarji, Ketua LPMD
Tegaldowo. Menurutnya, sebagian besar warga setuju dan
mendukung berdirinya pabrik semen. Pembangunan pabrik
tidak akan merusak sumber air. "Sumber air warga tidak
terganggu. Karena wilayah eksplorasi tidak menganggu
sumber air. Dulu ada 7 perusahaan yang mengolah tambang di
wilayah kami tak pernah dipersoalkan, kenapa pabrik semen
milik negara justru ditolak," ujar Sudarji.” (Lampiran-7a);
 Berita tertanggal 14 Oktober 2016, Beritasatu.com, berjudul
“Ribuan Warga Rembang Demo Minta Pabrik Semen Tak
Ditutup”, (http://m.berita satu.com/nasional/392661-ribuan-
warga-rembang-demo-minta-pabrik-semen-tak-ditutup.html),
yang inti beritanya menyatakan: “Ribuan warga dari lima desa
yang masuk ring satu pabrik semen Rembang meminta
pemerintah untuk tidak menutup atau
menghentikan pembangunan pabrik, Permintaan itu
disampaikan sedikitnya 100 orang warga yang sebagian besar
telah dipekerjakan di pabrik semen tersebut, di depan Kantor
Gubernur Jateng, Jl Pahlawan Semarang”. (Lampiran-7b);
 Berita tertanggal 15 Oktober 2016,
radarsurabaya.jawapos.com, berjudul “Warga Rembang Tolak
Penghentian Semen Indonesia”,
(http://radarsurabaya.jawapos.com/read/2016/10/15/4009/warg
a-rembang-tolak-penghentian-semen-indonesia), yang inti
beritanya menyatakan: “Sejumlah warga Rembang, Jawa
Tengah yang tergabung dalam Forum Rakyat Rembang
Bersatu (FRRB) menolak penghentian operasional pabrik
Semen Indonesia. Aksi itu disuarakan menyusul putusan
Mahkamah Agung (MA) yang mengabulkan Peninjauan
Kembali (PK) bernomor register 99 PK/TUN/2016”. (Lampiran-
7c);

Halaman 105 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
 Berita tertanggal 15 Oktober 2016, www.beritalima.com,
berjudul, “Ratusan Warga Rembang Demo, Menolak Putusan
MA” (http://www.beritalima.com/2016/10/15/ratusan-warga-
rembang-demo-menolak-putusan-ma/), yang inti beritanya
menyatakan: “Ratusan warga Rembang yang tergabung dalam
Forum Rakyat Rembang Bersatu (FRRB) demo di depan
Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Jalan Pahlawan,
Kota Semarang, Jumat (14/10/2016). Mereka menuntut
pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang tetap
dilanjutkan, Aksi tersebut menanggapi putusan Mahkamah
Agung (MA) yang mengabulkan Peninjauan Kembali (PK)
bernomor register 99 PK/TUN/2016 yang diajukan petani
Rembang dan LSM Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi)
terkait izin lingkungan pembangunan pabrik PT Semen
Indonesia di Rembang, Jawa Tengah”. (Lampiran -7d);
 Berita tertanggal 8 Desember 2016, www.beritalima.com,
berjudul, “Doa Ribuan Warga Rembang Untuk Kelanjutan
Pabrik Semen”, (http://www.beritalima.com/2016/12/08/doa-
ribuan-warga-rembang-kelanjutan-pabrik-semen), yang inti
beritanya menyatakan: “Tidak kurang dari 4000 warga
menggelar acara doa bersama dan istighosah di pintu masuk
pabrik PT Semen Indonesia, di Desa Kadiwono, Kecamatan
Bulu, Kabupaten Rembang, Rabu (7/12/2016) sore. Ini
merupakan salah satu bentuk dukungan warga agar
pembangunan pabrik semen ini tetap berjalan” (Lampiran-7e);
 Berita tertanggal 8 Desember 2016, merdeka.com berjudul ,
“Warga Rembang minta pabrik semen cepat beroperasi”,
(http://www..com/uang/warga-rembang-minta-pabrik-semen-
cepat-beroperasi.html), yang inti beritanya menyatakan:
“Ribuan warga yang tinggal di Kecamatan Gunem dan Bulu
Kabupaten Rembang menggelar doa bersama dan istighosah
di pintu pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa
Tengah. Doa dan istighosah tersebut merupakan salah satu
bentuk dukungan warga agar pembangunan pabrik Semen
Indonesia di Rembang agar cepat beroperasi” (Lampiran-7f);

Halaman 106 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
 Berita tertanggal 11 November 2016, Beritasatu.com, “Semen
Indonesia bangun Tandon, Warga Kajar Dan Pasucen di
Rembang Kini Nikmati Air Bersih”, (Beritasatu.com
http://www.beritasatu.com/nasional/398598-semen-indonesia-
bangun-tandon-warga-kajar-dan-pasucen-di-rembang-kini-
nikmati-air-bersih.html), yang inti beritanya menyatakan:
“Warga yang berada di ring satu pabrik semen PT Semen
Indonesia (SI) di Rembang, Jawa Tengah, kini dapat menikmati
air bersih. Dua desa yang kini dapat menikmati air itu, yakni
Desa Kajar dan Desa Pasucen, Kecamatan Gunem. “Selama
puluhan tahun, sejak jaman nenek moyang kami tinggal di
tempat ini, warga tak bisa menikmati air bersih. Warga setiap
tahun kesulitan mendapatkan air, termasuk air bersih, untuk
kegiatan sehari-hari,” ujar Camat Gunem Teguh saat acara
penyerahan penyaluran air bersih bantuan PT SI di SDN 02
Kajar”. (Lampiran-7g);
- Bahwa, selain bermanfaat untuk menunjang kepentingan
Pembangunan Infrastruktur dan bagi masyarakat Rembang,
keberadaan Pabrik Semen dan Penambangan Semen Pemohon
Peninjauan Kembali ternyata tidak merusak keberadaan mata air
serta lingkungan, sebagaimana yang didengung-dengungkan oleh
pihak di luar masyarakat Rembang yang menolak keberadaan
Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali, hal tersebut dapat
dilihat dalam pemberitaan-pemberitaan berikut:
 Berita Tertanggal 14 Oktober 2016, Berita Jatim.com berjudul
“Warga Rembang: Lanjutkan Pembangunan Pabrik Semen”,
(http://m.beritajatim.com/ekonomi/279659/warga_rembang:lanj
utkan_pembangunan_pabrik_semen.html), yang inti beritanya
menyatakan: “Sudarji, Ketua LPMD Tegaldowo. Menurutnya,
sebagian besar warga setuju dan mendukung berdirinya pabrik
semen. Pembangunan pabrik tidak akan merusak sumber air.
"Sumber air warga tidak terganggu. Karena wilayah eksplorasi
tidak menganggu sumber air. Dulu ada 7 perusahaan yang
mengolah tambang di wilayah kami tak pernah dipersoalkan,
kenapa pabrik semen milik negara justru ditolak," ujar Sudarji”.
(Lampiran-7a);

Halaman 107 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
 Berita tertanggal 11 November 2016, berjudul “Semen
Indonesia Bangun Tandon, Warga Kajar dan Pasucen di
Rembang Kini Nikmati Air Bersih”, (Beritasatu.com
http://www.beritasatu.com/nasional/398598-semen-indonesia-
bangun-tandon-warga-kajar-dan-pasucen-di-rembang-kini-
nikmati-air-bersih.html), yang inti beritanya menyatakan:
“Warga yang berada di ring satu pabrik semen PT Semen
Indonesia (SI) di Rembang, Jawa Tengah, kini dapat menikmati
air bersih. Dua desa yang kini dapat menikmati air itu, yakni
Desa Kajar dan Desa Pasucen, Kecamatan Gunem. “Selama
puluhan tahun, sejak jaman nenek moyang kami tinggal di
tempat ini, warga tak bisa menikmati air bersih. Warga setiap
tahun kesulitan mendapatkan air, termasuk air bersih, untuk
kegiatan sehari-hari,” ujar Camat Gunem Teguh saat acara
penyerahan penyaluran air bersih bantuan PT SI di SDN 02
Kajar”. (Lampiran-7g);
 Berita Tertanggal 23 Nopember 2016, beritajatim.com dengan
judul berita “Alat Penangkap Debu di Pabrik Semen Rembang
Paling Cangih”,
(http://beritajatim.com/ekonomi/283131/alat_penangkap_debu_
di_pabrik_semen_rembang_paling_canggih.html), yang inti
beritanya menyatakan: “Sigit Wahono menambahkan, dalam
menjalankan roda perusahaan Semen Indonesia selalu
mengedepankan wawasan lingkungan (Green Industry). Jika
selama ini masyarakat berpikir bahwa penambangan yang
dilakukan perusahaan akan merusak lingkungan dan tidak
direklamasi. Namun demikian, tidak terjadi pada Semen
Indonesia”; (Lampiran-10);
- Bahwa, selain didukung oleh sebagian besar masyarakat
Rembang, keberadaan Pabrik Semen dan Penambangan Semen
Pemohon Peninjauan Kembali juga didukung oleh Tokoh
Masyarakat dan Tokoh Politik (Ketua DPR RI), seperti
pemberitaan berikut:
Berita Tertanggal 9 Januari 2017, MEDIAINDONESIA.COM, berjudul “(Wawancara) KH Maimoen Zubair: Saya Minta Rembang Tetap Puny

Halaman 108 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
beritanya menyatakan: Saya meminta pabrik semen di Rembang diteruskan. Saya sudah ketemupresidendangubernur,agarpembangunannya dilanj
sa. BUMN ini juga menjadi salah satu „ukuran‟ kekayaan negara kita. Pabrik semen ini termasuk BUMN. Jadi, apa pun saya harus ikut mendukung „b

ng
Ind
enggak? Lalu, bagaimana hukumnya kalau orang tidak ingin
au dikatakan Semen Indonesia berbahaya, mulai kapan ada pabrik semen?
engatakan pabrik semen membahayakan lingkungan. Kalau memang dikatakan membahayakan lingkungan ya jangan Rembang saja.

Republi
–sekarang ini-- kan butuh banyak semen. Antisemen, antipembangunan. Zaman sekarang tidak mungkin membangun tanpa semen. Bikin jembatan ti
dicukupi bangsa sendiri, tentunya kita tidak perlu impor.
ini „hancur‟, saya khawatir Jawa
ehancuran (investasi) di negeri ini. Kalau ada pabrik semen didemo hancur, jangan sampai itu

ung
Ind
menjadi awal kehancuran pabrik semen lain di mana-mana. Ini
alasan Saya mendukung pabrik semen ini, selain ingin negara

ini kaya dan makmur (Lampiran – 8a);


 Berita tanggal 12 Januari 2017, warta10.com, berjudul: “DPR

Republi
Dukung Pembangunan Pabrik Semen di Rembang”
(http://nasional.warta10.com/dpr-dukung-pembangunan-pabrik-
semen-di-rembang.116924.html), yang inti beritanya
menyatakan : Ketua DPR RI Setya Novanto mengatakan

Halaman 109 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
bahwabermanfaat
sangat pembangunanbagipabrik semen diwarga
kesejahteraan Rembang, Jawa Tengah
sekitarnya;
Supaya tetap
selayaknya tetap berlanjut.
berjalan supaya masyarakat
Kehadiran di sanaitu
pabrik semen tidak rugi,
diyakini

ng
kata Novanto saat menerima belasan perwakilan warga
Rembang yang menyampaikan aspirasi, Kamis 12 Januari

2017;
Apalagi, lanjut Novanto, pembangunan pabrik semen tersebut
merupakan salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan

produksi salah satu kompenen pembangunan fisik di republik


ini. Dengan semakin besar jumlah produksi diharapkan harga

semen semakin murah bagi rakyat;


Baik bagi pemerintah maupun masyarakat supaya ini bisa
Ind
memberi manfaat bagi pembangunan, dan harga di pasar
menjadi lebih murah, kata Novanto (Lampiran-8b);
 Berita tanggal 13 Januari 2017, wartaekonomi.co.id, berjudul
“Setnov Sebut Semen Indonesia Sumber Ketahanan Industri
Dalam Negeri” ;
(http://m.wartaekonomi.co.id/berita127244/setnov-sebut-
semen-indonesia-sumber-ketahanan-industri-dalam-
negeri.html), yang inti beritanya menyatakan: Ketua DPR RI
Setya Novanto menilai PT Semen Indonesia yang membangun
pabrik semen di Kabupaten Rembang Jawa Tengah dapat
menjadi sumber ketahanan industri dalam negeri. "Saat ini
kapasitas produsen semen di Indonesia mayoritas dikuasai
pemain dunia dan swasta yakni sekitar 65 persen," kata Setya
Novanto ketika menerima kunjungan perwakilan warga dari
lima desa di sekitar lokasi pabrik semen, di Gedung
MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis (12/1/2017)
Kedatangan perwakilan warga dari lima desa di sekitar lokasi
pabrik semen PT Semen Indonesia ke DPR RI guna
mendapatkan dukungan agar pabrik semen yang berada di
wilayah desa mereka segera dapat beroperasi karena disadari
memberikan manfaat bagi warga desa mereka;
Menurut Novanto, Pemerintahan Joko Widodo memiliki tekad
agar kepentingan industri dalam negeri harus diutamakan
karena memberi manfaat bagi rakyat. Ketua Umum Partai

Halaman 110 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 110
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Golkar ini menjelaskan,
satu Badan Usaha MilikPT Semen(BUMN)
Negara Indonesia merupakan
dengan kinerjasalah
baik
hingga saat ini. "Keberadaan PT Semen Indonesia sebagai
BUMN tentu saja menjadi salah satu sumber ketahanan
industri dalam negeri," katanya;
Karena itu, kata Novanto, DPR RI mendukung kegiatan
operasional PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang,
untuk segera dijalankan. "Sebagai wakil rakyat, tentu saja
kepentingan rakyat di atas segala-galanya. Apalagi potensi
keuntungan bagi kehidupan masyarakat sangat besar dan
cukup menjanjikan," katanya (Lampiran-8c);
 Berita tanggal 13 Januari 2017, sindonews.com, berjudul
“Setnov Beri Solusi Agar Pabrik Semen Bisa Dibangun di
Indonesia”
(http://ekbis.sindonews.com/read/1170493/34/setnov-beri-
solusi-agar-pabrik-semen-bisa-dibangun-di-indonesia-
14842381077), yang inti beritanya menyatakan: Perwakilan
warga lima desa yaitu Desa Timbrangan,
Tegaldowo, Kadiwono, Pasucen dan Kajar yang berada di
wilayah ring 1 Pabrik Semen Indonesia, Rembang, Jawa
Tengah, pada Kamis (17/1/2017) mendatangi Gedung DPR;
Kedatangan mereka untuk menemui Ketua DPR Setya
Novanto, untuk meminta dukungan agar pabrik Semen
Indonesia yang berada di wilayah desa mereka segera dapat
beroperasi. Hal ini karena keberadaan pabrik telah terbukti
memberikan manfaat bagi warga lima desa tersebut;
"Kami tidak mempermasalahkan pabrik ini. Yang
mempermasalahkan justru adalah orang lain. Mohon bapak
bisa memperjuangkan aspirasi kami,” kata Sarki, warga Desa
Pasucen saat berdialog dengan Ketua DPR Setya Novanto
(Setnov) di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen
Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (12/1/2017);
Menanggapi aspirasi masyarakat, Setnov menyatakan bahwa
pemerintah memang membutuhkan semen dalam jumlah besar
untuk menunjang pembangunan infrastruktur. Karena itu
keberadaan pabrik semen sangat dibutuhkan;

Halaman 111 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Terhadap permintaan
Semen Indonesia warga lima
Rembang, desa
Setnov di wilayah ring
menyatakan 1 pabrik
bahwa DPR
akan memperjuangkan hal tersebut (Lampiran-8d);
- Bahwa, kalaupun ada yang melakukan penolakan terhadap Pabrik
Semen milik Pemohon Peninjauan Kembali maka, yang
melakukan penolakan hanyalah segelintir orang dan
kebanyakan dari luar masyarakat Rembang misalnya daerah
Pati yang jaraknya ratusan kilo meter dari Rembang, seperti
yang terdapat dalam pemberitaan-pemberitaan berikut:
 Beritajatim.com tanggal 27 Oktober 2016, berjudul “Yang
Menolak Pabrik Semen Bukan Warga Rembang, Tapi Pati”,
(http://beritajatim.com/ekonomi/280835/yang_menolak_pabrik_
semen_bukan_warga_rembang,_tapi_pati.html), yang pada
intinya menyatakan: “Farouk mengatakan, kalaupun ada
penolakan terhadap pembangunan pabrik Semen Indonesia,
mayoritas justru bukan dari masyarakat Rembang asli. Farouk
menyatakan, masyarakat penolak pabrik Semen Indonesia
merupakan warga Kabupaten Pati, "Warga Rembang asli yang
kontra pembangunan pabrik Semen Indonesia tidak lebih dari
5%, sisanya warga Pati," tutur dia sebagaimana pers rilis
Forum Warga Rembang Bangkit. Menurut Farouk, para warga
diprovokasi LSM dan JMPPK agar menolak pembangunan
pabrik Semen Indonesia. Farouk menyebutkan, tokoh di
belakang yang memotori terjadinya penolakan bernama
Gunretno”. (Lampiran-9a);
 Kompasiana.com tanggal 12 Desember 2016, berjudul, “ada
apa dengan Gunretno”,
(http://www.kompasiana.com/dedyandaresta/ada-apa-dengan-
gunretno_584e4e8e4523bdbb0b6ea5cb), yang pada intinya
menyatakan: “Gunretno merupakan tokoh sedulur sikep, yang
rumahnya di Dusun Bombong, Desa Baturejo, Kecamatan
Sukolilo Pati. Dimana Gunretno begitu gagah berani serta
bersikap heroik serta luar biasa dalam
menggerakkan penolakan Semen Rembang,
tetapi disaat yang sama melupakan pabrik
semen di Pati. Mengapa Gunretno melawan Semen Rembang
tetapi mendiamkan PT. Indocement yang akan
mengeksploritasi Pegunungan Kendeng di Kayen

Halaman 112 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
dan Tambakromo,
Masyarakat Pati. Gunretno
Peduli Pegunungan bersama menggelar
Kendeng (JMPPK) Jaringan
aksi jalan kaki dari Rembang ke Semarang. Mereka berangkat
dari Rembang pada Senin 5 Desember 2016 dan tiba di
Semarang pada Jumat 9 Desember 2016, anehnya diantara
hari-hari longmarch itu terjadi pristiwa yang seharusnya
menjadi perhatian Gunretno, ialah terbitnya akta pendirian
perusahaan yang akan mendirikan pabrik semen di Pati. Surat
itu adalah Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI Nomor AHU-0054914.AH.01.01 Tahun 2016 Tentang
Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perseroan Terbatas PT.
Asia Cement Pati yang disingkat PT. Cement Pati, keputusan
ini ditetapkan di Jakarta tanggal 8 Desember 2016. Adanya
penerbitan akta anak perusahaan baru dari Indocement di
Pati namun tidak ada sepatah katapun menyuarakan
penolakan, serta tidak ada pernyataan media ataupun
demo menentang. Kenapa Gunretno rajin ke Rembang,
menolak Pabrik Semen, tapi ia membiarkan rumahnya
sendiri di Pati akan diobok-obok oleh Indocement.”
(Lampiran-9b);
- Bahwa, Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016, telah
menghambat adanya kesempatan kerja bagi warga Rembang
maupun warga Indonesia yang akan bekerja di Pabrik Semen
Rembang milik Pemohon Peninjauan Kembali. Menghilangkan
kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesempatan
berusaha bagi warga sekitar pabrik dengan keberadaan Pabrik

ukan pelanggaran yang nyata terhadap ketentuan atau Asas Manfaat yang sifatnya WAJIB DITAATI, karenanya sudah seharusnya Mahkamah Agung Republik Ind

Republi
Semen dimaksud, seperti misalnya usaha pemondokan (kos-
kosan), warung makan, warung klontong atapun usaha-usaha
lainnya di bidang perekonomian berkat adanya Pabrik Semen
Pemohon Peninjauan Kembali;

Halaman 113 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
4. Surat Keputusan
Kembali VIII) YangGubernur Jawa
Dibatalkan OlehTengah (Termohon
Putusan Peninjauana-
No. 99 PK/TUN/2016
quo- Yakni No. 660.1/17 Tahun 2012 Yang Berkaitan Dengan Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah
Tertanggal 7 Juni 2012, Telah Diterbitkan Dengan Memenuhi Asas-
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Karena Penerbitan Surat Izin
Lingkungan Tersebut Telah Memenuhi Ketentuan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
A. Proses Pembuatan AMDAL PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
(d/h bernama PT. Semen Gersik (Persero) Tbk) TELAH
MEMENUHI Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB);
- Bahwa, PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h bernama PT.
Semen Gersik (Persero) Tbk), merupakan sebuah Badan Usaha
Milik Negara di bidang Industri Semen yang sedang melaksanakan
Penambangan serta Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten
Rembang;
- Bahwa, untuk kegiatan hal tersebut di atas telah dilakukan Kajian
Lingkungan Hidup, adapun Tujuan dan kegunaan studi AMDAL
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h bernama PT. Semen
Gersik (Persero) Tbk) adalah:
 Tujuan Studi AMDAL PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h
bernama PT. Semen Gersik (Persero) Tbk), diantaranya:
 Mengidentifikasi dampak penting rencana kegiatan
pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah pada tahap Prakonstruksi, oprasi,
dan pasca oprasi;
 Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan yang di
perkirakan terkena dampak penting akibat rencana kegiatan
Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah;
 Memprakirakan dan mengevaluasi dampak penting sebagai
akibat adanya rencana kegiatan Pembangunan Pabrik
Semen di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah;

Halaman 114 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
 Merumuskan saran tindak dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup di tapak rencana kegiatan
dan sekitarnya;
 Bahwa, adapun Tujuan dan kegunaan studi AMDAL PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h bernama PT. Semen
Gersik (Persero) Tbk) adalah:
 Bagi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h bernama PT.
Semen Gersik (Persero) Tbk) ;
 Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan
alternatif-alternatif yang layak dari segi lingkungan
hidup, teknis, dan ekonomis;
 engetahui permasalahan lingkungan hidup yang
mungkin timbul dan cara-cara pencegahan dan
penanggulangan sebagai akibat adanya rencana
kegiatan Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah;
 Sebagai pedoman pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup seperti yang tertuang dalam dokumen
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (untuk
selanjutnya disebut RPL);
 Sebagai bahan uji komprehensif agar dapat digunakan
sebagai dasar penyempurna rencana kegiatan.
 Bagi Pemerintah Kabupaten Rembang
 Membantu untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan guna memberikan ijin dari segi lingkungan
hidup;
 Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam
perencanaan rencana kegiatan Pembangunan Pabrik
Semen di di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa
Tengah;
 Sebagai dasar pertimbangan penilaian kesesuaian
rencana kegiatan Pembangunan Pabrik Semen di
Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
 Bagi Masyarakat
 Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya
di sekitar tapak kegiatan, sehingga dapat

Halaman 115 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
mempersiapkan dan menyesuaikan
perubahan yang terjadi, diri dengan
serta dapat memanfaatkan
dampak positif dan menghindari dampak negatif yang
diperkirakan akan timbul;
 Sebagai bahan pertimbangan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup;
 Memberikan informasi tentang hak dan kewajiban
masyarakat kaitannya dengan rencana kegiatan
perluasan dalam menjaga dan mengelola kualitas
lingkungan hidup;
- Bahwa, adapun yang termuat dalam dokumen AMDAL di
dalamnya terdiri dari:
 Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(untuk selanjutnya disebut “KA Andal”), dokumen ini
merupakan dokumen pertama dari dokumen AMDAL,
dokumen ini berisi panduan terhadap pelaksanaan studi, baik
di lapangan maupun data yang diperoleh dari analisis
laboratorium dari sampel lingkungan yang diambil di lapangan.
Selain itu, ada data atau informasi yang didapat dari
masyarakat berupa masukan tertulis atau lisan dari pertemuan
sosialisasi tentang Proyek Penambangan Dan Pembangunan
Pabrik Semen di Kabupaten Rembang. Disamping itu juga
dipasang pengumuman tentang rencana Pembangunan
Pabrik Semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h
bernama PT. Semen Gersik (Persero) Tbk) di kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang;
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup;
 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (untuk selanjutnya
disebut “Andal”), dokumen Andal ini disusun dengan kajian
yang merujuk pada KA Andal yang sudah memperoleh

Halaman 116 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Keputusan Kesepakatan
Keputusan Gubernur Jawa KA Andal
Tengah berdasarkan
Nomor Surat
660.1/2 Tahun
2012 tanggal 03 Januari 2012. Format penulisan AMDAL pun
telah merujuk pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (untuk
selanjutnya disebut “RKL”), penyusunan dokumen RKL ini
disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
dengan format penyusunan merujuk pada Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan;
Adapun yang menjadi maksud dan tujuan RKL kegiatan
Rencana Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (d/h bernama PT. Semen Gersik (Persero)
Tbk), antara lain:
 Melaksanakan penanggulangan dampak negatif penting
dari kegiatan Rencana Pembangunan Pabrik Semen PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h bernama PT. Semen
Gersik (Persero) Tbk);
 Memenuhi dan melaksanakan ketentuan perundang-
undangan yang berkaitan dengan aspek lingkungan
hidup;
 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (untuk
selanjutnya disebut “RPL”), berdasarkan rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka hasil pengelolaan
dampak penting perlu dipantau, upaya ini perlu dituangkan
dalam dokumen RPL;
Adapun yang menjadi latar belakang perlunya dilaksanakan
RPL ditinjau dari sudut kepentingan PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (d/h bernama PT. Semen Gersik (Persero) Tbk)
adalah untuk:
 Menjaga agar kegiatan dapat berjalan lancar dan sesuai
jadwal;

Halaman 117 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
 Menjamin terpeliharanya
Efisiensi biaya kegiatan; fasilitas proyek;
 Koordinasi kegiatan pemantauan lingkungan.
Dan, yang menjadi latar belakang perlunya dilaksanakan RPL
ditinjau dari sudut kepentingan pihak lain adalah untuk:
 Menghindari tumpang tindih kepentingan;
 Mencegah timbulnya keresahan sosial;
 Menjamin ketertiban dan keamanan;
 Menjamin terpeliharanya kondisi kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya.
Adapun tujuan RPL ini adalah:
 Untuk memantau pelaksanaan penanggulangan dampak
negatif penting dari kegiatan Rencana Penambangan
dan Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (d/h bernama PT. Semen Gersik (Persero)
Tbk);
 Untuk memenuhi dan melaksanakan ketentuan
perundang-undangan yang berkaitan dengan aspek
lingkungan hidup;
 Melaksanakan pemantauan komponen lingkungan hidup
yang terkena dampak dan komponen kegiatan Rencana
Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk (d/h bernama PT.
Semen Gersik (Persero) Tbk);
 Menyusun pola pemantauan yang terdiri atas waktu,
lokasi, dan cara memantau terhadap upaya penanganan
dampak lingkungan hidup;
 Menetapkan instansi-instansi terkait dalam pelaksanaan,
pengawasan dan penerima hasil pemantauan dampak
lingkungan hidup;
RPL merupakan tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi
dampak penting pada ANDAL. RPL disusun dengan merujuk
pada hasil evaluasi dampak penting pada ANDAL dan RKL.
Dokumen RPL ini disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dengan format penyusunan merujuk pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

Halaman 118 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
2006 tentang
Dampak Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai
Lingkungan;

dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB), Dengan ini DOKUMEN AMDAL TIDAK MENGANDUNG CACAT PROSEDUR, SEHINGGA KEPUTUSAN OBJE

gung B. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah (Termohon Peninjauan

Ind
Kembali VIII) Yang Dibatalkan Oleh Putusan No. 99 PK/TUN/2016
a-quo- Yakni No. 660.1/17 Tahun 2012 Yang Berkaitan Dengan
Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah
Tertanggal 7 Juni 2012, telah sesuai dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AUPB);
- Bahwa, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (untuk
selanjutnya disebut “AUPB”) menjadi patokan dan batasan sebuah
pelaksanaan suatu keputusan yang dilakukan oleh pemerintah,

sehinggaapabilapelaksanaankeputusanyangdilakukan
pemerintah itu bertentangan dengan AUPB ini, maka kita bisa

menggugatnya ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN);


- Bahwa,
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas

Ind
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Pasal 1 angka (6)
menyebutkan bahwa Asas Umum Pemerintahan Negara yang

Baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,


kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggara

Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Lalu di dalam Bab III Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999 menyebutkan

Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara yaitu:


 Asas Kepastian Hukum, Asas dalam Negara hukum yang

Republi
mengutamakan landasan dan sesuai peraturan perundang-
undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan

Penyelenggara Pemerintah;

Halaman 119 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
 Asaslandasan
Tertib Penyelenggaran Negara,
Asas yang menjadi
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam

 pengendalian
Asas penyelenggaraan
Kepentingan Umum, Negara;Asasyangmendahulukan

ng
kesejahteraan umum, dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif;

 Asas Keterbukaan, asas yang membuka diri terhadap hak


masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan

tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,


golongan, dan rahasia Negara;

 Asas Proporsionalitas, asasyangmengutamakan


keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara
Negara;

 Asas Profesionalitas, asas yang mengutamakan keahlian yang


berlandaskan kode etik dan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku;

 Asas Akuntabilitas, Asas yang menentukan bahwa setiap


kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai


dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

ung - Bahwa, hal tersebut di atas merupakan asas-asas yang menjadi


acuan dan batasan bagi setiap kebijakan yang akan atau telah
dibuat oleh Pemerintah, selain asas-asas tersebut di atas, terdapat

asas-asas umum pemerintahan yang baik lainnya yang juga


sangat perlu untuk di perhatikan yaitu asas kehati-hatian,
kecermatan, asas kelestarian dan juga asas manfaat, asas-
asas tersebut haruslah diperhatikan sehingga tidak akan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti salah menggunakan

kewenangan;
- Bahwa, Pemohon Peninjauan Kembali menolak dengan tegas
Pertimbangan hukum pada bagian ad) 03. Tentang Keabsahan
Keputusaan Objek Sengketa, halaman 110 s/d 114 Putusan PK
No. 99 PK/TUN/2016 tanggal 05 Oktober 2016:
“Bahwa setelah Majelis mencermati AMDAL dapat disimpulkan
bahwa dokumen tersebut telah mendeskripsikan kondisi rill dari

Halaman 120 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 120
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
lokasi objek
dilakukan dan sengketa dan bagaimana
dampak-dampak yang akan penambangan akan
timbul serta respon
terhadap dampak yang di timbulkan. Namun demikian, tidak
terlihat pembatasan dan tata acara penambangan di atas kawasan
CAT, sehingga tidak dapat di perhitungkan bahwa kegiatan
penambangan di dalam AMDAL akan menjamin keberlangsungan
sistem akuifer pada kawasan CAT. Penambangan yang dilakukan
sebagaimana tergambar dalam AMDAL mengakibatkan antara lain
runtuhnya dinding-dinding sungai bawah tanah dan CAT yang
menimbulkan ke khawatiran sebagian warga (lengkapnya dapat di
lihat dalam bukti P-24 = T-16.a s.d. 16.d, dan T-II Intervensi-12.a
s.d. 12.d)”;
Bahwa oleh karena itu, penyusun AMDAL perlu memperhatikan
tuntutan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB) yang
telah disinggung sebelumnya untuk membuat pembatasan dan
tata acara Penambangan yang dapat mendeskripsikan dan
menjamin bahwa kegiatan Penambangan tidak mengancam
rusaknya sistem akuifer pada kawasan tersebut dan terancamnya
lingkungan hidup masyarakat. Tentu tidak layak apabila kegiatan
Penambangan pada kawasan CAT dilakukan dengan cara yang
sama dengan Penambangan pada kawasan lain bukan CAT.
Selain itu, pada beberapa bagian dokumen AMDAL tidak
memperlihatkan solusi yang kongkret dan tidak tergambar cara
alternatif penanggulangannya terhadap masalah kebutuhan
warga, antara lain kekurangan air bersih dan kebutuhan pertanian.
Hal ini tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan dan
asas kelestarian, asas kehati-hatian, serta asas kecermatan dalam
penyusunan AMDAL yang dijadikan pendukung utama penerbitan
objek sengketa;
- Bahwa, Pemohon Peninjauan Kembali menolak dengan tegas
pertimbangan pada Putusan a-quo- sebab sebelum Keputusan
Tata Usaha Negara Objek Sengketa diterbitkan oleh Termohon
Peninjauan Kembali VIII (d/h sebagai Termohon Peninjauan
Kembali I), telah dilakukan kajian lingkungan hidup yang
termuat dalam dokumen AMDAL yang di dalamnya terdiri dari
Andal dan RKL, dan RPL, yang TENTUNYA DALAM DOKUMEN
AMDAL TERSEBUT TELAH MEMUAT DAMPAK-DAMPAK YANG

Halaman 121 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
TIMBUL DARI UNTUK
CARA-CARA ADANYAMENCEGAH
PENAMBANGAN DAN KERUSAKAN
TERJADI BAGAIMANA
LINGKUNGAN HIDUP DALAM HAL INI TERMASUK JUGA
MENGENAI CEKUNGAN AIR TANAH (UNTUK SELANJUTNYA
DISEBUT “CAT”);
- Bahwa, berdasarkan dokumen AMDAL itu, maka Termohon
Peninjauan Kembali VIII (d/h sebagai Termohon Peninjauan
Kembali I) menerbitkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor
660.1/10 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan Hidup Rencana
Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa
Tengah. Izin yang dikeluarkan Gubernur tersebut didasarkan pada
uji kelayakan yang telah diuraikan secara rinci dalam dokumen
AMDAL. Dengan demikian Surat Keputusan Termohon Peninjauan
Kembali VIII (d/h sebagai Termohon Peninjauan Kembali I) itu
yang diterbitkan berdasarkan dokumen AMDAL tersebut secara
mutatis mutandis tidak mengandung cacat yuridis dan telah
memenuhi AUPB;
- Bahwa, Termohon Peninjauan Kembali VIII (d/h sebagai
Termohon Peninjauan Kembali I) (Pemerintah Daerah Jawa
Tengah) telah melakukan upaya-upaya sebagaimana untuk
memenuhi ketentuan Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (1) UU
No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, sebagaimana yang diuraikan di bawah ini:
Bahwa, kajian lingkungan hidup yang termuat dalam dokumen
AMDAL yang di dalamnya terdiri dari Andal, RKL dan RPL. Serta
bukti-bukti surat atau tulisan yang diajukan di persidangan
membuktikan bahwa peran serta masyarakat dalam proses
penyusunan dokumen AMDAL dan sosialisasi Pendirian Pabrik
Semen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Baik sebelum maupun
sesudah terbitnya objek sengketa, secara formal telah dilakukan.
Setelah terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa
Pemohon Peninjauan Kembali melakukan serangkaian sosialisasi-
sosialisasi dengan tujuan agar rencana Pembangunan fasilitas
Pertambangan dan Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali
beserta Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa dapat

Halaman 122 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
terinformasi
diantaranya:dengan baik kepada masyarakat daerah terdampak,
 Bahwa, Penerbitan Izin Lingkungan sudah diumumkan melalui
berbagai media dan media massa sesuai ketentuan hukum dalam
Undang-Undang No. 32/2009 Jo PP. No. 27/2012;
 Acara sosialisasi Keputusan Tata Usaha Negara Objek sengketa
pada bulan Desember 2012 di Gedung Haji Kabupaten Rembang
(vide keterangan saksi Dwi Joko Supriyanto);
 Acara sosialisasi Pembangunan fasilitas Pertambangan dan
Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali dengan wartawan
pada bulan Oktober 2012;
 Acara sosialisasi Pembangunan fasilitas Pertambangan dan
Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali sekaligus pagelaran
acara wayang kulit pada tanggal 5 februari 2013 (vide keterangan
saksi Sumarno, Saksi Hamzah Fathoni, Saksi Dwi Joko
Supriyanto, dan Saksi Teguh Gunawarman);
 Acara “Penyiapan lahan tambang Pabrik Semen di Rembang” di
Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem pada tanggal 16 Februari
2013;
 Acara sosialisasi Pembangunan fasilitas Pertambangan dan
Pabrik Semen Pemohon Peninjauan Kembali yang diadakan di
aula Sekretaris Daerah Kabupaten Rembang Lantai IV pada
tanggal 18 April 2013;
 Acara silaturahmi Pemerintah Kabupaten Rembang dan Pemohon
Peninjauan Kembali dengan warga Kecamatan Gunem pada
tanggal 22 Juni 2013.
Sebagaimana ternyata dalam bukti Termohon Peninjauan Kembali
VIII (d/h sebagai Termohon Peninjauan Kembali I) T.4.a, T.4.b, dan
T.8.f. dalam Perkara No. 99 PK/TUN/2016, sehingga dapat dikatakan
penyusun AMDAL telah memperhatikan tuntutan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AUPB);
- Bahwa, efektifitas sosialisasi Amdal maupun Ijin Lingkungan
terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menginginkan
Pabrik dan Penambangan terus berlanjut dengan menolak
Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016 karena
keberadaan Pabrik Semen dan Penambangan Semen Pemohon

Halaman 123 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Peninjauan
Rembang; Kembali mempunyai manfaat bagi masyarakat
- Bahwa, kalaupun ada masyarakat yang melakukan penolakan,
yang melakukan penolakan itu hanya segelintir orang
(sebagaimana yang diberitakan pada media online di atas) dan
kebanyakan dari luar masyarakat Rembang misalnya daerah
Pati yang berjarak ratusan kilo meter dari Rembang. Seperti
misalnya yang terdapat dalam kompasiana.com Berita tertanggal
12 Desember 2016, berjudul, “ada apa dengan Gunretno”.
(http://www.kompasiana.com/dedyandaresta/ada-apa-dengan-
gunretno_584e4e8e4523bdbb0b6) dimana dalam artikel tersebut
pada intinya tertulis Gunretno merupakan tokoh sedulur sikep,
yang rumahnya di Dusun Bombong, Desa Baturejo, Kecamatan
Sukolilo Pati. Dimana Gunretno begitu gagah berani serta
bersikap heroik serta luar biasa dalam menggerakkan penolakan
Semen Rembang, tetapi disaat yang sama melupakan pabrik
semen di Pati. Mengapa Gunretno melawan Semen Rembang
tetapi mendiamkan PT. Indocement yang akan
mengeksploritasi Pegunungan Kendeng di Kayen
dan Tambakromo, Pati. Gunretno bersama Jaringan Masyarakat
(JMPPK) menggelar aksi jalan kaki dari Rembang ke Semarang.
Mereka berangkat dari Rembang pada Senin 5 Desember 2016
dan tiba di Semarang pada Jumat 9 Desember 2016, anehnya
diantara hari-hari longmarch itu terjadi peristiwa yang seharusnya
menjadi perhatian Gunretno, ialah terbitnya akta pendirian
perusahaan yang akan mendirikan pabrik semen di Pati. Surat itu
adalah Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor AHU-0054914.AH.01.01 Tahun 2016 Tentang Pengesahan
Pendirian Badan Hukum Perseroan Terbatas PT. Asia Cement
Pati yang disingkat PT. Cement Pati, keputusan ini ditetapkan di
Jakarta tanggal 8 Desember 2016. Adanya penerbitan akta anak
perusahaan baru dari Indocement di Pati namun tidak ada sepatah
katapun menyuarakan penolakan, serta tidak ada pernyataan
media ataupun demo menentang. Kenapa Gunretno rajin ke
Rembang, menolak pabrik semen, tapi ia membiarkan rumahnya
sendiri di Pati akan diobok-obok oleh Indocement. (Lampiran-9b);

Halaman 124 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a
ahun 2012 yang berkaitan dengan Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, di kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah te

gung
Ind

Republik
5. Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon
Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016) Telah Menggunakan Dokumen Yang Diduga Palsu
Sebagai Bukti Dalam Perkara Pembatalan Surat Keputusan
Termohon Peninjauan Kembali VIII;
- Bahwa, Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai
Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali
No. 99 PK/TUN/2016) telah mengajukan Gugatan Pembatalan Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah (Termohon Peninjuan Kembali
VIII/ d/h sebagai Tergugat/Termohon Peninjauan Kembali I dalam
perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016) No. 660.1/17
tahun 2012 Tentang “Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan
Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk di
Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah” tertanggal 7 Juni 2012;
- Bahwa, Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai
Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali
No. 99 PK/TUN/2016) dalam Perkara Gugatan Pembatalan Surat

Halaman 125 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


m
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Keputusan Gubernur
VIII/ d/h Termohon Jawa Tengah
Peninjauan (Termohon
Kembali I/TergugatPeninjauan Kembali
dalam Perkara No.
99 PK/TUN/2016) tertanggal 7 Juni 2012 a-quo-, telah menggunakan
bukti Palsu yakni Dokumen Penolakan Warga Rembang atas
Pembangunan Pabrik Pemohon Peninjauan Kembali (d/h sebagai
Tergugat II Intervesi/Terbanding II/Termohon Peninjuan Kembali II
dalam Perkara No. 99 PK/TUN/2016) yang ditandai dengan bukti
P.37a, sebagaimana yang jelaskan pada Surat Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) tertanggal 16 Januari 2017
dan 13 Februari 2017 (Lampiran – 16a dan Lampiran– 16b);
- Bahwa, Termohon Peninjauan Kembali I yakni Joko Prianto (d/h
sebagai Penggugat I/Pemohon Peninjauan Kembali I dalam Perkara
No. 99 PK/TUN/2016) telah ditetapkan sebagai Tersangka Seperti
dalam pemberitaan-pemberitaan dalam media online berikut ini :
 Berita tempo.co, tanggal 17 Februari 2017 dengan Judul: Aktivis
Penolak Semen Rembang Ajukan Praperadilan
(https://m.tempo.co/read/news/2017/02/17/058847733/aktivis-
penolak-semen-rembang-ajukan-praperadilan), yang pada intinya
menyatakan :
“TimpenasehathukumJokoPriantoakanmengajukan
praperadilan atas penetapan status tersangka terhadap petani di
Rembang yang menolak pendirian pabrik PT Semen Indonesia

tersebut;
TimpenasehathukumJokoPrianto,KaharMualamsyah

menyatakan saat ini tim sudah mengumpulkan dokumen untuk


pengajuan gugatan praperadilan tersebut. “Saat ini kami masih

menyiapkan karena hingga kini kami belum mendapat tembusan


atau salinan penetapan tersangka terhadap Joko Prianto dari

Polda Jawa Tengah,” kata Kahar Mualamsyah kepada Tempo,


Jumat 17 Pebruari 201”;

Selain mengajukan praperadilan, tim kuasa hukum juga akan

mengajukan pernohonan agar para tersangka tidak ditahan. Kahar


membantah tudingan bahwa kliennya telah memalsukan identitas

Republi
dan tanda tangan. “Kami melihat sangkaan pemalsuan dokumen

itu tidak benar,” kata Kahar.” (Lampiran - 16c);


 kompas.com, tanggal 1 Maret 2017, dengan judul: jadi tersangka,
warga penolak pabrik semen pertimbangkan ajukan praperadilan

Halaman 126 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
(http://regional.kompas.com/read/2017/03/01/09585951/jadi.tersan
gka.warga.penolak.pabrik.semen.pertimbangkan.ajukan.praperadil
an), yang pada intinya menyatakan:
“Joko Prianto, warga Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem,
Kabupaten Rembang, dijerat dengan Pasal 263 KUHP. Status
tersangka berkaitan dugaan pemalsuan dokumen dalam berkas
gugatan izin lingkungan pabrik PT. Semen Indonesia di Rembang.
Belum lama ini, Polda Jateng telah mengumpulkan sejumlah alat
bukti dan saksi bukti untuk memastikan keabsahan dokumen yang
dilaporkan.
Pada Senin (27/2/2017) kemarin, Joko yang aktif menolak pabrik semen Rembang itu telah diperiksa sebagai tersangka selama beb
Sejauh ini, baru Joko yang diperiksa sebagai tersangka. Sejumlah

nama lain yang diduga sebagai tersangka lain masih belum


mendapat giliran pemeriksaan;
Kepolisian sendiri mulai melakukan penyelidikan atas laporan
warga

Republi
terkait dugaan pemalsuan tanda tangan.
pemalsuan itu dituangkan ke dalam laporan polisi (LP) terkait
tanda tangan dan pekerjaan yang tidak sesuai;
Laporan

Dalam gugatan izin semen, diduga ada nama-nama fiktif yang terdapat dalam barisan warga pe

Dari 2.501 nama yang tercatat, ada nama-nama seperti Ultramen,


Power Rangers, serta profesi yang dituliskan sebagai presiden RI
2025.” (Lampiran - 16d);

ung  CNN Indonesia, tanggal 22 Februari 2017, dengan judul: enam


orang jadi tersangka pemalsu dokumen tolak semen rembang.
(http://www.cnnindonesia.com/nasional/20170222122618-12-

Ind
195286/enam-orang-jadi-tersangka-pemalsu-dokumen-tolak-
semen-rembang/), yang pada intinya menyatakan:
“Berdasarkan dokumen yang diperoleh CNNIndonesia.com,
sejumlah pekerjaan aneh memang muncul dalam daftar nama
warga Rembang penolak pabrik. Di antaranya Power Rangers,
Ultraman, presiden RI, menteri, petinggi, touring, musisi, copet
terminal, penghulu kondang, hingga balita.
Gubernur Ganjar Pranowo mempertanyakan keanehan itu.
“Apakah hakimnya tidak cermat untuk melihat ada ultraman, power

Halaman 127 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
ranger, ada dasar)
(salah satu copet kriminal,
putusan ada presiden
hakim,” RI? Dan14iniDesember
kata Ganjar, dijadikan
2016.” (Lampiran – 16e);
 KBR Jakarta, tanggal 27 Februari 2017, dengan judul : Jadi
Tersangka, Hari Ini Aktivis Penolak Semen Rembang Diperiksa
Polisi (http://kbr.id/berita/022017/ jadi_tersangka hari_ini_
aktivis_ penolak_ semen_ rembang_ diperiksa _polisi/88899.html),
yang intinya menyatakan :
“Joko Prianto dilaporkan kuasa hukum PT Semen Indonesia, Yudi
Tawdir pada 16 Desember lalu. Yudi mengadukan enam warga
Rembang termasuk Joko Prianto dengan tudingan pemalsuan
daftar tanda tangan 2501 orang penolak pendirian pabrik semen
Rembang;
Dokumen 2501 tanda tangan itu digunakan sebagai data
pendukung dalam gugatan Peninjauan Kembali (PK) di Mahkamah
Agung terkait izin lingkungan PT Semen Indonesia.
Dari enam orang yang dilaporkan, baru Joko Prianto yang
menerima surat panggilan sebagai tersangka.” (Lampiran – 16f)
- Bahwa, dengan demikian, maka terjadi rekayasa bukti (pemalsuan)
dokumen penolakan warga Rembang berkaitan dengan Pendirian
Pabrik milik Pemohon Kasasi yang telah dilakukan oleh Termohon
Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon Peninjauan
Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016)
sebagai alasan untuk menggugat Pembatalan Surat Gubernur Jawa
Tengah (Termohon Peninjauan Kembali VIII dahulu sebagai
Tergugat/Terbanding/Termohon Peninjauan Kembali I dalam Perkara
No. 99 PK/TUN/2016) melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang;
- Bahwa, karena adanya rekayasa bukti (pemalsuan bukti) oleh
Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon
Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan Kembali No. 99
PK/TUN/2016) seolah-olah adanya penolak warga Rembang atas
Pembangunan Pabrik Pemohon Peninjuan Kembali, maka dengan
sendirinya Putusan Peninjuan Kembali No. 99 PK/TUN/2016 yang
telah menerima Gugatan Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h
sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dalam Perkara Peninjauan
Kembali No. 99 PK/TUN/2016) untuk seluruhnya diputuskan

Halaman 128 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
berdasarkan pada
Putusan No. 99 bukti yang
PK/TUN/2016 tidakpalsu, karenanya,
benar sehingga secara
tidak hukum
mempunyai
daya mengikat dan tidak berkekuatan hukum.

membatalkan Putusan Peninjauan Kembali No. 99 PK/TUN/2016, karena Gugatan Termohon Peninjauan Kembali I s/d VII (d/h sebagai Pemohon Pen

gung
6. PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI ADALAH PERUSAHAAN MILIK
NEGARA YANG STRATEGIS DAN SUDAH GO PUBLIC SERTA
TELAH LISTED DIBEBERAPA BURSA SAHAM;
- Bahwa, Pemohon Peninjauan Kembali adalah Perusahaan Milik
Negara yang sudah go public yang ditandai dengan kata “Tbk”
dibelakang nama Perusahaan;
- Bahwa, selaku Perusahaan Negara yang strategis dan telah go public
setiap kejadian ataupun hal-hal substansial yang terjadi sangatlah
signifikan berpengaruh dan terus berpengaruh jika tidak segera diambil
upaya atau tindakan untuk menyelesaikannya, dalam hal ini Putusan
PK No. 99 PK/TUN/2016 karena telah membatalkan Surat Keputusan
Gubernur Nomor 660.1/17 tahun 2012 tanggal 7 Juni 2012 tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan Pabrik Semen oleh PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah
(Lampiran - 14), telah sangat berdampak negatif terhadap kinerja,
nama baik dan reputasi (portofolio) Perusahaan yang menyebabkan
turunnya nilai saham Pemohon Peninjauan Kembali di bursa saham
yang tentunya berakibat hilangnya keuntungan yang diperoleh
Pemohon Peninjauan Kembali. Karena Pemohon Peninjauan Kembali
adalah Perusahaan milik Negara tentunya hilangnya keuntungan
tersebut secara langsung telah merugikan keuangan negara atas
investasi yang telah ditanamkan dalam Semen Indonesia (ie.
Pemohon Peninjauan Kembali);
- Kejadian tersebut di atas jika tidak segera dilakukan upaya atau
tindakan hukum untuk menyelesaikan permasalahan a-quo-, maka
dampak negatif terhadap portofolio tersebut terus akan melekat yang

Halaman 129 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
menghambat
berujung juga perkembangan Pemohon Peninjauan Kembali yang
pada kerugian negara.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Permohononan Peninjauan Kembali a-quo-,
tidak hanya berkaitan dengan Pembatalan Putusan PK No. 99 PK/TUN/2016,
tetapi yang lebih penting pula untuk menghilangkan dampak negatif serta
memulihkan portofolio perusahaan yang pada ujungnya dapat menyelamatkan
kerugian negara, sehingga harus segera dilakukan upaya atau tindakan hukum
untuk menyelesaikan permasalahan a-quo yakni salah satunya dengan
menerima Permohonan Peninjauan Kembali a-quo;

PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan Peninjauan Kembali Ke-2
tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:
Bahwa perkara a quo merupakan peninjauan kembali terhadap Putusan
Peninjauan Kembali Nomor 99 PK/TUN/2016, tanggal 05 Oktober 2016
sehingga merupakan Peninjauan Kembali Ke-2 ;
Bahwa berdasarkan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 juncto Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2009 juncto Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, ditentukan bahwa upaya hukum permohonan
peninjauan kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali dan terhadap putusan
peninjauan kembali tidak dapat diajukan peninjauan kembali;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka
permohonan Peninjauan Kembali Ke-2 yang diajukan oleh PT SEMEN GRESIK
(Persero) sekarang PT SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk tersebut tidak dapat
diterima ;
Menimbang, bahwa dengan tidak dapat diterimanya permohonan
peninjauan kembali, maka Pemohon Peninjauan Kembali Ke-2 dinyatakan
sebagai pihak yang kalah, dan karenanya dihukum untuk membayar biaya
perkara dalam peninjauan kembali ini;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9

Halaman 130 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 130
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Tahun 2004peraturan
2009, serta dan perubahan kedua dengan Undang-Undang
perundang-undangan lain yang terkait;Nomor 51 Tahun
MENGADILI,
Menyatakan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan
Kembali Ke-2 : PT SEMEN GRESIK (Persero) sekarang bernama PT SEMEN
INDONESIA (Persero) Tbk, tersebut tidak dapat diterima;
Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali Ke-2 untuk membayar biaya
perkara dalam peninjauan kembali ini sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima
ratus ribu Rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa, tanggal 20 Juni 2017, oleh Dr. H. Supandi, S.H.,
M.Hum, Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, Dr. H. M. Hary Djatmiko, S.H., M.S. dan Dr. Yulius, S.H., M.H. Hakim-
Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Kusman, S.IP., S.H., M.Hum,
Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

Anggota Majelis: Ketua Majelis,


ttd/ Dr. H. M. Hary Djatmiko, S.H., M.S ttd/ Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum
ttd/ Dr. Yulius, S.H., M.H
Panitera Pengganti,
Biaya-biaya: ttd/Kusman, S.IP., S.H., M.Hum
1. Meterai ………… Rp 6 .000,00
2. Redaksi ………… Rp 5.000,00 Untuk Salinan
3. A dministrasi................Rp2.489.000,00 MAHKAMAH AGUNG – RI
Jumlah ………………. Rp2 500.000,00 a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,

H. ASHADI, SH
NIP : 220 000 754

Halaman 131 dari 131 halaman. Putusan Nomor 91 PK/TUN/2017

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 131

Anda mungkin juga menyukai