Anda di halaman 1dari 33

“ Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pada Pengalihan Alur

Sungai PLTU Tanjung Jati A di Kabupaten Jepara “

Disusun Oleh:

Fimelia Rizqi Sabilla (30202100089)


Galuh Adi Prayoga (30202100092)
Hafizas Mahdisra (30202100096)
Muhammad Ulil Irfan (30202100152)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah ini
kami beri judul “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pada Pengalihan Alur Sungai PLTU
Tanjung Jati A di Kabupaten Jepara”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen
pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Hermin Poedjiastoeti, SSi., MSi., selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna.
Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami,
agar pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Semarang, 3 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
BAB II RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL .............................................................................. 7
BAB III PELINGKUPAN ................................................................................................................. 14
BAB IV METODE STUDI ................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 24
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan dalam menjalankan usaha menghasilkan dampak eksternalitas, baik


yang bersifat negatif maupun positif. Dampak eksternalitas negatif perusahaan,
terutama yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam juga terkait
dengan semakin meningkatnya kerusakan lingkungan, mulai dari penggundulan hutan,
polusi udara dan air, hingga perubahan iklim
Tak terkecuali pada PLTU Tanjung Jati A selaku perusahaan yang
memproduksi listrik. Adanya peningkatan penduduk di indonesia maka kebutuhan
listrik merupakan kebutuhan bagi kehidupan masyarakat yang sangat penting. Hal ini
ditandai banyaknya manfaat listrik sebagai sumber penerangan bagi kehidupan di
wilayah desa dan kota. Selain sebagai sumber energi penerangan, listrik juga dapat
diubah menjadi sumber lain yang berguna bagi kehidupan manusia. Ketersediaan listrik
dalam suatu negara dapat diperoleh dari perusahaan listrik baik milik negara (PLN)
ataupun swasta (non PLN). Oleh karena itu ketersediaan listrik menjadi salah satu
indikator penting mengukur kemajuan suatu wilayah. Berdasarkan Data Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikelola Badan Pusat Statistik
Indonesia (BPS) (Maulana & Rosalina, 2022).
Kewajiban Amdal berlaku bagi kegiatan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
karena berdasarkan kriteria Amdal di Indonesia, pembangkit thermal merupakan
kegiatan dengan kategori dampak penting. Alasan ilmiah pentingnya adalah terjadinya
driven terhadap pencemaran lingkungan akibat operasional PLTU berupa: (a) aspek
fisik kimia, terutama pada kualitas udara (emisi ambient dan kebisingan) dan kualitas
air (ceceran minyak pelumas, limbah bahang), serta air tanah; (b) aspek sosial, ekonomi
dan budaya terutama pada pembebasan lahan dan keresahan masyarakat. (KLHK,
2019). Operasional PLTU dari pembakaran batubara menghasilkan dampak aspek fisik
berupa emisi berupa fly ash, dan bottom ash serta gas (Nalbandian 2012). Dengan
perkembangan dekade terakhir setiap pembangkit melakukan pengelolaan debu dengan
menggunakan air pollution device control yaitu electrostatic precipitator (ESP) dan
kombinasi ESP dengan wet-flue gas desufuritation (W-FGD)(Papalangi et al., 2015)
Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan
manusia. Ketika aliran air di sungai terganggu oleh berbagai sebab akibat aktivitas
manusia, maka aliran air di sungai menuju laut akan terganggu, sehingga
memungkinkan dapat merusak lingkungan dan dapat merusak badan sungai itu sendiri.
Pengalihan alur sungai dibutuhkan untuk pembangunan PLTU yang mana lokasi sungai
lama akan digunakan untuk tempat penimbunan limbah pembakaran batu bara (fly ash).

1.2 Tujuan dan Manfaat

1) Untuk mengetahui dampak potensial dari dialihkannya alur sungai untuk tempat
penimbunan limbah pembakaran batu bara (fly ash)
2) Untuk mengetahui evaluasi dampak potensial dari dialihkannya alur sungai
sehingga dapat mengurangi dampak potensial yang akan terjadi dengan metode
yang sesuai.

1.3 Peraturan Perundang-undangan

Mendayagunakan berbagai ketentuan hukum, baik hukum administrasi, hukum


perdata, maupun hukum pidana, diharapkan selain akan menimbulkan efek jera juga
akan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa
pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan generasi
masa kini dan masa depan. Ketentuan Pasal 36 UUPPLH, menetapkan bahwa setiap
usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) wajib memiliki izin lingkungan. Izin lingkungan diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 UUPPLH atau rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan wajib mencantumkan
persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam izin
lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak undang-undang ini ditetapkan. Dan
berdasarkan Pasal 39 UUPPLH, permohonan izin lingkungan dan izin lingkungan
wajib diumumkan, dan dilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat.
Dikota Jambi mengenai izin Amdal yang wajib dimiliki pemrakarsa yaitu orang atau
badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/ atau yang akan
dilaksanakan yang berdampak besar dan penting yang yang direncanakan pada
lingkungan hidup. Maraknya suatu kegiatan usaha yang wajib memiliki AMDAl atau
UPL dan UKL sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tetapi dalam
kenyataannya sering ditemui beberapa kegiatan usaha yang wajib mempunyai izin
AMDAL ternyata orang atau badan hukum tersebut melakukan kegiatan usaha tanpa
memiliki izin AMDAL Atau UPL dan UKL atau mereka memiliki izin AMDAl tetapi
tidak sesuai dengan muatan izin yang diberikan.
BAB II RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1 Kondisi Fisik Wilayah

a) Topografi
Secara topografi, Kabupaten Jepara dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu
wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara, wilayah dataran rendah di bagian tengah
dan Selatan, wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari
Gunung Muria dan wilayah perairan atau kepulauan di bagian utara merupakan
serangkaian Kepulauan Karimunjawa.

Dengan kondisi topografi demikian, Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian


antara 0 m sampai dengan 1.301 mdpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah
Kecamatan Kedung antara 0–2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah
yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan.
Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat
kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam
10.776 Ha dan sangat curam 10.620,212 Ha

Kondisi Toopografi daerah yang diusulkan relative menurun dari hasil reklamasi
unit eksiting. Dengan ketinggian berkisar antara 1 sampai 3 meter diatas permukaan air
laut. Luas topografi lahan pekerjaan yang diusulkan untuk proyek pembuatan alur sungai
baru sepanjang ± 982 meter dengan Lokasi sungai lama akan digunakan untuk tempat
penimbunan limbah pembakaran batu bara (fly ash) seluas 10 hektare. Batasan tapak
proyek dapat dilihat sebagai berikut :
• di sebelah timur berbatasan dengan unit PLTU Tanjung Jati A
• di sebelah barat berbatasan dengan daerah pemukiman penduduk
• di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
• di sebelah selatan berbatasan dengan area aliran sungai Kali Banjaran dan Daerah
Kaliaman

b) Klimatologi

Menutut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, suhu udara di


wilayah Jepara ber-variasi antara 21°–34 °C dengan kelembapan nisbi sebesar ± 81%.
Iklim di wilayah Jepara adalah iklim tropis dengan tipe muson tropis (Am) yang
memiliki dua musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yakni musim
penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Jepara berlangsung saat
angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin bertiup, yakni pada
periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang curah hujan
bulanannya kurang dari 25 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di Jepara
berlangsung ketika periode bertiupnya angin muson barat daya–barat laut yang
bersifat basah dan lembap, angin muson ini berlangsung pada periode November–
April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari
500 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Jepara berkisar antara 2.200–
2.800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per
tahun

Gambar 2.1 Iklim Kabupaten Jepara


(sumber : Weather Sparks)

c) Hidrologi dan Hidrooseanologi


• Hidrologi
Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi
merupakan kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian barat
yang mengalir sungai-sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai.
Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan,
Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan
Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari
daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (utara, barat daya,
barat, dan barat laut) yaitu daerah hilir yang menuju ke arah Laut Jawa.
Kuantitas air sungai di Kabupaten Jepara relatif cukup tinggi meskipun
terjadi fluktuasi debit aliran yang cukup besar antara musim hujan dan musim
kemarau, sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran di
beberapa sungai. Sebagai gambaran potensi air sungai dan situ/rawa yang
merupakan potensi air permukaan di Kabupaten Tangerang berdasarkan
Satuan Wilayah Sungai (SWS) menunjukan potensi sebagai berikut:
➢ Rata rata debit sungai Kali Banjaran sebesar 5,162 m³/dt yang bersumber dari
Gunung Api Maar di Semenanjung Muria
➢ Di SWS Kaliaman-Banjaran, belum ada data pengukuran jangka panjang,
pengukuran dilakukan sesaat menggunakan current meter dan didapat debit
aliran terkecil sebesar 0,06 m³/dt.
➢ Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukan
bahwa Kabupaten Jepara mengalami defisit air pada bulan Maret sampai bulan
November (8 bulan) sementara suplus air hanya terjadi pada bulan Desember,
Januari dan Februari (3 bulan).
Kualitas Air
Kualitas air sungai yang ada di Kabupaten Jepara yaitu Sungai
Banjaran. Wilayah sungai yang berbatasan dengan wilayah PLTU Tanjung Jati
A adalah muara Lak Ngelo; berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan
oleh Bagian Laboratorium BLHD Kabupaten Tangerang pada tahun 2010,
adalah sebagai berikut:

➢ Hasil pemantauan kualitas aliran Sungai Banjaran di beberapa tempat


antara lain; Jembatan Jalan Raya PLTU dan Jembatan Kaliaman.
Parameter yang melebihi nilai ambang baku mutu untuk sungai
Cimanceuri yaitu: Residu Tersupensi (TSS), Belerang sebagai H2S,
BOD5, COD, Kadmium, Khlorida Bebas (Cl), K hrom Hexavalent (Cr6+),
Nitrit sebagai N (NO2‐N), pH, Seng (Zn), Senyawa Fenol sebagai
Fenol,Sianida, Tembaga (Cu).

• Hidrooseanografi

➢ Bathimetrel
Menurut data survei bathimetri unit PLTU Tanjung Jati A (3x315MW).
Survei bathimetri telah dilakukan dalam cakupan area 400 hektar. Dasar
laut di dekat lokasi proyek datar dan dangkal. Kedalaman ‐1 m MSL
terletak pada ± 250 m dan kedalaman ‐6 m adalah sekitar 2.500 m dari
garis pantai. Berdasarkan survei Batimetri (oleh LEMTEK‐UI, 2013)
kedalaman elevasi ‐ 7,6 m terdapat di sekitar area dermaga/jetty bongkar
muat batubara, kedalaman ‐4 m disekitar mulut intake dan kedalaman ‐1 m
sekitar outlet discharge
➢ Arus
Pengukuran arus dilakukan untuk mengetahui trend dari kecepatan dan
arah aliran pada lokasi kegiatan. Pengukuran arus dilakukan pada
kedalaman 0.2d, 0.6d dan 0.8d di bawah permukaan laut (d = kedalaman
air laut lokal). Pengukuran kecepatan arus dan arah aliran dilakukan setiap
jam selama 3 x 24 Jam di 2 lokasi. Lokasi pengamatan Arus dilakukan
pada 2 statsiun (Sta), di daerah intake dan daerah outlet (discharge)
➢ Gelombang Laut
Gelombang laut di wilayah pesisir PLTU Tanjung Jati A (3 x 315MW)
dipengaruhi oleh angin dan hasil refraksi‐difraksi gelombang dari Laut
Jawa. Gelombang dapat terjadi karena angin, pasang surut, gangguan
buatan seperti gerakan kapal dan gempa bumi. Dalam perencanaan
pelabuhan gelombang yang digunakan adalah gelombang yang terjadi
karena angin dan pasang surut. Pengaruh gelombang terhadap perencanaan
pelabuhan antara lain:
▪ Besar kecilnya gelombang sangat menentukan dimensi dan
kedalamam
bangunan pemecah gelombang.
▪ Gelombang menimbulkan gaya tambahan yang harus diterima oleh
kapal dan bangunan pelabuhan.
Besaran dari gelombang laut tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
▪ Kecepatan Angin
▪ Lama Angin Tertiup
▪ Kedalaman dan Luas perairan
➢ Pasang Surut
Dari hasil analisa pasang surut dengan metoda admiralty (Desember 2012
Januari 2013, Lemtek‐UI 2013), diperoleh :
▪ Sifat pasang surut di perairan Laut Jawa PLTU Tanjung Jati A,
Kabupaten Jepara adalah pasang surut harian Tunggal
▪ Duduk Tengah (MSL) terhadap 0 (nol) palem sebesar 99 cm
▪ Kedudukan Air Rendah Perbani (LWS) adalah 49 cm dibawah
Duduk Tengah (MSL)
▪ Besarnya Muka Surutan ( Zo ) = 59 cm
▪ Kedudukan Air Tinggi Perbani (HWS) adalah 56 cm diatas Duduk
Tengah (MSL).
d) Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di kabupaten jepara yaitu :

▪ Andosol Coklat, terdapat di perbukitan bagian utara dan puncak Gunung


Muria seluas 3.525.469 Ha (3,15%);
▪ Regosol, terdapat di bagian Utara seluas 2.700,857 Ha (2,69%),
▪ Alluvial, terdapat di sepanjang pantai utara seluas 9.126,433 Ha (9,09%)
▪ Asosiasi Mediteran, terdapat di pantai barat seluas 19.400,458 Ha
(19,32%);
▪ Latosol, jenis tanah paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di
perbukitan Gunung Muria seluas 65.659,972 Ha (65,39%)
2.2 Kondisi Sosial Ekonomi Budaya

Rencana pengalihan aliran sungai yang terletak di Kabupaten Jepara yang akan
dialihkan dan akan dimanfaatkan sebagai penimbunan limbah batu bara berbatasan dengan
jenis kegiatan lain yang berbeda, antara lain: tambak, sawah dan kegiatan bagan nelayan. Hal
tersebut merupakan faktor -faktor yang turut mempengaruhi jenis dan intensitas dampak yang
ditimbulkan.
a) Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Jepara akhir tahun 2019 berdasarkan hasil


proyeksi adalah sebanyak 1.258.00 jiwa yang terdiri dari 601.206 laki-laki (49,86
persen) dan 604.594 perempuan (50,14 persen), dengan pertumbuhan sebesar 0,99%
dimana sebaran penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Tahunan (115.504 Jiwa
atau 9,50 persen) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan
Karimunjawa (9.379 jiwa atau 0,78 persen).

Jika di lihat berdasarkan kepadatan penduduk, pada tahun 2016, kepadatan


penduduk Kabupaten Jepara mencapai 1,201 jiwa per km. Penduduk terpadat berada
di Kecamatan Jepara (3.613 jiwa per km2), sedangkan kepadatan terendah berada dl
Kecamatan Karimunjawa (132 jiwa per km2). Menurut kelompok umur, sebagian
besar penduduk Kabupaten Jepara termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun)
sebanyak 818.833 jiwa (67,90 persen) dan selebihnya 308.023 jiwa (25,55 persen)
berusia di bawah 15 tahun dan 78.989 jiwa (6,55 persen) berusia 65 tahun ke atas.
Sedangkan besarnya angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Jepara
adalah 472,64. Hal ini berarti bahwa setiap 1.000 orang berusia produktif
menanggung sebanyak 473 orang penduduk usia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke
atas.

Selam periode 2017-2021, pendapatan per kapita kabupaten Jepara terus


meningkat, meskipun belum bisa menggambarkan kondisi sebenarnya, akan tetapi
memberikan gambaran secara makro bahwa kesejahteraan masyarakat diKabupaten
Jepara dalam kondisi baik dan terus meningkat. Pada tahun 2021 pendapatan per
kapita Kabupaten Jepara sebesar Rp. 20.128.854. Meskipun pendapatan perkapita
masih tertinggal dengan kabupaten lainnya tetapi kondisi kemiskinan rakyat menurun
dari waktu ke waktu
b) Kesehatan Masyarakat

Kesahatan Masyarakat pada masa kegiatan proyek ini di Kabupaten Jepara


didukung oleh sarana prasaran seperti rumah sakit dan posyandu. Daftar instansi
kesehatan yang ada di kabupaten Jepara antara lain;
▪ Rumah Sakit Djati Hosada
▪ RS. Karya Amanah Medika
▪ Rumah Sakit RA Kartini
▪ Puskesmas Bondo
▪ Puskesmas Bangsri
▪ Puskesmas Kembang
▪ Puskesmas Mlonggo dll.

Kekhawatiran mengenai Kesehatan masyarakat lebih khusus disaat masa pengerjaan


dimana adanya debu, kebisingan, serta masalah kesehatan Covid-19 yang masih bisa
muncul dimana saja. Beberapa penyakit yang menyebabkan gangguan kesehatan
masyarakat disekitar antara lain;

➢ ISPA

➢ TBC Paru

➢ Ceruman Prop

➢ Dyspepsia

➢ Karies Gigi

➢ Covid 19
BAB III PELINGKUPAN

3.1 Identifikasi Dampak Potensial

a. Dampak Sosial, Ekonomi, Budaya


Pembangkit listrik Tanjung Jati A berdampak pada perekonomian yaitu
pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar dan terbukanya lapangan kerja.
Namun banyak pekerjaan yang tersedia adalah pekerja tidak terampil, seperti
pekerja konstruksi dan pekerja tidak terampil ketika ada perawatan mesin dan
lain-lain. Kebanyakan dari mereka bukanlah pekerja kontrak jangka panjang
tetapi pekerja kontrak. Namun tentunya keadaan masyarakat sudah banyak
berubah, dalam hal peningkatan pendapatan dan mendapatkan pekerjaan yang
mapan. Selain itu masyarakat desa yang dulunya mengandalkan pendapatan dari
bertani, setelah adanya PLTU masyarakat dapat menambah pendapatan dari
orang lain atau pertanian diluar daerah. Misalnya dengan adanya PLTU,
masyarakat sekitar memanfaatkannya untuk berwirausaha seperti mendirikan
rumah makan, menyewakan rumah atau mendirikan tempat kost untuk
karyawan PLTU dan masyarakat juga bisa menjadi pekerja di dalam PLTU itu
sendiri walaupun sebagian besar masyarakat hanya bekerja sebegai pekerja
kasar atau unskilled worker.(Lulufani et al., 2020)

b. Dampak Fisik Kimia


Kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk
meningkatkan permintaan atas sumber daya alam, sehingga timbul tekanan
terhadap sumber daya alam. Oleh karena itu, pendayagunaan sumber daya alam
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan harus disertai dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Dengan demikian, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan adalah pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Secara umum, dampak
lingkungan keberadaan PLTU yaitu adanya pencemaran yang dilakukan PLTU
Tanjung Jati B baik udara akibat pembakaran, air, maupun suara atau
kebisingan,menimbulkan kemacetan pada jam kerja atau jam pulang kerja, jalan
menjadi cepat rusak karena banyak kendaraan besar yang lewat, meningkatkan
jumlah sampah, ketersediaan air berkurang, lahan pertanian berkurang.
Dengan adanya pembangunan PLTU dengan bahan bakar batu bara
yang melahirkan limbah fly ash, pihak PLTU Tanjung Jati A akhirnya
memutuskan untuk mengalihkan alur sungai dan membuat alur baru sebab
sungai lama akan digunakan sebagai tempat penimbunan limbah batu bara.
Pengalihan alur sungai ini jelas memiliki dampak pada ekosistem sungai itu
sendiri maupun ekosistem disekitar sungai. Biota-biota sungai yang mungkin
akan kehilangan habitat baru dan sulit beradaptasi pada sungai yang baru
tentunya menjadi salah satu dampak dari pengalihan sungai ini.
Berdirinya PLTU Tanjung Jati A tentu tidak lepas dari dampak yang
ditimbulkan kepada masyarakat sekitar, salah satunya yaitu ketersediaan air
bersih yang berkurang.
Secara umum masyarakat dapat menerima adanya proyek besar yang
berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal masyarakat. Sebanyak ± 30% dari
masyarakat tidak setuju terhadap pembangunan proyek PLTU Tanjung Jati A.
Akibat dari keterbukaan dan penerimaan masyarakat banyak masyarakat yang
bersikap netral. Masyarakat cenderung mengacuhkan dampak tersebut, padahal
seharusnya dampak lingkungan yang ada diperhatikan dan diminimalisir secara
Bersama-sama antara masyarakat, pemerintah, dan pengelola proyek. Dampak
utama penyebab pencemaran lingkungan adalah kegiatan operasional proyek,
namun penanggulangan dampak akan lebih maksimal apabila semua elemen
dapat bekerjasama dengan baik.
Dampak lingkungan hidup yang dirasakan masyarakat adalah perubahan
cuaca yang semakin panas, intensitas hujan yang sangat sedikit dan polusi yang
semakin banyak, ruang terbuka hijau yang semakin berkurang, selain itu
keadaan air laut yang berubah sehingga mempengaruhi habitat di dalamnya,
sehingga membuat masyarakat mulai resah dengan keadaan lingkungan
tersebut.

c. Dampak pada Kesehatan Masyarakat


Pembangunan PLTU dan pengalihan alur sungai ini juga berdampak
pada Kesehatan masyarakat. PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar sudah pasti akan menyebabkan polusi udara yang tentunya sangat
merugikan masyarakat terutama dibidang Kesehatan, banyak warga yang
merasakan dampak pada aspek kesehatan, seperti gatal-gatal, kulit kering, batuk
berdahak. Kemudian pengalihan sungai yang digunakan sebagai tempat
penimbunan limbah batu bara ini (fly ash) akan sangan mencemari sungai yang
juga berdampak pada Kesehatan masyarakat yang mungkin mata
pencahariannya berada disekitar sungai yang mungkin menyebabkan penyakit
kulit. Kebisingan pasca kontruksi PLTU maupun pasca pengalihan alur sungai
juga membuat masyarakat merasa terganggu yang mungkin saja meranah ke
Kesehatan mental masyarakat (Antara Tingkat Pendidikan Dengan Sikap
Masyarakat Terhadap Dampak Lingkungan Pltu Tanjung Jati Di Kabupaten
Jepara Nafi et al., 2017).

3.2 Evaluasi Dampak Potensial

a. Komponen Fisik Kimia


Melalui tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan seperti PLTU
Tanjung Jati B diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek,
namun turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Dengan adanya
keberadaan PLTU Tanjung Jati A, pihak PLTU Tanjung Jati A sangat
memperhatikan limbah yang mereka hasilkan agar tidak merugikan atau
berdampak buruk terhadap lingkungan di sekitar PLTU. Dalam PLTU Tanjung Jati
A, ada kegiatan CSR yang berupa penyelamatan lingkungan sebesar 30% dari
semua kegiatan yang dilakukan perusahaan dan karena limbah yang dihasilkan dari
PLTU itu mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi, masyarakat malah rebutan
untuk mendapatkan limbah karena limbah B3 itu sifatnya sudah bisa dimanfaatkan
maka bisa dijadikan batako, paving block, dan bahkan untuk ngecor jalan.

b. Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya


Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu cara yang tepat dalam
pembangunan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam.
Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga pilar penting yaitu ekonomi, sosial,
dan lingkungan yang harus dijalankan secara terintegrasi. Pemahaman tentang
pembangunan berkelanjutan tidak diartikan secara sempit sebagai perlindungan
lingkungan tetapi pemahaman tentang keterkaitan antara ekonomi, sosial dan
lingkungan alam. Melalui konsep pembangunan berkelanjutan, maka pengelolaan
sumber daya alam harus dilakukan secara hati-hati agar generasi yang akan datang
tetap dapat, menikmati kekayaan alam tersebut.
Berdirinya PLTU Tanjung Jati A sangat berdampak bagi masyarakat, karena
adanya industri pembangkit listrik membuat terbukanya lapangan kerja yang
menjadi peluang bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
serta adanya perubahan mata pencaharian terjadi pada masyarakat dari petani
beralih ke berdagang ataupun bekerja di PLTU.
c. Kesehatan Masyarakat
Dengan ikut sertanya Kesehatan masyarakat yang terdampak dari pembangunan
PLTU Tanjung Jati A dan pengalihan alur sungai, pihak dari PLTU sendiri
hendaknya mempersiapkan bantuan Kesehatan kepada masyarakat yang terkena
dampak dari pembangunan PLTU Tanjung Jati A ini.

3.3 Dampak Penting Hipotetik

No Dampak Uraian
Perubahan pola Pembangunan PLTU Tanjung Jati ini sudah jelas
kepemilikanlahan akan membutuhkan lahan yang sangat luas.
(Munculnya Pembangunan proyek ini membutuhkan sekitar
SpekulanTanah) 88,85% lahan pertanian dengan irigasi teknis,
6,36% tegalan dan 4,79% permukiman. Hal
1.
tersebut tak menutup kemungkinan akan
terjadinya spekulan tanah yang disebabkan
karena lonjakan harga tanah dari masyarakat dan
berpotensi menimbulkan spekulan tanah
disekitar lokasi.
Keresahan dan Munculnya spekulan tanah menyebabkan adanya
Persepsi dari kemungkinan kehilangan mata pencaharian
2. Masyarakat akanmenimbulkan keresahan masyarakat.
Hilangnya mata pencaharian sebagian penduduk
yang terkena pembebasan lahan dan munculnya
spekulan tanah yang menyebabkan harga tanah
meningkat akanmenimbulkan persepsi negatif
masyarakat dengan kompensasi tanah dan
bangunan serta ganti rugi tanam tumbuh untuk
lahan , apabila tidak sesuai dengan harapan
masyarakat dapat menimbulkan persepsi negatif
masyarakat. Pada tahap kontruksi adanya
penurunan kualitas udara, peningkatan
kebisingan dapat mengganggu kesehatan
masyarakat. Timbulnya gangguan kenyamanan
dan gangguan kesehatan masyarakat
menimbulkan persepsi negatif masyarakat.
Kecemburuan sosial Pada tahap konstruksi, sebagian tenaga kerja
merupakan tenaga kerja dari luar dan sebagian
dari penduduk disekitar lokasi proyek merasa
proyek sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
Kedatangan tenaga kerja dari luar akan
3.
menimbulkan kecemburuan sosial.
Kecemburuan sosial ini dapat terjadi dari mata
pencaharian masyarakat yang mulai berubah
sebab lahan mata pencaharian yang sebelumnya
berkurang sebab pembangunan pasca kontruksi.
Dampak potensial Pembangun alur sungai baru yang
pengalihan alur sungai mengakibatkan alur sungai yang dialihkan tidak
berfungsi secara permanen. Secara umum,
pemindahan aliran sungai sedapat mungkin harus
dihindari, karena membutuhkan banyak
4.
pertimbangan terkait dengan dampaknya
terhadap banjir dan potensi erosi/sedimentasi
baik di alur yang baru maupun di hulu dan hilir
lokasi pengalihan. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan terkait dengan dampak sosial
dan ekonomi serta lingkungan di sekitar wilayah
yang terdampak.
Persepsi Kesehatan Aktivitas PLTU berpotensi pada penurunan
Masyarakat kesehatan masyarakat sekitar. Kondisi ini akan
muncul terutama disebabkan oleh memburuknya
kualitas udara yang disebabkan oleh hasil
pembakaran batubara serta Penurunan kualitas
udara debu dan peningkatan kebisingan akibat
operasional coal yard, crusher plant, ash
disposal dan gas serta partikulat dari cerobong.
Secara umum dapat dilihat dari pola penyakit
yang muncul merupakan jenis penyakit yang
5.
erat kaitannya dengan keberadaan PLTU
adalah jenis penyakit yang berhubungan
dengan sistem pernafasan, yaitu diantaranya
yang tergolong ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Atas), Commond Cold, influenza
dan pneumonia, ISPB (Infeksi Saluran
Pernafasan Bawah), asma, dan penyakit saluran
pernafasan lainnya. Oleh karena itu pemantauan
akan lebih fokus kepada penyakit-penyakit
saluran pernafasan tersebut.
BAB IV METODE STUDI

4.1 Metode prakiraan dampak


Prakiraan dampak yaitu melakukan pengkajian tingkat kedalaman terjadinya perubahan
lingkungan dari segi kualitas yang dikarenakan pembangunan sebuah proyek, baik proyek
pra-konstruksi, proyek konstruksi, ataupun proyek pasca-konstruksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam prakiraan dampak yaitu menyusun berbagai dampak besar yang akan timbul
dan menuliskan semua aktivitas pembangunan yang akan menimbulkan dampak. Kriteria
dampak penting dan besar, yaitu memberikan dampak langsung terhadap komponen fisik,
sosial, maupun kimia, setelah itu memunculkan rangkaian dampak lanjutan terhadap
komponen sosial dan biologi.
a. Pembebasan Lahan
-Besaran Dampak
Besaran dampak yang di hasilkan dari proyek PLTU Tanjung Jati A di Kabupaten Jepara
akan melakukan rencana proyek pengalihan alur sungai sepanjang ± 1.575 m, dan pembuatan
alur sungai baru sepanjang ± 982 m.
Kegiatan pekerjaan pembangunan Bangunan Utama PLTU Fasilitas pendukung
menggunakan alat sesuai kebutuhan konstruksi, baik dari pemancangan, pondasi, dan
erection dari instrumen bangunan. Alat berat yang digunakan antara lain backhoe, crane
mobile, pile driver, concrete mixer, dan truck. Berdasarkan standart US EPA tentang tingkat
kebisingan alat berat pada masa konstruksi, dapat dijabarkan besaran tingkat kebisingan dari
masing–masing alat berat yang digunakan dalam pekerjaan pembangunan Bangunan
Utama PLTU dan fasilitas pendukung.Berikut merupakan jenis–jenis kendaraan dan
kebisingannya pada jarak tertentu.
-Sifat Penting Dampak
• Jumlah orang yang terkena dampak yaitu warga sekitar Sungai Baru yang tanahnya
berada dalam rencana pembebasan lahan pada lokasi rencana kegiatan.
• Persebaran dampak diprakirakan meliputi satu wilayah administratif yaitu wilayah
sekitar Sungai Baru karena menyangkut masalah adat.
• Lamanya dampak berlangsung diprakirakan berlangsung selama proses pembebasan
lahan hingga 2 bulan setelah proses pembebasan lahan berlangsung, dengan
pertimbangan bahwa 2 bulan setelah proses pembebasan lahan tercapai kesepakatan
dan tidak lagi timbul persepsi negatif
• Terdapat komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak yaitu proses sosial
dissoasiatif (konflik sosial).
• Dampak persepsi negatif ini tidak bersifat kumulatif.
• Sifat dampak persepsi negatif dapat berbalik dengan campur tangan manusia
(melalui pendekatan dan musyawarah terhadap masyarakat sekitar).

b. Peningkatan Kebisingan
-Besaran Dampak
Kegiatan pekerjaan pembangunan Bangunan Utama PLTU Fasilitas pendukung
menggunakan alat sesuai kebutuhan konstruksi, baik dari pemancangan, pondasi, dan
erection dari instrumen bangunan. Alat berat yang digunakan antara lain backhoe, crane
mobile, pile driver, concrete mixer, dan truck. Berdasarkan standart US EPA tentang
tingkat kebisingan alat berat pada masa konstruksi, dapat dijabarkan besaran tingkat
kebisingan dari masing–masing alat berat yang digunakan dalam pekerjaan
pembangunan Bangunan Utama dan fasilitas pendukung.Berikut
merupakan jenis–jenis kendaraan dan kebisingannya pada jarak tertentu.

-Sifat Penting Dampak


Jumlah orang yang terkena dampak adalah warga Desa Setempat Sungai Baru yang
berdekatan dengan lokasi kegiatan
• Persebaran dampak diprakirakan mencapai jarak ± 300 m dari lokasi kegiatan.
• Lamanya dampak berlangsung diprakirakan berlangsung selama tahap konstruksi.
Intensitas terjadinya dampak yaitu setiap 6 jam/hari selama tahap konstruksi.
• Komponen lingkungan lain yang terkena dampak yaitu gangguan kesehatan
masyarakat.
• Dampak peningkatan kebisingan ini bersifat kumulatif karena terjadi bersamaan
dengan kegiatan pelaksanaan operasional PLTU.
c.Penurunan Kualitas Air Permukaan
-Besaran Dampak
Dampak penurunan kualitas air permukaan diakibatkan dari kegiatan
pengerukan/dredging. Pengerukan ini mengunakan alat berat berupa excavator/backhoes
kemudian dibantu dump truck untuk mengangkut hasil tanah galian ke luar lokasi. Volume
tanah yang dikeruk sesuai arahan kajian river diversion diprakirakan memiliki volume +
37.500 m3 dengan kedalaman pengerukan 4 m. Pengerukan tersebut mengakibatkan
kekeruhan. Berikut merupakan hasil data sampling kualitas air permukaan yang dibandingkan
dengan baku mutu Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dari hasil analisis dinyatakan bahwa kualitas air
permukaan masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Hasil analisis kualitas air
permukaan disajikan secara lengkap pada tabel berikut:

-Sifat Penting Dampak


• Jumlah orang yang terkena dampak adalah ± 50 orang yaitu: pekerja konstruksi dan
warga yang tinggal di titik lokasi rencana kegiatan.
• Persebaran dampak diprakirakan mencapai sepanjang jalur kegiatan river diversion.
• Lamanya dampak berlangsung diprakirakan berlangsung selama berlangsungnya
masa konstruksi 8 bulan.
• Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak adalah komponen
• biologi (gangguan biota air).
• Dampak penurunan kualitas air permukaan ini bersifat kumulatif.
• Sifat dampak penurunan kualitas air permukaandapat berbalik dengan campur
• tangan manusia (penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi).
Berdasarkan prakiraan sifat penting dampak seperti yang telah diuraikan di atas, dimana
jumlah orang yang terkena dampak cukup banyak dan persebaran dampak yang luas, maka
dapat disimpulkan bahwa dampak kualitas air permukaan untuk kegiatan river diversion
dinyatakan sebagai dampak negatif penting.
d.Perubahan Pola Aliran Sungai
-Besaran Dampak
Dampak perubahan pola aliran sungai terjadi akibat diakibatkan adanya perubahan
bentang alam dimana keadaan awal sebuah daratan dipotong dan dikeruk.Perubahan bentang
alam tersebut bersifat terus menerus dan diprakirakan dampak tersebut tidak dapat berbalik
sehingga terjadi perubahan pola aliran sungai yang mengakibatkan terjadinya erosi dan
sedimentasi dibeberapa tempat. Akibat proses river diversion akan terjadi perubahan
morfologi sungai yang cenderung lebih lurus sehingga meningkatkan kecepatan aliran sungai.
-Sifat Penting Dampak
• Jumlah manusia yang terkena dampak hanya pada batas wilayah studi di permukiman
setempat Sungai Baru
• Persebaran dampak diprakirakan sampai batas wilayah studi di permukimana setempat
Sungai Baru
• Lamanya dampak berlangsung sejalan dengan kegiatan river diversion
• Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak diprakirakan adalah komponen
biologi.
• Dampak perubahan pola aliran sungai ini bersifat kumulatif.
• Sifat dampak perubahan pola aliran sungai inidapat berbalik dengan campur tangan
manusia (penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi).
e.Penurunan Kuwalitas Air Permukaan
-Besaran Dampak
Dampak Penurunan kualitas air permukaan merupakan dampak yang diakibatkan dari
kegiatan pembasahan dari sistem penanganan batu bara resapan dan air hujan yang diterima
pada area stockpile batu bara. Kegiatan pembasahan ini dilakukan untuk meminimalkan
potensi kebakaran karena batu bara merupakan material yang bersifat combustible. Disamping
itu pembasahan juga dilakukan untuk meminimalkan debu yang bertebangan pada area
stockpile. Sisa dari penyiraman/pembasahan tersebut apabila tidak dilakukan pengelolaan
sebelum keluar ke badan air dapat mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan. Berikut
adalah merupakan hasil data sampling kualitas air permukaan yang dibandngkan dengan baku
mutu, Data sampling kualitas air permukaan dianalisis untuk semua parameter sesuai dengan
Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
-Sifat Penting Dampak
• Jumlah orang yang terkena dampak adalah warga/masyarakat Desa Setempat Sungai
Baru yang tinggal berdekatan dengan lokasi rencana kegiatan.
• Persebaran dampak diprakirakan mencapai radius + 500 m outlet IPAL
• Lamanya dampak berlangsung diprakirakan berlangsung selama tahap operasional
dalam kegiatan sistem penanganan batu bara.
• Tidak terdapat komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak.
• Dampak penurunan kualitas air permukaan ini tidak bersifat kumulatif.
• Sifat dampak penurunan kualitas air permukaandapat berbalik dengan campur tangan
manusia (penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi)
f. Gangguan Fauna Teresterial
-Besaran Dampak
Gangguan fauna teresterial terjadi pada kegiatan pengoperasian pembangkit utama dan
pelengkapnya yang diakibatkan karena perilaku mencari makan (feeding place) fauna
teresterial pada lokasi kegiatan. Untuk mengetahui besaran dampak ini dilakukan inventarisasi
jenis mamalia yang terdapat pada lokasi kegiatan. Berdasarkan pengamatan jenis fauna yang
ada di wilayah studi lokasi PLTU.
-Sifat Penting Dampak
• Jumlah orang yang terkena dampak adalah + 50 tenaga kerja di lokasi kegiatan.
• Persebaran dampak diprakirakan mencapai pada akses jalan ± 500 m sekitar Tempat
Penimbunan Sementara (TPS) PLTU dan lingkungan jalan bangunan utama dan
pelengkapnya
• Lamanya dampak berlangsung diprakirakan berlangsung selama kegiatan berlangsung
pada tahap operasional.
• Tidak terdapat komponen lingkungan lain yang terkena dampak.
• Dampak gangguan fauna teresterial ini tidak bersifat kumulatif
g. Penurunan Kinerja Lalu Lintas
-Besaran Dampak
Penurunan kinerja lalu lintas muncul dalam tahap operasi dari kegiatan transportasi batu
bara. Dampak ini diakibatkan dari jumlah mobilitas truck pengangkut yang cukup tinggi.
Pengangkutan batubara sebagai sumber bahan bakar akan diangkut dari wilayah pertambangan
melalui jalan darat menuju ke stockpile milik PLTU Asam–Asam yang di dalam lokasi PLTU
menggunakan dump truck yang berkapasitas 22 ton/dump truck. Jika keenam unit beroperasi
maka ritasi pengangkutan cukup banyak (PT. BHUMI JATI POWER, 2016).
-Sifat Penting Dampak
• Jumlah orang yang terkena dampak adalah masyarakat pengguna jalan yang berada di
sekitar akses masuk lokasi PLTU.
• Persebaran dampak diprakirakan mencapai radius 500 m
• Lamanya dampak diprakirakan berlangsung selama tahap operasional dalam kegiatan
transportasi batu bara.
• Tidak terdapat komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak.
• Dampak penurunan kinerja lalu lintas ini bersifat kumulatif

4.2 Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting


Berdasarkan hasil kajian prakiraan dampak besar dan penting, maka dampak besar dan
penting tersebut selanjutnya dilakukan evaluasi lebih mendalam. Sesuai pedoman penyusunan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) yang tertuang pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012,evaluasi dilaksanakan pada keterkaitan dan interaksi
seluruh dampak penting hipotetik dalam rangka penentuan karakteristik dampak secara total
terhadap lingkungan hidup.
Dampak-dampak penting yang menyebabkan perubahan mendasar pada komponen
lingkungan antara lain:
1. Peningkatan kebisingan akibat Pembanguan bangunan utama dan fasilitas pendukung di
tahap konstruksi.
2. Penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pekerjaan river diversion di tahap
konstruksi dan kegiatan sistem penanganan batu bara di tahap operasi
3. Perubahan pola aliran sungai akibat kegiatan pekerjaan river diversion di tahap konstruksi.
4. Terjadinya erosi dan sedimentasi akibat kegiatan pekerjaan river diversion dan
pembangunan water pond di tahap konstruksi.
5. Peningkatan debit limpasan akibat Pembanguan bangunan utama PLTU dan fasilitas
pendukung di tahap konstruksi.
6. Timbulnya tanah galian akibat kegiatan pembangunan water pond dan Pembanguan
bangunan utama PLTU dan fasilitas pendukung di tahap konstruksi.
7. Kerusakan jalan akibat kegiatan mobilisasi alat berat dan material tahap konstruksi
8. Persepsi negatif akibat kegiatan pembebasan lahan tahap prakonstruksi.
9. Gangguan biota air akibat kegiatan pekerjaan river diversion dan pembangunan water pond
di tahap konstruksi.
10. Gangguan fauna teresterial akibat kegiatan pengoperasian pembangkit utama dan
pelengkapnya di tahap operasi.
12. Penurunan kinerja lalu lintas akibat kegiatan transportasi batu bara di tahap operasi
Tabel 5.1 Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan

Jenis Sumber Tujuan Tolok Ukur Upaya Pengelolaan Dampak Lokasi Periode Institusi Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak Pengelolaan Dampak Pengelolaan Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan

TAHAP KONSTRUKSI
1.Penurunan Kegiatan Mencegah Kualitas udara • Mempercepat pengangkutan Di sekitar Dilakukan Kontraktor • DLH Kabupaten
Kualitas pembangunan terjadinya ambient material; lokasi selama Pelaksana Jepara
udara Dalam Penurunan sesuai • Mempercepat proses pembangunan kegiatan Pembangunan
Konstruksi kualitas peraturan pemanfaatan bahan bangunan kawasan pembangunan dan • Dinas Sosial dan • DLH
udara daerah/ SK supaya tidak banyak terjadi PLTU kawasan Pemrakarsa Tenaga Kerja Kabupat
en
Jepara

ambien dan gubernur yang penumpukan bahan. PLTU Kegiatan • Dinas Perhubungan,
Peningkatan sesuai • Pengangkutan material oleh Komunikasi dan
kebauan KepMen LH kendaraan dilakukan tidak Informasi
selama No. Kep‐ melebihi kecepatan, kapasitas • Dinas Kesehatan
tahap 50/MENLH/11/ dan ditutup dengan
pembangun 1996 tentang plastik/terpal untuk menghindari
a kawasan Baku Mutu ceceran material dan dilakukan
PLTU Tingkat di luar jam sibuk masyarakat.
Kebauan • Menggunakan kendaraan yang
kondisi baik (baik mesin,
karoseri dan bagian lainnya).
• Mobilisasi kendaraan
pengangkut tersebut dilakukan
dengan kecepatan yang
terbatas untuk menghindari
ceceran material
• Menggunakan kendaraaan yang
baik
• Kontainer penampung
dilengkapi penutup;
• Kendaraan pengangkut
dilengkapi dengan lapisan
kedap air (watertight)
• Melakukan pemeriksaan secara
berkala terhadap kondisi alat
pengangkut
2. Kebisingan Kegiatan Mencegah Kualitas udara • Melaksanakan pembangunan Di sekitar Dilakukan Kontraktor DLH Kabupaten • DLH
dan Getaran pembangunan terjadinya ambient dalam cara yang efisien untuk lokasi selama Pelaksana Jepara Kabu
paten
Jepar
a
khsusunya peningkatan sesuai meminimalkan dampak pembangunan kegiatan Pembangunan
pembuatan kebisingan peraturan terhadap kebisingan; kawasan pembangunan dan • Dinas Perhubungan,
tiang pancang dan getaran daerah/ SK • Mengikuti prosedur operasi PLTU kawasan Pemrakarsa Komunikasi dan
dan bongkar selama gubernur yang standar untuk operasi PLTU Kegiatan Informasi
material serta pembangunan dan
Jenis Sumber Tujuan Tolok Ukur Upaya Pengelolaan Dampak Lokasi Periode Institusi Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak Pengelolaan Dampak Pengelolaan Pengelolaan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
Lingkungan
pengangkutan tahap sesuai pemeliharaan peralatan dan • Dinas Kesehatan
material pembangun KepMen LH kendaraan;
ankawasan No. Kep‐ 50/ • Menetapkan batas kecepatan
PLTU MENLH/ maksimum untuk kendaraan
11/1996 yang beroperasi di lokasi
tentang BM pembangunan dan untuk dump
Tingkat truc
Kebisingan • Pengangkutan material keruk
diatur waktunya
• Membuat buffer di sekeliling
lokasi pembangunan
3. Perubahan Kegiatan Meminimalis Tidak • Pembangunan secara bertahap Di sekitar Dilakukan Kontraktor • DLH Kabupaten Jepara • DLH
pola arus, pembangunan ir perubahan terjadinya • Penyusunan desain pelabuhan lokasi selama Pelaksana • Dinas Perhubungan , Kabupa
abrasi/gerusa pengalihan pola arus perubahan paling optimal pembangunan kegiatan Pembangunan Komunikasi & Informasi ten
n, aliran sungai yang dapat pola arus yang • Pembangunan infrastruktur kawasan pembangunan dan • Dinas Kelautan dan Jepara
sedimentasi menyebabk signifikan pengaman (breakwater, groin, PLTU kawasan Pemrakarsa Perikanan
an abrasi/ dll) PLTU Kegiatan • Dinas PU
gerusan/sed
imentasi

4. Kualitas Kegiatan Mencegah/ Tidak terjadi • Melakukan pembangunan Di sekitar Dilakukan Kontraktor • DLH Kabupaten Jepara • DLH
Perairan Laut pembangunan menghindari pencemaran/p sesuai dengan SOP alat yang lokasi selama Pelaksana • Dinas Perhubungan , Kabupa
dan Sungai pengalihan terjadinya enurunan digunakan. pembangunan kegiatan Pembangunan Komunikasi & Informasi ten
aliran sungai pencemaran kualitas air • Mengatur tekanan shovel saat kawasan pembangunan dan • Dinas Kesehatan Jepara
/penurunan permukaan mengenai sedimen sehingga PLTU kawasan Pemrakarsa • Dinas Kelautan dan
kualitas air khususnya air turbulensi yang terjadi tidak PLTU Kegiatan Perikanan
permukaan laut terlalu besar.
khususnya • Membuat semacam penghalang
air laut di agar penyebaran perubahan
sekitar kualitas ait dapat dilokalisir.
lokasi • Perlu melakukan pemantauan
proyek secara terus menerus
pembangun
an
Jenis Sumber Tujuan Tolok Ukur Upaya Pengelolaan Dampak Lokasi Periode Institusi Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak Pengelolaan Dampak Pengelolaan Pengelolaan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
Lingkungan
5. Limbah Kegiatan Mencegah/ Kebersihan • Mengumpulkan sampah hasil Di sekitar Dilakukan Kontraktor • DLH Kabupaten Jepara • DLH
Padat/ pembangunan menghindari lingkungan/tid pembangunan dan material lokasi selama Pelaksana • Dinas Sosial dan Kabupa
Sampah dan pengotoran ak tercecernya bangunan agar tidak tercecer ke pembangunan kegiatan Pembangunan Tenaga Kerja ten
pengangkutan lingkungan sampah di lingkungan sekitarnya; kawasan pembangunan dan • Dinas Kesehatan Jepara
material akibat sekitar lokasi • Mempercepat pengangkutan PLTU kawasan Pemrakarsa • Dinas PU/ Kebersihan
pembangun pembangunan sampah pembangunan dan PLTU Kegiatan
an kawasan material bangunan ke TPA
PLTU • Malakukan pengawas dan
penempatan petugas
kebersihan

TAHAP OPERASIONAL
1. Kualitas Operasional Agar tidak Kualitas udara • Penggunaan kendaraan laut Di sekitar Dilakukan Pemrakarsa • DLH Kabupaten Jepara • DLH
Udara dan lalu lintas mengganggu ambient dan darat yang laik jalan lokasi selama Kegiatan • Dinas Perhubungan, Kabupaten
Kebisingan kapal dan kehidupan sesuai • Melakukan perawatan kawasan kegiatan Komunikasi & Jepara
darat masyarakat peraturan kendaraan secara berkala PLTU operasional Informasi
sehari-hari daerah/ SK • Menyiram jalan yang berdebu kawasan • Dinas Kesehatan
gubernur yang PLTU
sesuai
KepMen LH
No.
Kep‐50/MENL
H/11/1996
tentang Baku
Mutu Tingkat
Kebauan

2. Operasional Agar tidak Baku mutu air • Menyiapkan tempat sampah di Di sekitar Dilakukan Kontraktor • DLH Kabupaten Jepara • DLH
Penurunan lalulintas mengganggu laut untuk segela tempat lokasi selama Pelaksana • Dinas Perhubungan , Kabupaten
Kualitas Air kapal dan kehidupan pelabuhan • Menyiapkan alat untuk kawasan kegiatan Pembangunan Komunikasi & Jepara
Laut dan darat masyarakat KepMenl LH pengelolaan tumpahan minyak PLTU operasional dan Informasi
Sungai sehari-hari 51 Tahun • Menerapkan SOP pengisian kawasan Pemrakarsa • Dinas Kesehatan
dan keindahan 2004 dan pembersihan kapal dengan PLTU Kegiatan • Dinas Kelautan dan
serta baik Perikanan
kenyaman • Meningkatakan kesadaran
penumpang untuk membuang
sampah pada tempatnya.

3. Operasional Agar tidak Perubahan • Membuat pola aliran sungai Di sekitar Dilakukan Kontraktor • DLH Kabupaten Jepara • DLH
Perubahan menggan pola arus dan lokasi selama Pelaksana Kabupaten
ggu Jepara
Jenis Sumber Tujuan Tolok Ukur Upaya Pengelolaan Dampak Lokasi Periode Institusi Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak Pengelolaan Dampak Pengelolaan Pengelolaan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
Lingkungan
pola arus, Lalu lintas kehidupan Aliran pada • Dilakukan pengerukan pada sisi kawasan kegiatan Pembangunan
abrasi/geru kapal dan masyarakat sungai yang yang terjadi sedimentasi dan PLTU Operasional dan • Dinas Perhubungan,
san dan darat sehari-hari terjadi pada sisi yang terjadi kawasan Pemrakarsa Komunikasi &
sedimentas dan sedimentasi abrasi/gerusan. PLTU Kegiatan Informasi
i keindahan dan pada sisi • Membangun infrastruktur • Dinas Kesehatan
serta yang terjadi pelindung • Dinas Kelautan dan
kenyaman gerusan Perikanan
• Dinas PU

Tabel 5.2 Rencana Pemantauan Lingkungan


Dampak Penting Yang Dipantau Sumber Parameter Yang Tujuan Metode Pemantauan Institusi Pemantauan
Komponen Indikator Dampak Dipantau Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Jangka Pelaksana Pengawas Pelaporan
Lingkungan Lingkungan Analisi Data Waktu/
Frekuensi
TAHAP KONSTRUKSI
1. Kualitas Kualitas udara Kegiatan Kualitas udara Untuk mengetahui Pengambilan Di lokasi Tiga bulan sekali Kontraktor • DLH Kabupaten
Udara dan ambient sesuai pembangunan ambient sesuai penurunan sampel udara pembangunan dan selama tahap Pelaksana • DLH
Jepara
Kabupa
Kebauan peraturan daerah/ dan peraturan daerah/ kualitas udara dan dengan gas sekitarnya pembangunan Pembangunan • Dinas Sosial dan ten
SK gubernur yang pengangkutan SK gubernur yang peningkatan sampler dan (pemukiman,perkan dan Pemrakarsa Tenaga Kerja Jepara
sesuai KepMen LH material sesuai KepMen LH kebisingan pada kertas saring untuk toran, dll) Kegiatan • Dinas Perhubungan
No. Kep‐ dari dan ke No. Kep‐ tahap dianalisis di , Komunikasi &
50/MENLH/11/19 lokasi 50/MENLH/11/19 pembangunan laboratorium Informasi
96 tentang Baku pembangunan 96 tentang Baku sesuai Standar • Dinas Kesehatan
Mutu Tingkat Mutu Tingkat Nasional Indonesia
Kebauan Kebauan (SNI). Data yang
diperoleh
dibandingkan
dengan baku mutu
udara ambien SK.
2. Kebisingan Kebisingan sesuai Kegiatan Kebisingan sesuai Untuk Pengukuran Di lokasi Tiga bulan sekali Kontraktor • DLH Kabupaten
peraturan daerah/ pembangunan peraturan daerah/ mengetahui kebisingan dengan pembangunan dan selama tahap Pelaksana • DLH
Jepara
Kabupa
SK gubernur yang dan SK gubernur yang tingkat kebisingan sound level meter. sekitarnya pembangunan Pembangunan • Dinas Sosial dan ten
sesuai KepMen LH pengangkutan sesuai KepMen LH tahap Data yang diperoleh (pemukiman,perkan dan Pemrakarsa Tenaga Kerja Jepara
No. Kep‐ material No. Kep‐ pembangunan dibandingkan toran, dll) Kegiatan • Dinas Perhubungan
50/MENLH/11/19 dari dan ke 50/MENLH/11/19 dibandingkan dengan baku mutu , Komunikasi &
96 tentang Baku lokasi 96 tentang Baku dengan rona awal kebisingan Informasi
Mutu Tingkat pembangunan Mutu Tingkat • Dinas Kesehatan
Kebauan Kebauan
3. Perubahan Tidak terjadinya Kegiatan Pola arus, Untuk mengetahui a) Pengamatan Di beberapa lokasi Sebelum dan Kontraktor • DLH Kabupaten • DLH
pola arus, perubahan pola pembangunan besarnya abrasi keberhasilan/ sebelum dan setelah sekitar setelah Pelaksana Jepara Kabupaten
pembangunan Jepara
Dampak Penting Yang Dipantau Sumber Parameter Yang Tujuan Metode Pemantauan Institusi Pemantauan
Komponen Indikator Dampak Dipantau Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Jangka Pelaksana Pengawas Pelaporan
Lingkungan Lingkungan Analisi Data Waktu/
Frekuensi
abrasi/gerusa arus yang signifikan Aliran sungai dan sedimentasi di efektifitas kegiatan yang dibangun pembangunan Pembangunan
n, sekitar lokai proyek pengelolaan pembangunan, pada setiap dan Pemrakarsa • Dinas Perhubungan
sedimentasi lingkungan yang b) dengan lokasi (untuk Kegiatan • Dinas Kelautan dan
dilakukan untuk menggunakan current arus 1 bulan Perikanan
meminimalisir meter dibeberapa sekali selama 1 • Dinas PU
perubahan pola lokasi sekitar lokasi hari, untuk
arus, abrasi dan dan mengamati serta abarasi
sedimentasi mencatat adanya /sedimentasi 6
abrasi/ sedimentasi bulan sekali)

4. Kualitas Tidak terjadi Kegiatan Konsentrasi Untuk mengetahui Pengukuran di Di beberapa lokasi Sebelum dan Kontraktor • DLH Kabupaten
perairan laut pencemaran/penu pembangunan zat/unsur/ Perubahan kualitas lapangan dan sekitar setelah Pelaksana Jepara • DLH
Kabupa
runan kualitas air aliran sungai komponen sesuai perairan laut pengambilan pembangunan pembangunan Pembangunan • Dinas Perhubungan
ten
permukaan dengan baku mutu selama kegiatan sampel dan yang dibangun pada beberapa dan Pemrakarsa • Dinas Kelautan dan Jepara
khususnya air laut air laut KepMenLH pembangunan dianalisis di lokasi sekitar Kegiatan Perikanan
51 th 2004 dan konsentrasi laboratorium (6 bulan sekali) • Dinas PU
setelah sesuai dengan • Dinas Kesehatan
dilakukan standar Indonesia/
pembangunan SNI

5. Limbah Kebersihan Kegiatan Kebersihan Untuk Pengamatan Di sekitar Setiap hari Kontraktor • DLH Kabupaten
Padat/Sampa lingkungan/ti pembangunan lingkungan di mengetahui lapangan. Data Lokasi selama tahap Pelaksana • DLH
Jepara
Kabupa
h dak terjadi dan sekitar lokasi keberhasilan yang diperoleh pembangunan pembangunan Pembangunan • Dinas Perhubungan ten
ceceran material/ pengangkutan pembangunan pengelolaan dianalisis secara dan Pemrakarsa • Dinas Kelautan dan Jepara
sampah di material sampah dan deskriptif. Kegiatan Perikanan
sekitar lokasi material bangunan • Dinas
pembangunan pada tahap PU/Kebersihan
pembangunan • Dinas Kesehatan

TAHAP OPERASIONAL
1. Kualitas Kualitas udara Operasional Fisika : suhu, Untuk meengtahui Pengambilan Di lokasi Tiga bulan sekali Pengelola • DLH Kabupaten
Udara dan ambient sesuai lalulintas kapal kelembaban, angin, apakah upaya sampel udara pembangunan dan selama tahap pelaksana • DLH
Jepara
Kabupa
Kebisingan peraturan daerah/ dan darat dll pengelolaan dengan gas sekitarnya pembangunan dan Pemrakarsa • Dinas Sosial dan ten
SK gubernur yang Kimia : SO2, CO2 kualitas udara sampler dan (pemukiman,perkan Kegiatan Tenaga Kerja Jepara
sesuai KepMen CO, debu, Pb, NO2 berhasil/tidak kertas saring untuk toran, dll) • Dinas Perhubungan
LH No. Kep‐ dan parameter lain dengan dianalisis di , Komunikasi &
50/MENLH/11/19 berdasarkan baku laboratorium Informasi
96 tentang Baku mutu udara ambient sesuai Standar • Dinas Kesehatan
Mutu Tingkat yang ada Nasional Indonesia
Kebauan (SNI). Data yang
diperoleh
Dampak Penting Yang Dipantau Sumber Parameter Yang Tujuan Metode Pemantauan Institusi Pemantauan
Komponen Indikator Dampak Dipantau Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Jangka Pelaksana Pengawas Pelaporan
Lingkungan Lingkungan Analisi Data Waktu/
Frekuensi
2. Kualitas Air Kualitas air laut Operasional Parameter kualitas Untuk mengetahui Pengukuran di Di lokasi Sebelum dan Pengelola • DLH Kabupaten
laut sesuai dengan lalu lintas kapal air laut sesuai perubahan kualitas lapangan dan pembangunan setelah pelaksana • DLH
Jepara
Kabupa
peraturan yang dan darat dengan Baku mutu air laut di sekitar pengambilan dansekitarnya operasional dan Pemrakarsa • Dinas Perhubungan
ten
berlaku air laut untuk lokasi akibat sampel dan pada beberapa Kegiatan , Komunikasi & Jepara
KepMenl LH 51 operasional lalu dianalisis di lokasi sekitar Informasi
Tahun 2004 lintas laboratorium (6 bulan sekali) • Dinas Kesehatan
sesuai dengan • Dinas Kelautan dan
standar Indonesia/ Perikanan
SNI
3. Pola arus, Perubahan pola Operasional Arah dan Untuk mengetahui a) Pengamatan Di beberapa lokasi Sebelum dan Pengelola
• DLH
abrasi/gerusan arus sungai danfasilitas kecepatan arus, keberhasilan/ sebelum dan setelah sekitar yang setelah pelaksana • DLH Kabupaten
dan dibandingkan lainnya perubahan efektifitas kegiatan dibangun pembangunan dan Pemrakarsa Kabupa
Jepara
ten
sedimentasi dengan arus ketebalan sedimen pengelolaan pembangunan, pada setiap Kegiatan • Dinas Perhubungan Jepara
sungai awal lingkungan yang b) Dengan lokasi (untuk • Dinas Kelautan dan
dilakukan untuk menggunakan current arus 1 bulan Perikanan
meminimalisir meter di beberapa sekali selama 1 • Dinas PU
perubahan pola lokasi sekitar lokasi hari, untuk abrasi
arus, abrasi dan dan mengamati serta /sedimentasi 6
sedimentasi mencatat adanya bulan sekali)
abrasi/ sedimentasi
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengalihan alur sungai lama
yang akan digunakan sebagai tempat menimbun limbah batu bara atau fly ash ke alur sungai
yang baru memiliki dampak-dampak penting hipotetik yang dapat mempengaruhi dalam
bidang sosial, ekonomi, budaya, ekosistem bahkan meranah ke Kesehatan masyarakat
disekitar wilayah tersebut. Dengan dilakukanya AMDAL ini dapat mengurangi dampak-
dampak potensial tersebut. Sehingga dalam setiap pembangunan bisa meminimalisir dampak-
dampak potensial yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar proyek pembangunan tersebut.

Saran

Kami penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna, kami penyusun sangat terbuka terhadap kritik dan saran agar
makalah yang kami buat bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Antara Tingkat Pendidikan Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Lingkungan Pltu
Tanjung Jati Di Kabupaten Jepara Nafi, H. B., Ulia, atul, & Putro Jurusan Geografi, S.
(2017). Info Artikel. Edu Geography, 5(3). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo

Lulufani, R., Setyadharma, A., Pembangunan, J. E., Ekonomi, F., Negeri, U., & Permalink, S.
(2020). Dampak Ekonomi dan Lingkungan Keberadaan PLTU Tanjung Jati B Terhadap
Masyarakat. 3(3). https://doi.org/10.15294/efficient.v3i3.43517

Maulana, A. A., & Rosalina, H. (2022). EVALUASI DAMPAK BANJIR AKIBAT


PERUBAHAN ALUR SUNGAI CITANDUY HULU DI DESA TANJUNGKERTA,
TASIKMALAYA-JAWA BARAT. JURNAL SUMBER DAYA AIR, 18(1), 55–67.
https://doi.org/10.32679/jsda.v18i1.745

Papalangi, F., Mulyatno, P., & Manik, P. (2015). STUDI PERANCANGAN TONGKANG
PENGANGKUT LIMBAH BATUBARA DI PLTU TANJUNG JATI B JEPARA. In Jurnal
Teknik Perkapalan (Vol. 3, Issue 2).

PT. BHUMI JATI POWER. (2016). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Rencana
Pembangunan dan Pengoperasian PLTU Tanjung Jati B Unit 5&6 di Kabupaten Jepara.

Anda mungkin juga menyukai