PAPER EKO-HIDROLIK
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Laporan tugas ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir
semester genap mata kuliah Pengembangan Eko-Hidrolik. Dalam pembuatan
laporan ini, penyusun telah mendapat bantuan dari banyak pihak. Untuk itu tidak
lupa penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Very Dermawan, ST., MT., IPM. selaku dosen mata kuliah Eko-
Hidrolik,
3. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Malang,M
aret 2022
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah DAS kritis yaitu data pada tahun 1984 tercatat 22
DAS yang mencapai status kritis, tahun 1992 meningkat menjadi 39, dan tahun
1998 menjadi 59 DAS. Pada 2005, jumlah DAS yang kritis di Indonesia mencapai
62 DAS dan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 291 DAS kritis yaitu di Pulau
Jawa sebanyak 116 DAS dari 141 DAS, sedang di luar Pulau Jawa terdapat 175
DAS yang rusak dari 326 DAS (Murtilaksono, 2009).
Setiap kali Jakarta dilanda banjir, Kota Bogor selalu dicap sebagai
penyebabnya. Pembangungan hotel dan lapangan golf serta Rumah Potong Hewan
di bantaran sungai adalah beberapa kasus perubahan fisik DAS di Kota Bogor.
Belum lagi banyaknya perumahan di bantaran dan tebing sungai. Hal ini
menyebabkan retensi DAS tersebut berkurang secara drastis. Seluruh air hujan
akan dilepaskan DAS ke arah hilir yang pada akhirnya menyebabkan banjir di
daerah hilir. Selain itu, kebiasaan warga perumahan di bantaran dan tebing sungai
membuang sampah ke sungai menyebabkan pendangkalan sungai. Banjir
menyebabkan kerugian materiil yang tidak sedikit sehingga perlu dilakukan
tindakan pengelolaan sungai. Sehubungan dengan upaya pengendalian dan
pencegahan banjir ini dapat dimulai dengan pengelolaan dan penataan kawasan
sungai atau yang dikenal dengan istilah restorasi sungai.
BAB II
DASAR TEORI
Perlu tambahan sedikitnya lima tahun lagi untuk meningkatkan kualitas air
Sungai Ciliwung di Jakarta menjadi kelas I. Itu pun bila pemerintah daerah
berhasil membenahi tata ruang, membebaskan bantaran sungai dari permukiman,
dan yang lebih penting adalah kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke
sungai.
I. Longsoran Tebing
Opsi desain kanal terdiri dari self design dan desain perluasan floodplain
(floodplain expansion design). Maksud dari self design yaitu floodplain dan
kanal sungai terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia. Desain pola
aliran sungai yaitu pemilihan area dimana pola aliran dirancang meandering
dan straight pattern. Vegetasi yang digunakan juga harus sesuai desain.
Untuk restorasi riparian diperlukan data historis penggunaan lahan.
Selanjutnya survey dilakukan untuk mengetahui tipe tanah, bulk density, dan
prosentase bahan organik tanah.
I. Narasi Umum
a. Gambaran Umum DAS Ciliwung
DAS Ciliwung dari mulai hulu sampai titik patusan di Teluk
Jakarta meliputi areal seluas 347 km2. Panjang sungai utamanya adalah
117 km. Menurut toposekuensnya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga
bagian, yaitu: hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun
pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa Bogor, Ratujaya
Depok, dan Pintu Air Manggarai Jakarta Selata. Masing-masing bagian
tersebut mempunyai karakteristik fisik, penggunaan lahan, dan sosial
ekonomi masyarakat yang sedikit banyak berbeda. Distribusi penutupan
lahan di DAS Ciliwung diperoleh berdasarkan hasil penafsiran citra
satelit Landsat ETM tahun 2001 oleh Fakultas Kehutanan IPB.
Gambar 3. Penutupan Lahan di DAS Ciliwung Tahun 2001
c. Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil kajian Direktorat Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah, Ditjen RRL, Departemen Kehutanan (1997), pola
penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu danbagian
tengah secara garis besar dibedakan menjadi 4 (empat) jenis
pemanfaatan lahan yaitu hutan, pertanian, pemukiman (termasuk
diantaranya industri, perdagangan, dll), dan lain-lain (termasuk situ).
Baik DAS bagian hulu maupun bagian tengah masih didominasi oleh
kawasan pertanian yaitu masing-masing sebesar 63,9% dan 72,2%.
Akan tetapi, DAS bagian hulu masih terdapat kawasan hutan sekitar 25
% sedangkan DAS bagian tengah sudah tidak mempunyai kawasan
hutan sama sekali. Berdasarkan penggunaan lahan tahun 1996, ternyata
daerah permukiman (11.590 ha) merupakan penggunaan lahan terluas
di DAS Ciliwung dan diikuti secara berurutan oleh pertanian tegalan
(7.770 ha), kebun campuran (5.730), hutan (5.094 ha), sawah (1.665
ha), dan penggunaan lainnya (724 ha).
Dimana Q adalah debit air (m3 /det), V adalah kecepatan aliran sungai
(m/det) dan A adalah luas penampang sungai (m2). Berdasarkan nilai
debit sungai yang telah diperoleh, dapat diperoleh kecepatan (Vm)
yaitu:
BAB IV
PENUTUP