Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA TANAH

OPTIMALISASI SUMUR RESAPAN MENGATASI


KRISIS AIR DI DKI JAKARTA.

Oleh :

Anisa Nurrahma (1652010028)


Agfian Ijlal Ramadhan (1652010061)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga Laporan Optimalisasi Sumur Resapan Mengatasi Krisis Air di DKI Jakarta.
Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan dalam menyusun
Laporan Optimalisasi Sumur Resapan Mengatasi Krisis Air di DKI Jakarta. ini belum
sempurna untuk itu dimohon Bapak/ibu berkenan untuk memberikan koreksi, kritik ataupun
saran agar Laporan Optimalisasi Sumur Resapan Mengatasi Krisis Air di DKI Jakarta ini
dapat mencapai hasil yang lebih baik.
Demikian kami sampaikan, semoga penyusunan Laporan Optimalisasi Sumur Resapan
Mengatasi Krisis Air di DKI Jakarta ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya. Terima kasih

Surabaya, 15 Desember 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
BAB II STUDI KASUS ............................................................................................................. 3
BAB III TREATMENT .............................................................................................................. 4
BAB IV OPINI ........................................................................................................................... 6
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Seiring dengan pesatnya pembangunan yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan


semakin berkurangnya lahan kosong yang bisa digunakan untuk meresapkan air kedalam
tanah. Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan tanah untuk meresapkan air sebagai
akibat adanya perubahan tata guna lahan.
Ada berbagai penyebab krisis air di kota-kota besar di Indonesia. Faktor-faktor yang
terkait dengan penurunan kualitas air di antaranya: (1) Laju pertambahan dan perpindahan
penduduk ke perkotaan yang cukup tinggi; (2) Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan
konservasi tanah dan air. Pembangunan gedung-gedung di kota besar banyak yang tidak
mematuhi perbandingan lahan terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses
penyerapan air hujan ke dalam tanah; (3) Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan
aktivitas domestik, industri, erosi, dan pertanian; dan (4) Eksploitasi air tanah yang berlebihan
yang dilakukan oleh gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen,
pengusaha laundry, dan bangunan lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali
berpotensi pula menambah kotoran dan polusi terhadap sumber-sumber air bersih yang ada,
seperti air tanah dan air permukaan di perkotaan (Uitto dan Biswas, 2000).
Menurut laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia,
ketersediaan air di Pulau Jawa hanya 1.750 m3 per kapita per tahun pada tahun 2000 dan akan
terus menurun hingga 1.200 m3 per kapita per tahun pada tahun 2020. Padahal standar
kecukupan minimal adalah 2.000 m3 per kapita per tahun.
Menurut PP No 43 Tahun 2008 bahwa air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi
penduduk Indonesia dalam dekade terakhir ini, maka kebutuhan akan air dengan sendirinya
akan meningkat. Pertumbuhan populasi yang meningkat ini tidak diiringi dengan
bertambahnya jumlah air di alam. Menurut Undang–Undang nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa setiap orang berhak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Oleh karena itu, setiap
orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Berdasarkan Undang – Undang nomor 37
tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air, tahapan awal upaya konservasi tanah dan air
1
adalah perencanaan. Salah satu hal yang diperlukan dalam perencanaan konservasi sumber
daya tanah dan air adalah pembuatan kesetimbangan air tanah untuk mengetahui kondisi
sumber air tanah dan menghitung besarnya aliran air tanah yang selanjutnya menjadi acuan
upaya pelaksanaan konservasi air tanah yang harus dilakukan.

2
BAB II
STUDI KASUS

Permasalahan lingkungan di kota-kota besar cenderung terus meningkat. Di Jakarta,


berbagai masalah lingkungan bahkan sudah mencapai pada titik kritis dan dua diantara
banyak masalah lingkungan yang sangat berat adalah pencemaran udara dan pencemaran
sumber daya air. Secara umum terjadinya krisis air tanah di DKI Jakarta karena pengambilan
air tanah melebihi dari kemampuan pengisian kembali air tanah. Pengambilan air tanah
tersebut akibat dari belum memadainya pelayanan PAM Jaya, sehingga mengakibatkan
pengambilan air tanah sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sementara
disisi lain ketersediaan air tanah semakin menurun akibat degradasi lingkungan yang
menyebabkan kemampuan tanah mengisi kembali semakin berkurang seiring dengan semakin
menurunnya luas jumlah daerah tangkapan air hujan di Bopunjur (BOGOR PUNCAK
CIANJUR).
Permasalahan sumber daya air tidak hanya menyangkut kualitas, tetapi juga kuantitas.
Hal itu ditunjukkan dengan adanya masalah kekeringan pada saat musim kemarau dan
terjadinya banjir besar pada musim penghujan. Run off atau laju alir limpasan air hujan di
Jakarta sudah terlalu besar dan fungsi tanah untuk peresapan sudah hampir hilang karena
permukaan tanah tertutup oleh aspal, semen atau telah mengalami pengerasan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sumber daya air di Jakarta sudah sangat
buruk. Dalam mengatasi masalah lingkungan tersebut, khususnya masalah pengelolaan
sumber daya air, Pemerintah DKI Jakarta sudah mulai melaksanakan program-program yang
sangat baik, misalnya Prokasih (program kali bersih) dan program optimalisasi Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Dalam program optimalisasi RTH terdapat suatu kegiatan, yaitu
pelaksanaan rencana strategis dalam pengelolaan taman-taman kota. Kegiatan tersebut intinya
dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi ekologis seluruh taman kota di Jakarta.

3
BAB III
TREATMENT

Salah satu solusi yang diambil pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi krisis air tanah
tersebut dengan sumur resapan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur DKI
Jakarta nomor 68 tahun 2005 tanggal 8 Juni 2005. Sumur resapan adalah teknologi sederhana
yang dibuat untuk menampung dan meresapkan air hujan atau upaya untuk menambah
cadangan air tanah.
Dari data Pemprov DKI Jakarta mencatat saat ini sumur resapan yang sudah dibangun
baru mencapai 37.840 titik atau sekitar 16,71 persen dari total kebutuhan 226.466 titik. Maka
untuk itu Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mencanangkan Gerakan Peduli Sumur Resapan
yang diprakarsai Dinas Pertambangan Provinsi DKI Jakarta dengan mengambil lokasi di pusat
belanja Senayan City, Jakarta. Sumur resapan sangat penting dalam upaya menjaga
kelestarian cadangan air tanah, serta menjamin ketersediaan air bersih bagi warga Jakarta.
Bahkan sumur resapan ini menjadi salah satu upaya yang diandalkan Pemprov DKI
Jakarta untuk mengatasi masalah krisis air tanah di DKI Jakarta. Hal ini ditandai dengan
pencanangan gerakan sumur resapan untuk menyelamatkan air tanah di DKI Jakarta oleh
Gubernur DKI Jakarta. upaya menjaga kelestarian air tanah yang berkelanjutan harus
dilakukan untuk melestarikan air tanah, dan salah satu cara yang efektif adalah dengan
membuat sumur resapan.
Kemampuan sumur resapan berdasarkan penelitian akumulasi jumlah air hujan yang
diresapkan dalam satu tahun dengan sumur resapan meningkat sebesar 69% (1.429 mm/tahun)
dari total curah hujan setahun (2.044 mm/tahun) atau bertambah sekitar 42% dari kondisi
tanpa sumur resapan (569 mm/tahun) pada tahun 2007. Dengan demikian sumur resapan
setara dengan pengendalian limpasan 6 m3/jam atau 83.3 l/detik/ha. Sedangkan
penanaman pohon 1 ha setara dengan pengendalian runoff 20 liter/detik sehingga sumur
resapan lebih efektif 4 kali lipat dibandingkan vegetatif dan efeknya lebih cepat dan sangat
baik untuk pemulihan air tanah (Arifjaya 2008). Data tersebut dapat menjelaskan bahwa
perlunya sumur resapan saat ini sangat dibutuhkan karena rehabilitasi lahan memerlukan
waktu 8 tahun minimalnya untuk mengembalikan fungsi hidrologi,selain itu musim hujan
terjadi selama 6 bulan yang tiap musim hujan terjadi banjir di wilayah Jakarta. Selain

4
berfungsi sebagai pencegah banjir, sumur resapan dapat meningkatkan volume air tanah pada
saat musim kemarau.

5
BAB IV
OPINI

Menurut studi kasus di atas menurut saya alangkah lebih baik jika pemerintah daerah
DKI Jakarta lebih memperhatikan dan mengembangkan potensi-potensi yang dapat
memperbaiki krisis air di DKI Jakarta. Oleh karenanya diperlukan adanya suatu
pengembangan penerapan sistem drainase berwawasan lingkungan (eko-drainase) yaitu salah
satunya sumur resapan di setiap pemukiman warga agar nantinya kelebihan air terutama air
hujan dapat ditampung dan dikendalikan supaya meresap ke dalam tanah sehingga
mengurangi luapan air permukaan yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau. Penggunaan river side polder pada perencanaan real estate
di Jakarta juga perlu dilakukan sebagai contoh lain penggunaan drainase berwawasan
lingkungan
Allah SWT menurunkan hujan menurut ukuran untuk disimpan bumi untuk
dimanfaatkan oleh seluruh makhluk hidup. Hujan merupakan nikmat baik untuk kehidupan di
dunia dan kehidupan di akhirat melalui ibadah. Allah SWT berfirman: “Dan Kami turunkan
air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti
Kami berkuasa melenyapkannya”. (Al-Mu’minun[23]:18) (Agfian Ijlal Ramadhan)
Menurut Studi Kasus di atas untuk mempertahankan ketersediaan air maka diperlukan
diperlukan perencanaan pengembangan sistem drainase ramah lingkungan yang baik agar
tidak terjadi genangan saat musim hujan dan meresapkan kembali air hujan kedalam tanah.
Alternatif untuk mempertahankan hal tersebut adalah membuat sumur resapan di taman-
taman pembatas jalan di seluruh kota Jakarta, sehingga limpasan air hujan langsung
diresapkan ke dalam sumur resapan. Konsep yang digunakan adalah dengan cara air berlebuh
ditahan selama mungkin agar dapat meresap kembali ke dalam tanah atau dapat diolah
kembali untuk dimanfaatkan, sehingga volume limpasan yang masuk ke drainase lebih sedikit
dan dapat meningkatkan daya guna air berlebih tersebut. Perwujudan sistem drainase yang
berwawasan lingkungan dapat didukung dengan membuat bangunan-bangunan air, yaitu
kolam detensi, kolam retensi, dan sumur resapan. Bangunan-bangunan tersebut membantu
untuk menyerapkan air berlebih ke dalam tanah sehingga konservasi air dapat dilaksanakan.
(Anisa Nurrahma)

6
BAB V
KESIMPULAN

1. Pemerintah Daerah DKI Jakarta belum giat mencanangkan sumur resapan guna
melestarikan kualitas air tanah
2. Kondisi air tanah di DKI Jakarta sangat terbatas terlebih pada lingkungan masyarakat
dekat pantai/laut.
3. Potensi air hujan di Jakarta belum dimaksimalkan dengan banyaknya jumlah taman kota
4. Dengan kondisi tersebut perlu adanya kegiatan yang menunjang pemanfaatan air hujan
guna mengatasi permasalahan krisis air di DKI Jakarta salah satunya dengan
memaksimalkan metode drainase ramah lingkungan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, P Nugroho. 2007. “KAJIAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR UNTUK


APLIKASI KONSEP ECOPARK PADA TAMAN KOTA YANG BERUKURAN
BESAR DI DKI JAKARTA”. J. Tek.Ling Vol.8 No.2 Hal.143-149. Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air.
Agus Maryono. 2015. Eko-Drainase (Drainase Ramah Lingkungan) Dengan Metode
Drainase “TRAP”. Modul pelatihan. 14 September 2015.
Prihatin, R Budi. 2013. Problem Air Bersih Di Perkotaan. Vol. V, No. 07.
Aflakhi, DKK. 2014. PERENCANAAN EKO-DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN
TEMBALANG PESONA ASRI – SEMARANG. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang.
Rista Ghonyvia Dwi Rachmawati, DKK. 2017. PERENCANAAN SUMUR RESAPAN
PADA SISTEM DRAINASE GEDUNG PUSAT PEMBELAJARAN ARNTZ-GEISE.
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Arifjaya NM. 2008. Desain sumur resapan di Jakarta Barat dalam rangkapengandalian banjir
Gerhan 2008. Dalam: Sosialisasi Pembuatan SumurResapan Gerhan 2008. Bogor:
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Marga B. 2009. KAJIAN TERHADAP KEBIJAKAN SUMUR RESAPAN UNTUK
MENGATASI KRISIS AIR TANAH DI DKI JAKARTA. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai