Anda di halaman 1dari 22

PAPER

SANITASI DASAR MASYARAKAT PESISIR


“Penyediaan Air Bersih Di Wilayah Pesisir”

Dosen Pengampu :
Siti Rabbani Karimuna, SKM.,M.P.H

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

Rini Tri Hapsari J1A121065


Riska Mulyani J1A121066
Sitti Fatimah Milu J1A121076
Wa Ode Eka Apriana Sari J1A121088
Wa Ode Nur Aisyah J1A121089
Anggita Riama Timna J1A121113

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul "Penyediaan Air Bersih Di Wilayah Pesisir” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini, untuk memenuhi tugas dari Ibu Dosen
Siti Rabbani Karimuna, SKM.,M.P.H dalam mata kuliah Sanitasi Dasar Masyarakat
Pesisir. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan bagi penulis.
Penulis mngucapkan terima kasih seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Kendari, 7 Januari 2023


Penulis,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 4
2.1 Pengertian Wilayah Pesisir .................................................................... 4
2.2 Pengertian Air Bersih ............................................................................ 4
2.4 Sumber Air Bersih ................................................................................. 5
2.4 Masalah Penyediaan Air Bersih Di Pesisir ............................................ 6
2.5 Indikator Atau Kriteria Air Bersih ......................................................... 6
2.6 Penanggulangan Masalah Penyediaan Air Bersih ................................. 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
3.2 Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah air bersih tentunya bukan persoalan teknis semata, tetapi mesti
dilihat bagaimana keberpihakan negara ini untuk memberikan rasa keadilan
bagi masyarakat. Masyarakat nun jauh di pelosok pesisir dan pulau-pulau kecil
yang jauh dari hingar bingar dan kegemerlapan kehidupan perlu mendapatkan
pelayanan yang proporsional dari pemerintah. Dengan penuh kesederhanaan,
tentunya mereka menginginkan standar dan kualitas hidup sebagaimana
masyarakat perkotaan sudah lama menikmati.
Tekanan terhadap pemenuhan air masyarakat pesisir dan pulau-pulau
kecil semakin bertambah dengan minimnnya infrastruktur di wilayah tersebut.
Jangankan ketersediaan instalasi pipa, sumber air bersih pun sangat terbatas
ditemukan. Untuk konteks pulau-pulau kecil, karena wilayahnya yang jauh,
daya dukung yang terbatas serta aksesibiitas yang sulit, masyarakat harus
menyeberangi laut untuk mendapatkan air bersih, itupun dengan alat angkut
dan kapasitas yang terbatas. Belum lagi jika dikonversi dengan biaya yang
harus dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih, sungguh merupakan beban
yang teramat berat.
Sementara itu, di wilayah pesisir pemanfaatan air bersih sudah makin
meluas, bukan saja hanya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga tetapi
juga untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat. Aktivitas tersebut
misalnya untuk memenuhi kebutuhan air guna memproduksi es batu,
pemenuhan air untuk kapal-kapal ikan serta kebutuhan air di Tempat
Pendaratan Ikan atau Pangakalan Pendaratan Ikan agar lokasi tersebut bisa
beroperasi secara layak. Aktivitas perikanan yang tinggi di pesisir tersebut
tentunya membutuhkan ketersediaan air yang cukup sehingga mendukung
kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat.
Air merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh kehidupan makhluk
hidup didunia. Semua makluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan

1
kelangsungan hidupnya, termasuk manusia. Seiring berjalannya waktu dan
bertambahnya penduduk dunia, pasokan air bersih menjadi semakin berkurang.
Beberapa daerah di selatan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur sering mengalami kesulitan penyediaan air bersih, terutama
pada musim kemarau (Kompas 2005). Kelangkaan air sungguh ironis dengan
predikat Bumi sebagai "Planet Air" sebab 70% permukaan bumi tertutup air.
Namun, sebagian besar air di Bumi merupakan air asin sehingga tidak bisa
digunakan untuk air minum dan hanya sekitar 2,5% saja yang berupa air tawar.
Menghadapi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat, diperlukan
fasilitas penyediaan air bersih yang dapat menjangkau pemukiman penduduk,
khususnya bagi penduduk yang bermukim disekitar pesisir. Mengingat
sebagian besar penduduk yang bermukim disekitar pesisir memiliki tingkat
ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah maka diperlukan teknologi
penyediaan air bersih yang mudah pemeliharaannya sehingga tidak
memerlukan biaya yang mahal untuk pengoperasiannya. Perencanaan yang
baik dari segi teknis maupun ekonomis penyaluran air dari fasilitas pengolahan
air ke rumah-rumah penduduk sangat diperlukan agar penyediaan air bersih
dapat dilakukan dengan cara yang efektif, efisien dan produk yang dihasilkan
dapat dijangkau oleh penduduk

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diperoleh beberapa rumusan
masalah yaitu sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan kawasan pesisir?
2. Apakah yang dimaksud dengan air bersih?
3. Apa saja sumber air bersih?
4. Apa saja masalah penyediaan air bersih di kawasan pesisir?
5. Bagaimana penanggulangan masalah penyediaan air bersih di kawasan
pesisir?

2
6. Bagaimana Peanggulangan Masalah Penyediaan Air Bersih di Kawasan
Pesisir?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari kawasan pesisir
2. Untuk mengetahui pengertian dari air bersih
3. Untuk mengetahui sumber air bersih
4. Untuk mengetahui masalah penyediaan air bersih di kawasan pesisir
5. Untuk mengetahui penanggulangan masalah penyediaan air bersih di
kawasan pesisir
6. Untuk mengetahui Peanggulangan Masalah Penyediaan Air Bersih di
Kawasan Pesisir

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Wilayah Pesisir


Kawasan Pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan
laut, yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh
pengaruh sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan arah ke laut
dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan
di darat.
Menurut Mukono, (2002) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan
antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan,
baik keringmaupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah
laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan
dan pencemaran.

2.2. Pengertian Air Bersih


Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia
dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-
bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat yang
mutlak bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi
terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro, 1981).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

4
2.3 Sumber Air Bersih
Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih manusia biasanya
memanfaatkan sumber-sumber air yang berada di sekitar permukiman baik itu
air alam, maupun setelah mengalami proses pengolahan terlebih dahulu.
Menurut Sugiharto, (1983) tempat sumber air dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Air hujan, air angkasa, dalam wujud lainnya dapat berupa salju;
2. Air permukaan, air yang berada di permukaan bumi dapat berupa air
sungai, air danau, air laut;
3. Air tanah, terbentuk dari sebagian dari air hujan yang jatuh ke permukaan
dan sebagian meresap ke dalam tanah melalui pori-pori/celah-celah dan
akar tanaman serta bertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang
mengandung air tanah (aquifer), air tanah yang disebut air tanah dalam
atau artesis, artinya air tanah yang letaknya pada dua lapisan tanah yang
kedap air, ada yang sifatnya tertekan dan yang tidak tertekan. Air tanah
dangkal artinya terletak pada aquifer yang dekat dengan permukaan tanah
dan fluktuasi volumennya sangat dipengaruhi oleh adannya curah hujan.
Di Indonesia, sebagaian besar masyarakat (khususnya di daerah
pedesaan) menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Mereka menggunakan sarana sumur gali untuk mengambil air tanah ini.
Menurut Dwijosaputro (1981), sumur gali merupakan sarana air bersih yang
paling sederhana dan sudah lama dikenal masyarakat. Sesuai dengan namanya,
sumur gali dibuat dengan menggali tanah sampai pada kedalaman lapisan tanah
yang kedap air pertama. Air sumur (hal ini bergantung pada lingkungan), pada
umumnya lebih bersih dari air permukaan karena air yang merembes ke dalam
tanah telah disaring oleh lapisan tanah yang dilewatinya.
Menurut Arif, (1994), karakteristik utama yang membedakan air tanah
dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal
(residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan
tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama
tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran

5
2.4 Masalah Penyediaan Air Bersih di Kawasan Pesisir
Salah satu masalah kesehatan lingkungan yang umum terjadi pada
sebagian besar kawasan pesisir adalah masalah penyediaan air bersih bagi
masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan sumber
air yang ada di kawasan pesisir biasanya berasal dari sumur air tanah yang
airnya berasa asin. Kualitas air tanahnya juga sangat bergantung dari curah
hujan. Pada musim kemarau, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak
tersedia lagi, sehingga air tanah dengan mudah akan terkontaminasi oleh air
laut.
Selain itu kadar air tawar juga semakin menurun karena pembangunan
yang berkelanjutan tanpa memperhatikan lingkungan sehingga memperkecil
daerah resapan air hujan. Kandungan air tawar dalam tanah semakin menipis
karena diambil terus menerus sehingga semakin banyak air laut yang meresap
kedalam tanah menggantikan posisi air tawar tersebut. Kondisi tanah yang
umumnya berupa tanah karang membuat sumber-sumber air yang memadai
sulit diperoleh. Kerusakan alam akibat penebangan hutan bakau juga akan
mempercepat intrusi air laut ke darat yang menyebabkan air tawar di desa-desa
pesisir pantai berubah menjadi payau (Ahmad , 2014).

2.5 Indikator Atau Kriteria Air Bersih


1. Kualitas Biologi Air Bersih
Pencemaran Biologi dapat diketahui dengan ditemukannya bakteri
(patogen) coliform sebagai indikator pencemaran pada air. Coliform
dicirikan sebagai bakteri yang berbentuk batang, gram negatif, tidak
membentuk spora. aerobik dan anaerobik fakultatif (Sugiharto, 1983).
Bakteri Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup di dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator
keberadaan bakteri patogenik lain. Penentuan bakteri Coliform menjadi
indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi

6
positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform
jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri
patogenik lain. Contoh bakteri Coliform adalah E. coli dan Enterobacter
aerogenes. Jadi, Coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit
kandungan Coliform, artinya kualitas air tersebut semakin baik (Safitri,
2017).
Ciri-ciri bakteri Coliform antara lain bersifat anaerob fakultatif,
termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat
memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 37°C
dalam waktu kurang dari 48 jam. Contoh bakteri Coliform antara lain E.
coli, Salmonella spp. Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella (Safitri, 2017)
Terdapatnya bakteri Coliform dalam air dapat menjadi indikasi
kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri Coliform
merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum.
Kelompok bakteri Coliform terdiri atas E. coli, Enterobacter aerogenes,
Citrobacter fruendi. dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak
menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam
air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum
harus bebas dari semua jenis Coliform. Bakteri Coliform dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari
kotoran hewan atau manusia.
b. Coliform non-fekal, misalnya Enterrobacter aeroginosa, biasanya
ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati (Surawina, Unus,
2008).
Sifat-sifat bakteri Coliform yang penting menurut (Mahdianti 2010).
antara lain:
a. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat
mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain

7
sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana
sebagai sumber nitrogen.
b. Mempunyai sifat dapat mensintesa vitamin.
c. Mempunyai interval pertumbuhan antara 10-46,5°C.
d. Mampu menghasilkan asam dan gas.
e. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.
2. Kualitas Fisika Air Bersih
a. Kekeruhan
Kekeruhan pada air dapat disebabkan oleh banyak faktor,
contohnya yakni padatan tersuspensi. Sifat dari padatan tersuspensi ini
tidak terlarut dalam air dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya
lebih kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat. bahan-bahan organic
tetentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya (Fardiaz, 1992: 26 ).
Kekeruhan di dalam air juga dihubungkan dengan kemungkinan
pencemaran oleh pembuangan. Kekeruhan air harus dihilangkan dari air
yang akan digunakan sebagai air minum (Ahmad, 2014).
Mahida, (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas
kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang
melayang. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya
partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik
terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya. Rina, (2013)
menyatakan bahwa tingginya nilai kekeruhan juga dapat menyulitkan
usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses
penjernihan air.
b. Bau dan rasa
Air yang tidak berbau dan berwarna merupakan air yang baik,
sebaliknya air yang mempunyai warna tertentu pasti mengandung bahan
kimia. Demikian pula dengan bau, bila air berbau biasanya mengandung
bahan-bahan organik (Safitri, 2017). Kualitas air ditentukan oleh

8
kandungan ion logam dan non logam dalam air, seperti logamlogam
perak (Ag), kadmium (Cd), krom (Cr). kobalt (Co), tembaga (Cu), besi
(Fe), merkuri (Hg), molibdenum (Mo), nikel (Ni). timbul (Pb), timah
(Sn). Seng (Zn), Aluminium (Al), arsen (As) dan selenium (Se). Adanya
anion-anion seperti klorida (Ci-), sulfat (SO42-) dan nitrut (NO3-) juga
dapat menyebabkan rendahnya kualitas air.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Parera pada tahun
2012 dikatakan bahwa sumur gali berasal dari lapisan tanah yang relatif
dekat dengan permukaan tanah sehingga mudah terkena kontaminasi
melalui rembesan yang berasal dari tempat pembuangan kotoran manusia
maupun limbah dari sumur tersebut sehingga dapat menyebabkan
kekeruhan pada air sumur gali.
3. Kualitas Kimia Air Bersih
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan gamburan jumlah atau aktivitas ion
hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan
seberapa besar tingkat keasaman atau kehasaan suatu perairan Perairan
dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan
bersifat asam, sedangkan pH >7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa
(Effendi, 2003). Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan
menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam- asum mineral bebas
dan asam karbonat menaikkan kesaman suatu perairan.
b. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di perairan
dalam bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk molekul
hidrogenoksida, biasanya dinyatakan dalam mg/l (ppm) (Darsono, 1992).
Dalam air yang kotor selalu terdapat bakteri, baik yang aerob maupun
yang anaerob. Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air
menjadipersenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya nitrogen diubah
menjadi persenyawaan nitrat, belerang diubah menjadi persenyawaan

9
sulfat. Bila oksigen bebas dalam air habis sangat berkurang jumlahnya
maka yang bekerja, tumbuh dan berkembang adalah bakteri anaerob
(Darsono, 1992)
Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air secara
kimiawi Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi
oleh subu. Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan oksigen adalah
pergolakan dan luas permukaan air terbuka bari atmosfer (Mahida,
1986). Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi oleh suhu
perairan, salinitas perairan, ketinggian tempat dan plankton yang terdapat
di perairan (di udara yang panas, oksigen terlarut akan turun). Daya larut
oksigen lebih rendah dalam air laut jika dibandingkan dengan daya
larutnya dalam air tawar. Daya larut O2 dalam air limbah kurang dari
95% dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji, 1995).
Terbatasnya kelarutan oksigen dalam air menyebabkan kemampuan air
untuk membersihkan dirinya juga terbatas, sehingga diperlukan
pengolahan air limbah untuk mengurangi bahan-bahan penyebab
pencemaran (Dwijosaputro, 1981).
Menurut Ibrahim (1982) menyatakan bahwa kelarutan oksigen di
perairan bervariasi antara 7-14 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air
pada sore hari > 20 ppm. Besamya kadar oksigen di dalam air tergantung
juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak
bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air. Kadar
oksigen terlarut di alam umumnya < 2 ppm. Kalau kadar DO dalam air
tinggi maka akan mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh karena
itu diusahakan kadar oksigen terlarutnya O ppm yaitu melalui pemanasan
(Mukono, 2002).
c. Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BODs)
Biochemical Oxygen Demand merupakan ukuran jumlah zat
organik yangdapat dioksidasi oleh bakteri aerob/jumlah oksigen yang
digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organik dalam

10
keadaan aerob. BODs merupakan salah satu indikator pencemaran
organik pada suatu perairan, Perairan dengan nilai BODs tinggi
mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar olehbahan organik. Bahan
organik akan distabilkan secara biologik dengan melibatkan mikroba
melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat
menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan sampai
pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi anaerobik yang
dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik
Menurut Mahida, (1986) BOD akan semakin tinggi jika derajat
pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator
pencemaran penting untuk menentukan kekuatan atau daya cemar air
limbah, sampah industri, atau air yang telah tercemar. BOD biasanya
dihitung dalam 5 hari pada suhu 20°C. Nilai BOD yang tinggi dapat
menyebabkan penurunan oksigen terlarut.
d. Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand, COD)
Rina, (2013) menggambarkan COD sebagai jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik
yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi
menjadi CO2 dan H2O.
Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap
paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang
dapat didekomposisi secara biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut
dengan uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Banyak zat organik yang tidak mengalami penguraian biologis
secara cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari, tetapi senyawa-
senyawa organik tersebut juga menurunkan kualitas air. Bakteri dapat
mengoksidasi zat organik menjadi CO: dan H:O. Kalium dikromat dapat
mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga menghasilkan nilal COD yang

11
lebih tinggi dari BOD untuk air yang sama. Di samping itu bahan-bahan
yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut
teroksidasi dalam uji COD. Sembilan puluh enam persen hasil uji COD
yang selama 10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama
lima hari (Kristianto, 2002).
e. Fosfat (PO4)
Keberadaan fosfor dalam perairan adalah sangat penting terutama
berfungsi dalam pembentukan protein dan metabolisme bagi organisme.
Fosfor joga berguna di dalam transfer energi di dalam sel misalnya
adenosine trifosfate (ATP) dan adenosine diforjate (ADP) (Boyd, 1982)
Menurut Peavy et al. (1986), fosfat berasal dari deterjen dalam limbah
cair dan pestisida serta insektisida dari lahan pertanian. Fosfat terdapat
dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan
fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di
daerah pertanian ortofosfar berasal dari bahan pupuk yang masuk ke
dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat
memasuki sungai melani air buangan penduduk dan industri yang
menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri
pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam
air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Menurut Boyd (1982),
kadar fosfat (PO4) yang diperkenankan dalam air minum adalah 0,2 ppm.
Kadar fosfat dalam perairan alami umumnya berkisar antara 0,005-0,02
ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1 ppm, tergolong perairan yang eutrof.

2.6 Peanggulangan Masalah Penyediaan Air Bersih di Kawasan Pesisir


Untuk permasalahan penduduk yang bermukim di kawsan pesisir, telah
ada beberapa solusi, antar lain:
1. Pemurnian Air Laut

12
Pada dasarnya prinsip pemurnian air laut adalah proses pemisahan
garam dari air laut sehingga diperoleh air tawar, proses ini kita kenal dengan
sebutan desalinasi. Ada banyak cara untuk mengolah air asin menjadi air
tawar, antara lain:
a. Penyulingan
Percobaan pertama untuk memisahkan garam dan air laut
adalah meniru cara alam, yaitu dengan menguapkan air laut kemudian
mengembunkan uapnya kembali. Ketika air laut dipanaskan, hanya air
yang menguap, garam-garam yang terlarut tetap tinggal dalam larutan
(air laut). Dengan menggunakan alat suling bagian dalam wadah
perebus air laut dilengkapi dengan pipa-pipa tegak untuk memperluas
permukaan air yang dipanaskan. Dengan perluasan dapat diperoleh
banyak uap dalam waktu relatif singkat.
b. Osmosis Balik (Reverse Osmosis)
Osmosis balik atau reverse osmosis (RO), dilaksanakan
dengan memberikan tekanan terhadap air laut, sehingga memaksa dari
molekul-molekul air murni menembus suatu membran
semipermeabel, sedangkan sisanya berupa garam larut, bahan-bahan
organik, bakteri akan ditolak (rejeksi). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar diatas. Osmosis balik ini dioperasikan secara
kontinyu. Kemurnian air yang dicapai hingga 99% dan tingkat
produksi yang tinggi. RO merupakan cara paling murah untuk
menawarkan pemurnian air laut. Keuntungan metode ini adalah
kemurnian air yang dihasilkan bagus, menghemat tempat,dan
menghemat energi.
c. Evaporator
Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah
air laut menjadi air tawar. Demikian juga ladang garam memproduksi
garam melalui proses penguapan air laut. Sebaliknya, air bersih akan
diproduksi, dengan menghilangkan garam dari air laut. Evaporator

13
untuk mengolah air laut dirancangkan untuk mengumpulkan uap yang
terjadi di dalam proses penguapan. Proses tersebut antara lain:
penguapan dengan multi guna yaitu air laut yang direbus untuk
penguapan. Sehingga uap itu akan terkumpul menjadi air tawar.
Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut skala
besar. Disamping itu juga terdapat proses tekanan peresapan
(osmosis) dengan arah balik yaitu cara untuk mengurangi dan
menghapus rasa asin air laut. Teknologi ini digunakan untuk pabrik
pengolah air laut sekala menengah dan kecil.
2. Program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Masyarakat
(PAMSIMAS)
Program penyediaan air minum dan sanitasi masyarakat adalah
program yang ditujukan bagi daerah-daerah tertinggal yang kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan airnya. Program ini diharapkan mampu
menjadi solusi bagi masyarakat terpencil dan masyarakat pesisir untuk
memenuhi kebutuhan akan air bersih dan air minumnya secara swadaya,
karena program ini digerakkan langsung oleh masyarakat itu sendiri.
3. Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM)
Perusaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan daerah
yang diharapkan mampu menyediakan air bersih bagi masyarakat.
Pengelolahan air PDAM ini adalah salah satu faktor yang sangat penting
dalam menentukan kualitas air layak komsumsi dan kurang layak
komsumsi. Pengelolahan air PDAM dilakukan secara bertahap sehingga
dihasilkan air yang betul-betul baik untuk kebutuhan sehari-hari. Tahap
pengolahan air terdiri dari 6 tahap yaitu: pengelolahan pendahuluan (pre
treatment), pengolahan pertama (primery treatment), pembunuhan kuman
(desinfektan), pembuangan lanjutan (ultimate disposal).
Diharapkan dengan adanya PDAM ini mampu menjangkau daerah-
daerah pesisir dan memenuhi kebutuhan air minum di kawasan tersebut.

14
Terutama daerah pesisir yang dekat dengan wilayah non pesisir yang
memiliki sumber daya air tawar yang memadai.
4. Triple Water Supply (TWS)
Selain beberapa metode pengolahan diatas, di China juga telah
dikembangkan teknologi “Triple Water Supply” (TWS) yaitu sistem yang
terdiri dari pasokan air tawar, air laut untuk pembilasan toilet, dan reklamasi
air limbah (yang berwarna abu-abu). Dalam konsep Triple Water Supply
bahwa air tawar hanya digunakan pada kebutuhan domestik dan komersial
saja. Sedangkan untuk menyiram toilet digunakan sumber air laut untuk
menghemat penggunaan air tawar dan memanfaatkan sumber daya air laut
yang ada di kawasan pesisir tersebut. Berdasarkan data di Hong Kong
Special Administrative Region (HKSAR), salah satu daerah yang
mengadopsi sistem TWS tersebut, penggunaan air laut untuk membilas
toilet telah memberikan kontribusi terhadap penghematan 22% dari
konsumsi air tawar.
Sistem inovatif ini memaksimalkan penghematan sumber daya air di
kota-kota pesisir hingga 23%. Selain itu, sistem baru ini membuka pintu
untuk mengadopsi pengolahan limbah yang inovatif teknologi, yaitu SANI
(Sulfate reduction Autotrophic denitrification and Nitrification Integrated)
untuk mengatasi masalah kelangkaan air telah menjadi masalah lama yang
terjadi di Cina, khususnya di Cina Utara. Menurut Bank Dunia, sekitar 400
dari 660 kota di China kekurangan air.
Pengembangan sistem inovatif triple water supply (TWS) dapat
membantu untuk memaksimalkan sumber daya air di kota-kota pesisir
dengan biaya rendah. Dengan proses SANI, dapat mengurangi lebih dari
50% dari biaya produksi keseluruhan, 35% dari konsumsi energi, dan 36%
dari emisi gas rumah kaca dari pengolahan limbah. Jika kedua sistem ini
digunakan dalam 16 kota pesisir di China, bisa menghemat 3.600 juta m 3 air
tawar per tahun, meng hindari 10 juta ton lumpur basah, dan mengurangi
sekitar 2.100 - 5.000 GWh energi per tahun dan 1,7-3.700.000 ton emisi gas

15
CO per tahun dibandingkan dengan konvensi pengolahan limbah biologis
ditambah reklamasi limbah buangan yang dilakukan di China.

16
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kawasan Pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut,
yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh
sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan arah ke laut dibatasi oleh
proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat. Salah
satu masalah kesehatan lingkungan yang umum terjadi pada sebagian besar
kawasan pesisir adalah masalah penyediaan air bersih bagi masyarakat yang
bermukim di kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan sumber air yang ada di
kawasan pesisir biasanya berasal dari sumur air tanah yang airnya berasa asin.
Kualitas air tanahnya juga sangat bergantung dari curah hujan. Pada musim
kemarau, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga
air tanah dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Di Indonesia, sebagaian besar masyarakat (khususnya di daerah
pedesaan) menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Mereka menggunakan sarana sumur gali untuk mengambil air tanah ini.
Menurut Dwijosaputro (1981), sumur gali merupakan sarana air bersih yang
paling sederhana dan sudah lama dikenal masyarakat. Sesuai dengan namanya,
sumur gali dibuat dengan menggali tanah sampai pada kedalaman lapisan tanah
yang kedap air pertama. Air sumur (hal ini bergantung pada lingkungan), pada
umumnya lebih bersih dari air permukaan karena air yang merembes ke dalam
tanah telah disaring oleh lapisan tanah yang dilewatinya.

17
1.2 Saran
1. Melakukan pemeriksaan pengawasan kualitas air bersih dilaksanakan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, pemeriksaan kualitas air
bersih meliputi pemeriksaan parameter fisik, biologi, dan kimia.
2. Ketersediaan jumlah air bersih di terminal dapat menggunakan tempat
penampungan air/tandon supaya kebutuhan air bersih selalu tercukupi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad DL, R. D. (2014). Evaluasi penyediaan air bersih dan sanitasi linkungan
sebagai dasar usulan perencanaan perbaikan: Kesehatan lingkungan. Seminar
S1 Teknik Lingkungan ITB Indonesia., 4–9.

Arif, A. (1994). Pengantar Mikrobiologi Umum. Padang: Universitas Negeri


Padang Press.

Dwijosaputro. (1981). Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Mahida, U. N. (1986). Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali


Press : Jakarta.

Mukono, J. (2002). Epidemiologi Lingkungan. . Surabaya; Airlangga University


Press.

Rina, S. (2013). Petunjuk praktikum mikroteknik. Bagian histologi dan biologi sel.
FK UGM. Yogyakarta.

Safitri, N. A. (2017). Analisis Kualitas Biologi, Kimia,Fisika Pada Air Sumur, Air
HIPPAM Dan Air PDAM Di Kelurahan Slawu Kabupaten Jember Serta
Pemanfaatanya Sebagai Serial Poster. Skripsi. Universitas Jember. Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 1–94.

Sugiharto. (1983). Penyediaan Air Minum Bagi Masyrakat. Sekolah. Pembantu


Penilik Kesehatan, Tanjung Karang.

19

Anda mungkin juga menyukai