IDENTITAS REVIEWER
Nim : J1A121099
Kelas :B
IDENTITAS MAKALAH
Halaman : 25 halaman
Tahun : 2023
Penulis : Kelompok 1
DESKRIPSI MAKALAH
Dalam penjelasan makalah ini dijelaskan mengenai seluruh aspek atau hal-hal yang
berkaitan dengan prosedur pertolongan pertama korban bencana. Yang mana pertolongan
pertama ini dimaksudkan untuk mencegah kematian,mencegah cacat yang lebih
berat,mencegah infeksi,mengurangi rasa sakit dan rasa takut. Tindakan pertolongan pertama
yang dilakukan dengan baik dan benar akaan mengurangi cacat atau penderitaan hingga
menyelamatkan korban dari kematian,dan sebaliknya apabila pertolongan pertama yang
diberikan tidak dilakukan dengan baik dan benar maka akan memperburuk kondisi akibat
kecelakaan hingga membunuh korban. Kecelakaan bisaa terjadi dimana saja dan kapan
saja,olehnya itu untuk mengantisipasi masalah itu maka perlu memahami prosedur apa saja
yang harus dilakukan untuk pertolongan pertama korban bencana seperti yang dipaparkan
dalam makalah ini. Tujuannya adalah untuk melatih masyarakat untuk menjadi penolong
pertama agar mampu melakukan Tindakan pertolongan pertama jika diperlukan.
Dalam makalah berjudul “Pertolongan Pertama Korban Bencana” ini penulis memaparkan
ada beberapa poin penting yang akan dideskripsikan dalam makalah ini, antara lain :
Dari pemaparan mengenai prinsip penanggulangan bencana diatas kita dapat mengetahui
hal-hal apa saja yang dapat kita lakukan ketika kita terkena bencana dimanapun dan kapanpun
mulai dari tahapan saat sebelum bencana mauoun saat bencana sudah terjadi ditempat itu.
Selain itu, pembahasan diatas juga menjelaskan tentang prinsip penanggulangan bencana yang
telah dirumuskan oleh para ahli sebelumya. Ketiga, pada bagian ketiga kelompok Kelompok
penyaji memaparkan bahwa Langkah awal yang harus dilakukan adalah penyelamatan diri.
Selain itu, kelompok penyaji juga memaparkan tentang langkah-langkah penyelamatan yang
harus dilakukan saat terjadi bencana alam mulai dari gempa bumi, tsunami, banjir, dan
penanggulangan akibat kebakaran hutan. Langkah kedua yang harus dilakukan saat terdampak
bencana alam yaitu evakuasi korban luka ke rumah sakit guna mendapatkan penanganan lebih
lanjut dari pihak medis untuk memperkecil resiko terjadinya kecacatan pada korban bencana.
Langkah 1 memaparkan tindakan penyelamatan yang harus lakukan saat terjadi bencana alam.
ketiga yang harus diambil oleh para pemangku kepentingan untuk para korban yang terkena
bencana pemberian bantuan yang dibutuhkan oleh korban dengan tujuan untuk meringankan
beban dari para korban bencana. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan pemerintah yaitu
pemberian bantuan untuk pemulihan kondisi pascabencana seperti pemberian bantuan untuk
merenovasi rumah yang rusak karena bencana dan sebagainya tergantung pada jenis kerusakan
yang terjadi. Keempat, pada bagian ini kelompok penyaji menjelaskan tentang evakuasi dalam
prosedur pertolongan pertama korban bencana. Disini dijelaskan bahwa evakuasi korban
bencana adalah serangkaian kegiatan untuk memindahkan korban bencana dari lokasi korban
bencana ditemukan menuju lokasi yang aman yang telah ditentukan. Evakuasi ini dapat
ditempuh melalui berbagai cara sesuai dengan kondisi korban dan ketersediaan sarana
transportasi yang tersedia. Evakuasi ini dilakukan untuk menyelamatkan korban ketempat yang
lebih aman. Pada bagian ini penyaji juga memaparkan berbagai prosedur evakuasi yang
meliputi :
1. Segera tinggalkan Gedung sesuai dengan petunjuk team evakuasi tanggap darurat atau
ikuti arah jalur evakuasi/arah tanda keluar, jangan Kembali untuk alas an apapun
2. Turun atau berlarilah ikuti arah tanda keluar,jangan panik, saling membantu untuk
memastikan evakuasi selamat
3. Wanita tidak boleh menggunakan sepatu hak tinggi dan stoking pada saat evakuasiBeri
bantuan terhadap orang yang cacat atau Wanita yang sedang hamil
4. Berkumpul didaerah aman (muster point) yang telah ditentukan, tetap berkumpul
sambil menunggu instruksi selanjutnya.
Dengan adanya pemaparan materi ini maka diharapkan dapat membantu pembaca dalam
melakukan tindakan evakuasi yag sesuai dengan prosedur pertolongan pertama korban
bencana. Kelima, pada bagian ini kelompok penyaji menjelaskan tentang transportasi dalam
prosedur pertolongan pertama korban bencana. Pada proses evakuasi merupakan salah satu
kajian strategis dalam perencanaan dan pemodelan lalu lintas. Beberapa metode telah
dikembangkan untuk mengoptimalkan evakuasi termasuk dalam pemilihan rute perjalanan.
Keenam, pada bagian ini kelompok penyaji memaparkan tentang system penanggulangan
dalam prosedur pertolongan pertama korban bencana yang didalamnya meliputi :
• Bantuan darurat
• Inventarisasi kerusakan
• Evaluasi kerusakan
• Pemulihan (recovery)
• Rehabilitasi (rehabilitation)
• Rekonstruksi
• Melanjutkan pemantaua
REVIEW MAKALAH KELOMPOK 2
IDENTITAS REVIEWER
Nim : J1A121099
Kelas :B
IDENTITAS MAKALAH
Halaman : 22 halaman
Tahun : 2023
Penulis : Kelompok 2
DESKRIPSI MAKALAH
Dalam penjelasan makalah ini dijelaskan mengenai seluruh aspek atau hal-hal yang
berkaitan dengan kebijakan public mengenai manajemen bencana. Kebijakan public mengenai
manajemen bencana adalah serangkaian Tindakan dan keputusan pemerintah dalam
menghadapi ancaman bencana dalam mengurangi dampaknya terhadap masyarakat dan
lingkungan. Kebijakan public ini meliputi upaya penanggulangan bencana, kesap siagaan
dalam menghadapi bencana, penanganan darurat saat terjadi bencana, serta pemulihanpasca
bencana. Kebijakan ini dirancang untuk melindungi dan memperkuat masyarakat dan
lingkungan dari dampak bencana serta meningkatkan ketahanan terhadap bencana. Kebijakan
ini merupakan hasil pemikiran dan Tindakan pemerintah dalam menghadapi ancaman bencana
yang semakin sering terjadi sehingga melalui kebijakan public ini pemerintah dapat
mengoptimalkan upaya dalam menghadapi bencana, meningkatkan koordinasi dan kolaborasi
dengan instansi terkait serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana. Penguraian diatas dimaksudkan untuk mengurangi dampak bencana yang terjadi dan
mempercepat pemulihan bencana. Pemaparan diatas sangat membantu pembaca dalam
memahami secara sepintas mengenai maksud dari kebijakan public mengenai manajemen
bencana.
Pertama, pada bagian pertama kelompok penyai memaparkan materi tentang Peraturan
Perundang-undangan tentang penanggulangn bencana. Yang mana peratura perundang-
undangan tersebut meliputi :
Kedua, pada bagian ini membahas tentang perencanaan dalam penanggulangan bencana. Yang
mena pengrtian dari Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) merupakan salah satu rencana
pembangunan untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu daerah. RPB
disusun berdasarkan hasil pengkajian risiko bencana daerah. Selain itu, penyusunan RPB perlu
mempertimbangkan perencanaan pembangunan dari tingkat daerah hingga tingkat pusat untuk
menjamin keselarasan arah pembangunan. Pada makalah kelompok 2 ini membagi
perencanaan penanggulangan bencana menjadi beberapa tahap antara lain
Ketiga, pada bagian ini membahas tentang ”Rencana Pelaksanaan Penanggulangan Bencana”.
Di dalam pembahasan tersebut penulis menyajikan secara terperinci mengenai tata cara
penyelenggaraan penanggulangan bencana melalui tahap per tahap agar pembaca dapat
memahami secara jelas tentang maksud dari pembahasan tersebut. Di sini penulis memaparkan
rencana penanggulangan bencana mulai dari tahap pra bencana, saat tanggap darurat, pasca
bencana, dan bagaimana mekanisme penanggulangan bencana, semua dipaparkan secara tahap
per tahap mengenai Tindakan yang harus dilakukan dalam penanggulangan bencana tersebut.
REVIEW MAKALAH KELOMPOK 3
IDENTITAS REVIEWER
Nama : ADEL FITRIANI
Nim : J1A121099
Kelas :B
IDENTITAS MAKALAH
Judul : “Penerapan Metode Epidemiologi Bencana”
Mata Kuliah : Manajemen Bencana
Dosen : INDAH ADE PRIATNI S.KM.,M.P.H.
Halaman : 25 Halaman
Tahun : 2023
Penulis : Kelompok 3
Tanggal : 17 Maret
DESKRIPSI MAKALAH
Dalam penjelasan makalah ini dijelaskan mengenai seluruh aspek atau hal-hal yang
berkaitan dengan Penerapan Metode Epidemiologi Bencana. Pada makalah ini menjelaskan
bahwa di masa sekarang epidemiologi digunakan untuk mempelajari segala aspek kehidupan.
Epidemiologi digunakan untuk mempelajari frekuensi, distribusi dan faktor-faktor penyebab
penyakit maupun bukan penyakit, penyakit infeksi maupun non infeksi dalam segala situasi
sampai dengan keadaan bencana.Setiap bencana dengan skala yang besar memberikan resiko
dan dampak yang besar, sehingga diperlukan penanganan yang lebih ekstra, sebagai contoh
bencana biologis dapat mengakibatkan banyaknya korban meninggal, cedera parah serta
hilangnya tempat untuk berlindung. Epidemiologi bencana memiliki ruang lingkup yang
cukup penting dalam penanganan setiap bencana. Epidemiologi memiliki metode yang
dikembangkan untuk memberikan informasi terkait dampak dari bencana dalam aspek fisik,
mental, dan social dengan harapan dapat menyelamatkan kehidupan dan dapat mengendalikan
penyebaran penyakit akibat dari bencana yang terjadi.
ANALISIS ISI MAKALAH
Dalam makalah kelompok 3 yang membahas masalah “Penerapan Metode Epidemiologi
Bencana” ini, menurut saya sudah sesuai dengan judul yang diminta karena didalam makalah
ini sudah membahas tentang hal-hal yang diperlukana guna menambah wawasan bagi
pembaca. Yang mana pembahasannya meliputi :
• Epidemiologi deskriptif
Epidemiologi deskriptif merupakan studi terhadap frekuensi dan distribusi penyakit,
kondisi, cedera, ketidakmampuan, kematian atau masalah/peristiwa/ kondisi kesehatan
lainnya dalam populasi.
• Epidemiologi analitik
Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan. Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan
pada pengembangan data baru.
Tujuan epidemiologi analitik:
a) Menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/pengaruh
paparan terhadap penyakit.
b) Menentukan faktor risiko/ faktor pencegah/ kausa/ determinan penyakit,
c) Menentukan faktor yang mempengaruhi prognosis kasus;
d) Menentukan efektivitas intervensi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada
populasi.
e) Memprediksikan kejadian penyakit (Veronika Erna,2019)
f) Pencatatan
Ketiga, Penyelidikan/Investigasi Wabah. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (
windiyaningsih,2019). Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah. Investigasi atau penyelidikan KLB (Kejadian Luar Biasa)/wabah adalah suatu kegiatan
untuk memastikan adanya KLB/wabah, mengetahui penyebab, mengetahui cara penyebaran,
mengetahui faktor risiko da menetapkan program penanggulangan KLB. Investigasi
KLB/wabah yang terjadi baik pada masyarakat atau hewan dilakukan untuk mengidentifikasi
cara penanggulangan penularan suatu penyakit agar penyakit tersebut tidak meluas dan
menimbulkan kematian yang lebih banyak. Menurut Huang tahun 2004, secara umum terdapat
tiga tujuan utama dalam investigasi KLB/wabah, antara lain:
1. Mengidentifikasi agen penyebab terjadinya KLB/wabah,
2. Mencari sumber infeksi dan cara penularan berdasarkan deskripsi orang, tempat, dan
waktu.
3. Memformulasikan rekomendasi untuk mencegah penyebaran KLB/wabah. D)
menemukan faktor risiko
IDENTITAS REVIEWER
Nama : ADEL FITRIANI
Nim : J1A121099
Kelas :B
IDENTITAS MAKALAH
Judul : “Rapid Needs Assesment Dalam Bencana/KLB”
Mata Kuliah : Manajemen Bencana
Dosen : INDAH ADE PRIATNI S.KM.,M.P.H.
Halaman : 25 Halaman
Tahun : 2023
Penulis : Kelompok 4
Tanggal : 17 Maret
DESKRIPSI MAKALAH
Pada makalah kelompok 4 ini membahas tentang “Rapid Needs Assesment Dalam
Bencana/KLB”. Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di uar
kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya. Sumber lain juga mendefinisikan
bencana sebagai suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang
terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi
kelangsungan kehidupan. Bencana dapat disebakan karena faktor alam maupun faktor non
alam dan sosial.Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,
mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan
meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian
pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan
/ kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat / luas jika
manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).
ANALISIS ISI MAKALAH
Dalam makalah kelompok 4 yang membahas masalah “Rapid Needs Assesment Dalam
Bencana/KLB” ini, menurut saya sudah sesuai dengan judul yang diminta karena didalam
makalah ini sudah membahas tentang hal-hal yang diperlukana guna menambah wawasan bagi
pembaca. Yang mana pembahasannya meliputi :
Pertama, Pengertian Rapid Needs Assassement. Rapid needs assessments adalah cara penting
untuk mengurangi dampak kesehatan yang merugikan dari bencana di antara populasi.
Setelah 2000, fokus rapid needs assessments bergeser untuk mencapai waktu respons yang
lebih cepat, waktu penyelesaian yang lebih singkat, dan pengembangan alat standar untuk
mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematis. Salah satu cara mempersingkat
lamanya waktu yang diperlukan untuk memulai penilaian adalah dengan menggunakan alat
sistem informasi geografis (GIS) untuk mempercepat proses pemilihan sampel (Waring S.C.,
Reynolds K.M., D’Souza G., 2002). Perangkat genggam seperti tablet, ponsel pintar, dan
perangkat sistem posisi global dapat digunakan untuk mengumpulkan data secara elektronik,
mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data (CDC, 2000).
Kedua, Tujuan Rapid Needs Assassement. Kecepatan dan ketepatan dalam menyampaikan
informasi terkait bencana alam, merupakan sebuah hal yang sangat dibutuhkan dan perlu
mendapatkan perhatian khusus, agar proses penanggulangan masalah dapat diselesaikan
dengan cepat dan tepat. RNA atau Rapid Need Assessment sebagai sebuah solusi merupakan
kegiatan mengumpulkan, mengolah, serta menganalisis data yang dilakukan secara langsung
di lokasi bencana.Pada penerapannya, RNA memiliki tujuan yang kompleks yaitu untuk
menilai permasalahan kesehatan, potensi risiko, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan serta
membuat rekomendasi dalam rangka respon cepat penanggulangan krisis kesehatan. Untuk
mendapatkan data secepat dan seakurat mungkin, RNA dilakukan secara langsung di lokasi
bencana, seperti di Rumah Sakit, Puskesmas, Dinas Kesehatan, pos kesehatan, lingkungan
tempat tinggal, hingga pada lokasi-lokasi pengungsian.
Ketiga, Persiapan Rapid Needs Assassement.Adapun pada proses persiapannya, ada beberapa
poin yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a) Membentuk Tim dan menentukan Ketua
b) Mempelajari situasi di lokasi bencana, yang terdiri dari potensi masalah kesehatan,
kapasitas kesehatan yang ada, serta akses transportasi dan komunikasi di lapangan.
c) Pelajari aspek keamanan dan keselamatan tim
d) Mengidentifikasi potensi bahaya atau hazard serta prosedur penyelamatan.
e) Mempelajari profil kesehatan dari wilayah terdampak.
f) Koordinasi di lokasi bencana dengan pihak terkait seperti Rumah sakit, Dinas
Kesehatan, BPBD.dll.
g) Membawa kartu identitas, surat tugas, form penilaian, keperluan administrasi
serta peralatan pribadi seperti makanan dan obat.
Keempat, Penyusunan Laporan Rapid Needs Assassement. Pelaporan Penilaian Kebutuhan
Cepat kejadian krisis kesehatan agar tidak terjadi kesalahan, seperti berikut :
Untuk dapat membandingkan data RNA dengan data Standar Pelayanan Minimal Kesehatan,
maka perlu diketahui standar apa saja yang digunakan, seperti :
1. Standar Upaya Manajemen Krisis Kesehatan.
2. Standar Pelayanan Kesehatan, yang meliputi :
a.) Standar Pelayanan Medis Dasar dan Rujukan b.) Standar Pencegahan Penyakit
menular
c.) Standar Kesehatan Lingkungan
d.) Standar Kesehatan Reproduksi Darurat e.) Standar Kesehatan Jiwa dan Psikososial
f.) Standar Pelayanan Gizi Darurat
g.) Standar Penatalaksanaan Korban Meninggal Akibat Bencana
Langkah panjang dan kompleks yang dimulai dari persiapan, pengambilan data,
penginputan data, analisis data dan rekomendasi RNA, telah mengantarkan kita pada
pembahasan terakhir, yaitu terkait proses penyajian data informasi dan alur informasi yang
telah dikumpulkan oleh tim RNA di lokasi bencana. Data RNA yang telah dikumpulkan dan
dianalisis, dapat segera disusun dalam bentuk laporan kegiatan RNA atau infografis yang
didalamnya termuat beberapa poin, seperti :
1. Gambaran singkat kejadian bencana. Termasuk didalamnya yaitu jenis, waktu,
lokasi, jumlah korban dan fasilitas yang rusak hingga perkiraan luas daerah serta
informasi populasi yang terdampak oleh bencana
2. Kapasitas Respon. Termasuk didalamnya dibagi menjadi 3 yaitu, Jenis dan jumlah
SDM Kesehatan, Data Fasilitas pelayanan kesehatan dan logistik kesehatan.
REVIEW MAKALAH KELOMPOK 5
IDENTITAS REVIEWER
Nama : ADEL FITRIANI
Nim : J1A121099
Kelas :B
IDENTITAS MAKALAH
Judul : “Survailans Kegawatdaruratan atau Bencana”
Mata Kuliah : Manajemen Bencana
Dosen : INDAH ADE PRIATNI S.KM.,M.P.H.
Halaman : 17 Halaman
Tahun : 2023
Penulis : Kelompok 5
Tanggal : 17 Maret
DESKRIPSI MAKALAH
Pada makalah kelompok 5 ini membahas tentang “Survailans Kegawatdaruratan atau
Bencana”. Manajemen bencana dan kesehatan masyarakat sangat berkaitan satu sama lain.
Banyaknya kejadian bencana di dunia dengan total korban bencana yang besar mengharuskan
perlunya suatu sistem yang tepat untuk mempersiapkan jika bencana datang. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian bagi masyarakat Indonesia karena dari data CRED tahun 2019 korban
yang meninggal diakibatkan bencana gempa bumi-tsunami, gempa bumi, dan gunung merapi.
Merujuk pada jumlah korban yang besar diperlukan persiapan yang matang dan tertata pada
tatanan masyarakat di tingkat bawah sampai tingkat atas di negara. Kejadian kegawatdaruratan
dan manajemen bencana yang berasal dari sistem dan struktur komando, peran dan tanggung
jawab untuk semua bencana, kekurangan personil potensial yang memiliki kesadaran dalam
kesehatan bencana serta sistem surveilans termasuk mekanisme efisiensi dan pedoman
terintegrasi untuk rencana aksi insiden dalam hubungannya dengan pengguna kebijakan
(Prasetyo 2019).
ANALISIS ISI MAKALAH
Dalam makalah kelompok 5 yang membahas masalah “Survailans Kegawatdaruratan
atau Bencana” ini, menurut saya sudah sesuai dengan judul yang diminta karena didalam
makalah ini sudah membahas tentang hal-hal yang diperlukana guna menambah wawasan bagi
pembaca. Yang mana pembahasannya meliputi :
Pertama, Definisi Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana. Surveilans adalah proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Bencana adalah peristiwa/rangkaian cerita yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidup masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam serta faktor
manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis dan diluar kemampuan masyarakat dengan segala
sumber dayanya. Surveilens bencana adalah upaya untuk mengumpulkan data pada situasi
bencana, data yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal, luka sakit, jenis luka,
pengobatan yang dilakukan, kebutuhan yang belum dipenuhi, jumlah korban anak-anak,
dewasa, lansia. Surveilans sangat penting untuk monitoring dan evaluasi dari sebuah proses,
sehingga dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan rencana program (Purnama 2016).
Kedua, Peran Dalam Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana. Jejaring kerja atau peran
surveilans adalah suatu mekanisme koordinasi kerja antar unit penyelenggara Surveilans
Kesehatan, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program
kesehatan, meliputi tata hubungan Surveilans Kesehatan antar wilayah Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Pusat. Jejaring kerja Surveilans Kesehatan diselenggarakan oleh seluruh unit
penyelenggara Surveilans Kesehatan baik di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota berupa
pertukaran data dan informasi epidemiologi, serta peningkatan kemampuan Surveilans
Kesehatan yang terdiri dari :
1. Jaringan kerjasama antara unit-unit surveilans dengan penyelenggara pelayanan
kesehatan, laboratorium dan unit penunjang lainnya.
2. Jaringan kerjasama antara unit-unit Surveilans Kesehatan dengan pusat- pusat
penelitian dan kajian, program intervensi kesehatan dan unit-unit surveilans lainnya.
3. Jaringan kerjasama unit-unit Surveilans Kesehatan antara kabupaten/kota, provinsi dan
nasional.
4. Jaringan kerjasama unit surveilans dengan berbagai sektor terkait nasional, bilateral
negara, regional, dan internasional.
Ketiga, Masalah Epidemiologi Dalam Surveilans Bencana.
IDENTITAS REVIEWER
Nama : ADEL FITRIANI
Nim : J1A121099
Kelas :B
IDENTITAS MAKALAH
Judul : “Perencanaan Intervensi Kebutuhan Gizi (Pakan/Makanan) pada Pra dan Pasca Bencana”
Mata Kuliah : Manajemen Bencana
Halaman : 30 Halaman
Tahun : 2023
Penulis : Kelompok 6
Tanggal : 17 Maret
DESKRIPSI MAKALAH
Pada makalah kelompok 6 ini membahas tentang “Perencanaan Intervensi Kebutuhan
Gizi (Pakan/Makanan) pada Pra dan Pasca Bencana”. Manajemen penanggulangan bencana
dapat didefinisikan sebagai segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana
yang dilakukan pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana. Manajemen
penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis, yang dikembangkan dari
fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pembagian tugas,
pengendalian dan pengawasan dalam penanggulangan bencana. Untuk mengatasi kondisi
rawan pangan yang disebabkan oleh bencana, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu
salah satunya dengan mengonsumsi pangan darurat sebelum pasokan makanan stabil dan dapur
umum sudah dapat digunakan secara efektif. Pangan darurat merupakan pangan khusus
yang dikonsumsi pada saat darurat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi harian manusia (2100
kkal). Tujuan utama dari pangan darurat ialah mengurangi timbulnya penyakit atau jumlah
kematian diantara para pengungsi dengan menyediakan pangan bergizi lengkap sebagai sumber
energi satu- satunya selama lima belas (15) hari. Waktu tersebut dihitung mulai dari
pengungsian terjadi. Pangan tersebut harus memenuhi karakteristik pangan darurat agar dapat
disebut sebagai pangan darurat (Muis & Anwar, 2018).
ANALISIS ISI MAKALAH
Dalam makalah kelompok 6 yang membahas masalah “Perencanaan Intervensi
Kebutuhan Gizi (Pakan/Makanan) pada Pra dan Pasca Bencana” ini, menurut saya sudah sesuai
dengan judul yang diminta karena didalam makalah ini sudah membahas tentang hal-hal yang
diperlukana guna menambah wawasan bagi pembaca. Yang mana pembahasannya meliputi :
Pertama, Pengertian Perencanaan. Pandangan perencanaan adalah proses penetapan dan
pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan- kegiatan
dan upaya-upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.
Pandangan perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu
yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang dilaksanakan
secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Perencanaan, sebagaimana yang sering
dikemukakan oleh para ahli, merupakan fungsi awal manajemen. Manajemen itu sendiri
menurut Hersey dan Blanchard diberi batasan: “As working with and through individuals and
groups to accomplish organization goals” (Manajemen adalah kegiatan kerja bersama dan
Kedua, Pengertian Bencana. Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu pola kehidupan normal masyarakat, serta menyebabkan
kerugian-kerugian besar terhadap jiwa, harta dan struktur sosial masyarakat yang melebihi
kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana untuk menanggulanginya sehingga
membutuhkan perlindung - an dan bantuan dari pihak lain. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai penyebab terjadinya bencana adalah kemiskinan, pertumbuhan penduduk, urbanisasi
yang cepat, transisi kultural atau perubahan dalam masyarakat, proses alam (proses geologi,
geomorfologis dan klimatologi), degradasi lingkungan, kurangnya kesadaran dan informasi
e. Gunung api meletus, Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240
buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Pada letusan gunung api, bencana dapat
ditimbulkan oleh jatuhan material letusan, awan panas, aliran lava, gas beracun, abu
gunung api, dan bencana sekunder berupa aliran lahar yang semuanya dapat merusak jaringan
irigasi.
f. Kekeringan, bahaya kekeringan dialami berbagai wilayah di Indonesia hampir setiap musim
kemarau. Hal ini erat terkait dengan menurunnya fungsi lahan dalam menyimpan air.
Penurunan fungsi tersebut ditengarai akibat rusaknya ekosistem akibat pemanfaatan lahan yang
berlebihan. Dampak dari kekeringan ini adalah gagal panen, kekurangan bahan makanan
hingga dampak yang terburuk adalah banyaknya gejala kurang gizi bahkan kematian.
g. Kegagalan teknologi, merupakan kejadian yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia. Bentuk
kegagalan teknologi ini dapat berupa kecelakaan industry, kecelakaan transportasi, kegagalan
konstruksi, kegagalan bangunan yang dapat berupa bendungan runtuh,bendung jebol, tanggul
atau tebing saluran longsor,dll (Pusdiklat Sumber Daya Air dan Konstruksi, 2017)
2. Bencana non alam
Bencana non alam dapat terjadi karena ulah atau kelalaian manusia yang kadang-kadang
diperparah dengan kondisi alam. Bencana ini dapat berupa: banjir akibat penggundulan hutan,
kecelakaan transportasi, kecelakaan industry, kegagalan konstruksi dan bangunan seperti:
lereng galian/timbunan longsor, tanggul saluran jebol, situ/embung/ bendungan runtuh, dan
lain sebagainya.
Ketiga, Perkiraan Dampak Bencana. Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif
berbeda- beda, antara lain tergantung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Kasus cedera
yang memerlukan perawatan medis misalnya, relatif lebih banyak dijumpai pada bencana
gempa bumi dibandingkan dengan kasus cedera akibat banjir dan gelombang pasang.
Sebaliknya, bencana banjir yang terjadi dalam waktu relatif lama dapat menyebabkan
kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta menimbulkan potensi kejadian luar biasa
(KLB) penyakit- penyakit yang ditularkan melalui media air. Disisi lain kebutuhan kesehatan
masyarakat di wilayah bencana meningkat drastis, karena mengalami trauma fisik maupun
psikis sebagai dampak langsung bencana (Tumenggung, 2017).
SAkibat rusaknya infrastruktur kesehatan dan situasi lingkungan social yang cenderung
kacau dan tidak teratur, maka pengendalian penyakit menular pada situasi bencana mempunyai
prinsip dasar untuk mendeteksi kasus penyakit menular prioritas sedini mungkin dan
melakukan respons cepat agar penularan penyakit bisa dicegah. Risiko terjadinya epidemik
penyakit menular sebanding dengan kepadatan penduduk dan perpindahan penduduk. Kondisi
ini meningkatkan desakan terhadap suplai air dan makanan serta risiko kontaminasi (seperti
dalam tempat pengungsian), gangguan layanan sanitasi yang ada seperti sistem suplai air bersih
dan sistem pembuangan air kotor, dan meningkatkan kegagalan dalam pemeliharaan atau
perbaikan program kesehatan masyarakat dalam periode pasca bencana.
Permasalahan penyakit menular ini disebabkan oleh :
1. Kerusakan lingkungan dan pencemaran.
2. Jumlah pengungsi yang banyak, menempati suatu ruangan yang sempit, sehingga harus
berdesakan.
3. Pada umumnya tempat penampungan pengungsi tidak memenuhi syarat kesehatan.
4. Ketersediaan air bersih yang seringkali tidak mencukupi jumlah maupun kualitasnya.
5. Diantara para pengungsi banyak ditemui orang-orang yang memiliki risiko tinggi,
seperti balita, ibu hamil, usia lanjut. Pengungsian berada pada daerah endemis penyakit
menular, dekat sumber pencemaran, dll.
Keempat, Efek Negatif Pra & Pasca Bencana.
• Pra Bencana
Penanganan tanggap darurat bencana yang komprehensif terkadang terkendala dengan
derajat dan luasnya keparahan bencana. Situasi ini diperburuk dengan pengetahuan masyarakat
yang masih terbatas terhadap situasi darurat bencana. Intervensi gizi merupakan hal yang
esensial terutama pada masa tanggap darurat awal agar masyarakat tidak mengalami
situasi kelaparan dan terjadi penurunan status gizi terutama pada populasi rentan. Penanganan
gizi lanjutan tetap diperlukan mengingat efek samping status gizi kurang dapat memberikan
efek jangka panjang pada status kesehatan dan ekonomi populasi terdampak. Oleh karena itu
pengetahuan dan penerapan tentang manajemen pengelolaan kesehatan terutama gizi yang baik
diperlukan untuk pemenuhan status gizi penyintas bencana dan perlu menjadi perhatian dari
berbagai pihak (A . Kegiatan Gizi Pada Pra-Bencana, n.d.)
• Pasca Bencana
Potensi timbulnya masalah gizi dan penyakit menular pada kondisi pasca bencana
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penyakit yang sudah ada sebelum bencana,
perubahan ekologis karena bencana, pengungsian, perubahan kepadatan penduduk, rusaknya
fasilitas umum, dan hilangnya layanan kesehatan dasar.
1. Penyakit yang ada sebelum bencana
Umumnya, penyakit menular yang muncul setelah bencana terkait dengan penyakit
endemis wilayah tersebut. Sehingga, risiko penularan penyakit paska bencana juga tidak ada
jika organisme penyebab tidak ada di wilayah tersebut sebelumnya. Meskipun begitu, relawan
yang datang ke wilayah bencana mempunyai risiko untuk menularkan penyakit, maupun
tertular penyakit yang sudah ada di wilayah bencana.
2. Perubahan ekologi karena bencana
Bencana alam seringkali akan menyebabkan perubahan ekologis lingkungan.
Akibatnya risiko penularan penyakit bisa meningkat maupun berkurang, terutama
penyakit yang ditularkan oleh vektor maupun penyakit yang ditularkan oleh air. Rusaknya
lahan pertanian dan perkebunan, serta gagal panen mempengaruhi ketersediaan sumber dan
bahan makanan.
3. Pengungsian
Pola pengungsian di Indonesia sangat beragam mengikuti jenis bencana, lama
pengungsian dan upaya persiapannya. Pengungsian pola sisipan yaitu pengungsi menumpang
di rumah sanak keluarga. Pengungsian yang terkonsentrasi di tempat – tempat umum atau
di barak – barak yang telah disiapkan. Pola lain pengungsian yaitu di tenda – tenda darurat
di samping kann kiri rumah mereka yang rusak akibat bencana.
Adapun pola pengungsian akibat bencana tetap menimbulkan masalah kesehatan.
Masalah kesehatan berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya
kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang menyebabkan perkembangan beberapa penyakit
menular. Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
gizi seseorang serta akan memperberat proses terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit. Pengungsian dapat menyebabkan meningkatnya risiko relatif munculnya
penyakit menular melalui mekanisme sebagai berikut: terbebaninya sistem layanan kesehatan
dimana mereka mengungsi, tertularinya para pengungsi oleh penyakit endemis dimana mereka
mengungsi, para pengungsi memperkenalkan agen infeksi baru pada lingkungan dimana
mereka mengungsi.
4. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk merupakan faktor penting penularan penyakit terutama terkait
dengan penularan melalui rute penularan melalui pernapasan dan kontak langsung. Bencana
alam menyebabkan rusaknya rumah, yang berakibat meningkatnya kepadatan penduduk
karena terkumpul dalam kemah-kemah pengungsian.
5. Rusaknya fasilitas public
Listrik, air minum, maupun sistem pembuangan limbah akan terpengaruh oleh bencana
alam. Hilangnya sarana MCK akan meningkatkan penyakit yang menular melalui makanan dan
air. Kurangnya air untuk mencuci tangan maupun mandi juga akan meningkatkan penyebaran
penyakit melalui kontak langsung. Rusaknya berbagai fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit
dan Puskesmas menyebabkan banyak kasus penyakit infeksi menular tidak tertangani secara
maksimal. Keterlambatan koordinasi dan hambatan dalam sistem komunikasi juga
memperlambat penanganan penyakit infeksi menular pascabencana alam.
• Pra Bencana
Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat, tanggap
darurat dan transisi darurat. :
Siaga Darurat Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai
dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan gizi pada
situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat dilaksanakan kegiatan
gizi seperti pada tanggap darurat.
Tanggap Darurat Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan
dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.
Transisi Darurat Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat disesusaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
1. Tahap Tanggap Darurat Awal
• Fase I Tanggap Darurat Awal
Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai berikut:
korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas belum sempat
mengidentifikasi korban secara lengkap,bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan adanya
penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan. Lamanya fase 1 ini tergantung dari situasi dan
kondisi setempat di daerah bencana yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase
ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizinya
b) Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan c. Menganalisis hasil Rapid Health
Assessment (RHA)
• Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban bencana mempertimbangkan
hasil analisis RHA dan standar ransum. Rasum adalah bantuan bahan makanan yang
memastikan korban bencana mendapatkan asupan energi, protein dan lemak
untuk mempertahankan kehidupan dan beraktivitas. Ransum dibedakan dalam bentuk kering
(dry ration) dan basah (wet ration). Dalam perhitungan ransum basah diprioritaskan
penggunaan garam beriodium dan minyak goreng yang difortifikasi dengan vitamin A.
2. Fase II Tanggap Darurat Awal
Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah:
a) Menghitung kebutuhan gizi Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment
(RHA) diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur, selanjutnya dapat
dihitung ransum pengungsi dengan memperhitungkan setiap orang pengungsi
membutuhkan 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta Menyusun menu yang
didasarkan pada jenis bahan makanan yang tersedia.
b) Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum yang meliputi:
• Tempat pengolahan
• Sumber bahan makanan
• Petugas pelaksana
• Penyimpanan bahan makanan basah
• Penyimpanan bahan makanan kering
• Cara mengolah
• Cara distribusi
• Peralatan makan dan pengolahan
• Tempat pembuangan sampah sementara
• Pengawasan penyelenggaraan makanan
• Mendistribusikan makanan siap saji
• Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari dampak
buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-lain, yang meliputi:
• Pasca Bencana
Masalah mendasar yang selalu terjadi pasca bencana yaitu penurunan status gizi
masyarakat diwilayah bencana. Sayangnya dalam manajemen penanggulangan bencana,
kurang adanya perhatian terhadap masalah gizi dalam kedaruratan. Penurunan status gizi
masyarakat penyintas bencana dapat menyebabkan munculnya masalah-masalah kesehatan
lainnya seprti diare, yang bisa mengamcam nyawa para penyintas bencana. Keterbatasan
fasilitas kesehatan, kondisi pengungsian yang tidak layak, sanitasi yang buruk juga dapat
menjadi pemicu memburuknya derajat kesehatan penyintas bencana. Penanganan gizi dalam
kedaruratan bencana sangat penting. Beberapa hal yang menjadi penyebab pentingnya
penanganan gizi yaitu keterbatasana dipengungsian, bantuan makanan untuk mempertahankan
status gizi, perlu adanya survailens gizi untuk optimalisasi bantuan dan penanganan gizi yang
sesuai. Kegiatan dalam penanganan gizi pada kedaruratan meliputi beberapa kegiatan yaitu
pelayanan gizi, penyuluhan gizi, tenaga khusus atau sumber daya manusia dibidang gizi, dan
penyediaan makanan. Pelayanan gizi dilakukan oleh tenaga gizi yang ditempatkan khusus
dilokasi pengungsian penyintas bencana untuk menyiapkan makanan darurat. Karena pada saat
ditetapkan untuk menggungsi, para penyintas tidak mungkin menyiapkan makanannya
sendiri.