Anda di halaman 1dari 20

KOMUNIKASI DASAR KEPERAWATAN

" KOMUNIKASI DALAM BENCANA “


Dosen Pengampu : Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp Jiwa
Anggota Kelompok 4
1. Tri Annisa 2111312068
2. Melinda Ulfa Aina 2111311029
3. Salsabilla Jeng Fitri 2111311023
4. Afiyah Nurzaimah 2111312008
5. Nurul Jannah 2111312023
6. Rahma Indriani Putri 2111312041
7. Mezanechia Gheviranica 2111313002
Fungsi Komunikasi

01 02
Konsep Komunikasi Komunikasi Saat
Dalam Bencana Bencana

05
Komunikasi Pasca
03 Bencana 04
Komunikasi Triase / Komunikasi
pra Hospital Evakuasi
1. Konsep Komunikasi Dalam Bencana
Secara umum komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan
menerima pesan, terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik. Komunikasi juga menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari pelaku yang
terlibat sehingga dalam kegiatan komunikasi terjadi pokok perhatian yang sama terhadap topik yang
dibicarakan.
Berkaitan dengan bencana, komunikasi dapat berfungsi sebagai radar sosial yang memberi
kepastian kepada pihak lain mengenai adanya bencana si suatu tempat. Dalam hal ini, komunikasi
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kesiagaan yang diperlukan dan persiapan apa yang
harus dilakukan ketika bencana itu terjadi. untuk mengurangi seminimal mungkin korban jiwa dan kerugian
harta benda. Upaya penanggulangan bencana haruslah dimulai jauh sebelum bencana terjadi karena
antisipasi sedini mungkin akan mampu menekan jumlah kerugian jiwa dan materi. Ketika upaya
penanggulangan bencana dapat dilakukan sedini mungkin, kita berharap muncul sikap, tindakan, dan perilaku
yang menekankan kesadaran manusia dan peningkatan kemampuan manusia menghadapi ancaman.
4 fungsi Komunikasi Sosial
1. Komunikasi sebagai radar sosial.
untuk memastikan atau memberi keyakinan kepada pihak lain mengenai informasi yang sedang berlangsung, bahwa
apabila ada informasi yang baru dan relevan dengan kehidupan masyarakat, masyarakat yang memperoleh
informasi tersebut dapat menggunakannya dalam pergaulan sehari -hari, agar tidak ketinggalan informasi.
2. Komunikasi sebagai manajemen.
sebagai dasar tindakan atau kegiatan komunikasi yang menjadi alat untuk mengatur atau mengendalikan anggota
komunitas dan anggota ini mengetahui apa yang diharapkan oleh pihak lain terhadap dirinya dalam hidup
bermasyarakat.
3. Komunikasi sebagai sarana sosialisasi.
untuk menyampaikan pengetahuan atau pendidikan bagi warga ataupun generasi baru dalam kehidupan
bermasyarakat. Kegiatan ini disebut juga sebagai proses sosialisasi.
4. Kegiatan komunikasi yang berfungsi untuk menghibur masyarakat, atau kegiatan yang dapat melepaskan
ketegangan hidup bermasyarakat.
karakteristik efektifitas komunikasi antarpersonal

01 02 03

Openness Emphaty Supportivennes


kita harus terbuka pada orang kemampuan seseorang untuk perilaku suportif, seseorang dalam
yang berinteraksi dengan menempatkan dirinya pada peranan menghadapi suatu masalah tidak
kita. atau posisi orang lain. bersikap bertahan.
04
05
Positivennes
Equality
sikap positif, sikap positif merujuk
pada dua hal, yaitu sikap positif pada kesamaan bidang
diri sendiri dan sikap positif terhadap pengalaman diantara pelaku
orang lain dan dalam berbagai situasi komunikasi.
komunikasi.
2. Komunikasi Saat Bencana
Komunikasi bencana sangat diperlukan dalam penanganan
penanggulangan bencana di Indonesia dari mulai sebelum bencana
(mitigasi bencana), saat bencana (respon), dan sesudah bencana
(pemulihan). Proses penanggulangan bencana di Indonesia ada beberapa
stakeholder yang dilibatkan meliputi pemerintah, masyarakat, media dan
pihak swasta. Pihakpihak tersebut memiliki peran masing-masing dalam
penanggulangan bencana khususnya media sebagai penyampai informasi
dari lokasi bencana kepada publik. Selain itu, komunikasi menjadi elemen
yang sangat penting dalam proses tersebut, sehingga komunikasi bencana
dapat dijadikan sebagai sistem penanggulangan di Indonesia
hal yang bisa perawat lakukan dalam penanggulangan bencana.

1.membantu melakukan 2.triage, hal itu 3.pertolongan pertama,


pencarian, mengharuskan pertolongan pertama yang 4.Membantu proses
penyelamatan, dan perawat untuk dilakukan seperti pemindahan korban
melokalisasi korban. melakukan mengobati luka rubfab 5.perawatan di rumah sakit.
identifikasi secara serta melakukan 6.melakukan Rapid Health
cepat korban bencana pertolongan bantuan hidup Assesment
yang membutuhkan dasar.
stabilisasi segera
3. Komunikasi Triage/Pra Hospital

Triase merupakan tindakan dalam pengelompokan pasien berdasarkan cedera yang di


prioritaskan ada tidaknya gangguan di IGD. Konsep triage pada keperawatan gawat
darurat (bencana) terbagi menjadi 3 metode yaitu:
1.Simple Triage and Rapid Treament (START) Biasanya dilakukan dalam pertolongan
pertama dalam korban massal/bencana dalam waktu 30 menit
2.Australsian Triage Scale (ATS) Biasanya pasien menunggu di IGD selama menit/jam
untuk dilakukan intervensi medis
3.Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS) Biasanya dilakukan untuk mengetahui TTV,
kesadaran pasien, level nyeri, mekanisme cidera dan tentang perubahan kedua yang
spesifik terhadap keluhan utama yang dirasakan.
a. Simple Triage and Rapid
Treatment (START)

1. Hijau
Pasien sadar dan dapat jalan, dipisahkan dari pasien lain seperti Walking Wounded (termasuk
pasien-pasien yang histerik) dan tinggal yang tidak sadar/cedera berat biasanya berjumlah 10%-
20% dari semua pasien.
2. Kuning
Di kelompokkan berdasarkan luka-luka tidak berbahaya seperti fraktur tulang pendek dan lain-
lain.
3. Merah
(10-20% semua pasien yang ada gangguan airway, breathing, circulation, disability, exposure
termasuk ke dalam golongan Merah.
Tahap start adalah sebagai berikut
▪ Langkah Pertama
Adalah dengan aba-aba (loud speaker) memerintahkan pada korban yang dapat berdiri dan
berjalan bergerak ke lokasi tertentu yang lebih aman. Jika pasien bisa berdiri dan berjalan dapat
disimpulkan bahwa sementara tidak mengalami gangguan yang mengancam jiwa korban tersebut.
▪ Langkah Kedua
Pasien yang tidak berdiri dan bergerak adalah yang menjadi prioritas pengkajian berikutnya.
Bergerak dari tempat berdiri penolong secara sistematis dari satu korban ke yang lainnya.
Lakukan pengkajian dengan detail dan singkat (kurang dari 1 menit pada setiap pasien) dan
berikan label yang sesuai pada korban tersebut.
b. Australasian Triage Scale (ATS)
Target waktu yang dilakukan evaluasi objektif oleh Dokter diberikan maisngmasing
kategori. Perawat triase memilih kategori ATS berdasarkan justifikasi profesionalnya
terhadap pertanyaan “Pasien ini harus menunggu pengkajian dan intervensi medis dan
tidak lebih dari … menit/jam TTV dikaji hanya jika data tersebut dapat membantu dalam
membuat keputusan level triase”.

c. Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS)


Berdasarkan keluhan utama perawat triase kemudian mengevaluasi variabel pengubah
umum yang berlaku pada berbagai macam keluhan utama. Level CTAS ditetapkan
berdasarkan tingkat tertinggi yang teridentifikasi oleh salah satu variabel pengubah.
4.Komunikasi Evakuasi
Evakuasi menurut Lionel Scott (2016), adalah suatu tindakan memindahkan
manusia secara langsung dan cepat dari satu lokasi ke lokasi yang aman agar
menjauh dari ancaman atau kejadian yang dianggap berbahaya atau berpotensi
mengancam nyawa manusia atau mahluk hidup lainnya. Ada banyak kondisi
ekstrim yang berpotensi mengancam keselamatan manusia sehingga perlu
dilakukan evakuasi. Misalnya wabah penyakit, bencana alam (badai, banjir, tanah
longsor, gunung meletus, tsunami, dan lain-lain), kebakaran, perang, kontaminasi
nuklir, dan sebagainya. Proses evakuasi bisa dilakukan sebelum, selama, atau
setelah terjadinya bencana
\ komunikasi saat evakuasi bencana sangat penting agar
tidak adanya kesalahan informasi bencana yang akan
disampaikan kepada masyarakat (publik), peran media
massa yang sangat vital sebagai penyampai informasi dan
pihak pemerintah dalam memutuskan kebijakan
penanggulangan bencana yang terjadi, serta tindakan
medis yang akan dilakukan untuk membantu pemulihan
terhadap apa yang dirasakan korban.
5. Komunikasi Pasca Bencana
A. Peran perawat
1. Rehabilitasi, yang bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena
bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal atau lebih baik
2. Rekonstruksi, yang bertujuan untuk membangun kembali sarana dan
prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.
Upaya-upaya yang dilakukan antara lain, perbaikan lingkungan dan
sanitasi, perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan, pemulihan psiko-
sosial, peningkatan fungsi pelayanan kesehatan.
Tahap pemulihan perawat dapat berperan dengan membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal melalui proses konsultasi atau edukasi.

1. Pemulihan Masyarakat Penyintas


a) Penggunaan Komunikasi Rehap Rekonstruksi
Rehabilitasi adalah perbaikan pemlihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama normalisasi dan
kehidupan masyrakat pada wilayah pasca bencana secara wajar. Sementara itu, rekontruksi
merupakan program kerja jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial, dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari
sebelumnya

b) Penggunaan Komunikasi untuk Informasi Hunian Sementara, Hunian Tetap, dan Relokasi
1. Hunian sementara. Bencana selalu memberikan kerugian, seperti: kerusakan properti, penderitaan
manusia, dan kehilangan.
2. Hunian tetap adalah salah satu program pemerintah dengan merelokasi (memindahkan) para
penyintas dan warga yang tinggal di kawasan rawan bencana ke daerah yang aman dari dampak
bahaya bencana.
3. Relokasi permukiman untuk pencegahan yang terletak di daerah berisiko tinggi adalah ukuran
korektif di mana seluruh atau sebagian dari masyarakat yang direlokasi mempunyai risiko bencana
tinggi
B. Pemulihan Kesehatan dan Mental

Saat bencana terjadi banyak penyintas manusia berjatuhan yang


menyebabkan seorang kehilangan keluarga atau sanak sudara. Selain
itu, tak terhitung kerugian material yang terjadi yang menyebabkan
suramnya masa depan mereka. Mereka yang masih hidup pasti
mengalami trauma psikis yang tak mudah mereka lupakan atau
bahkan menghantui mereka sepanjang hidupnya. Untuk mengatasi
keadaan itu mereka memerlukan adaptasi secara luar biasa. Dalam
upaya adaptasi inilah mereka mengalami distres mental yang dapat
terjadi secara singkat sampai berkepanjangan yang bermanifestasi
sebagai gangguan mental dari berbagai jenis diagnosis yang harus
ditangani dengan segera.
Trauma healing sangatlah penting, melihat banyak
dari penyintas bencana alam mengalami trauma dan
ketakutan yang berlebih ketika mendengar suara-
suara menyerupai gaung, getaran, atau semacamnya
(Nugraha, 2015). Trauma healing sendiri diutamakan
pada anak-anak dan lansia, yang biasanya mengalami
trauma paling kuat, baik stres maupun depresi.
Contoh Kegiatan Trauma Healing

Membuka Akses Kepada


kegiatan mengaji dan
Pemerintah .
Pesan-pesan Singkat untuk olahraga.
Sebagai pemimpin dan
Membangun Mental, Poster, pemegang kekuasaan tertinggi,
Selebaran, Pamflet pemerintah tentu memiliki
andil yang cukup penting
dalam seluruh kejadian atau
peristiwa yang terjadi di dalam
maupun luar negeri, tak
terkecuali bencana.
THANKS!
Does anyone have any questions?

Please keep this slide for attribution


CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai