Anda di halaman 1dari 3

Nama: Elfrida Juniartha

NIM: 1810711093

Peran Perawat dalam SPGDT

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dijelaskan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016, merupakan mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat
Darurat yang terintegrasi dan berbasis call center, dengan tujuan untuk meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kegawatdaruratan, serta mempercepat waktu penanganan Korban/Pasien Gawat
Darurat dan menurunkan angka kematian serta kecacatan.

Pada Pasal 16 dijelaskan bahwa pada SPGDT membutuhkan ketenagaan yaitu merupakan
tenaga medis, termasuk juga perawat. Tugas tenaga kesehatan pada SPGDT ialah memberikan
pertolongan gawat darurat dan stabilisasi bagi korban dan mengevakuasi korban ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya.

Perawat memiliki peran yang besar dalam penanggulangan korban bencana alam. Perawat
berperan dalam mempersiapkan maupun menangani masyarakat saat menghadapi bencana.
Perawat harus mengetahui bagaimana kesiapsiagaan bencana sehingga risiko bencana ada
terminimalisir dan meningkatkan keberhasilan penanganan korban bencana (Doondori, dkk.,
2021).

Rifai & Harnanto (2016) berpendapat bahwa perawat memiliki andil yang besar dalam
persiapan untuk gawat darurat dan bencana dikarenakan beberapa faktor diantaranya karena
perawat memiliki jumlah tenaga paling besar. Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa
perawat merupakan first medical staff yang memiliki peran sangat penting ketika terjadi bencana
di wilayah kerjanya.

Kompetensi peran perawat pada saat bencana yaitu pada tahap pra bencana, tahap bencana,
dan tahap pasca bencana. Pada tahap pra bencana, perawat hendaknya berada pada lini terdepan
dalam penanganan bencana yang diawali pada tahap mitigasi sehingga dapat mengantisipasi
terjadinya bencana maupun dampak bencana itu sendiri. Pada tahap ini perawat berperan untuk
mengurangi risiko, pencegahan penyakit, memberikan pendidikan dan promosi kesehatan terkait
pencegahan bencana, tanda-tanda bencana, penanggulangan bencana oleh masyrakat dan respon
masyarakat saat terjadi bencana (WHO dan ICN dalam Anatolia, 2021). Selain itu, perawat juga
berperan dalam mempelajari bencana berdasarkan pengalaman sebelumnya, serta mencari tau
kebijaan bencana regional yang sudah berlaku (Dwitanta & Dahlia, 2020).

Selanjutnya merupakan pada tahap saat bencana yaitu kompetensi kesiapsiagaan. Kesiapan
disini adalah berupa bentuk rencana atau prosedur yang dirancang untuk menyelamatkan nyawa
dan meminimalkan kerusakan ketika terjadi keadaan darurat. Selama fase ini, perawat harus
mengenali tugas dan fungsinya selama merespon masabencana serta risiko terhadap diri dan
keluarga. Perawat berperan dalam melakukan komunikasi komando terhadap perawat lain,
perawat juga harus berpikir kritis serta mampu bekerja dalam tim untuk menentukan kebutuhan
dalam melakukan pertolongan pertama. Pada kondisi ini, perawat dituntut untuk mampu
menyiapkan diri dalam menghadapi situasi bencana dan mampu bersikap professional pada
kondisi tersebut (Dwitanta & Dahlia, 2020).

Peran perawat dalam mengatasi dampak bencana atau pada tahap pasca bencana diantaranya
adalah dalam pengembangan keterampilan, kesadaran diri, minat, intelektual, kerjasama dan
motivasi untuk mendukung penanggulangan bencana (Munandar dan Wardaningsih, dalam
Doondori, dkk., 2021). Pada tahap pasca bencana, perawat berpartisipasi dalam penyaluran dan
pembagian distribusi bantuan yang tersedia, merawat individu dan keluarga, perawatan
psikologis dan melakukan perawatan khusus pada populasi rentan. Perawat harus mampu
mengidentifikasi kebutuhan khusus pada pasien bencana, karena kebutuhan perawatan yang
berbeda-beda. Pada tahap pemulihan/rehabilitasi, peranan perawat meliputi pemulihan individu,
keluarga, dan komunitas jangka pendek. Hal yang dilakukan perawat yaitu dapat melakukan
inventarisasi persedian tempat penampungan dan logistic darurat.

Beberapa peran perawat dalam penanggulangan bencana, diantaranya: (a) Pencarian dan
penyelamatan, perawat berperan untuk melokalisasi korban, memindahkan korban dari daerah
berbahaya ke tempat pengumpulan, memberipertolongan pertama jika diperlukan; (b) Triase,
mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera, mengidentifikasi
korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat; (c) Pertolongan pertama,
mengobati luka ringan dengan efektif seperti kontrol perdarahan, melakukan pertolongan
bantuan hidup dasar seperti manajemen eksternal, mengamankan pernafasan, mempunyai
keterampilan pertolongan pertama seperti membersihkan jalan napas, melakukan resusitasi dari
mulut-mulut, melakukan RJP, mengobati shock, mengendalikan perdarahan; (d) Proses
pemindahan korban; (e) Perawatan di rumah sakit.

Peran Perawat dalam posko pengungsian dan posko bencana, meliputi:

1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari


2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di
RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan peyakit menular maupun kondisi
kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat
jiwa,
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri), maupun reaksi psikomatik
(hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah dan kelemahan otot).
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan dengan terapi bermain
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater

Peran Perawat dalam fase postimpact, diantaranya dengan membantu masyarakat untuk
kembali pada kehidupan normal melalui proses konsultasi atau edukasi dan membantu
memulihkan kondisi fisik yang memerlukan penyembuhan jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat keadaan kecacatan.

Kesimpulannya, perawat merupakan salah satu profesi kesehatan yang sangat penting dalam
menghadapi dan menangani bencana alam. Perawat perlu mempersiapkan diri dengan memiliki
pengetahuan dasar serta keterampilan dalam menghadapi bencana. Perawat dituntut untuk
mampu menyiapkan diri dalam menghadapi situasi bencana dan mampu bersikap professional
pada kondisi tersebut. Dengan demikian, perawat bertanggung jawab dalam mencapai peran dan
kompetensinya dalam semua tahap bencana.

Referensi:

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.

Doondori, A. K. & Yustina. (2021). Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal
Kesehatan Primer. Vol. 6, No. 1: 63-70.

Dwitanta, S. & Debie Dahlia. (2020). Peran Perawat dan Kesiapan Darurat dalam Menghadapi
bencana pada Penderita Diabetes: Tinjauan Literatur. Indonesian Journal of Nursing Health
Science, Vol. 5, No. 1: 48-60.

Hasyaturrahmi, R. & Cut Husna. (2018). Kesiapsiagaan Sumber Daya dan Kerja Sama dalam
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada Manajemen Bencana. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Keperawatan. Vol. III, No. 3: 48-56.

Pusparini, Y. (2020). Kesiapsiagaan Perawat Dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat


Terpadu pada Manajemen Bencana di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung. Jurnal Sehat
Masada. Vol. XIV, No.1: 116-124.

Putra, A., dkk. (2017). Peran dan Kepemimpinan Perawat dalam Manajemen Bencana pada Fase
Tanggap Darurat. Idea Nursing Journal, Vol. 6, No. 1: 25-31.

Anda mungkin juga menyukai