Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Filosofi, Konsep Holistik Proses Keperawatan Gadar

Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk 

kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan masyarakat.

Keperawatan holistik berasal dari praktek perawatan kesehatan Barat dan

tradisional serta pengalaman perawat dan pasien, emosi, keyakinan terhadap

kesehatan dan nilai-nilai pasien. Konsep penyembuhan adalah pusat untuk 

keperawatan holistik. Perawatan holistik mengurangi ketidaknyamanan dan

meningkatkan makna kehidupan seumur hidup dan potensi pribadi (Cowling,

2000).

Keperawatan Gawat darurat adalah pelayanan profesional ilmu

keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua

kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat

urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana.

B. Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat

Peran dan Fungsi Perawat Gawat DaruratPerawat gawat darurat

memiliki berbagai tanggung jawab sebagai berikut(Tscheschlog & Amy,

2015):
1. Menjadi advokat

Perawat sebagai advokat pasien memiliki banyak tanggung

jawab sepertimelindungi hak pasien, membantu pasien

mengambil keputusan denganmemberikan pengajaran dan

dukungan, bernegosiasi dengan timperawatan kesehatan

lainnya atas nama pasien, memberi tahu pasiententang

rencana perawatan, mengadvokasi kunjungan fleksibel di

UGD,menghormati dan mendukung keputusan pasien,

melayani sebagaipenghubung antara pasien, keluarga pasien,

dan anggota tim perawatankesehatan lainnya, menghormati nilai

dan budaya pasien, serta bertindakdemi kepentingan terbaik

pasien.

2. Menerapkan clinical judgement

Clinical judgement perlu dilakukan oleh perawat

gawat darurat dalamlingkungan yang serba cepat dan

penuh tekanan. Untuk melakukanclinical judgement

diperlukan keterampilan berpikir kritis yang

dapatmemungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan pasien

sehingga dapatmengambil keputusan yang baik untuk

menentukan tindakan atauintervensi keperawatan mana yang

paling sesuai dengan kebutuhan pasien.

3. Mendemonstrasikan praktik caring


Praktik caring yang dimaksud adalah penggunaan

lingkungan terapeutikdan penuh kasih untuk fokus pada kebutuhan

pasien. Meskipun perawatandidasarkan pada standar dan

protokol yang berlaku, hal ini juga harusbersifat individual

untuk setiap pasien. Praktik keperawatan caring inimelibatkan

perawat untuk menjaga lingkungan yang aman,

berinteraksidengan pasien dan keluarganya secara penuh kasih

dan hormat selamamasa inap di UGD, serta memberi dukungan

pada keluarga saat pasienmeninggal

4. Berkolaborasi bersama tim multidisiplin

Kolaborasi dapat memungkinkan tim perawatan

kesehatan untukmenggunakan semua sumber daya yang tersedia

untuk pasien agar hasi yang didapat menjadi lebih optimal. Tim

perawatan kesehatan ini bersifatmultidisiplin yang di mana setiap

anggota menyumbangkan keahliannya,salah satunya perawat

gawat darurat yang mungkin akan sering menjadikoordinator tim

kolaboratif tersebut.

5. Mendemonstrasikan pemahaman tentang keragaman budaya

Bagian penting dari perawatan berkualitas tinggi

adalah mengakui danmenghormati keyakinan budaya

pasien, sebab budaya menggambarkanbagaimana cara

seseorang hidup dan berperilaku dalam kelompok sosial.Oleh

karena itu, komponen-komponen budaya seperti agama, gaya


hidup,susunan keluarga, status ekonomi, usia, jenis kelamin, dan

nilai-nilai padapasien dapat diintegrasikan ke dalam rencana

perawatan.

6. Memberikan pengajaran kepada pasien dan keluarga

Sebagai edukator, perawat gawat darurat memiliki

tanggung jawab untukmemberi pengajaran pada pasien dan

keluarganya tentang penyakit pasien,pentingnya mengelola

gangguan komorbiditas, tes diagnostik danlaboratorium,

prosedur bedah yang direncanakan, instruksi

perawatantertentu, obat-obatan yang diresepkan, pencegahan

penyakit dan cedera,serta instruksi perawatan di rumah dan

rencana tindak lanjut.

Perawat yang memiliki spesialisasi dalam keperawatan gawat

daruratmemiliki peran dan fungsi sebagai berikut (Kurniati, Trisyani, &

Theresia, 2018):

1. Pemberi pelayanan kesehatan

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan secara

langsung merawatpasie dan keluarga yang membutuhkan

intervensi keperawatan karenamengalami berbagai masalah

gangguan kesehatan. Masalah kesehatantersebut dapat berupa

sakit akut, kritis, maupun cedera. Pada peran ini,perawat

memberikan asuhan dengan melakukan triase,


memprioritaskanpasien, melakukan resusitasi dan mengelola

kondisi krisis (Nusdin, 2020).

2. Manajer klinis

Peran perawat sebagai manajer klinis atau

administrator yaitu dapatmengelola sumber daya keperawatan

dengan tujuan untuk meningkatkanmutu dan kualitas pelayanan

kesehatan gawat darurat menjadi lebih baikdan optima

3. Edukator

Perawat gawat darurat berperan sebagai pendidik

yang memberikanpendidikan kesehatan sebagai upaya

peningkatan kesehatan danpencegahan injury melalui suatu

program kesehatan pada masyarakat,memberikan pengajaran

kepada pasien dan keluarganya sebagai upayapeningkatan

kesejahteraan pasien, serta memberikan bimbingan

klinikkepada perawat dan peserta didik keperawatan.

4. Peneliti

Perawat gawat darurat sebagai peneliti memiliki tugas

untuk melakukanpenelitian di lingkup kesehatan terkait

pelayanan keperawatan gawatdarurat dan melakukan

evidance-based practice. Hasil penelitianditerapkan sebagai

tindakan atau intervensi untuk mengatasi masalahkesehatan

yang dialami oleh pasien (Nusdin, 2020).

5. Praktik kolaboratif
Perawat gawat darurat sebagai salah satu anggota dalam

tim pelayanankesehatan yang bersifat multidisiplin memiliki peran

untuk membangunkerja sama antar profesi sehingga dapat

melakukan praktik kolaboratifyang dapat mencapai tujuan

pelayanan kesehatan yang optimal

Peran dan fungsi perawat gawat darurat tersebut tidak hanya

dapatdilakukan di unit gawat darurat, melainkan dapat juga

dilakukan di lingkupmasyarakat. Di Indonesia, terdapat Pengembangan

Sistem Penanggulangan GawatDarurat Terpadu (SPGTD) sebagai sistem

penanganan gawat darurat yangbertujuan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan terkait kondisi gawat darurat.Pelaksanaan sistem tersebut dapat

berhasil apabila pelayanan keperawatan gawatdarurat dapat ditingkatkan

dalam ruang lingkup masyarakat. Dalam hal ini,perawat gawat

darurat dapat ditugaskan pada bagian pelayanan primer atauperawat

gawat darurat dua ambulans gawat darurat. Dengan

demikian,pemahaman masyarakat tentang penanganan kondisi gawat

darurat menjadimeningkat sehingga dapat memunculkan respons

penanggulangan ataupenanganan yang cepat dan tepat (Kurniati, Trisyani, &

Theresia, 2018).

C. Proses Keperawatan Pada Area Gawat Darurat

1. Pengkajian berdasarkan pada sistem triage. Setelah primarisurve dan

intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat diberikan oleh

pasien adalah faktor kritikaldalam penentuan perawatan yang sesuai. Jika


pasien tidak dapat meberikan informasi, keluarga atau teman bisa menjadi

sumber data sekunder. AMPLE memonic dapat digunakan sebagai

penggingat informasi komponen penting yang harus didata:

a. Allergie ( alergi )

b. Medication ( pengobatan : termasuk frekuensi, dosis, dan rute )

c. Past medical histori ( riwayat medi, lalu seperti diabetes, masalah

kardivaskuler atau pernapasan )

d. Oral inteks ( obat terakhir yang dikomsumsi )

e. Events ( kejadian-kejadian ) keluhan utama, deskripsi gejala,

mekanisme trauma. Setelah primary surve dan riwayat pasien lengkap,

surve umum, tanda-tanda vital dan pengkajian fisik head to toe harus

dilakukan.

2. Analisa dan perencanaan Analisa yang tepat akan menunjang perumusan

diagnosa keperawatan yang tepat serta intervensi sesuai protokol triage.

Dibawah ini adalah masalah –masalah diagnosa keperawatan atau

kolaborasi yang secara sering ditemukan pada pasien gawat darurat :

a) Tidak efektif nya bersihan jalan nafas berhubungan dengan opstruksi

trakeo bronkial, sekret paru.

b) Kecemasan berhubungan dengan penyakit mengancam jiwa atau

troma seperti amputasi, laserasi berat.

c) Tidak efktifnya pola napas berhubungan dengan troma dada,

overdosis obat, gangguan neurologis.


d) Penurunan curah jantung penurunan aliran balik vena, gangguan

jantung disebakan oleh listrik atau penyebab mekanik seperti tampona

nadi jantung.

e) Tridak efektifnya koping individu berhubungan dengan amputasi tiba-

tiba.

f) Keputusasaan berhubungan dengan troma tulang spinal menyebabkan

paraplegia.

g) Nyeri berhubungan dengan troma, iskemia.

h) Ketidak berdayaan berhubungan dengan hilangnya kontrol ketika tes

dianostik multiple.

i) Sindrom troma perkosaan berhubungan dengan penganiayaan seksual

menyebabkan penghinaan, marah dan takut akan kehamilan

j) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interuksi aliran arteri

dan vena disebabkan oleh trauma.

3. Evaluasi Yang dilakukan diruang gawat darurat meliputi evaluasi tentang

pelaksanaan triage, keadaan dan status kesehatan pasien, dokumentasi

dilakukan setiap tindakan selesai atau selama perawatan diunit gawat

darurat dan evaluasi dengan cara sujebtif , objektif , analisa dan planning (

SOAP ).

D. Efek Kondisi Gawat Darurat Terhadap Pasien Dan Keluarga

1. Efek Kondisi Kegawat daruratan terhadap pasien

a. Efek Psikologis :

1) Stres akibat kondisi penyakit


2) Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian) c.

Perasaan isolasi

3) Depresi

4) Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional

Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa penelitian

kualitatif pada pasien yang dirawat diruang ICU menemukan bahwa

pasien mengalami stres yang berhubungan dengan tiga tema besar,

yaitu:

1) Stres berkaitan dengan tubuh mereka

Stres berkaitan dengan tubuh : menurunnya kontrol

terhadap diri sendiri, reaksi emosi berkaitan dengan prosedur

tindakan, dan loss of meaning (kehilangan makna hidup). 2.

2) Stres berkaitan dengan ruangan ICU

Stres berkaitan dengan ruangan ICU : situasi ang ada di

ICU seperti terpasang selang dimulut dan dihidung (OPA, NPA,

OGT, NGT), tempat tidur yang tidak nyaman, keterbatasan gerak

karena alat yang terpasang 6 ditubuh, sulit tidur, tidak mampu

berkomunikasi, lampu yang terang dan hidup terus menerus,

kebisingan dari suara alat-alat yang ada diruang ICU, tidak adanya

privacy (laki-laki dan perempuan berada pada satu ruangan yang

sama).

3) Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain


Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain

terutama keluarga : terbatasnya waktu bersama dengan keluarga,

tidak mampu berkomunikasi

b. Efek Non Psikologis :

1) Ketidakberdayaan

2) Pukulan (perubahan) konsep diri

3) Perubahan citra diri d. Perubahan pola hidup

4) Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien,

kesejahteraan pasien dan keluarga)

5) Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi

2. Efek Kondisi Kegawat daruratan terhadap pasien

a. Efek Psikologis

1) Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur

penanganan

2) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien

(anggota keluarga)

3) Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)

b. Efek Non Psikologis

1) Perubahan struktur peran dalam keluarga

2) Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga

3) Terbatasnya komunikasi dan waktu Bersama


4) Masalah financial keluarga

5) Perubahan pola hidup keluarga

E. Isu End Of Life Leperawatan Gadar

End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif

yangdiperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.End of

lifecarebertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik- baiknya

danmeninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). End of life careadalah salah

satukegiatan membantu memberikan dukungan psikososial danspiritual

(Putranto,2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life caremerupaka

salah satutindakan keperawatanyang difokuskan pada orang yangtelah berada

di akhirhidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat oranghidup dengan

sebaik- baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.

1. Prinsip Prinsip End Of Live

Menurut NSWH Healt (2005) prinsip end of life antara lain :

a. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian

Tujuan utama dari perawatan adalah menpertahankan

kehidupan,namun ketika hidup tidakdapat dipertahankan, tugas

perawatan adalahuntuk memberikankenyamanan dan martabat

kepada pasien yangsekarat, dan untukmendukung orang lain

dalam melakukannya.
b. Hak untuk mengetahui dan memilih

Semua orang yang menerima perawatankesehatan

memiliki hakuntuk diberitahu tentang kondisi mereka dan

pilihan pengobatanmereka.Mereka memiliki hak untuk

menerima atau menolak pengobatan dalam memperpanjang

hidup.Pemberi perawatanmemilikikewajiban etika dan hukum

untuk mengakui dan menghormati pilihan- pilihan sesuai

dengan pedoman.

c. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam

mempertahankanhidup

Perawatan end of life yang tepat harus bertujuan

untukmemberikan pengobatan yang terbaik untuk individu. Ini

berarti bahwa tujuan utama perawatan untuk mengakomodasi

kenyamanan dan martabat, makamenahan atau menarik

intervensi untuk mempertahankan hidup

mungkindiperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien

yang sekarat.

d. Sebuah pendekatan kolaboratif

Dalam perawatan Keluarga dan tenagakesehatan

memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk

membuatkeputusan bagi pasien yang kurang bisadalam

pengambilan keputusan,dengan mempertimbangkan keinginan

pasien.
e. Transparansi dan akuntabilitas

Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima

perawatan,dan untuk memastikan bahwa keputusan yang

tepatdibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya

harus dijelaskankepada para pasien dan akurat

didokumentasikan

f. Perawatan non diskriminatif

Keputusan pengobatan pada akhir hidup harusnon-

diskriminatifdan harus bergantung hanya pada faktor-faktor

yangrelevan dengankondisi medis, nilai-nilai dan keinginan

pasien.

g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan tidak berkewajibanuntuk memberikan

perawatan yang tidak rasional, khususnya, pengobatanyang

tidak bermanfaat bagi pasien.Pasien memiliki hak untuk

menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan

memiliki tanggung jawabuntuk memberikan pengobatan yang

sesuai dengan norma-norma profesional dan standar hukum8.

Perbaikan terus-menerusTenaga kesehatan memiliki kewajiban

untuk berusaha dalammemperbaiki intervensi yang diberikan

pada standar perawatan end oflife baik kepada pasien maupun

kepada keluarga

2. Kriteria End of Life


Teori Peacefull EOL ini berfokus pada beberapa kriteria utama

dalam perawatan end of life pasien yaitu :

a. Terbebas dari NyeriBebas dari penderitaan atau gejala disstres

adalah halyang utamadiinginkan pasien dalam pengalaman

EOL (The Peaceful EndOf Life). Nyeri merupakan

ketidaknyamanan sensori atau pengalamanemosi yang

dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan

jaringan(Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms,

1979).

b. Pengalaman Menyenangkan Nyaman atau perasaan

menyenangkandidefinisikan secarainclusive oleh Kolcaba

(1991) sebagai kebebasandariketidaknyamanan, keadaan

tenteram dan damai


Dapus

Triyoga, Hana. 2012. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. P Dengan Asma di

IGD RSUD Sragen. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Yudi, Yota. 2015. Gambaran Tingkat Kesadaran Perawat Dalam Melakukan Dokumentasi

Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Universitas Indonesia

Krisanty, p, et al. 2009. Ed. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV Trans Info

Media, 103-105

Simamora, R. H. (2019). Development of Guidelines for Applying appropriate Patient

Identification to Achieve Patient Safety Goal. INC2019 12th International Nursing

Conference. 2019.10 455 - 455 (1 pages) UCI(KEPA) : I410-ECN-0101-2019-512-

001224337

……

Friedman, et al. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik. Edisi 5.

Jakarta: EGC 2.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta:

Suryani. (2012). Aspek Psikososial dalam Merawat Pasien Kritis [Converence Paper].

Universitas Padjajaran

….

Mardiyono. 2018. Perawatan End of Life Instalasi Gawat Darurat .

UniversitasMuhammadiyah

Yogyakartahttp://blog.umy.ac.id/ararindjani/2018/09/04/perawatan-end-of-life-di-

instalasi-gawat-darurat/diakses pada tanggal 22 mei 2019

Anda mungkin juga menyukai