Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA

“Konseptual Model Praktik Keperawatan Keluarga”

Dosen Pembimbing:

Ns. Tini, S. Kep., M. Kep

NAMA KELOMPOK 2 :

Feri Febrian Aristia : P07220422049

Galang Teges P : P07220422029

Siti Aysah : P07220422075

Yusnita Kambuno : P07220422061

PRODI NERS POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR
2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya  sehingga penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah “Keperawatan Keluarga”

dengan judul “Makalah “Konseptual Model Praktik Keperawatan Keluarga”

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga

yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas makalah

ini.

Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat

memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Tidak lupa pula kami

mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan

banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Samarinda, 11 Agustus 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Model Keperawatan Keluarga..........................................................3


B. Jenis Model Keperawatan................................................................4
C. Konsep Strutur dan Fungsi Keluarga...............................................10
D. Konsep Interaksi Keluarga...............................................................19

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................25
B. Saran.................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik keperawatan keluarga sangat berkaitan dengan pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada seorang klien. Praktik keperawatan keluarga

didasarkan pada komponen – komponen penting yang ada sehingga saat

melakukan praktik keperawatan akan meminimalisir resiko yang mungkin saja

terjadi. Praktik keperawatan keluarga tentunya dilakukan oleh seorang perawat

yang telah lulus bersekolah di perguruan tinggi yang telah mendapatkan ilmu –

ilmu keperawatan sebagai dasar atau pedoman di dalam melakukan tindakan

keperawatan. Kualitas pengobatan atau kesembuhan seorang pasien bergantung

kepada perawat karena memegang peranan penting terhadap kesembuhan

pasien. Perawat setiap hari akan bertemu langsung dengan pasien sehingga

ketika terjadi hal – hal yang aneh atau masalah lainnya itu semua adalah

tanggung jawab seorang perawat. Oleh karena itu, perawat harus memberikan

pelayanan yang bermutu, berkualitas, dan terbaik kepada pasien. Namun

demikian, tidak seperti yang kita bayangkan.

Kebanyakan perawat belum bisa melakukan hal itu dengan baik.

Mereka memberikan pelayanan terutama dalam asuhan keperawatan kepada

klien tidak didasarkan bukti – bukti atau mengikuti budaya saja yang

diketahuinya tanpa ada sumber – sumber bukti yang kuat dalam membuktikan

1
2

pelayanannya yang ia berikan. Hal ini mungkin akan beresiko terhadap pasien.

Intervensi yang tidak didasarkan pada pengalaman atau bukti – bukti yang

mendukung dan relevan dengan pasien akan membahayakan jiwa pasien

karena perawat sendiri kurang aspek pengetahuan serta keterampilan dalam

menyelesaikan kondisi klinis pasien. Oleh sebab itu, pengumpulan bukti –

bukti, pengalaman dalam tindakan keperawatan keluarga, keterampilan serta

pengetahuan sangat penting dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan

berkualitas bagi seorang pasien.

adapun Konseptual Model Praktik Keperawatan Keluarga menekankan

kepada perawat agar profesional dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada keluarga yang akan di rawat. Profesional seorang perawat akan

memberikan keuntungan bagi pasien. Perawat harus menerapkan konsep

Model Praktik Keperawatan Keluarga di dalam praktik keperawatan karena

konsep ini akan memberikan kefektivitasan dalam menangani segala

permasalahan yang ada berdasarkan bukti – bukti hasil riset penelitian yang

telah dilakukan berdasarkan penelitian.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Model KeperawatanKeluarga.

2. Bagaimana Konsep struktur dan fungsi keluarga

3. Bagaimana Konsep interaksi keluarga

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan Pengertian Model Keperawatankeluarga

2. Menjelaskan Konsep struktur dan fungsi keluarga


3

3. Menjelaskan Konsep interaksi keluarga


BAB II

PEMBAHASAN

A. Model keperawatan keluarga

Model keperawatan adalah jenis model konseptual yang

menerapkan kerangka kerja konseptual terhadap pemahaman keperawatan

dan bimbingan praktik keperawatan. Model konseptual keperawatan

menguraikan situasi yang terjadi dalam suatu lingkungan atau stresor yang

mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang

adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model

konseptual keperawatan mencerminkan upaya menolong orang

tersebutmempertahankan keseimbangan melalui pengembangan

mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stressor ini.

Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area

fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia

sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang

bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan

sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga

dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya

dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah

keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor

penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang

(klien)

4
5

Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai

mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan

kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan

fokus penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat

berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif manusia,

subsistem perilaku atau aspek komplementer.

1. Teori keperawatan dan model konseptual

a. Orientasi system.

- system periaku dari Johnson

- model konseptual system dari Neuman

b. Orientasi perkembangan.

- model konseptual perawtan diri dari Orem

c. Orientasi interaksi dan system.

- model adaptasi dari Roy

- model system terbuka dari King

d. Orientasi system dan perkembangan.

- model proses kehidupan dari Roger.

B. Jenis Model Keperawatan

1. Model Sistem dari Neuman.

Betty Neuman mandefinisikan manusia secara utuh merupakan

gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi

Neuman manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks


6

yang dinamis dan fisiologis,sosiokultural dan variabel perkembangan

yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka

manusia berinteraksi,beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh

lingkungan yang digambarkan sebagai stressor. Lingkungan internal

terdiri dari segala sesuatuyang mempengaruhi (intrapersonal) yang

berasal dari dalam diri klien.

Lingkungan eksternal terdiri dari segala sesuatu yang berasal

dari luar diri klien (interpersonal). Pembentukan lingkungan

merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang

aman,yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang didasari maupun

yang tidak didasari. Tiap lingkungan memiliki kemungkinan

terganggu oleh stressor yang dapat merusak sistem. Model Neuman

mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal.

           Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia

secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu,

keluarga dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat

kesehatan ang optimal. Perawat mengkaji, mengatur dan

mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel

yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Tindakan perawat

terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan

primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui

identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual terjadi

akibat stressor tertentu. Pencegahan sekunder berfokus pada


7

penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas

dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak. Sedangkan

pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari

pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan

tubuh terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk

membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama

Pada publikasi Neuman taun 1970-an tentang model sistemnya,

ia tidak membahas keluarga. Dalam komplikasi akhir dari bab tentang

model ini Neuman, disunting oleh Neuman (1982) model terwsebut

diperluas yang berhubungan dengan keluarga sehingga penerima

asuhan kepeerawatan termasuk keluarga. Dua bab dari naskah yang

terakhir ini menerapkan model dari Neuman untuk system keluarga

(Reed, 1982) dan terapi keluarga (Goldblum-Graff dan Greff, 1982).

Dalam bab ini keluarga diuraikan sebagai target yang tepat baik untuk

pegkajian dan intervensi perimer, sekunder dan tersier. Proses

keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori keluarga dan

praaktik. Keperawatan (Faw Cett, 1984). Belakangan ini Mischke-

Berkey dkk (1989) dengan tekun mengadaptasi model dari Neuman

untuk digunakan dalam pengkajian dan intervensi keluarga. Model

dari Neuma karena konsep keluarga telah diidentifikasi dan

diterapkan, tampak agak bermanfaat untuk membimbing praktik

keperawatan keluarga.
8

2. Model Konseptual Perawatan Diri dari Orem.

Teori orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan dari,

system perawatan berorientasi pada individu.individu (klien) dianggap

sebagai penerimaan asuhan kepaerawatanyang utama. Keluarga

dipandang sebagai factor syarat dasar bagi anggota keluarga (klien)

atau sebagai kontek utama di mana individu berfungsi. Perawat juga

membantu memberi perawatan yang tidak mandiri (anggota keluarga

dewasa yang merawat individu yang tidak mandiri) dan dalam

melaksanakan tugas ini mereka diaggap sebagai individu dari pada

keluarga atau subsistem keluarga (Orem, 1983).

Orem tidak mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga

dapat di gabungkan ke dalam model praktik perawatan tersebut.

Tadyah 1985, akan tetapi, melaksanakan tugas untuk menguraikan

bagaimana struktur, fungsi dan perkembangan keluarga dapat

diartikulasika dengan model dari Orem. Karena unit analisis

membedakan antara dua teori tersebut, artikulasi yang diuraikan

Tadych tersebut bersifat pelengkap meskipun filosofi perawatan diri

cukup relevan dengan keperawatan keluarga, konsep saat ini dari

Orem tidak memberikan konsep mendasar untuk bekerja dengan

keluarga sebagai klien. Chin,1985. mengatakan bahwa satu alasan

mengapa terdapat kekurangan dari kemampuan penerapan model dari

orem pada keluarga sebagai sebuah unit adalah bahwa syarat-syarat

perawatan diri bagi keluarga berbeda dengan untuk individu. Hal ini
9

tentunya merupakan suatu kemajuan dalam upaya untuk

menggunakan syarat-syarat perawatan diri yang berorientasi pada

individu dari Orem untuk mengkaji keluarga. Upaya-upaya

selanjutnya seperti ini sangat diperlukan, seingga teori Orem akan

lebih bermanfaat untuk beerja dengan keluarga sebagai klien.

3. Model System Terbuka dari King.

King memandang keluarga sebagai system social dan konsep

utama dalam modelnya. Keluarga diperlukan baik sebagai kontek

maupun klien. King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan

bermanfaat bagi perawat bila terpanggil untuk membantu keluarga

dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatasi masalah atau

keadaan sakit (1983 hal. 1982).

King terus menguraikan modelnya sebagai perawat pembantu

untuk membantu anggaota keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi

maslah dan megambil keputusan, karena model tersebut beroriantasi

padasistemdan intervensi dengan perluasan isi keluarga yang lebih

jauh, model tersebut cukup bermanfaat dalam keperawatan keluarga.

4. Model Adaptasi dari Roy.

Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu, kelompok,

organisasi, social, serta komunitas dapat dijadikan unit analisisdan

focus praktik keperawatan, karena para perawat mengkaji orang

sebagai system yang adaptif, meraka perlu mengkaji keluarga bila

keluarga merupakan focus perawatan. Intervensi keperawatan


10

mempertinggi stimulasi (fokal, konstektual dan residual) untuk

meningkatkan adaptasi dari system keluarga (Roy 1983,hal 275).

Perbaikan da perluasan konsep keluarga lebih lanjut sangat

diperlukan,tetapi terdapat kongruensi dan aplikabilitas yang mendasar

dari model ini keperawatan keluarga Karena itu teori adaptasi dati

Roy tampaknya juga tetap menjanjikan dalam batasan menguraikan

atau menjelaskan fenomena keperawatan keluarga,padahal Roy

mengatakan bahwa masalah keperawatan melibatkan mekanisnme

koping yang tidak efektif, yang menyebabkan respon yang tidak

efektif, merusak integritas individu tersebut. Gagasan ini dapat

diperluas hingga keunit keluarga dimana pola koping keluarga yang

tidak efektif menimbulkan masalah-masalah yag berubungan dengan

fungsi keluarga (Mc Cubbin dan Figley, 1983). Masalah teori ini

menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien

dalam menipulasi lingkungan mereka, kedua gagasan tersebut

memiliki arti yang penting daam kesehatan.

5. Model Proses Kehidupan dari Roger.

Dalam teori Roger, focus dari keperawatan adalah pada proses

kehidupan umat mausia. Tujuan dari keperawatan adalah untuk

meningkatkan interaksi simfonis anatara manusia dan lingkungannya

(Meleis 1985). Dalam-dalam tulisan yang terdahulunya dari tahun

1970 hingga 1980, roger tidak berbicara tentang keluarga. Tetapi pada

tahun1983 Roger menegaskan bahwa model konseptualnya dapat


11

diterapkan pada keluarga sama seperti pada induvidu. Bagi Roger,

keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang energi keluarga

yang tidak bisa dikurangi, bersifat empat dimensi,negentropik, yang

menjadi focus studi dalam keperawatan.Wall (1981) secara jelas

memperlihatkan kongruensi dan aplikabilasi teori Roger untuk

pengkajian keluarga yang mengilustrasikan hal ini dengan

menggunakan konsep Roger tentang saing melengkapi, resonansi dan

helicy untuk meguraikan system keluarga. Peninggalan Roger ini

secara jelas dikaitkan dengan teori sistem umum dan karena orientasi

ini maka ada suatu kesesuaian antara teori keperawatan dari Roger dan

keperawatan keluarga.

C. Konsep Struktur Dan Fungsi Keluarga

1. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi: bersifat terbuka dan

jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif.

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi social yang diberikan


12

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual)

dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk

merubah perilaku orang lain kearah positif.

d. Struktur Peran Keluarga

Peran-peran keluarga sangat penting, dan merupakan peran

sentral yang setiap orang harus dipelajari agar dapat dimainkan

secara sukses, sedangkan untuk berfungsinya individu secara

sukses melainkan juga keberhasilan fungsi keluarga.

e. Peran formal

Yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny

keluarga membagi peran secara mereka kepada anggota keluarga

seperti cara masyarakat membagi peran-perannya. Peran formal

yang biasa dalam keluarga yaitu peran sebagai peran pencari

nafkah, ibu rumah tangga pengasuh dan lain-lain.

f. Peran informal

Peran informal mempunyai tuntuan yang berbeda tidak

terlalu didasarkan pada atribut-atribut /kepribadian anggoata

keluarga ondividual. Dengan demikian, seorang anggota keluarga

mungkin menjadi penengah, berupaya mencari penyelesaian

apabila ada anggota keluarga yang konflik.


13

g. Nilai dan norma

Nilai adalah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai

pedoman umum bagi perilaku dan dalam keluarga niali-nilai

tersebar membimbing perkembangan aturan-aturan dan nilai-nilai

keluarga yang lebih spesifik daripada norma-norma keluarga.

Norma adalah rasa perilaku yang dianggap menjadi tahu

dari masyarakat tertentu dan pola-pola perilaku semacam ini

didasarkan pada nilai-nilai keluarga dan itu merupakan modal

perilaku.

2. Fungsi keluarga

Menurut Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar

keluarga, yaitu

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif

berhubungan fungsi internal keluarga diantaranya perlindungan

psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah

penelitian penting dilakukan untuk memastikan pengaruh positif

kepribadian yang sehat dan ikatan keluarga pada kesehatan serta

kesejahteraan individu.
14

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan

menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta

memberikan status pada anggota keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama

beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga

memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada

keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab

mencari sumber-sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk

meningkatkan status kesehatan klien.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Yaitu menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian,

tempat tinggal, perawatan kesehatan. Fungsi keperawatan

kesehatan bukan hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun

fungsi yang mengemban fokus sentral dalam keluarga yang

berfungsi dengan baik dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi

perawatan kesehatan bagi semua anggota keluarga dapat sulit

akibat tantangan eksternal dan internal. Pratt (1976, 1982)


15

menunjukan bahwa alasan keluarga mengalami kesulitan

memberikan perawatan keluarga bagi anggota mereka terletak

pada (a) struktur keluarga dan (b) sistem pelayanan kesehatan.

Pratt meneukan bahwa saat keluarga memiliki asosiasi yang luas

dengan organisasi, terlibat dalam aktivitas umum, dan

menggunakan sumber komunitas, mereka memanfaatkan

pelayanan perawatan kesehatan dengan lebih cepat. Selain itu

praktik kesehatan personal meningkat saat suami secara aktif

terlibat dalam urusan internal keluarga , termasuk masalah yang

berkenaan dengan sistem pelayanan kesehatan.

Undang-undang No.10 tahun 1992 membagi fungsi

keluarga menjadi 8, yaitu :

a. Fungsi keagamaan

1) membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan

hidup seluruh anggota keluarga

2) menerjemahkan ajaran dan norma agama ke dalam tingkah

laku hidup sehari-hari bagi seluruh angggota keluarga

3) memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari

dalam pengalaman ajaran agama

4) melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang

keagamaan yang tidak/kurang diperoleh disekolah atau

masyarakat

5) membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan beragama.


16

b. Fungsi budaya

1) membina tugas keluarga sebagai sarana untuk meneruskan

norma budaya masyarakat dan bangsa yang ingin

dipertahankan

2) membina tugas keluarga untuk menyaring norma dan

budaya asing yang tidak sesuai

3) membina tugas keluarga sebagai sarana anggotanya untuk

mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh

negatif globalisasi dunia

4) membina tugas keluarga sebagai sarana bagi anggotanya

untuk mengadakan kompromi/adaptasi dan praktik

(positif) serta kehidupan globalisasi dunia

5) membina budaya yang sesuai, selaras, dan seimbang

dengan budaya masyarakat/bangsa untuk menunjang

terwujudnya norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

c. Fungsi cinta kasih

1) menumbuhkembangkan potensial simbol cinta kasih

sayang yang telah ada diantara anggota keluarga dalam

simbol nyata, seperti ucapan dan tingkah laku secara

optimal dan terus menerus

2) membina tingkah laku, saling menyayangi di antara


17

anggota keluarga maupun antara keluarga yang satu dan

yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif

3) membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi

dan uhkrawi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan

seimbang

4) membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang

mampu memberika dan menerima kasih sayang sebagai

pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera.

d. Fungsi perlindungan

1) memenuhi kebutuhan akan rasa aman di antara anggota

keluarga. Bebas dari rasa tidak aman yang tumbuh dari

dalam maupun dari luar keluarga

2) membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis

dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang

dari luar maupun dalam

3) membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan

keluarga sebagai modal menuju Keluarga Kecil Bahagia

dan Sejahtera.

e. Fungsi reproduksi

1) membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun

keluarga sekitarnya
18

2) memberikah contoh pengalaman kaidah-kaidah

pembentukan keluarga dalam hal usia, kedewasaan fisik

dan mental

3) kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan

dengan waktu melahirkan, jarak antara kelahiran dua

anak, dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam

keluarga

4) mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai

modal yang kondusif menuju Keluarga Kecil Bahagia

dan Sejahtera

f. Fungsi sosialisasi

1) menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan

keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak

yang pertama dan utama

2) menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan

keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari

pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang

dijumpainya baik dilingkungan masyarakat maupun

sekolahnya.

3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang

hal yang perlu dilakukannya untuk meningkatkan

kematangan dan kedewasaan baik fisik maupun mental,

yang tidak/kurang diberikan lingkungan sekolah maupun


19

masyarakat

4) membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi

dalam keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif

bagi anak, tetapi juga bagi orang tua untuk

perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju

Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

g. Fungsi ekonomi

Adalah melakukan kegiatan ekonomi baik di luar

maupun di dalam kehidupan keluarga dalam rangka

menopang perkembangan hidup keluarga, mengelola

ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselamatan,

dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran

keluarga, mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar

rumah dan perhatiannya terhadap anggota rumah tangga

berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang, membina

kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

h. Fungsi pelestarian lingkungan

Adalah membina kesadaran dan praktik pelestarian

lingkungan internal keluarga, membina kesadaran, sikap, dan

praktik pelestarian lingkungan hidup eksternal keluarga,

membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian


20

lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang antara

lingkungan keluarga dan lingkungan hidup sekitarnya

D. Konsep Interaksi Keluarga

1. Pola Interaksi Keluarga

Proses interaksi dalam keluarga merupakan salah satu bentuk

dari interaksi sosial yang bersifat primer. Interaksi sosial dalam

keluarga yang bersifat primer ini ditandai dengan adanya hubungan

antara anggota keluarga. di dalam interaksi primer terdapat interaksi

sosial yang lebih intensif dan anggota-anggotanya sering berhadapan

muka serta saling mengenal lebih dekat, sehingga hubungannya lebih

erat.

Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Brian

dalam kutipan Pratikto, salah satunya adalah komunikasi orangtua

dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak

dalam satu ikatan keluarga di mana orangtua bertanggung jawab

dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan

anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama

terhadap sesuatu hal dimana antara orangtua dan anak berhak

menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan

interpersonal antara orangtua dan anak muncul melalui transformasi

nilai-nilai. Transformasi nilai dilakukan dalam bentuk sosialisasi.

Pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak orangtua adalah

membentuk kepribadian anak-anaknya dengan menanamkan nilai-


21

nilai yang dianut oleh orangtua. Hal yang dilakukan orangtua pada

anak di masa awal pertumbuhannya sangat mempengaruhi berbagai

aspek psikologis anak-anak

2. Jenis interaksi keluarga

a. Interkasi antara suami dan istri

Interaksi sosial antara suami dan istri selalu saja terjadi

dimana dan kapan sajaa, interkasi social dengan intensivitas yang

tinggi terjadi di dalam kehidupan berumah tangga, pasangan

suami istri selalu mendambakan kehangatan cinta dari lawan

jenisnya, oleh karena itu mereka berusaha mencari sikap dan

perilaku yang dapat mengantarkan kepada kehangatan cinta. Ada

beberapa langkah yang dapat mengantarkan pasangan suami istri

kepada kehangatan cinta yaitu: ungkapan cinta, efek sentuhan,

beri bantuan, siap dengan dukungan, jangan pelit pujian,

munculkan segala kebaikannya, sisihkan waktu berdua, panggilan

khusus, dan dengarkan.

Sri Lestari juga berpendapat bahwa terdapat sepuluh aspek

yang membedakan antara pasangan yang bahagia dan yang tidak

bahagia, aspek tersebut antara lain:

1) Komunikasi

2) Flesibelitas

3) Kedekatan

4) Kecocokan kepribadian
22

5) Resolusi konflik

6) Relasi seksual

7) Kegiatan diwaktu luang

8) Keluarga dan pengolahan

9) Keuangan

10) Keyakinan spiritual

b. Interaksi Ayah Ibu dan Anak

Interaksi antara ayah, ibu dan anak atau dengan kata lain

interaksi antara orang tua dan anak adalah proses interaksi yang

terjadi antara ayah, ibu dan anak, interaksi antara orang tua dan

anak sangat berkaitan erat dengan proses penerimaan pendidikan

pada anak. penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat yang

mengatakan bahwa anak-anak menjalani proses tumbuh dan

berkembang dalam suatu lingkungan dan hubungan, pengalaman

anak sepanjang waktu bersama orang-orang yang mengenal

mereka dengan baik, serta berbagai karakteristik dan

kecenderungan yang mulai mereka pahami merupakan hal-hal

pokok yang mempengaruhi perkembangan konsep dan

kepribadian sosial mereka, dengan demikian seorang anak

memerlukan hubungan yang berkualitas baik dalam

perkembangannya, hubungan tersebut dapat meliputi:

penyesuaian kesejahteraan, perilaku sosial dan tranmisi nilai.


23

Kualitas hubungan antara orang tua dan anak merefleksikan

tingkatan dalam hal kehangatan, rasa aman, kepercayaan, efeksi

positif dan ketanggapan dalam hubungan mereka. Kehangatan

menjadi komponen mendasar dalam hubungan orang tua dan anak

yang dapat membuat anak merasa dicintai dan mengembangkan

rasa percaya diri, rasa aman merupakan dimensi dalam hubungan

yang berkembang karena interaksi yang berulang yang

memperlihatkan adanya kesiagaan, kepekaan dan ketanggapan

c. Interaksi Antar Ibu dan Anak

Cinta seorang ibu keapada anaknya adalah cinta sejati dan

tidak pernah berubah sampai kapan pun, pada umumnya

pendekatan pendidikan yang sering dilakukan dalam satu

keluarga berkisar pada pendekatan individual, pendekatan

emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional dan

pendekatan keagamaan.

Dipahami bahwa hubungan antara ibu dan anak tidak hanya

terjadi pasca kelahiran anak, tetapi sudah berlangsung ketika

seorang anaka msih dalam kandungan ibu, hubungan yang terjadi

antara ibu dengan anak bersifat fisiologis dan psikologis. Secara

fisiologis makanan yang dimakan oleh ibu yang sedang hamil

akan memepengaruhin pertumbuhan fisik anak, sedangkan secara

fisikologis antara ibu dan anak terjadi hubungan emosional, hal

ini ditandai dengan adanya tali jiwa yang utuh dan tidak bisa di
24

cerai beraikan.

d. Interaksi Antara Ayah dan Anak

Pada fase awal kehidupan anak, dia tidak hanya berkenalan

dengan ibunya tetapi juga berkenalan dengan ayahnya

sebagai orang tua keduanya sama-sama memberikan cinta, kasih

dan saying kepada anaknya bagaimanapun keadaan anaknya.

Setiap pengalaman, entah yang baik dan atau yang buruk yang

diperoleh anak akan menjadi referensi bagi anak dalam

perkembangannya, oleh karena itu orang tua perlu memberikan

pengalaman yang baik-baik saja yaitu melalui pendidikan yang

diberikan dalam rumah tangga. Sebagaimana Bahri mengatakan

bahwa seorang ayah dengan kesadaran yang tinggi akan

pentingnya pendidikan bagi anaknya akan berusaha meluangkan

waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memperhatikan

pendidikan anak-anaknya, rela menyisihkan uangnya untuk

membelikan buku dan peralatan sekolah anak, menyediakan

ruang belajar, khusus untuk keperluan belajar anak, membantu

anak bila dia mengalami kesulitan belajar, menjadi pendengar

yang baik ketika anak menceritakan berbagai pengalaman yang

didapatnya diluar rumah.

Pernyataan Richard Riley (dalam Horn, 1998), “Ketika ayah


25

terlibat dalam kehidupan anak, anak akan belajar lebih banyak”,

mendukung penelitian yang dilakukan Departemen Pendidikan

Amerika mengenai remaja yang terlibat dalam pendidikan

mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang

ayahnya terlibat dalam hidupnya memperoleh nilai pelajaran yang

tinggi, lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan

kegiatan bermasyarakat serta lebih mampu menerima dirinya

dengan baik.

e. Interaksi anak dan anak

Mengenai interaksi sesama anak Bahri berpendapat bahwa

“hubungan antara sesama anak bisa berlangsung dimana dan

kapan saja, banyak hal yang menjadi penghubung jalannya

interaksi antar sesam anak, misalnya masalah pelajaran, masalah

main, masalah rekreasi, dan sebagainya.”

Berdasarkan pendapat di atas bahwa seorang adik yang

meminta bantuan kepada kakaknya bagaimana cara belajar yang

baik adalah salah satu bentuk interaksi antara sesama anak.

Interaksi yang berlangsung antara anak dengan anak tidak

hanya sepihak saja tetapi secara timbal balik, pada suatu waktu

mungkin saja seorang kakak yang memulai pembicaraan untuk

membicarakan suatu hal kepada adiknya, bahasa yang mereka

pergunakan sesuai dengan alam pemikiran dan tingkat

penguasaan bahasa yang dikuasai, mereka bertukar pengalaman,


26

bersenda gurau, bermain atau melakukan aktivitas apa saja

menurut cara mereka masing-masing dalam suka dan duka


BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

model konseptual yang menerapkan kerangka kerja konseptual

terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan praktik keperawatan.

Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang terjadi dalam

suatu lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu

berupa menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan

sumber-sumber yang tersedia.

Konsep struktur dan fungsi keluarga terdiri dari pola dan proses

komunikasi, Struktur peran,Struktur Peran Keluarga, Peran formal, Peran

informal, Nilai dan norma Fungsi keluarga terdiri dari Fungsi afektif ,

Fungsi sosialisasi dan status sosial, Fungsi reproduksi, Fungsi ekonomi,

Fungsi perawatan kesehatan Sedangkan dari Undang-undang No.10

tahun 1992 membagi fungsi keluarga menjadi 8, yaitu :Fungsi

keagamaan, Fungsi budaya, Fungsi cinta kasih, Fungsi perlindungan,

Fungsi reproduksi, Fungsi sosialisasi, Fungsi ekonomi, Fungsi

pelestarian lingkungan

Konsep interaksi keluarga terdiri dari Proses interaksi dalam

keluarga merupakan salah satu bentuk dari interaksi sosial yang bersifat

primer. Interaksi sosial dalam keluarga yang bersifat primer ini ditandai

dengan adanya hubungan antara anggota keluarga. di dalam interaksi

27
28

primer terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan anggota-

anggotanya sering berhadapan muka serta saling mengenal lebih dekat,

sehingga hubungannya lebih erat. Sedangkan Jenis interaksi keluarga

Interkasi antara suami dan istri, Interaksi Ayah Ibu dan Anak, Interaksi

Antar Ibu dan Anak, Interaksi Antara Ayah dan Anak, Interaksi anak dan

anak

B. SARAN

Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya perawat harus

memahami Konseptual Model Praktik Keperawatan Keluarga, agar

pemahaman perawat dalam melakukan praktik keperawatan keluarga bisa

memberikan hasil yang baik untuk masyarakat.


29

DAFTAR PUSTAKA

Stanhope, Marcia dan Jeanette Lancaster. 1997. Perawatan kesehatan

Masyarakat, Jilid 1, Bandung.

Basford, Lynn dan oliver slevin. 2006. Teori Dan Praktik Keperawatan, EGC,

Jakarta.

www. Google, co, id.

Friedman, Marilyn M. 1998. keperawatan keluarga. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Geoger, Julia B.1990. Nursing Theories. Appleton and Lange.

Anda mungkin juga menyukai