Dosen:
Raden Siti Jundiah S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun:
Kelompok 2, Kelas E
Anggrek Aulia S AK.1.17.049
Ellysa Dwi H AK.1.17.059
Erlita komalawati AK.1.17.062
Shanti Ariani AK.1.17.081
Siti Nurhalimah AK.1.17.084
Verra Juliani L AK.1.17.089
1
KATA PENGANTAR
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi philosofhie teori keperawatan?
2. Apa saja Conseptual Models and grand theories dalam penyusunan
kerangka konseptual?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui philosofhie teori keperawatan
2. Untuk mengetahui Conseptual Models and grand theories dalam
penyusunan kerangka konseptual
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Philosofhies
2.1.1 Nightingale
3
Untuk memperoleh keuntungan dari sinar matahari, perawat
diminta untuk memindahkan dan memposisikan pasien agar terkena
cahaya matahari. Dalam pemberian ventilasi yang baik, perawat perlu
mengkaji suhu tubuh pasien dengan cara mempalpasi ekstremitas, agar
jangan sampai pasien kedinginan atau kepanasan. Perawat disarankan
untuk memanipulasi lingkungan secara berkelanjutan untuk
mempertahankan ventilasi dan kehangatan pada pasien dengan
pemberian pemanas, membuka jendela dan pemberian posisi yang
tepat pada pasien. Kebersihan ditujukan kepada pasien, perawat dan
lingkungan fisik. Lingkungan yang kotor (pada lantai, karpet, dinding
dan bed linen) adalah sumber infeksi. Walaupun ruangan memiliki
ventilasi yang baik, materi organik dapat membuat lingkungan
menjadi kotor. Oleh karena itu, dibutuhkan pembuang ekskresi dan
kotoran tubuh yang baik untuk mencegah kontaminasi terhadap
lingkungan. Selain itu, pasien perlu dimandikan secara teratur setiap
hari. Perawat juga harus mandi setiap hari, mengenakan pakaian yang
bersih dan sering mencuci tangan.
Konsep ini bukan hanya ditujukan pada perawatan individual
pasien, tetapi ditujukan juga bagi perbaikan status kesehatan di
pemukiman kumuh yang padat dimana pembuangan kotoran tidak
adekuat dan akses mendapatkan air bersih terbatas (Nightingale,
1969). Kebutuhan akan lingkungan yang tenang juga perlu dikaji dan
diintervesi oleh perawat. Suara berisik yang dihasilkan oleh aktifitas
fisik di ruangan perlu dihindari karena dapat mengganggu pasien.
Selain itu, perawat juga perlu memperhatikan nutrisi / makanan
pasien. Perawat perlu mengkaji pemasukan makanan, jadwal makan
dan pengaruhnya terhadap pasien.
Nightingale percaya bahwa pasien dengan penyakit kronis
membutuhkan nutrisi yang lebih banyak dan perawat yang pintar
adalah perawat yang berhasil memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Selanjutnya, komponen lainnya yang didefinisikan oleh teori
Nightingale adalah petty management (Nightingale, 1969), dimana
perawat memiliki kendali terhadap lingkungan secara fisik dan
administratif. Perawat perlu mengontrol lingkungan untuk melindungi
4
pasien dari ancaman fisik dan psikologis. Nightingale juga yakin
bahwa perawat akan tetap bertanggung jawab terhadap lingkungan
walaupun ia tidak ada di ruangan, karena ia telah menyerahkan
tanggung jawab kepada orang lain yang bekerja disana saat ia tidak
ada di tempat, hal ini menunjukkan sebenarnya proses pendelegasian
sudah ada pada jaman Nightingale.
2.1.2 Watson
5
focusnya lebih kepada peningkatan kesehatan daripada pengobatan
penyakit.
1. Asumsi Watson
Watson mengusulkan 7 asumsi tentang ilmu perawatan dan 10
carative factor utama yang membentuk teorinya. Dasar asumsinya
adalah :
1) Asuhan keperawatan dapat ditujukan secara efektif dan dapat
dipraktekkan hanya secara interpersonal.
2) Asuhan keperawatan terdiri dari carative factor yang
menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia tertentu.
3) Efektifitas asuhan keperawatan meningkatkan kesehatan dan
pertumbuhan individu dan keluarga.
4) Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya
sebagai ia sekarang tapi juga hal-hal yang mungkin terjadi
padanya.
5) Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang
menawarkan kemungkinan perkembangan sementara
mengizinkan seseorang untuk memilih tindakan yang terbaik
untuk dirinya pada saat diberikan kesempatan.
6) Asuhan lebih healthogenic dari pada pengbatan. Praktek
asuhan terintegrasi dengan pengetahuan biofisikal dengan
perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan orang yang
sakit. Asuhan keperawatan melengkapi pengobatan.
7) Praktek asuhan adalah sentral dari keperawatan.
2. Struktur Asuhan Keperawatan Menurut Watson
Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin diobati, tapi
sakit akan tetap ada tanpa perawatan sehingga sehat tidak tercapai.
Asuhan merupakan intisari keperawatan dan mengandung arti
responsive antara perawat dan pasien. Asuhan dapat membantu
seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan dan dapat
meningkatkan kesehatan.
6
Struktur asuhan dibangun oleh 10 carative factor, yaitu :
1) Pembentukan nilai humanistic-altruisticsistem
2) Penamaan Faith –hope (kepercayaan – harapan)
3) Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang
lain.
4) Membangun hubungan helping –trust.
5) Meningkatkan dan menerima pengekspresian perasaan baik
positif maupun negative.
6) Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematik
dalam pengambilan keputusan.
7) Peningkatan pengalaman belajar-mengajar interpersonal.
8) Menyediakan dukungan melindungi dan atau memperbaiki
lingkungan mental, fisik, sosiokultural dan spiritual.
9) Membantu dengan memenuhi kebutuhan dasar manusia.
10) Menghargai untuk kekuatan eksistensial- phenomenological.
2.1.3 Ray
7
2. Spiritual
8
pengambilan keputusan dan bagaimana perawat melakukan
pelayanan kesehatan.
2.1.4 Bener
9
mengungkapkan pengetahuan baru. Perawat harus
mengembangkan dasar pengetahuan praktik dan melalui
penyelidikan dan pengamatan mulai merekam dan
mengembangkan pengetahuan klinis. Karya dari Benner ini
lebih merujuk kepada artikulasi, artinya sebagai deskripsi/
melukiskan, ilustrasi/ menggambarkan dan
mengkomunikasikan pada area-area kebijakan praktis,
keterampilan tentang tahu dan bagaimana serta menjelaskan
praktik yang baik (Alligood & Tomey, 2014).
Teori Benner banyak dipengaruhi dari Model Dreyfus yang
dikembangkan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori
Dreyfus mengembangkan akusisi keterampilan model dengan
mempelajari kinerja dan situasi darurat. Dalam model Teori
From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi
peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2)
Advance Beginner, (3) Competent, (4) Proficient, dan (5)
Expert. Perubahan dalam empat aspek kinerja terjadi dalam
gerakan melalui tingkat keterampilan akuisisi yaitu :
a. Pergerakan dari ketergantungan pada prinsip abstrak dan
aturan untuk penggunaan berdasarakan pada masa lalu dan
pengalaman kongkrit
b. Pergeseran dari ketergantungan pada analisis berdasarkan
aturan berfikir dan intuisi
c. Perubahan dalam persepsi pembelajaran situasi yang
dilihat sebagai kompilasi
d. Pengamat terpisah berdiri di luar situasi kesalah satu
posisi
Model berbasis situasi dan tidak berbasis sifat sehingga
tingkat kinerja individu bukan bedasarkan karekteristik
individu sebagai pemberi tindakan tetapi berdasarkan fungsi
bagaimana perawat dalam pengalamanya menghadapi situasi
dan dikombinasikan dengan latar belakang pendidikan. Dalam
penerapan model untuk keperawatan Benner mencatat bahwa
keterampilan berbasis pengalaman lebih aman dan lebih cepat
10
dibandingkan dengan pengalaman belajar dengan mendengar.
Benner mendefinisikan keterampilan dan praktik trampil
berarti menerapkan intervensi keperawatan dan keterampilan
klinis dalam situasi klinis yang sebenarnya. Benner
mengidentifikasikan dua aspek yang saling terkait praktik
yang membedakan tingkat praktik pemula dan lanjutan.
Benner dalam konsep pengalaman yang diuraikan sebagai
hasil perkiraan yang sedang dipertanyakan, diperbaiki atau
disangka dalam situasi yang sebenarnya didasarkan pada
karya-karya Heidger (1962) dan Gadamer (1970). Terbukti
dengan tulisan Benner berikutnya mengenai keutamaan
asuhan (caring). Dimana manusia selalu berada dalam situasi,
dengan kata lain mereka terlibat dengan penuh makna didalam
konteks tempat mereka berada. Keutaman sebagai manusia
adalah mewujudkan kecerdasan, yang dimaknai sebagai
mengetahui sesuatu dengan berada dalam situasi tersebut,
ketika dihadapkan pada situsi yang pernah kita alami ada
kesadaran sebagai makna yang terkandung (Heider dalam
Alligood, 2014).
Keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman
keperawatan dan kesadaran persepsi bahwa perawat expert
berkembang sebagai pengambil keputusan pada keadaan
situasi menuntun mereka untuk mengikuti firasat mereka saat
mencari bukti untuk mengkonfirasi perubahan yang mereka
amati. Teori stress dan koping dari Lazarus digambarkan
sebagai fenomenologis yang digunakan oleh Benner untuk
menggambarkan situasi klinis keperawatan dimana perawat
membuat perbedaan dalam situasi dengan jalan caring.
Pendekatan Benner untuk mengembangkan model From
Novice to Expert dimulai dengan menumbuhkan dan hidup
dengan belajar dari praktik keperawatan melalui pengumpulan
dan interpretasi masalah dalam klinis. Patricia Benners
mencetuskan tentang keutamaan caring. Selain itu visi dari
praktik asuhan keperawatan haruslah terdiri dari individu-
11
individu praktisi yang memiliki keterampilan “tahu
bagaimana, kiat ilmu pengetahuan, dan imajinasi moral, yang
terus menerus menciptakan dan mencontohkan praktik yang
baik” (Benner, 1999 dalam Alligood 2014). Sehingga perawat
dapat memperluas, mengubah, menjaga perbedaan etika dan
kepentingan serta mampu memvalidasi keperawatan sebagai
suatu praktik yang etis.
b) Analisis Fokus Model Konseptual Patricia Benner
Benner meneliti praktik keperawatan klinis sebagai
upaya untuk menelusuri dan mendeskripsikan pengetahuan
yang melekat dalam praktik keperawatan klinis sebagai upaya
untuk menelusuri dan mendeksripsikan pengetahuan yang
melekat dalam praktik keperawatan. Ia berpendapat bahwa
pengetahuan dalam sebuah praktik displin ilmu diperoleh dari
waktu ke waktu dan dikembangkan melalui pembelajaran
eksperimental serta pemikiran situasional serta merupakan
refleksi dalam praktik pada situasi tertentu(Alligood, 2014).
Model Benner bersifat situasional dan menggambarkan lima
tingkat penguasaan keterampilan dan pengembangan.
c) Novice (Pemula)
Novice adalah perawatyang belum memiliki latar
belakang pengalaman klinik. Level ini paling cocok
disematkan kepada mahasiswa keperawatan yang
akanmemasuki duia klinik, akan tetapi Patricia Benner
menambahkan bahwa perawat senior juga dapat dikategorikan
kedalamlevel ini. Perawat pada level pemula perlu untuk
selalu diarahkan dan diberi petunjuk yang jelas (tidak
konteksual akan tetapi dapat langsung diinterpretasikan secara
tekstual).
d) Advanced Beginner (Pemula Tingkat Lanjut)
12
bimbingan dan arahan secara kontinyu karena belum mampu
memandang situasi secara luas dan holistik. Perawat masih
merasa bahwa situasi klinik dan berbagai kasus pasien adalah
sebuah tantangan yang harus dilalui, dan belum memandang
dari sisi kebutuhan pasien Level ini paling sesuai untuk fresh
graduate ners dan masih sangat membutuhkan bantuan dari
senior.
e) Competent (Kompeten/Mampu)
Di level ini perawat telah mampu memilih dan memilah
aspek mana dari suatu situasi keperawatan yang benar-
benarpenting dan kurang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
Kriteria utama level ini adalah perawat masih memandang
suatu situasi pasien secara parsial, sehingga tindakannya pun
kurang dapat menyentuh setiap dimensi pasien sebagai
individu yang holistik.
f) Proficient (Terampil)
Level ini perawat dapat emmandang situasi secara holistic,
tidak hanya per aspek dari situasi tersebut. Perawat mampu
bertindak bagi pasien tanpaterebih dahulu melalui tahapan
penetapan tujuan dan penyusunan rencana tindakan.
Perawattelah lebih banyak berinteraksi dengan pasien dan
keluarga pasien.
g) Expert (Ahli)
Pada level ini perawat telha dapat menentukan inti
masalah yang dialami oleh pasien segera mengetahui
intervensi apa yang paling tepat diberikan kepada pasien tanpa
harus melalui serangkaian tahap berpikir analitis. Secara
intuitif, perawat ahli dapat menentukan masalah dan tindakan
tanpa dibingungkan dengan berbagai alternative. Pengalaman
dan pengetahuan yang bersinergi dengan baik telah
membentuk nilai dan intuisinya sehingga dapat memandang
pasien secara keseluruhan dalamwaktu yang singkat.
13
berdasarkan latarbelakang pengalamannya yang mendalam
(Benner, Tenner & Chesla, 1996). Model tersebut
berpandangan bahwa perubahan dalam empat aspek kinerja
terjadi dalam pergerakan melalui tingkat penguasaan
keterampilan :
a. Perpindahan dari ketergantungan pada prinsip abstrak dan
aturan kepada penggunaan masa lalu, pengalaman nyata.
b. Perubahan dari ketergantungan terhadap analisis,
pemikiran berbasis aturan epada institusi.
c. Perubahan dalam persepsi pelajar terhadap situasi dan
melihatnya sebagai suatu kompilasi potongan-potongan
yang relevan menjadi satu keseluruhan yan makin
kompleks, dimana bagian-bagian tertentu tersebt terdiri
sebagai sesuatu yang lebih atau kurang relevan
Pada penerapan model dalam keperawatan, Benner
mengatakan bahwa “penguasaan keterampilan berbasis
pengalaman lebih aman dan cepat ketika bersandar pada basis
pendidikan”. Benner mendefiniskan keterampilan dan praktik
terampil berarti melakukan intervansi keperawatan yang
terampil dan keterampilan dalam penilaian klinis pada situasi
yang sebenarnya. Hal ini sama sekali tidak mengacu pada
kemampuan psikomotor bebas-konteks atau keterampilan
demostratif lainnya diluar konteks keperawatan. Fokus
Keunikan, meliputi:
a. Filosofi Benner tentang caring berdasarkan seni moral dan
etik pelayanan dan tanggungjawab, sehingga akan
menghasilkan hubungan diantara perawat dan pasien
b. Fokus unik adalah model situasional dimana dalam
parktek klinik secara langsung terdapat adanya level
kompetensi atau penjenjangan keterampilan perawat
berdasarkan pada etika praktek keperawatan, sehingga
tidak semua perawat di berikan kewenangan dalam
melakukan asuhan keperawatan
c. Benner menekankan adanya lima keterampilan perawat
14
yaitu : pemula, pemula lanjut, kompeten, profisien dan
terampil.
2.1.5 Martinsen
15
Penilaian profesional tidak hanya dilatih dengan melihat,
mendengar dan menyentuh secara klinis, tetapi juga perlu
dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh secara
klinis dengan cara yang baik dan benar.
16
2.1.6 Erikson
17
c. Tindakan caring
Merupakan suatu seni/cara menjadikan sesuatu yang
kurang spesial menjadi sangat special.
d. Etika Caritative Caring
Etika caring menitik beratkan pada hubungan dasar
antara pasien dan perawat, dimana saat perawat menemui
pasienmemenuhi batasan-batasan etika yang jelas. Sikap
yang ditampakkan dilakukan melalui pendekatan-
pendekatan yaitu tanpa ada prasangka dan tetap melihat
manusia sebagai makhluk yang bermartabat.
e. Martabat
Dalam berinteraksi dengan pasien perlu diperhatikan
martabat pasien. Ada dua jenis martabat, yaitu martabat
yang mutlak dan martabat yang relatif. Martabat yang
relatif dipengaruhi/dapat diperoleh dari budaya.
f. Menerima panggilan/undangan/invitasi
Perawat datang mengunjungi pasien dan memberikan
tindakan perawatan atas permintaan atau undangan dari
pasien/keluarga sendiri.
g. Penderitaan
Penderitaan ada yang dihubungkan dengan kondisi
sakit, perawatan, dan kehidupan. Penderitaan yang
dihubungkan dengan kondisi sakit dimana pasien
mengalami penderitaan karena kondisi sakitnya tersebut.
18
penderitaan.
i. Rekonsiliasi
Merupakan suatu bentuk drama dari penderitaan
dimana seseorang yang menderita ingin memastikan
penderitaan yang dialaminya dan diberi kesempatan untuk
mencapai rekonsoliasi/kedamaian.
j. Budaya caring
Merupakan konsep dimana Erikson menggunakan
lingkungan berdasar pada elemen budaya sebagai tradisi,
ritual dan nilai-nilai dasar. Budaya yang berbeda memiliki
dasar perubahan nilai etos. Bila suatu comunion muncul
berdasarkan etos, budaya menjadi lebih menarik. Budaya
caring menunjukkan sikap tanggap terhadap manusia,
martabat dan kesuciannya dalam membentuk tujuan
communion.
2.2 Conseptual Models and Grand Theories
2.2.1 Levine
19
2) Setiap sistem mempertahankan diri memonitor perilaku
sendiri dengan melestarikan penggunaan sumber daya yang
diperlukan untuk mendefinisikan identitas unik.
3) Manusia merespons dengan tunggal, belum terintegrasi,
fashion. Teori tentang model konservasi ini dibagi dalam 4
(empat) asumsi utama yaitu
a) Manusia
Manusia digambarkan sebagai individu yang holistic
yang terus-menerus berusaha untuk mempertahankan
keutuhan dan integritas sebagai makhluk yang berfikir,
berorientasi pada masa depan, dan masa lalu. Manusia
memliki kepekaan identitas dan harga diri. Berdasarkan
Levine (1989), proses kehidupan adalah proses
perubahan.
b) Keperawatan
Keperawatan adalah interaksi manusia (Levine, 1973).
Perawat masuk ke dalam satu kemitraan dengan pasien
dan berbagi pengalaman dengan setiap pasien (Levine,
1977). Tujuan keperawatan adalah untuk mempromosikan
adaptasi dan mempertahankan keutuhan baik individu
maupun masyarakat. Keperawatan adalah untuk
mempromosikan kesehatan, menyadari bahwa setiap
individu memiliki respon yang unik sebagai individu dan
anggota kelompok. Integritas individu yaitu keutuhan
individu (bio,psiko, sosial, dan spiritual) dan merupakan
tanggung jawab perawat untuk membantu pasien
mempertahankan dan mencari realisasinya. Tujuan
keperawatan dicapai melalui penggunaan prinsip-prinsip
konservasi : energi, struktur, personal, dan sosial.
c) Sehat sakit
Kesehatan secara umum didefinisikan sebagai
kemampuan untuk melakukan fungsi secara normal
(Levine, 1969). Kesehatan bukan hanya tidak adanya
kondisi patologis. Kesehatan juga diartikan sebagai
20
terjaganya keutuhan tubuh dan keberhasilan adaptasi.
Perubahan status kesehatan tidak hanya perubahan fungsi
fisiologis (konservasi integritas struktural) tetapi dapat
juga terjadi gangguan pada beberapa prinsip konservasi
yang lain.
d) Lingkungan
21
3) Konseptual
Lingkungan konseptual merupakan lingkungan
eksternal yang terdiri dari bahasa, ide, symbol, spiritual,
keyakinan, dan tradisi, budaya dan etnis, pola psikologis
individu yang diperoleh dari pengalaman hidup.
2. Pernyataan Teoritis
Karya Levine dimaksudkan untuk memberikan struktur
organisasi dalam mengajar keperawatan medikal bedah bukan
untuk mengembangkan teori; Oleh karena itu ia tidak secara
eksplisit mengidentifikasi assertions. although teoritis banyak
pernyataan teoritis dapat dihasilkan dari pekerjaannya, pernyataan
utama yaitu:
1) Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi energi
pasien individu
2) Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi integritas
struktural pasien individu
3) Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi integritas
sosial pasien individu.
3. Aplikasi Teori Pada Bidang
1) Praktek
Levine membantu mendefinisikan keperawatan dengan
mengidentifikasi kegiatan meliputi dan memberikan prinsip
prinsip ilmiah di belakang mereka. Prinsip konservasi sebagai
kerangka kerja tidak terbatas pada perawatan di rumah sakit,
tapi dapat digeneralisasi dan digunakan di setiap lingkungan,
rumah sakit, atau masyarakat.
2) Pendidikan
Levine menulis pengantar Keperawatan Klinis, buku teks
untuk para pemula yang memperkenalkan materi baru ke
dalam kurikulum. Dia mempresentasikan diskusi awal
kematian dan sekarat dan delieved bahwa perempuan harus
dibangunkan setelah biopsi payudara dan berkonsultasi
tentang langkah berikutnya.
22
Pengantar Keperawatan klinik menyediakan struktur
organisasi untuk mulai mengajar keperawatan medikal bedah
kepada siswa . pada edisi kedua tahun 1969 dan 1973, Levine
menyajikan masing-masing model pada akhir bab sembilan.
Setiap model mengandung tujuan, konsep ilmu penting, dan
proses keperawatan untuk memberikan perawat dasar dalam
kegiatan menyusui. Model ini bukan bagian dari Model
Percakapan. Model konservasi dibahas dalam Pendahuluan dan
dalam Bab 10 dari teks pengantar. Panduan teks guru yang
menyertai tetap menjadi sumber tepat waktu prinsip
pendidikan yang dapat membantu baik guru pemula dan guru
berpengalaman yang dapat mengambil manfaat dari review
akar pendidikan.
3) Penelitian
Fitzpatrick dan Whall menyatakan bahwa semua dalam
semua, Model Levine sebagai awal yang sangat baik.
Kontribusinya telah banyak menambahkan untuk
pengembangan keseluruhan pengetahuan keperawatan.
"Namun, Fawcett menyatakan bahwa untuk membangun
kredibilitas, "evaluasi yang lebih sistematis penggunaan model
dalam berbagai situasi klinis diperlukan, studi yang menguji
struktur konseptual-teoritis-empiris langsung berasal dari atau
terkait dengan prinsip-prinsip konservasi. "Banyak pertanyaan
penelitian dapat dihasilkan dari Model Levine. Beberapa
mahasiswa pascasarjana telah menggunakan prinsip-prinsip
konservasi sebagai kerangka kerja untuk penelitian mereka.
4) Masa depan (manfaat teori)
Levine dan lain-lainnya telah bekerja dengan
menggunakan prinsip-prinsip konservasi sebagai dasar dari
taksonomi diagnosis keperawatan. Namun, pengembangan
lebih lanjut dari konsep ini telah ditangguhkan sejak Asosiasi
Perawat Amerika mengambil alih diagnosis keperawatan pada
tahun 1992. Pekerjaan tambahan telah dilakukan pada
penggunaan Model administrasi Levine dengan orang tua yang
23
lemah. Baru-baru ini, model tersebut digunakan untuk
mengembangkan Teori Promosi Kesehatan pada bayi
prematur. Ini memiliki potensi besar untuk studi gangguan
tidur dan dalam pengembangan praktek perawatan kolaboratif
dan primer.
4. Kritik
1) Kejelasan
4) Presisi empiris
Levine menggunakan logika deduktif untuk
mengembangkan model-nya, yang dapat digunakan untuk
menghasilkan pertanyaan penelitian. Saat ia tinggal Model
konservasi, dia diverifikasi penggunaan penalaran induktif
untuk lebih mengembangkan dan menginformasikan model
nya.
5) Derivable Konsekuensi
Meskipun beberapa penulis mempertanyakan
penyediaan tingkat kontribusi Model Levine, empat prinsip
24
prinsip konservasi diakui sebagai salah satu awal model
keperawatan l. Selain itu, terus memiliki utilitas untuk praktek
keperawatan dan penelitian dan menerima pengakuan yang
meningkat di abad kedua puluh satu ini.
2.2.2 Rogers
25
kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan
kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan
adalah sebuah nilai.
2. Kegunaan prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada
umat manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan
pedoman untuk memprediksi sifat dan arah perkembangan individu
sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Diharapkan, praktik
keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika
integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat
hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan
pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi
maksimum kesehatan. Tujuan ini akan tercermin dalam proses
keperawatan. Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip
homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan
perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau
seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka
perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat
bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses
keperawatan.
Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992),
mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi
maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja
dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini
dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian
terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau
segmen terbatas pemenuhan kebutuhan. Dalam tahap
keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat
pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin
dari suatu pemisahan diri atau bagian lainnya.
Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus
dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin
26
dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat
respon dari data yang ada. Pertanyaan seri pertama mencerminkan
prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan mencerminkan prinsip
resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh
prinsip helicy. Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan
ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai
pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien merupakan
cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola
yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah,
mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan pengalaman
masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat
semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan
membantu memberikan perawat dengan melihat klien seutuhnya.
Ini akanmengidentifikasi perbedaan individu dan pola pertukaran
bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian
keperawatan, adalah penilaian dariseluruh keadaan manusia dan
bukan penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau status mental.
Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri
dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit.
Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih
tinggi dibandingkan penyakitnya.
2.2.3 Orem
27
dalam teori sistem keperawatannya menggarisbawahi tentang
bagaimana kebutuhan self-care klien dapat di penuhi oleh perawat,
klien atau kedua-duanya. Apabila ada self-care dificit yaitu defisit
antara apa yang bisa di lakukan dan apa yang perlu di lakukan untuk
mempertahankan fungsi optimum disinilah keperawatan diperlukan.
Teori self-care berprinsip pada usaha menolong atau membantu
pasien individu yang tidak mampu untuk terlibat dalam tindakan selt
care yang memerlukan kemandirian dan ambulansi yang terkontrol
serta penatalaksanaan medis untuk menahan diri dari aktivitas aktivitas,
perawat dan klien melakukan tindakan care baik maupun perawat
mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan tindakan perawatan
untuk melakukan tindakan selt-care terapeutik yang di perluka
berorientasi secara eksternal atau internal tapi tidak bisa melakukannya
tanpa bantuan.
Hasil akhir tindakan keperawatan menurut Orem adalah adanya
peran perawat sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan
kemampuan klien sehingga di harapkan kemandirian pasien berangsur
angsur dapat terwujud.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu :
a. Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhan
oksigen,air,nutrisi,eliminasi,aktivitas dan istirahat.
b. Perawatan mandiri yang harus di lakukan sesuai dengan tumbuh
kembang manusia.
c. Perawatan mandiri yang harus di lakukan karena adanya masalah
kesehatan atau penyakit.
Dalam teori Orem(1991) ada 5 area aktivitas keperawatan yaitu :
a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan
pasien dengan individu, keluarga, kelompok, sampai pasien dapat
melegitimasi rencana keperawatan.
b. Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat di bantu melalui
keperawatan.
c. Bertanggung jawab atas permintaan pasien keinginan dan
kebutuhan untuk kontrak dan dibantu perawat.
28
d. Menjelaskan, memberikan dan melindungi pasien secara langsung
dalan bentuk keperawatan.
e. Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika
dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasi yang dibutuhkan
atau yang akan diterima.
2.2.4 King
1. Model Konsep dan Teori Imogene M. King Terdiri dari Tiga Sistem
a. Sistem Personal
Menurut King setiap individu adalah sistem personal (sistem
terbuka). Untuk sistem personal konsep yang relevan adalah
persepsi (perception), diri (self), pertumbuhan dan
perkembangan (growth and development), citra diri (body
image), ruang (space), dan waktu (time).
a) Persepsi (perception)
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang
dan kejadian-kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang ke
orang lain dan hal ini tergantung dengan pengalaman masa
lalu, latar belakang, pengetauhan dan status emosi.
Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh
semua, selektif untuk semua orang, dansubjektif atau
personal.
b) Diri (self)
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda
29
benda dan orang lain. Diri adalah individu atau bila
seseorang berkata “AKU”. Karakteristik diri adalah
individu yang dinamis, sistem terbuka dan orientasi pada
tujuan.
30
DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat orang disebut
GROUP. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal
adalah interaksi, komunikasi, transaksi, peran dan stress.
a) Interaksi
Interaksi didefinisikan sebagai tingkah laku yang dapat
diobservasi oleh dua orang atau lebih didalam hubungan
timbal balik.
b) Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses
dimana informasi yang diberikan dari satu orang ke orang
lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya
melalui telepon, televisi atau tulisan. Ciri-ciri komunikasi
adalah verbal, non verbal, situasional, perceptual,
transaksional, tidak dapat diubah, bergerak maju dalam
waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan
secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide-ide
satu orang ke orang lain. Aspek perilaku nonverbal yang
sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku
adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik dan
gerakan tubuh.
c) Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu
mempunyai realitas personal berdasarkan persepsi mereka.
Dimensi temporal-spatial, mereka mempunyai pengalaman
atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam waktu.
d) Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana
seseorang pada suatu saat sebagai pemberi dan disaat yang
lain sebagai penerima. Ada 3 elemen utama peran yaitu,
peran berisi perilaku yang di harapkan pada orang yang
menduduki posisi di sistem sosial, prosedur atau aturan
yang ditentukan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan
dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan antara 2
31
orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi
khusus.
e) Stress
Definisi stress menurut King adalah suatu keadaan
yang dinamis dimanapun manusia berinteraksi dengan
lingkungannya untuk memelihara keseimbangan
pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang
melibatkan pertukaran energi dan informsi antara seseorang
dengan lingkungannya untuk mengatur stressor. Stress
adalah suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem
terbuka yang terus-menerus terjadi pertukaran dengan
lingkunagn, intensitasnya bervariasi, ada dimensi yang
temporal spatial yang dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalu, individual, personal, dan subjektif.
c. Sistem Sosial
King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas
peran organisasi sosisal, perilaku, dan praktik yang
dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan mekanisme
pengaturan antara praktik-praktik dan aturan (George, 1995).
Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah organisasi,
otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan.
a) Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan
dan aktifitas yang berhubungan dengan pengaturan formal
dan informal seseorang dan kelompok untuk mencapai
tujuan personal atau organisasi.
b) Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa
wewenang itu aktif, proses transaksi yang timbal balik
dimana latar belakang, persepsi, nilai-nilai dari pemegang
mempengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di
dalam organisasi sertaberhubungan dengan wewenang.
32
c) Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan
sumbangan personal, esensial dalam organisasi, dibatasi
oleh sumber-sumber dalam suatu situasi, dinamis dan
orientasi pada tujuan.
d) Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan
untuk mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang,
universal, individual, personal, subjektif, situasional,
proses yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
e) Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan,
dan dapat diubah. King mendefinisikan status sebagai
posisi seseorang didalam kelompok atau kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi
dan mengenali bahwa status berhubungan dengan hak-hak
istimewa, tugas-tugas, dan kewajiban.
33
b. Kebutuhan untuk perawatan yang bertujuan untuk
mencegah penyakit.
c. Kebutuhan untuk perawatan ketika manusia tidak dapat
membantu/merawat diri mereka sendiri.
2) Konsep Sehat
King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup
manusia yang dinamis, yang secara berkelanjutan melakukan
penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati
rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber,sumber yang
dimiliki oleh seseorang atau individu untuk mencapai
kehidupan sehari-hari yang maksimal.
3) Konsep Lingkungan
Menurut King lingkungan adalah sistem sosial yang ada
dalam masyarakat yang saling berinteraksi dengan sistem
lainnya secara terbuka. Merupakan kekuatan dinamis yang
mempengaruhi perilaku sosial, interaksi, persepsi, dan
kesehatan. Lingkungan merupakan suatu sistem terbuka yang
menunjukkan penukaran masalah, energi, informasi dengan
keberadaan manusia. Manusia tersebut akan berinteraksi
dengan lingkungan internal dengan penukaran energi yang
diatur secara terus menerus terhadap perubahan lingkungan
eksternal.
34
B. Diagnosa Keperawatan
a) Dibuat setelah melakukan pengkajian.
b) Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan
pasien/klien.
c) Stress merupakan konsep yang penting dalam
hubungannya dengan diagnosa keperawatan.
C. Perencanaan
a) Dibuat berdasarkan dengan keperawatan.
b) Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk
memecahkan masalah tersebut dilakukan.
c) Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan
menetapkan tujuan dan membuat keputusan.
d) Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi
pasien/klien yang dianjurkan ikut serta dalam
pengambilan keputusan tapi tidak harus bertanggung
jawab.
D. Implementasi
a) Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi
kegiatan aktual untuk mencapai tujuan.
b) Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari
transaksi.
E. Evaluasi
a) Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil
tujuan yang dicapai.
b) Dalam evaluasi membahas tentang pencapaian tujuan
dan keefektifan proses keperawatan tersebut.
35
2.2.5 Neuman
36
kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, transportasi, tempat
rekreasi dan cakupan dari imunisasi di daerah yang ada. Intervensi
keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Model ini bertujuan agar
terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang
dinamis. Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat
dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan
(interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini
memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan komponen
paradigma yaitu memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka
yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan satu kesatuan
dari variable yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis,
sosiokultural dan spiritual, juga memandang pelayanan
keperawatan akan dipengaruhi lingkungan sekitar klien serta
memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan
pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang
dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut
Neuman ini berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor
faktor yang mempengaruhi proses adaptasi pada pasien. Untuk itu
tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan menurut Neuman
adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat
stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan
tubuh dapat meliputi berbagai tindakan keperawatan melalui
identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual yang
terjadi akibat stresor tertentu seperti mengidentifikasi adanya
stressor, mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta
mendukung koping pada pasien secara konstruktif. Pencegahan
sekunder berfokus pada penguatan pertahan dan sumber internal
melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-
gejala yang tampak, menurut Neuman meliputi berbagai tindakan
37
perawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala
penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor dan
pencegahan tersier untuk memberikan penguatan pertahan tubuh
terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan untuk membantu dalam mencegah terjadinya masalah
yang sama dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur serta
pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari
komplikasi suatu penyakit.
Konsep utama :
a) Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai
orang, keluarga, kelompok, masyarakat atau sosial. Klien
digambarkan sebagai sesuatu yang utuh bagian dari interaksi
dinamis. Model ini mempertimbangkan semua variabel yang
secara simultan mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
b) Sistem Terbuka
Elemen-elemen system secara continue bertukar
informasi dan energi dalam suatu organisasi yang kompleks.
Stress dan reaksi terhadap stress adalah komponen dasar pada
suatu system terbuka.
a. Fungsi atau Proses :
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai
hal dengan lingkungannya dan menggunakan sumber
energi yang didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang
utuh.
b. Input dan Out put
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat,
energy, informasi yang saling bertukar antara klien dan
lingkungan.
c. Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi
memberikan sebagai feed back untuk input selanjutnya
38
untuk memperbaiki tindakan untuk merubah,
meningkatkan, atau menstabilkan system.
d. Negentropy
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang
membantu kemajuan system kearah stabilitas atau baik.
e. Entropy
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang
menggerakkan sistem kearah sakit atau kemungkinan
kematian.
f. Stability :
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan
system dan stressor untuk memelihara tingkat kesehatan
yang optimal dan integritas.
g. Enviroment :
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan
mempengaruhi klien setiap saat sebagai bagian dari
lingkungan.
h. Created Enviroment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk
mengekspresikan system secara simbolik dari keseluruhan
system. Tujuannya adalah menyediakan suatu arena aman
untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari
stressor.
i. Client sistem :
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual) klien dalam berinteraksi
dengan lingkungan bagian dari klien sebagai system.
39
sebagai faktor bawaan atau genetik.
k. Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti
dasar disebut garis pertahanan, lingkaran ini menyediakan
sumber-sumber yang membantu klien mempertahankan
melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon
system imun tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien
dapat menyusun system kembali. Jika tidak efektif maka
kematian dapat terjadi. Jumlah pertahanan stressor
ditentukan oleh interrelationship kelima variable sistem
klien.
l. Normal line defence :
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar
lingkaran padat. Hal itu menghadirkan suatu keadaan stabil
untuk individu atau system. Itu dipelihara dari waktu ke
waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji
penyimpangan dari kebiasaan baik klien. Itu semua
meliputi variabel system dan perilaku seperti kebiasaan
pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap
perkembangan. Pelebaran dari garis normal merefleksikan
suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan, suatu
penyusutan keadaan kesehatan.
m. Garis Pertahanan Fleksibel :
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis
pertahanan fleksibel. Hal ini dinamis dan dapat berubah
dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini
dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi terhadap
stressor dari pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang
stabil yang di presentasikan sebagai garis pertahanan
normal. Hubungan antara variabel (fisiologi, psikologi,
sosoikultural, perkembangan, dan spiritual) dapat
mempengaruhi tingkat kemampuan individu untuk
menggunakan pertahanan garis fleksibel untuk melawan
kemungkinan dari reaksi stressor seperti gangguan tidur.
40
Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel
meluas, hal ini akan memberikan pertahanan yang lebih
besar dalam waktu yang singkat terhadap invasi stressor.
Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit
pertahanan.
n. Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian
dari sistem klien berinteraksi secara harmoni dengan
seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
o. Sakit (Illness) :
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang
mengakibatkan keadaan tidak seimbang dan penurunan
energi.
p. Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem yang stabil. Stressor
dapat berupa :
1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu,
seperti respon kondisional seseorang.
2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau
lebih individu, seperti harapan peran.
3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu,
seperti keadaan finansial.
q. Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan
oleh klien untuk menyesuaikan terhadap stressor.
41
tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga
level intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika
stressor dicurigai atau diidentifikasi. Reaksi belum
terjadi tetapi tingkat resiko diketahui. Neuman
menyatakan sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk
mengurangi kemungkinan pertemuan individu dengan
stressor, atau dengan kata lain usaha untuk memperkuat
seseorang bertemu dengan stressor, atau menguatkan
garis pertahanan fleksibel untuk menurunkan
kemungkinan reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi
intervensi atau treatment awal sesudah gejala dari stress
telah terjadi. Sumber daya internal dan eksternal
digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan garis
internal resistensi, mengurangi reaksi, dan
meningkatkan faktor resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah
treatment atau pencegahan sekunder. Pencegahan ini
difokuskan pada penyesuaian kearah kestabilan sistem
yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan
resistensi terhadap stressor untuk membantu mencegah
terjadinya kembali reaksi atau regresi. Proses ini
mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke
pencegahan primer. Sebagai contoh akan dihindarinya
suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan
klien.
s. Rekonstitusi :
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal
ini menggambarkan kembalinya sistem stabil dimana
tingkat kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih rendah dari
sebelumnya untuk melawan stressor.
42
Hal ini mencakup faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal, dan lingkungan yang berhubungan dengan
variable sistem klien (fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual).
3. Empat komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut
Teori Betty Neuman
1) Manusia
Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman
menyatakan konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa
individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau kelompok sosial
tertentu. Sistem klien adalah gabungan hubungan yang dinamik
antara faktor fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan,
dan spiritual. Sistem klien digambarkan sebagai perubahan atau
pergerakan konstan yang hidup sebagai system terbuka dalam
hubungan timbak balik dengan lingkungan.
2) Kesehatan
Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera.
Dia memandang kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus
dari sehat menuju sakit yang secara alamiah dinamis dan secara
konstan seseorang berubah untuk mencapai kondisi sehat yang
optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem
terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan akibat dari
tidak terpenuhi kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi
dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang
diberikan pada waktu itu.
3) Keperawatan
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah
memperhatikan semua aspek manusia. Dia juga
menggambarkan bahwa keperawatan adalah profesi yang unik
yang memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi
respon individu terhadap stress. Persepsi perawat
mempengaruhi terhadap pelayanan yang diberikan sehingga
Neuman menyatakan bahwa persepsi antara pemberi pelayanan
43
dan pasien harus dikaji. Dia mengembangkan instrument
pengkajian dan intervensi untuk membantu melakukan tugas
tersebut.
4) Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena
dari model sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan
lingkungan adalah hubungan yang timbal balik. Lingkungan
didefinisikan sebagai semua faktor internal dan eksternal yang
berada disekelilingi manusia dan berinteraksi dengan manusia
dan klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan
ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep lingkungan
dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang
berinteraksi dengan dan secara potensial dapat mengubah
stabilitas sistem.
2.4.3 Roy
44
2. Definisi dan Konsep Mayor
Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model
adaptasi roy adalah:
1) Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling
berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan
ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2) Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal, konstektual dan residual dengan standar individual,
sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3) Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat
terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4) Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara
langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal
adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5) Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai
dan memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku
yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6) Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum
dapat di validasi.
7) Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8) Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil,
keputusan dan belajar.
9) Model efektor adaptif adalah kognator yaitu; Fisiologikal, fungsi
pean, interdependensi dan konsep diri.
10) Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas
manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11) Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar
dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan
dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan
45
pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12) Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut
individu dalam satu waktu berbentuk: persepsi, partisipasi,
terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk
pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri)
Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau
harapan diri, moral dan etika pribadi.
13) Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang
berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social.
14) Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang
penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk
bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan
dan pengaruh belajar.
3. Model Konseptual Adaptasi roy Empat elemen penting yang termasuk
dalam model adaptasi keperawatan adalah :
1) Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara
holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control,
output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme
koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik
manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi
dalam empat cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi
peran, dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan,
manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan
adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan.
46
istilah input, proses control dan umpan balik serta output. Input pada
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu
itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang
berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
47
dapat mengerti tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi dan
kekuasaan
i. Respon inefektif tidak mendukung tujuan tersebut
j. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk
menjelaskan proses pengendalian manusia sebagai sistem
adaptasi
2) Keperawatan
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai
peningkatan dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh
besarnya rangsang baik fokal, konstektual maupun residual
Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai peningkatan
respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah
pendekatan yang merupakan aksi perawat untuk memanipulasi
stimuli fokal, konstektual dan residual yang menyimpang pada
manusia. Rangsang fokal dapat diubah dan perawat dapat
meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan
konstektual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi
kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada rangsang
yang sama pada keadaan tertentu. Perawat juga dapat menyiapkan
manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat regulator kognator
dan mekanisme koping.
3) Kesehatan
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan
yang digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai
kemampuan untuk menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh,
memproduksi dan memimpin.
4) Lingkungan
Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusus
yaitu semua keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan
perasaan lingkungan serta tingkah laku individu dan kelompok.
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori dan model keperawatan adalah suatu usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan serta berperan
dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan
untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil
asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Karakteristik dasar teori dan model keperawatan, yaitu: Teori
keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan, harus bersifat alamiah, bersifat sederhana
dan umum, sebagai pedoman, serta berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan.
Faktor yang mempengaruh teori dan model keperawatan, yaitu: Filosofi
Florence Nightingale, kebudayaan, sistem pendidikan, dan pengembangan
ilmu keperawatan
Teori dan model keperawatan menurut beberapa ahli, yaitu: teori
Nightingale, teori Peplau, teori Henderson, teori Abdellah, teori orlando, teori
levina, teori Johnson, teori Rogers, teori Orem, teori King, teori Neuman,
teori Roy, teori Watson.
3.2 Saran
Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
49
DAFTAR PUSTAKA
50