Anda di halaman 1dari 17

Pengembangan Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif antara

Pendidikan, Pelayanan / Praktik dan Riset Keperawatan dalam


Pengembangan Sains Keperawatan

Mata Kuliah : Riset Kuantitatif


Disusun Oleh :
Kelompok 5
Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dede Nasrullah
Muhammad Natsir
Giri Susilo Adi
Iin Nuraini
Tati Nurbiyati
Miko Eka Putri

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan itu lahir bersamaan dengan
penciptaan manusia, perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya
perkembangan peradaban manusia. Hal ini tergambar pada mulanya tindakan
keperawatan dilakukan berdasarkan mother instinct kemudian terjadi pengembangan
berupa asumsi implisit dan eksplisit dan sebagian orang meyakini keperawatan selalu
meminjam teori dari disiplin ilmu yang lain (Meleis, 1997). Sehingga muncul pertanyaan
apakah hal itu memang terjadi.
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya
belum akan berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari
oleh mother instinct naluri keibuan, mengalami perubahan/pergeseran yang sangat
mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini
terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan
sendiri.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis; bertindak secara rasional etis; serta
kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus
dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan dan dapat dibantu melalui
keperawatan; domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup
garapan praktek keperawatan; basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep
menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat
wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat /
keperawatan diperlukan keberadaannya.
Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para
profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis
terhadap fenomena yang dihadapinya; bertindak secara rasional-etis; serta bersikap
tanggap / peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Akan tetapi
pergeseran-pergeseran ini membawa konsekwensi dan segudang pertanyaan untuk
dijawab : Apakah benar keperawatan itu profesi, kalau iya, pertanyaan yang kemudian
muncul adalah apa fokus telaahannya, lingkup garapan dan basis intervensinya, pada

sirkumstansis seperti apa intervensi keperawatan dibutuhkan, atau secara singkat how
nurses facilitate the health of human beings? Apakah keperawatan itu ilmu? Kalau
demikian apa objek formilnya; objek materiilnya, konsep-konsep apa yang mendasari
building block nya, melalui proses metodologi seperti apa ilmu keperawatan tersebut
ditemukan dan dibangun.
Mengingat begitu pentingnya pengembangan teori keperawatan maka kelompok
kami tertarik untuk menyusun makalah tentang pengembangan sains keperawatan dan
hubungan interaktif antara pendidikan, praktik dan riset keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui sains keperawatan dan hubungannya dengan Pendidikan, lahan praktek
serta riset keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengembangan sains keperawataan
b. Menjelaskan hubungan interaktif sains keperawatan dengan pendidikan
keperawatan
c. Menjelaskan hubungan interaktif sains keperawatan dengan lahan praktek
keperawatan.
d. Menjelaskan hubungan interaktif sains keperawatan dengan riset keperawatan
e. Menjelaskan hubungan interaktif antara pendidikan, lahan praktek dan riset
terhadap pengembangan sains keperawatan.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari

laterbelakang, tujuan penulisan serta sistematika

penulisan.
BAB II : Konsep teori terdiri dari sains keperawatan, pengembangan sains keperawatan
serta hubungan interaktif sains keperawatan dengan pendidikan, lahan praktek
dan riset keperawatan
BAB III : Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II

KONSEP TEORITIS
A. Sains Keperawatan
Teori adalah deskripsi atau penjelasan dari suatu fenomena dan hubungan antar
fenomena-fenomena (Stevens, 1979 dalam Basford & Slevin, 2006). Sedangkan teori
keperawatan adalah merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena-fenomena mengenai keperawatan sehingga melalui teori keperawatan dapat
dibedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas yang lainnya
(Hidayat, 2004). Menurut Florence Nightingale bahwa nursing theory menjelaskan apa
keperawatan dan apa yang bukan keperawatan (Marilyn parker 2001).
Sehingga menurut kelompok teori merupakan konsep konseep yang dapat
menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi. teori dapat berubah atau dapat
diperbaharui dan teori dapat diaplikasikan dan harus disesuaikan dengan kondisi yang
ada.
Nursing theory secara umum

menjelaskan fenomena yang menjadi perhatian

keperawatan yang disusun secara sistemik untuk mendapatkan pengertian dalam


penggunaannya dalam praktik dan riset.
Selain itu menurut Hidayat (2004) menyatakan bahwa keperawatan sebagai ilmu
memiliki objek forma dan materia, sebagai objek forma, keperawatan memiliki cara
pandang pada respon manusia terhadap masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya, kemudian bantuan kepada manusia diberikan pada individu, kelompok atau
masyarakat yang tidak mampu berfungsi secara sempurna dalam masalah kesehatan dan
proses penyembuhan, di mana ilmu keperawatan sangat memperhatikan masalahmasalah keperawatan yang dilakukan dengan mencari kebenaran secara ilmiah. Sebagai
objek materi, keperawatan memiliki bahasan yang disusun secara sistematis dan
menggunakan metode ilmiah dimana asuhan keperawatan pada manusia ditujukan
kepada bagian yang tidak dapat berfungsi secara sempurna yang berkaitan dengan
kondisi kesehatan itu sendiri dan manusia sebagai makhluk yang utuh dan unik.
Kelompok menyimpulkan bahwa keperawatan sebagai ilmu dalam pelaksanaannya tidak
terlepas dari manusia sebagai objek penerima asuhan keperawatan yang dilandasi oleh
metode-metode ilmiah karena ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan selalu
berkembang.
Keilmuan keperawatan disusun oleh teori teori keperawatan yang tidak bisa lepas
dari falsafah dan paradigma keperawatan merupakan meta theory keperawatan yang

menjadikan acuan dari teori teori keperawatan yang lainnya baik teori keperawatan
dalam tatanan grand nursing theory seperti model konseptual keperawatan juga middle
range theory yang merupakan operasional

pelaksanaan

asuhan keperawatan baik

terhadap induvidu, kelompok maupun masyarakat berdasarkan terhadap respon klien,


atau juga practice theory yang langsung bisa di laksanakan dalam tindakan tindakan
keperawatan.
Teori teori keperawatan itu sendiri bertujuan untuk menjelaskan, memprediksi ,
menjelaskan fenomena keperawatan. Selain itu teori keperawatan dapat menjelaskan
dan membedakan ilmu keperawatan dengan keilmuan yang lain. Menurut para ahli
kajian umum yang di bahas dalam teori keperawatan yang mempengaruhi dan
menentukan arah praktik keperawatan adalah manusia , lingkungan, kesehatan dan
keperawatan itu sendiri punya tujuan , peran dan fungsi terhadap pengembangan ilmu
atau sains keperawatan.
B. PENGEMBANGAN SAINS KEPERAWATAN
Tujuan dari sains keperawatan adalah mengembangkan teori untuk menjelaskan,
menguraikan dan memahami hakikat dari fenomena dan mengantisipasi timbulnya
fenomena, kejadian, dan situasi yang terkait langsung atau tidak langsung dengan asuhan
keperawatan. Teori-teori juga dikembangkan untuk membantu perawat merasionalkan
dan pedoman dengan cara mengontrol aspek fenomena yang tidak diinginkan. Begitu
juga dengan kerangka kerja. Hal ini menimbulkan penejelasan dan mencerminkan pola
respon dari manusia terhadap sehat-sakit, lingkungan, tindakan, dan terhadap tenaga
kesehatan profesional. Hal-hal tersebut menggambarkan pola , cara dan kondisi serta
konteks hubungan yang sehat dan tidak sehat yang terbentuk dalam system pelayanan
kesehatan, dalam keperawatan, ilmu tentang manusia seperti deskripsi dan penjelasan
dikembangkan dalam konteks waktu, sejarah, lingkungan (sanksi sosial dan obligasi,
kondisai manusia termasuk hak manusia).
Hakikat dari sains keperawatan dan perkembangannya memerlukan hubungan yang
erat antara teori, praktik dan riset. Para theorist, praktisi dan peneliti dalam keperawatan
memiliki tujuan yang sama tentang pemahaman kebutuhan pelayanan kesehataan
meningkatkan rasa kesejahteraan, peningkatan status kesehatan, mempermudah transisi
dan meningkatkan akses serta pilihan untuk pelayanan kesehatan yang tepat.
Meskipun

ada tujuan bersama., namun ada perbedaan pendapat yang dapat

disebabkan oleh mitos dan fokus perhatian masing-masing, metode dan tujuan. Contoh

mitosnya antara lain menurut praktisi para teorist hanya bermimpi tentang ide-ide yang
tidak berhubungan antara teori dengan praktik. Dari peneliti teorist melihat hanya fokus
pada satu poin dalam proyeknya. Sehingga tidak dapat digeneralisasi. Menurut praktisi
pada peneliti dan teorist jauh dari area praktik, sehingga tidak menggambarkan
fenomena di klinik. Bagaimana mereka dapat menguraikan atau memprediksi hasil
akhir jika mereka tidak melihat pasien.
Para teorist menyiapkan disiplin dan secara terus menerus melakukannya. Teorist
menyiapkan berbagai disiplin fokus terhadap domain teori itu sendiri, fokus kepada
manusia, berinteraksi secara hakikat dengan klien, perawat, lingkungan, dan kesehatan
dan kesejahteraan yang prima. Tujuan dari self care, adaptasi, homeostasis, kesadaran,
keseimbangan, dan harmonisasi dengan lingkungan diuraikan oleh para teorist. Konsepkonsep ini menjadi landasan dari disiplin dan menjadi lebih disepakati pada tahun 1970
an.
Di sisi lain, para peneliti telah mengembangkan instrumen untuk konsep-konsep
sentral seperti penyembuhan luka, tingkat kebingungan, dukungan sosial, intensitas
nyeri, gejala dari distress. Para peneliti juga telah menguji teori yang terkait dengan
praktik klinik seperti menetapkan pengembangan dari peran maternal, atau menetapkan
pemulihan pasien-pasien kardiovaskuler.
Para praktisi sudah menggunakan teori sebagai dasar dalam melakukan tindakan
mereka. Walaupun mereka tidak mampu menjelaskan teori dan kondisi seperti apa yang
digunakan.
Pada tahun 1980 an telah ada penyempurnaan siklus praktik, teori dan riset. Secara
sistematis mengidentifikasi respon terhadap perilaku. Kegiatan dalam pengembangan
teori bukan hal baru bagi perawat meskipun banyak timbul mitos. mereka mulai
mempelajari bagaimanaa cara mengembangkan teori pada awal tahun 1980 an.
Walaupun mereka mnyadari atau tidak menyadaari praktisi perawat telah berpartisipasi
dalam menetapkan konsep dari berbagai aspek domain keperawatan. Penetapan konsep
ini memperlihatkan perbedaan pendekatan pada pengembangan teori. Penetapan konsep
ini digambarkan pada awalnya oleh Florence Nightingale. Hubungan antara kesehatan
dengan lingkungan, hubungan antara asuhan dengan pengumpulan data, hubungan antara
hygiene dengan kesejahteraan.
Banyak pendekatan teori dikembangkan berdasarkan konsep Nightingale, dan
banyak yang hilang atau tidak terdokumentasi.

Beberapa gambaran umum yang

mencirikan dalam penulisaan dan pengembangan teori keperawatan :

1.

Mulanya

ada asumsi bahwa proses pengembangan teori penting untuk

pengembangan ilmu keperawatan


2.

Ada asumsi bahwa proses pengembangan teori keperawataan hal yang baru bagi
keperawatan dan perawat yang tidak berpartisipasi dalam pengembangan teori ini.
(Hardy, 1974 dalam Meleis )

3.

Hampir semua penulisan tentang pengembangan teori didiskusikan apa yang akan
terjadi dan strategi yang akan digunakan.

4.

Kecenderungan adalah proses penjelasan dibuat berdasarkan pengetahuan lain


dalam hal ilmu fisik dan ilmu sosial. (Dubin, 1969, Gibbs 1972)

5.

Asumsi implisit adalah seharusnya menjadi satu strategi pengembangan teori


terutama kejadian pada awal penulisan teori (Hardy, 1978, acox, 1974, Johson,
1974, Newman, 1979)

6.

Asumsi implisit bahwa pengembangaan teori adalah aktivitas yang dilakukan dalam
lingkup akademik. Lebih jauh ada sumsi eksplisit oleh praktisi bahwa apa yang
terjadi di dalam lingkup akademik tidak memiliki kesamaan dengan pekerjaan
praktisi dalam kehidupan nyata.

7.

Beberapa meyakini bahwa keperawatan selalu meminjam teori dan keperawatn


merupakan tempat penerapan teori. Bagi teorist, teori praktik keperawatan tidak
diperlukan karena teori dari ilmu dan etik cukup untuk menjadi pedoman
keperawatan.

Karena itu pengembangan teori

bukan merupakan proses yang

penting. Teorist tidak setuju bila ada pengembangan ulang, sintesa ulang dan
integrasi ulang dari teori disebut sebagai pengembangan teori.

Bagusnya di

keperawatan beberapa orang tidak setuju dengan hal ini. (Barnum, 1990, Walker
and Avant, 1995).
Sains keperawatan harus terus dikembangkan untuk memperkaya keilmuan
keperawatan baik dalam tingkatan metatheory, grand nursing theory, middle range
theory maupun practice theory supaya ilmu keperawatan selalu yang terbaru sesuai
dengan tuntutan jaman yang tentu saja berdasarkan standar keilmuan yang ada. Sains
keperawatan itu sendiri dapat selalu dikembangkan berdasarkan metode ilmiah yang
salah satu contohnya adalah melalui riset riset keperawatan yang merupakan suatu
proses mencari tahu dan mencari jawaban atas fonemena yang muncul di pelayanan
keperawatan .
Pada tahun 1980an, dicirikan oleh berbagai strategi pengembangan teori.
Pengembangan konsep penting

bagi keperawatan dan sentral terhadap domain

keperawatan yang merupakan gambaran penting lain pada masa tersebut. Contoh dari
konsep-konsep tersebut adalah: self-neglect (Reed dan Leonard) 1989, lingkungan
(Steven, 1989), dyspnea (Carrieri, Johnson-Bjerklie dan Jacob, 1984), cachexia
(Lindsey, Piper dan Scotts, 1982 dan rasa nyaman (Neves-Arruda, Larsonj dan
Meleis,1992). Tugas pengembangan teori sekarang dan yang akan datang akan
berfokus pada pengembangan lebih lanjut untuk memulai pengembangan teori dari
domain keperawatan dan misi keperawatan, praktik serta tindakan para perawat.
Konsep sentral domain keperawatan adalah lingkungan, kesejahteraan, interaksi,
coping menghadapi transisi dan terapeutik keperawatan. Pengembangan teori
juga terjadi didalam area fungsional administrasi/ manajemen dan area belajar
mengajar.
Pengembangan Teori: Strategi yang sudah ada.
Ada 5 strategi besar pengembangan teori. Strategi tersebut adalah:
1.

Teori - praktik - teori;

2.

Teori - praktik;

3.

Teori - riset;

4.

Teori riset - teori.

5.

Pendekatan terintegrasi terhadap pengembangan teori

STRATEGI TEORI - PRAKTIK TEORI


Para teorist yang menggunakan strategi ini memulai proses pengembangan teori dengan
cara memilih satu teori yang akan digunakan dalam praktik. Strategi ini berdasarkan
beberapa prinsip:
1.

Sudah ada satu teori yang daapat membantu dalam menjelaskan dengan rinci
fenomena keperawatan; walaupun demikian, asumsi - asumsi teori tidak benar
benar sesuai dengan asumsi asumsi yang menjadi pedoman dalam keperawatan.

2.

Teori yang dipilih tidak seluruhnya berguna dalam membantu perawat mencapai
tujuan dalam praktik keperawatan. Teori tersebut tidak mendefinisikan fenomena
dalam arti yang berguna untuk integritas pada pengertian tindakan praktik perawat.

3.

Teori tersebut tidak secara langsung membantu menjelaskan tindakan tindakan


untuk perawat. Fokus teori berbeda dari fokus yang dibutuhkan dalam praktik
keperawatan.

4.

Teori tersebut tidak memberikan penjelasan konsep sentral keperawatan yang


adekuat.

STRATEGI TEORI PRAKTIK


Praktisi memulai pengembangan teori dengan adanya pertanyaan-pertanyaan
dalam situasi klinik. Strategi berdasarkan pada observasi fenomena yang baru pada
situasi praktik. Pengembangan sintesa konsep dan labeling, menjelaskan dari konsepkonsep ini. Bagian-bagiannya adalah sub konsep, batas-batas, definisi, contoh-contoh,
arti dan sebagainya.
Pengembangan teori yang menggnakan strategi ini adalah Glaser and Strauss
(1967. Ketika mengumpulkan data, peneliti menyimpan catatan, mengobservasi
menganalisa persamaan dan perbedaan, membandingkan respon, dan mengembangkan
konsep dan kemudian menghubungkannya. Beberapa orang teoris mengembangkan ideide mereka dengan total terjun diberikan. Mereka menggunakan berbagai metode untu
mengumpulkan data klinik seperti studi kasus, interview, dan observasi. Fenomenafenomena ini berhubungan dengan perkembangan hubungan perawat klien.
STRATEGI TEORI - RISET
Pengembangan teori dalam hal empiris dan positivistik dianggap sebagai produk
eksklusif dari penelitian. Teori-teori berevolusi dari penelitian yang direplikasi.
Reynold (1971) merujuk pada strategi ini dalam pembangunan teori. Hal ini dikenal
sebagai metode induktif. Menurut Reynold empat langkah strategi ini adalah sebagai
berikut:
1.

Memilih fenomena yang sering terjadi dan mendaftar semua karakteristik dari

2.

fenomena tersebut.
Mengukur semua karakteristik dari fenomena tersebut dalam berbagai situasi

3.

(sebanyak mungkin).
Menganalisis data yang dihasilkan dengan hati-hati untuk menentukan apakah ada

4.

pola yang sistematis antara data yang perlu perhatian lebih lanjut.
Formalisasi pola-pola tersebut sebagai pernyataan teoritis merupakan hukum alam
(aksioma, dalam terminologi Bacon).

Banyak teori telah dikembangkan menggunakan pendekatan kedua, yaitu pendekatan


grounded teori (Fagerhaugh, 1974; buritan, 1981). Pendekatan serupa digunakan oleh
Smith (1981) dalam pembuatan konsep kesehatan.

STRATEGI TEORI RISET - TEORI


Dalam strategi ini, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, teori dijadikan
sebagai informasi dengan cara memodifikasi teori itu sendiri. Di dalam memulai
penelitiannya teorist mendefinisikan teori dan menentukan masalah-masalah untuk
dilakukan pengujian dan selanjutnya memodifikasi dan mengembangkan teori asli serta
betul-betul mempertimbangkan penggunaannya. Peneliti menggunakan teori bertujuan
untuk pengujian, menegaskan, menyangkal, atau meniru teori.
Langkah-langkah yang digunakan untuk teori-penelitian-teori adalah:
1. Teori dipilih yang cocok dengan area keperawatan untuk menjelaskan fenomena yang
menarik.
2. Konsep teori didefinisikan ulang dan dioperasionalkan untuk penelitian.
3. Hasil temuannya disintesis dan digunakan untuk memodifikasi, memperbaiki, atau
mengembangkan teori aslinya.
4. Dalam beberapa kasus, hasilnya mungkin sebuah teori baru
Pendekatan terintegrasi dalam pengembangan teori
Praktek keperawatan telah menjadi sumber penting untuk pengembangan teori yang telah
di lupakan pada beberapa dekade. theorist yang menggunakan strategi ini menganggap
ada hubungan yang signifikan antara praktik, teori, dan riset dan mengaggap masingmasing memiliki peran dalam pengembangan teori. Teorist juga menganggap secara
implisit atau eksplisit, bahwa situasi klinik dipandang dengan bijak, dari situasi klinik
sebelumnya maupun dengan teori apapun atau kerangka kerja individu. Manusia, teorist,
praktisi atau peneliti pada human science juga merupakan bagian integral dari
pengalaman-pengalamannya. Usaha yang menjauhkan antara teorist dan klien
dipertimbangkan, dilaksanakan dengan hati-hati, dan dijaga. Pengalaman sebelumnya
adalah bagian dari perspekstif keperawatan.
Dokumentasi hasil riset harus disatukan dari sumber-sumber yang berbeda.
Pendekatan integrasi pada pengembangan teori menggunakan ketrampilan dan alat dari
praktek klinik, riset, catatan harias refleksi klinik, jornal deskriptif, dan dialog tentang
analisis, antara sumber dan pendekatan yang berbeda.
Alat-alat untuk pengembangan konsep dan Teori
Termasuk proses mental yg merupakan gabungan dari analisa, penemuan, formula dan
validasi suatu data. Teori adalah sebuah proses dimana bermula menyaring suatu pengalaman

yang sengaja. (Zderad, 1987dalam Meleis, 1997) di bawah ini terdapat tiga alat dalam
pengembangan konsep dan teori, diantaranya :
1. Norma

digunakan

untuk

meningkatkan

pengetahuan

digunakan

dalam

meningkatkan teori perkembangan dan memberikan pemanfaatan pada alat-alat


yang lain. Merton( 1968,1979) dalam Meleis (1997)
2. Kolaborasi adalah hal lain sebagai alat yang bermakna untuk teori perkembangan.
Keperawatan

merupakan

ilmu

tentang

kemanusian,

teori

keperawatan

menghasilkan usaha kolaborasi. Kolaborasi konstan membandingkan

antara

mengevaluasi kemampuan ide, mennyediakan sebagian penyaringan konsep bagi


pelajar, meningkatkan integritas dalam melihat semua yang ditemukan yang
merupakan proses yang penting dalam pengembangan teori yang logis.
3. Alat lain yang sangat mendasar yang bisa didiskusikan dalam literatur
keperawatan adalah intuisi. Intuisi didefinisikan sebagai

jangkauan beberapa

keputusan atau kesimpulan tanpa sadar atau informasi yang tersedia

jelas

( Rew,1986) dalam Meleis (1997)


C.

HUBUNGAN LANGSUNG ANTARA TEORI, PENDIDIKAN, PRAKTEK


KLINIK, DAN RISET KEPERAWATAN:
1.

Di Pendidikan
Teori keperawatan di gunakan pertama kali untuk mendirikan profesi di
universitas, maka tidak mengherankan apabila teori keperawatan menjadi lebih kuat
di akademik daripada di klinik/pelayanan. Pada tahun 1970-1980 banyak program
keperawatan diidentifikasi, yang kemudian dihimpun dalam kerangka kerja
konseptual dan bersuaha untuk mengorganisir kurikulum seputar kerangka kerja
tersebut. Tujuannya adalah untuk mengembangkan arti pokok dari suatu profesi dan
untuk memperoleh status pengakuan dari profesi lain. Banyak program-program
pendidikan

keperawatan telah menghasilkan teori dan mengaplikasikan model

konseptual.

2.

Di Riset
Sarjana perawat telah berulang kali meminta bahwa riset keperawatan
mengidentifikasi asumsi filosofi atau kerangka kerja teori dari yang dihasilkannya. Di
karenakan semua pemikiran, tulisan, dan perkataan di dasarkan pada asumsi

sebelumnya tentang manusia dan alam dunia. Perspektif teori baru memberikan
pelayanan yang perlu dengan mengidentifikasi gaps didalam cara kita pendekatan
lapangan yang spesifik, seperti manjemen gejala atau kualitas hidup. Perbedaaan
perspektif juga dapat digunakan untuk membantu menghasilkan ide-ide baru,
pertanyaan penelitian, dan interpretasi.
Grand theory terkadang hanya menunjukkan riset keperawatan. Riset
keperawatan lebih sering di jelaskan oleh midlevel teori, yang berfokus pada
penjelasan konsep seperti nyeri, harga diri, belajar, dan ketahanan.
3.

Di Praktek Klinik/Pelayanan
Teori keperawatan telah di lakukan di area klinik, sebagai kontribusi utama
yang telah difasilitasi dari refleksi, bertanya, berfikir tentang apa yang dilakukan oleh
perawat. Karena perawat dan praktek keperawatan di selaraskan untuk memperkuat
institusi dan tradisi, pengenalan kerangka kerja yang mendorong perawat untuk
refleksi pada, berfikir tentang, dan bertanya apa yang harus mereka lakukan
memberikan sebuah pelayanan yang tak terhingga.
Peningkatan tubuh ilmu pengetahuan di keperawatan telah menghasilkan
kerangka kerja dari formal teori yang menggambarkan sesi yang akan datang.
Perdebatan tentang peran teori di dalam praktek keperawatan memberikan evidence
bahwa keperawatan semakin dewasa pada disiplin akademik dan sebagai profesi
klinik.

D. HUBUNGAN INTERAKTIF ANTARA RISET, PENDIDIKAN , DAN PRAKTEK


Riset

Pengembangan ilmu
dan praktek

Pendidikan
(Achiryani, 2011)
Skema hubungan interaktif.
Hubungan Riset-Praktek:
Area praktek adalah tempat terjadinya fenomena aktifitas perawatan yang
dapat memunculkan pertanyaan penelitian, sedangkan hasil riset yang diperoleh akan
memperbaiki praktek dengan teori-teori baru yang ditemukan atau teori lama yang
dihaluskan. Hasil riset juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah

keperawatan di pelayanan. Riset akan lebih membumi bila dilakukan oleh seorang
klinisi. Riset keperawatan yang dihasilkan akan menjadi evidance based keperawatan
terutama dalam tatanan middle range theory dan practice theory, sehingga menjadi
acuan dan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi praktisi klinis keperawatan
dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien, sedangkan riset keperawatan
yang dihasilkan dalam tatanan metaheory dan grand nursing theory akan menjadi
panduan bagi perawat dalam hal sikap, komunikasi dan kedisiplinan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan asuhan keperawatan yang berdasarkan evidence based dari riset
keperawatan akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang lebih
baik, sehingga keilmuan keperawatan yang berfokus terhadap manusia, kesehatan.
Lingkungan serta perawat itu sendiri akan terus berkembang kearah yang lebih baik.
Hubungan riset-Pendidikan:
Pengembangan sains keperawatan melalui riset akan menghasilkan teori
teori keperawatan lebih baru dan menambah kekayaan keilmuan keperawatan, teori
- teori terbaru ini akan diadopsi dan menjadi panduan bagi dunia pendidikan dalam
penyusunan kurikulum, dalam menciptakan lulusan keperawatan yang berkualitas,
metatheory keperawatan akan menjadi panduan dalam mendidik perawat terutama
dari asfek afektif, sedangkkan middle range theory dan practice theory akan menjadi
panduan dalam pendidikan terutama aspek psikomotor dan kognitifnya.
Kualitas lulusan pendidikan keperawatan sangat didukung dari perkembangan
sains keperawatan, ketika sains keperawatan jalan ditempat maka pendidikan
keperawatan juga tidak akan berkembang untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan rumpun keilmuan yang lain.
Riset keperawatan berkualitas di hasilkan oleh para ahli riset yang handal,
yaitu mereka yang mampu melihat fenomena fenomena empiris yang muncul dan
berusaha mencari tahu sebab akibatnya . Ahli riset keperawatan yang handal ini dapat
tercipta dan dihasilkan oleh pendidikan keperawatan yang berkualitas pula terutama
mendidik perawat untuk selalu peka terhadap munculnya fenomena yang muncul
disekitarnya dan mendidik bagaimana cara mencari jawaban sebab akibat dari
fenomena tersebut melalui metode ilmiah.
Pendidikan keperawatan dituntut untuk dapat menghasilkan tenaga riset yang
handal, hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan tinggi keperawatan terutama level

pendidikan doctoral, sehingga riset yang dihasilkan akan diakui keilmuannya karena
sudah berdasarkan metode ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan.
Hubungan pendidikan praktek:
Pendidikan merupakan tempat belajar yang dapat menghasilkan seorang
praktisi yang akan melakukan paktek. Pendidikan keperawatan dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta dengan sasaran mahasiswa berusaha memberikan ilmu
pengetahuan tentang keperawatan kepada calon calon perawat dari asfek kognitif,
afektif dan psikomotor berdasarkan kurikulum inti yang dibuat oleh pemerintah dan
kurikulum muatan lokal yang dibuat oleh institusi pendidikan disesuaikan dengan visi
dan misi institusi tersebut. Setiap institusi pendidikan keperawatan berharap
lulusannya akan siap kerja dan siap untuk mempraktekkan ilmu keperawatannya,
sehingga peran pelayanan keperawatan di rumah sakit , kelompok khusus dan
pelayanan keperawatan di masyarakat sebagai salah satu tempat untuk belajar bagi
mahasiswa keperawatan dalam mempraktek ilmu yang didapat pada saat pembelajaran
di kelas dan laboratorium, sehingga mahasiswa mendapatkan pembelajaran klinik
yang nyata, sebelum mereka lulus dari pendidikannya
Kualitas lulusan pendidikan keperawatan sangat berpengaruh terhadap kualitas
asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien, yaitu bilamana seorang perawat
telah lulus dari pendidikannya dengan kualitas yang rendah ketika melakukan asuhan
keperawatan terhadap pasiennya akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang
rendah pula, hal ini juga berlaku sebaliknya.
Interelasi Teori Keperawatan, Praktik, dan Penelitian
Model

keperawatan

dikembangkan

berdasarkan

asumsi,

nilai,

dan

kepercayaan para ahli teori tentang manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan.
Teori keperawatan yang berasal dari model teretentu menguraikan dan menjelaskan
hubungan antara klien, kesehatan mereka, lingkunagan, dan peran perawat. Defisinisi
para ahli teori tentang konsep utama, dan interelasi konsep tersebut menggambarkan
bagaimana perawat membantu klien dalam mencapai kesehatan di dalam lingkungan
mereka. Baik definisi konsep maupun hubungannya dari para ahli teori berfungsi
untuk memandu praktik dan penelitian keperawatan.
Menurut Fawcett (1998), penelitian keperawatan dimulai dengan kreasi
pengetahuan dasar yaitu apa, bagaimana, atau mengapa hal tersebut terjadi.

Berikutnya, pengetahuan dasar mungkin diteliti untuk mengembangkan pengetahuan


terapan yaitu aplikasi dari pengetahuan dasara kedalam praktik. Akhirnya, dalam
penelitian lebih lanjut dapat mengidentifikasi pengetahuan klinik- aplikasi dari
pengetahuan terapan untuk memandu situasi praktik keperawatan spesifik. Dengan
demikian teori, penelitian, dan praktik berkaitan secara integral. Selain penggunaan
utmanya sebagai penuntun penelitian, teori juga berinteraksi dan memandu praktik
keperawatan, studi penelitian berfungsi memvalidasi dan memodifikasi teori
keperawatan dan menuntun perubahan dalam praktik keperawatan.

BAB III
KESIMPULAN

Ilmu Keperawatan adalah sintesis dari berbagai ilrnu dasar dan ilmu aplikatif terkait,
dapat menghasilkan suatu operasionalisasi kegiatan pengetahuan keperawatan yang
mencerminkan suatu seni dari kegiatan keperawatan.
Teori teori keperawatan itu sendiri bertujuan untuk menjelaskan, memprediksi ,
menjelaskan fenomena keperawatan. Selain itu teori keperawatan dapat menjelaskan dan
membedakan ilmu keperawatan dengan keilmuan yang lain. Menurut para ahli kajian umum
yang di bahas dalam teori keperawatan yang mempengaruhi dan menentukan arah praktik
keperawatan adalah manusia , lingkungan, kesehatan dan keperawatan itu sendiri punya
tujuan , peran dan fungsi terhadap pengembangan ilmu atau sains keperawatan.
Kualitas lulusan pendidikan keperawatan sangat berpengaruh terhadap kualitas asuhan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien, yaitu bila kualitas pendidikannya rendah ketika
melakukan asuhan keperawatan terhadap pasiennya akan menghasilkan kualitas asuhan
keperawatan yang rendah pula, hal ini juga berlaku sebaliknya.
Riset keperawatan yang di hasilkan akan menjadi panduan bagi penyusunan
kurikulum pendidikan keperawatan juga dalam mendidik calon perawat yang akan bekerja di
lahan praktek.
Pelaksanaan asuhan keperawatan yang berdasarkan evidence based dari riset
keperawatan akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang lebih baik,
sehingga keilmuan keperawatan yang berfokus terhadap manusia, kesehatan. Lingkungan
serta perawat itu sendiri akan terus berkembang kearah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, K. Erb, G. Berman, A. Snider, S.J. (2004). Fundamentals of nursing : conceps,


process, and practice. (7 th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc. 3, 36-37.
Elly Nurachmah,
Hubungan antara falsafah, paradigma, model konseptuall, teori
keperawatan dan metodologi ilmiah, FIK UI
Marilyn E Parker (2001). Nursing Theory, Philadelphia, F.A davis Company.
Marriner-Tomey, A. (2004). Nursing theorists and their work. Sixth edition. St. Louis: Mosby
Company.
Meleis, Alaf Ibrahim. (1999). Theorical nursing: development and progress. (3 rd.ed.)
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher. 13, 223-242.
Janice Rider , Nursing A human needs approach, Fifth edition, JB. Lippincottt company
http://currentnursing.com, Development of nursing theories, di akses tanggal 25 september
2011.
http://currentnursing.com, Introduction to Nursing Theories, di akses tanggal 25 september
2011

Anda mungkin juga menyukai