Anda di halaman 1dari 4

Lembar Tugas Mandiri 1 Vergeina Ayu / 1806256490

Dasar Pembentukan Etik dan Moral

1. Pengertian Etika dan Moral

- Secara Falsafah etika dan moral tidak ada perbedaan. Perbedaan hanya pada dasar

lingustik dimana, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”  kebiasaan atau adat

istiadat. Sedangkan Moral dari bahasa Latin yang juga berarti kebiasaan atau adat Istiadat

(Priharjo, R., 1995).

- Menurut Aiken. T. Dandry (2004). Etika adalah deklarasi yang menyatakan benar atau

salah dan apa yang semestinya. Etika juga selalu di kaitkan dengan sistem dari nilai

perilaku dan keyakinan , yang mengatur sehingga hak individu di lindungi.

- Selain itu menurut Syamsiyatun. S., Wafiroh. N. (2013) Etika adalah : Ilmu tentang apa

yang baik dan apa yang buruk dan terutama tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan

asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar atau salah yang di

anut suatu golongan atau masyarakat.

- Moral adalah tuntutan perilaku dan keharusan masyarakat, sedangkan etika adalah

prinsip- prinsip di belakang keharusan tersebut (Thompson dan Thompson, 1981 dalam

Priharjo, R., 1995). Selain itu, menurut Oxford Advanced Learner’s Dictioary Of Current

English, AS Hornby mengartikan moral : prinsip –prinsip yang berkaitan dengan

perbuatan baik dan buruk (Priharjo, R., 1995).

- Menurut Aiken. T. Dandry (2004). Moral adalah standart dasar dari benar atau salah

dimana individu belajar dan menginternalisasikan, biasanya pada tahap awal

perkembangan masa kanak-kanak.

- Dari hasil analisi Bertens (2004) dalam Syamsiyatun. S., Wafiroh. N. (2013). Etika

memiliki 3 posisi yaitu

a. Sistem nilai  nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

1
Lembar Tugas Mandiri 1 Vergeina Ayu / 1806256490

b. Kode Etik  kumpulan asas atau nilai moral

c. Filsafat moral  ilmu tentang yang baik dan buruk.

- Dalam Syamsiyatun. S., Wafiroh. N. (2013), Konsep dasar filsafat digunakan dalam

mengkaji etika dan didasari landasan pemikiran bahwasanya ontologi (apakah hakikat

pemikiran tersebut), epistemologi (mengapa ada pemikiran tersebut) dan aksilogi

(bagaimana cara untuk melaksanakan pemikiran tersebut) .

- Etika pada level aliran dapat dilihat sebagai model rasionalitas tindakan dibagi 2 yaitu

a. Etika Teleologis  Etika Aristoteles  etika yang mengukur benar/salahnya tindakan

manusia dari menunjang tidaknya tindakan tersebut ke arah pencapaian tujuan (telos)

akhir yang di tetapkan sebagai tujuan hidup manusia. Setiap tindakan menurut Aristoteles

diarahkan pada 1 tujuan yakni pada yang baik (Agathos). Menurut John Stuart Mill dan

Jeremy Bentham  perspektif utilitarianisme  Ciri umum aliran ini bersifat kritis,

rasional, teleologis dan universal. Teori yang kritis, menolak untuk taat pada norma atau

peraturan moral yang berlaku begitu saja, sebaliknya menuntut agar diperlihatkan

mengapa sesuatu itu tidak boleh atau di wajibkan (Syamsiyatun. S., Wafiroh. N., 2013).

b. Aliran Deontologis  kerangka tindakan manusia dilihat sebagai kewajiban. Deon

berasal dari Yunani : Kewajiban. Teori Deontologis di tekankan pada pelaksanaan

kewajiban, dan melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya  Berbuat

Baik.

Kant menolak pandangan kaum utilitarianisme. Menurutnya suatu perbuatan dinilai baik

jika dilakukan atas dasar kewajiban, yaitu sebagai perbuatan berdasarkan legalitas

(Syamsiyatun. S., Wafiroh. N., 2013).

2. Tujuan Etika Keperawatan

- Menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di

antara sesama perawat dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan

(Suhaemi, M. Emi, 2004).

2
Lembar Tugas Mandiri 1 Vergeina Ayu / 1806256490

- Perawat dapat menjadi wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional

karena melakukan tindakan “dibawah” standar profesional atau merusak kepercayaan

masyarakat terhadap profesi keperawatan (Suhaemi, M. Emi, 2004).

3. Konsep Moral dalam Praktik Keperawatan.

a. Advokasi

- Menurut Gandow (1983) : Dasar filsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan

perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri.

- Menurut Kohnke (1982) : Memberi informasi dan memberi bantuan kepada pasien atas

keputusan apapun yang dibuat pasien  menyediakan penjelasan atau informasi sesuai

kebutuhan pasien, memberi bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran

nonaksi.  perawat harus menghargai pasien sebagai individu yang memiliki berbagai

karakteristik (Priharjo, R., 1995).

b. Akuntabilitas

- Menurut Kozier (1991) : dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang

dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Priharjo, R., 1995)..

- Menurut Fry (1990) : mengandung dua komponen utama yaitu tanggung jawab dan

tanggung gugat  dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat

dibenarkan atau absah (Priharjo, R., 1995)..

c. Loyalitas

- Menurut Fry (1991) Loyalitas : suatu konsep di berbagai segi meliputi simpati, peduli dan

hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan

perawat. Mempertimbangkan tujuan orang lain sebagai nilai dan tujuan bersama,

menepati janji, dan menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian

kepuasan bersama (Priharjo, R., 1995).

3
Lembar Tugas Mandiri 1 Vergeina Ayu / 1806256490

Referensi :

Aiken. T. Dandry. (2004). Legal, Ethical and Political Issues in Nursing. USA : Davis
Company.

Priharjo, R. (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta : Kanisius.

Suhaemi, M. Emi. (2004). Etika Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik. Jakarta : EGC.

Syamsiyatun. S., Wafiroh. N. (2013). Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal : untuk Konstruksi
Moral Kebangsaan. Diakses
https://www.globethics.net/documents/4289936/13403252/focus_7_online.pdf/2b69e301-
09aa-45d7-8d06-07f6b9650dcc. Pada tanggal 12/9/2018.

Anda mungkin juga menyukai