Anda di halaman 1dari 6

SAINS DAN TEKNOLOGI KEPERAWATAN

A. Hubungan Interaktif Antara Pendidikan Dalam Pengembangan Sains


Keperawatan

Florence Nightingale merupakan salah satu tokoh keperawatan yang berjasa dalam
perkembangan sains keperawatan dalam bidang pelayanan dan pendidikan. Florence juga
membuat standar pada pendidikan keperawatan dan standar pelaksanaan asuhan keperawatan
yang efisien serta membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran dan perawatan pada
orang sakit dengan orang sehat. Dan masih banyak tokoh lainnya yang mengemukakan Teori
Model Keperawatan demi perbaikan mutu pelayanan dan pendidikan keperawatan demi
tercapainya profesoinalime.

Berkembangnya sains keperawatan maka akan mempengaruhi perkembangan di


bidang pendidikan ataupun sebaliknya. Pendidikan dan pengembangan sains keperawatan
saling mempengaruhi. Pengembangan ilmu keperawatan dalam pendidikan ditandai dengan
adanya pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu
keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang
dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang
ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu
keperawatan. Sehingga teori-teori keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan atau lingkup bidang ilmu perawatan. Menurut Gaffar (1999) pendidikan khusus
berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, penataan jenjang studi/pendidikan
keperawatan, penyusunan kurikulum pendidikan, metode pembelajaran yang digunakan dan
penyusunan kompetensi perawat di pendidikan tinggi adalah merupakan pengembangan sains
keperawatan dalam pendidikan hingga diharapan mampu menjadi mitra kerja dalam
memberikan standar pelayanan kesehatan yang profesional.

Dalam sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum
keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan
keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori

Dewi Satriana, AMK Page 1


keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan. Kemudian
juga, berkembangnya standar kompetensi dalam pendidikan, metode/sistem pembelajaran
berdasarkan student center learning sehingga mahasiswa diajarkan mampu untuk berfikir
kritis, menganalisa dan mengambil keputusan, berorientasi pada perkembangan pelayanan
keperawatan secara global serta menyiapkan para lulusan akedemika yang mampu bekerja
secara profesional baik ditingkat regional, nasional dan dunia (Siswanto, 2009).

Keperawatan di Indonesia juga mengalami kemajuan yang signifikan. Melalui


lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP
PPNI (1983) yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional
service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education)
serta ditetapkannya definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di
Indonesia. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan
professional yang dapat mengadakan pembaharuan , menjadi change agent, model
keperawatan (nursing model) dan perbaikan mutu pelayanan/ asuhan keperawatan secara
komprehensif dan holistik, serta penataan perkembangan pendidikan tinggi keperawatan.

Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
pengembangannya harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan suatu wadah yang
mempunyai fungsi utama untuk menetapkan, mengatur serta mengendalikan berbagai hal
yang berkaitan dengan profesi seperti pengaturan hak dan batas kewenangan, standar
praktek, standar pendidikan, legislasi, kode etik profesi dan peraturan lain yang berkaitan
dengan profesi keperawatan. Hal ini mengakibatkan profesi keperawatan selalu dituntut
untuk mengembangkan diri dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesionalime
keperawatan dan peningkatan sistem pelayanan.

Melalui pendidikan tinggi keperawatan diharapkan terjadi percepatan proses transisi


keperawatan yang awalnya sebagai okupasional menjadi profesional. Berdasarkan RUU
Keperawatan level keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu perawat vokasional, profesional,
spesialis dan konsulen. Penekanan pengembangan dan pembinaan pendidikan tinggi
keperawatan lebih diarahkan pada upaya meningkatkan mutu pendidikan pada masa
mendatang sehingga lulusan benar-benar menunjukkan sikap profesional, menguasai ilmu
keperawatan secara optimal dan juga menguasai keterampilan keperawatan secara

Dewi Satriana, AMK Page 2


professional. Pada Mei 2006, diadakan pertemuan antara AIPNI dan PPNI untuk
menyepakati Standar Kompetensi Ners dan Penetapan Kurikulum Inti. Kurikulum inti 60%
(87 sks) untuk program akdemik 25 sks untuk program profesi. Program alih jenjang untuk
akedemik 60-70 sks dan profesi 25 sks.

B. Hubungan Interaktif AntaraPelayanan/ Praktik Keperawatan Dalam


Pengembangan Sains Keperawatan

Perkembangan sains keperawatan saat ini sudah berkembang cukup pesat terutama
dalam bidang pelayanan. Pengembangan ini didukung dengan adanya riset yang dilakukan,
sehingga hasilnya dapat digunakan dalam bidang pelayanan. Praktik keperawatan
berorientasi pada pelayanan yang bersifat membantu (assistive in nature) dan pelayanan
keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan Penerapan manajemen asuhan
keperawatan profesional dapat menjadi salah satu contoh dalam pengembangan sains
keperawatan di bidang pelayanan/praktik.

Tingkat praktik perawat secara langsung berhubungan dengan tingkat pengetahuan,


pengalaman dan keahlian perawat. Menurut Bener yang dikutip Christensen dan Kenney
dalam Potter & Perry (2009) terdapat lima tingkatan keahlian perawat, yaitu: pemula, pemula
lanjut, kompeten, terampil dan ahli. Perawat pemula bekerja berdasarkan pedoman/peraturan
dalam melakukan tindakan. Sedangkan perawat pemula lanjut menggunakan prosedur yang
telah dipelajari untuk menentukan suatu tindakan. Kemudian, perawat kompeten memiliki
pengalaman lebih banyak, sehingga mereka memiliki kepercayaan diri untuk mengenali
masalah dan melakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

Perawat terampil memiliki kemampuan untuk mengenali lebih lanjut kondisi kliennya
karena telah memiliki pengalaman yang lama dalam merawat pasien. Mereka lebih peka
terhadap perubahan status klien, mengintepretasi situsi baru lebih cepat serta memahami
perubahan halus pada pola klien dengan lebih baik. Sedangkan, perawat ahli dengan cepat
memahami aspek-aspek penting dari situasi klien dan dapat mengidentifikasi perubahan-
perubahan penting. Mereka memiliki kemampuan intuisi yang tinggi untuk mengenali faktor-
faktor tersembunyi yang berinteraksi, mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dan
melakukan tindakan yang sesuai. Pemahaman mereka tidak didasarkan atas pengetahuan

Dewi Satriana, AMK Page 3


formal, meskipun hal ini tetap ada dalam latar belakang pendidikan mereka, namun demikian
mereka tidak mengabaikan fakta-fakta penting dan tidak hanya bergantung pada intuisi
mereka untuk mengambil keputusan.

Seiring dengan bertambahnya pengalaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan,


perawat mampu mengintegrasikan dan mensintesis pengalaman mereka dengan
menggunakan model keperawatan untuk diaplikasikan dalam pelayanan keperawatan.
Seorang perawat diharapkan mengetahui isue-isue keperawatan yang berkembang, tidak
hanya berfokus pada individu tapi juga pada keluarga, kelompok atau komunitas.

Tuntutan akan pelayanan keperawatan yang bermutu memberikan dampak pada


sistem pelayanan keperawatan. Oleh karena itu terjadi pergeseran dalam pelayanan
keperawatan. Dahulu, pelayanan keperawatan hanya didasarkan oleh keterampilan saja,
namun setelah berkembangnya sains keperawatan, pelayanan yang diberikan telah didasari
oleh ilmu pengetahuan dan teknolgi keperawatan.

Adanya kecenderungan perkembangan penyakit degeneratif saat ini mendorong


pergeseran peran perawat yang dahulunya memiliki peran kuratif yang didominasi dokter
menjadi peran preventif dan promotif. Adanya perkembangan sains juga menjadikan
keperawatan saat ini terfragmentasi menjadi beberapa bidang pelayanan keperawatan, seperti
bidang pelayanan keperawatan medikal bedah, anak, jiwa, maternitas, komunitas dan
keperawatan gerontik. Pelayanan keperawatan harus dilandasi penguasaan iptek serta kiat
keperawatan dalam memecahkan masalah klien. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga
keperawatan yang berkualitas.

C. Hubungan Interaktif Antara Riset Keperawatan Dalam Pengembangan Sains


Keperawatan

Riset keperawatan sebagai salah satu unsur penunjang dalam pengembangan ilmu
keperawatan yang dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyelesaian
masalah keperawatan secara ilmiah. Riset keperawatan itu sendiri merupakan suatu usaha
yang sistematis, terkendali dan empiris dalama pengembangan ilmu pengetahuan dan
penyelesaian masalah. Riset keperawatan juga merupakan proses ilmiah yang sangat berguna

Dewi Satriana, AMK Page 4


dalam menvalidasi pengetahuan yang ada dan membangun pengetahuan baru baik
langsung/tidak langsung dapat mempengaruhi praktik keperawatan. Selain itu riset
keperawatan juga dapat digunakan sebagai proses pencarian kebenaran secara sistematis
yang di desain untuk meningkatkan pemahaman kita tentang isu isu yang terkait dengan
keperawatan.

Pengembangan riset itu sendiri sangat berkaitan dengan pengembangan sains


keperawatan dimana keterkaitan tersebut dapat menjadi hubungan timbal balik yang saling
menopang dalam keberhasilan riset keperawatan. Pengembangan sains keperawatan dalam
bidang penelitian/riset ini mampu mengembangkan mengenai teori-teori model keperawatan
yang berguna bagi pengembangan profesi keperawatan.

Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam praktik keperawatan
berbasis temuan ilmiah (evidence based practice) sangat membantu perkembangan praktik
ilmu keperawatan. Dengan adanya hasil dari riset keperawatan diharapkan mampu
diaplikasikan dalam tindakan keperawatan melalui dukungan dari pemerintah yang terus
memberikan kesempatan dalam pengembangan lembaga penelitian yang berfokus pada
proses keperawatan.

Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam praktik keperawatan
berbasis temuan ilmiah (evidence based practice) sangat membantu perkembangan praktik
ilmu keperawatan. Dengan adanya hasil dari riset keperawatan diharapkan mampu
diaplikasikan dalam tindakan keperawatan melalui dukungan dari pemerintah yang terus
memberikan kesempatan dalam pengembangan lembaga penelitian yang berfokus pada
proses keperawatan.

Riset yang dikembangkan berdasarkan sains keperawatan memiliki pengembangan


domain yang berbeda dengan pengembangan ilmu lainnya. Berdasarkan National Iinstitutes
of Health Clinical Center Nursing and Patient Care Services, riset keperawatan memiliki
pengembangan domain yang terdiri dari manajemen kasus, praktik klinik, koordinasi dan
kesinambungan perawatan, berkontribusi kepada sains keperawatan, dan proteksi manusia
sebagai subjek. Oleh sebab itu, riset keperawatan menjadi hal yang substansi untuk
pengembangan sains keperawatan. Hal ini dikarenakan, riset keperawatan memiliki falsafah

Dewi Satriana, AMK Page 5


dan paradigma keperawatan dari setiap fenomena yang akan memiliki pengaruh dibidang
pendidikan dan pelayanan keperawatan profesional.

D. Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/praktik dan Riset Keperawatan


dalam Pengembangan Sains Keperawatan

Interaksi antara pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan saling berkaitan dan
mempengaruhi pengembangan sains keperawatan. Dalam pendidikan, sains keperawatan
menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum sehingga dapat memberikan kerangka ilmiah
dan pemikiran analitis untuk menjawab fenomena-fenomena yang ditemukan di
pelayanan/praktik. Melalui pendidikan, metodemetode ilmiah dipelajari dan teori
keperawatan dikembangkan untuk menjadi tuntunan dalam melakukan riset keperawatan.

Pelayanan keperawatan juga memiliki hubungan interaksi dengan pendidikan dan


riset. Pelayanana, dapat dijadikan sumber fenomena keparawatan yang terjadi, sehingga
dapat menghasilkan model praktik keperawatan yang sesuai dengan teori yang
dikembangkan di pendidikan dan telah dibuktikan melalui riset keperawatan. Sedangkan riset
keperawatan menjadi hal substansi dalam pengembangan sains keperawatan, karena melalui
riset keperawatan dapt dibuktikan suatu teori yang dikembangkan di pendidikan sehingga
dapat bermanfaat dan dipraktekkan di pelayanan kesehatan. Seperti pada Journal Advance
Nursing pada perawatan luka dengan balutan madu, telah membuktikan bahwa balutan madu
memiliki keuntungan klinis pada perawatan luka yaitu dapat mempersingkat penyembuhan
luka sebesar 46% dibandingkan dengan merawat luka menggunakan balutan konvensional
(Robson, 2009). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pelayanan dan riset
keperawatan saling memiliki hubungan interaksi yang tidak dapat dipisahkan.

Dewi Satriana, AMK Page 6

Anda mungkin juga menyukai