DISUSUN OLEH :
Hulwah Humaida 204201516108
Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas tenaga perawat,
karena sebagian besar tenaga kesehatan Indonesia adalah perawat. Selain itu tenaga
perawat juga mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan perawatan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan biopsikososial-spiritual, dilaksanakan selama 24 jam secara
berkesinambungan.
Padahal pendidikan keperawatan merupakan satu proses penting yang harus dilalui
oleh setiap perawat. Untuk itu langkah yang paling awal dan penting dilakukan
dalam proses profesionalisme keperawatan di Indonesia adalah menata pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesional, agar peserta didik memperoleh
pendidikan dan pengalaman belajar sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan.
Oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga harus menekankan pemahaman
tentang keprofesian (Nurhidayah, 2011).
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui perkembangan jenjang Pendidikan ilmu keperawatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya melanjutkan Pendidikan profesi
dalam menjalankan asuhan keperawatan kepada pasien.
3. Untuk mengembangkan dan memperluas pengetahuan dalam Pendidikan
ilmu keperawatan sampai dengan profesi.
Metodologi Penelitian:
Pendidikan Keperawatan diselenggarakan berdasarkan kebutuhan akan pelayanan
keperawatan, seperti yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 1 Ayat (6), yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan hingga saat ini masih
belum optimal. Pelayanan keperawatan yang merupakan tugas sehari-hari perawat
hanya dianggap sebagai suatu rutinitas dan merupakan sebuah intuisi semata.
Padahal perawat yang mempunyai motivasi tinggi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang berkualitas mempunyai arti penting dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan.
hasil penelitian Arisnawati (2008) menemukan bahwa kelemahan atas kemampuan
perawat dalam menangani keluhan atau respons penyakit, penjelasan perawat
terhadap keluhan yang dirasakan, perawat kurang profesional dalam menangani
masalah perawatan, dan kurangnya komunikasi perawat dengan pasien
menimbulkan ketidakpuasan terhadap pelayanan dan perawatan. Kemudian Mustofa
(2008: 36) juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi
pasien terhadap dimensi mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien. Hal
ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan berbanding lurus dengan kepuasan pasien.
Semakin sempurna kepuasan pasien, maka semakin baik pula kualitas pelayanan
kesehatan yang didapatnya. Kondisi ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
pernah dilakukan oleh Ertanto (2002:2) yang menunjukkan bahwa adanya korelasi
positif antara dimensi kualitas perawat dengan tingkat kepuasan pasien
Hasil penelitian:
Perkembangan Pendidikan keperawatan di Indoensia berkembang pesat, hal ini
terlihat dari banyaknya institusi pendidikan keperawatan di buka. Namun secara
kualitas, pengakuan keperawatan sebagai sebuah profesi serta jumlah perawat yang
mendominasi tenaga kesehatan belum sepenuhnya termanfaatkan dengan optimal
oleh penyelenggara negara. Jika hal ini dibiarkan dalam jangka panjang, maka akan
sulit untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional, yaitu mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Kesimpulan:
Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia belum sepenuhnya menjawab
kebutuhan profesi dan bangsa. Hal ini terjadi karena belum adanya aturan yang jelas
seputar pendirian dan penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan dan kurang
dilibatkannya organisasi profesi keperawatan oleh pemerintah dalam mengambil
kebijakan yang menyokong kearah perkembangan profesionalisme keperawatan
“Tingkat Pendidikan dengan perilaku caring pada perawat”
Kata Kunci: Kualitas pelayanan, Tingkat pendidikan perawat, Perilaku caring, Kepuasan
pasien
Penulis Jurnal: Gede Adi Kristiawan
Latar Belakang Masalah:
Hasil penelurusan peneliti dengan kepala bidang pelayanan terkait tentang survei kepuasan
pasien. Didapatkan data bahwa banyak keluhan pelayanan terkait dengan perilaku caring
perawat.sehingga hal ini sebagai indikasi layanan ditingkat pelayanan Puskesmas terkait
pemberian asuhan keperawatan yang berasaskan sikap, perilakudan pengetahuan yang
manusiawi, masih menjadi masalah dalam pemberian pelayanan yang prima.
Perilaku caring merupakan bentuk kinerja perawat yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
salah satunya tingkat pendidikan perawat itu sendiri(Prihatiningtyas and Warsiti, 2011).
Citra perawat di mata sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini belum terbangun dengan
baik.Keadaan ini disebabkan oleh nilai-nilai profesionalisme perawat yang belum
diaplikasikan dalam kegiatan pelayanan keperawatan, termasuk perilaku caring sebagai inti
keperawatan. Kinerja perawat yang tidak berkualitas akan berdampak pada rendahnya
penghargaan bagi profesi keperawatan (Dedi et al., 2008).
Saat ini praktik pelayanan keperawatan di banyak RS umum daerah dan Puskesmas belum
mencerminkan praktik pelayanan profesional.Metode pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan pasien,
melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas. Mengingat faktor penyebab keterbatasan
jumlah dan pendidikan sumber daya manusia (Faizin, 2008).
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktifitas atau kinerja perawat adalah
pendidikan formal perawat.Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung
dengan pelaksnaantugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan
memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar kita untuk kelancaran tugas. Semakin tinggi
pendidikan, semakin tinggi produktifitas kerja yang dicerminkan dengan perilaku caring
perawat (Bawelle et al., 2013).
Tujuan Penelitian:
1. Perawat harus melanjutkan atau meningkatkan pendidikan terkait pelayanan Kesehatan.
Semakin perawat mengerti dan mengetahui Teknik perilaku caring atau asuhan
keperawatan dengan pasien, maka pasien akan semakin puas dan meningkatkan tingkat
keseimbangan pasien.
Metodelogi Penelitaian:
Caring dalam konteks pelayanan akan sejalan dengan tingkat pendidikan dari seorang perawat.
Proses pengkajian, penyusunan diagnosa, perencaan, implementasi dan proses evaluasi asuhan
keperawatn akan menggunakan pengetahuan konseptual dari literatur dan konseptual kerangka
kerja untuk mengkaji masalah sampai mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan. Sehingga
dapat dikatakan Kualitas caring perawat akan sejalan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki
oleh perawat tersebut (Muhlisin and Ichsan, 2017).
Tingkat kognitif yang baik akan meningkatkan perilaku caring yang dilakukan perawat kepada
pasien. Hal ini berkaitan dengan kesadaran dari esensi caring sebagai filosofi dalampemberian
asuhan keperawatan yang semakin baik terbentuk dengan meningkatkan kognitif perawat
melalui tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Prabowo et al., 2014).
Perilaku caring diharapkantingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dapat
meningkat sehingga motivasi pasien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan semakin baik
(Listianingsih et al., 2012).
Hasil Penelitian:
Hasil penelitian yang didapat pada Tingkat Pendidikan dengan perilaku caring pada perawat
ialah, hubungan yang signifikan bermakna antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat
yang salah satu indikatornya adalah perilaku caring perawat. Orang-orang yang memiliki
pendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula jika dibandingkan
dengan orangorang yang memiliki pendidikan yang rendah, dan melalui pendidikan seseorang
akan dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam
bertindak. Perawat yang berpendidikan tinggi akan lebih memahami peran dan tanggung
jawabnya sebagai perawat sehingga akan selalu mengutamakan caring kepada pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan sebagai dasar utama perawatan pasien.
Kelemahan Penelitian:
Kelemahan pada jurnal yang di teliti, jurnal tidak menjelaskan contoh perilaku caring saat
melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
Kelebihan Penelitian:
Kelenihan jurnal yang di teliti ialah, jurnal menjelaskan manfaat caring pada pasien dan
hubungan dengann tingak pendidikan perawat Ketika menjalankan asuhan keperawatan.
Manfaat Penelitian:
1. Penelitian dilakukan agar mahasiswa dapat mengembangkan ilmu yang di dapat
kepada jenjang karir yang akan datang.
2. Penelitian dilakukan agar mahasiswa dapat termotivasi untuk melanjutkan jenjnag
yang lebih tinggi lagi di bidang keperawatan untuk menghasilkan perawat yang
berkualitas.
Kesimpulan:
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara level
pendidikan perawat dengan perilaku caring pasien. Hasil ini juga menemukan bahwa kepuasan
pasien ditemukan dari perilaku caringperawat dengan pasien.
“Hubungan Kinerja Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan”
Kata Kunci: Mutu Pelayanan Keperawatan
Penulis Jurnal: Husniah, Enok Sureskiarti
Latar Belakang Masalah:
Rumah sakit merupakan institusi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal untuk
memenuhi tingkat kepuasaan pasien sesuai dengan standar yang telah ditentukan, selain itu
juga pemberi layanan kesehatan yang terdiri dari perawat, dokter, dan para medis lainnya yang
melakukan pemberian pelayanan yang memuaskan pasien. Dalam lingkup klinik kesehatan
perawat yang lebih banyak tugas untuk merawat pasien selama 24 jam. Maka dari itu
pelayanan keperawatan adalah fasilitas yang mempunyai peran serta di dalam kualitas
pelayanan keperawatan untuk memajukan kualitas pelayanan tersebut. Pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh perawat kepada pasien didasarkan pada pengetahuan dan kompetensi di
bidang ilmu keperawatan sesuai keyakinan profesi dan standar yang telah ditetapkan.
Hal ini bertujuan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan
yang bermutu, aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien yang dirawat. Ketika
pasien merasakan puas dalam pelayanan kesehatan yang terlah diberikan itu dapat berdampak
positif pada proses kesembuhan pasien, kepercayaan dalam pemberian tindakan keperawatan,
serta penilaian dari pasien terhadap kinerja perawat. (Luan, dkk..2017).
Begitu banyak manusia yang sakit dan memerlukan pertolongan penyembuhannya. Rumah
sakit berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Akan tetapi kenyataannya masih
banyak rumah sakit yang belum memperhatikan mutu pelayanan dilihat dari ketetapan waktu
pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan,
tanggung jawab, kelengkapan, kemudahan mendapatkan pelayanan, variasi model pelayanan,
pelayanan pribadi, kenyamanan dalam mendapatkan pelayanan dan atribut pendukung
pelayanan lainnya. (Rusdiana, 2014).
Pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien didasarkan pada
pengetahuan dan kompetensi di bidang ilmu keperawatan sesuai keyakinan profesi dan standar
yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa
merupakan pelayanan yang bermutu, aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pasien yang dirawat. Mutu pelayanan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak
pelayanan di rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat
profesional harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan interpersonal,
melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan etik legal (Syahrudin et al,
2014).
Pemberian pelayanan keperawatan sangat bergantung pada perilaku dalam hubungan
interpersonal seorang perawat. Dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa
empati, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Empati merupakan salah satu sikap dalam
hubungan terapeutik yang merupakan unsur yang sangat penting dalam proses yang
berlangsung secara interpersonal. Saat menjalin hubungan komunikasi, empati akan membantu
dalam mempererat hubungan antara perawat dengan pasien yang ditanganinya. (Hasim, dkk,
2011)
Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien (Depkes RI,
2008). Dikemukakan oleh Nursalam (2014) bahwa konsep mutu layanan yang berkaitan
dengan kepuasan pasien ditentukan oleh 5 unsur yang biasa dikenal dengan istilah mutu
layanan Service Quality (SERVQUAL) salah satunya adalah empathy. Penelitian tentang
penilaian kepuasan model SERVQUAL di Negara Asia seperti paskiten memerlukan model
seperti itu. Di Indonesia sendiri, instrumen SERVQUAL juga digunakan untuk menilai
kepuasan pasien dan merupakan instrumen yang paling sering digunakan. (Shafiq dkk, 2017).
Kepuasaan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya. Sama halnya dengan
pelayanan yang dilakukan perawat di rumah sakit, pasien akan merasa puas terhadap pelayanan
keperawatan apabila petugas kesehatan memiliki rasa sikap yang baik terhadap orang lain
tanpa memandang status sosial orang lain tersebut. Selain itu perawat juga harus bersifat sabar,
murah hati, serta bersedia kapan saja apabila pasien meminta bantuan, dan berkomunikasi
dengan baik, bertanggung jawab, dan bekerjasama dalam melakukan tindakan keperawatan.
(Nursalam, 2013).
Tujuan Penelitian:
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja perawat dengan empati mutu
pelayanan
Metodelogi Penelitian:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan kinerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan terhadap empati mutu pelayanan. Penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif Desain penelitian ini menggunakan dekriptif korelasi
dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
rawat inap yang sesuai kriteria dengan perhitungan dengan rumus slovin dengan
menggunakan teknik simple random sampling berjumlah 62 responden. Metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Hasil Penelitian:
Hasil penelitian didapatkan ada Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Perilaku
Caring.Hasil penelitian ini dibuktikan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan
Ners Keperawatan, S1 Keperawatan, D3 Keperawatan dan SPK Keperawatan mayoritas
memiliki perilaku caring yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan perawat yang berpendidikan D3 juga ada yang memiliki
perilaku caring baik ini diketahui dari hasil kuisioner perawat didapatkan bahwa perawat
selalu berbicara sopan dan lembut pada saat berintraksi dengan pasien dan perilaku caring
perawat juga dapat terjadi karena perawat sering melakukan asuhan keperawatan sehingga
perawatpun lebih sering berintraksi dengan pasien. Selain itu terdapat pula perawat Ners yang
memiliki perilaku caring cukup dari hasil kuisioner perawat menyebutkan bahwa jarang
memberikan kebebasan pada pasien untuk melakukan ibadah sesuai dengan keparcayaan
pasien ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan pasien dalam hal beribadah pada saat
paien berkebutuhan khusus sehingga ada perawat yang tidak menganjurkan pasien untuk
beribadah sementara waktu. Faktor lain yang menyebabkan perilaku caring perawat adalah
lama kerja, dan kecerdasan emosional perawat yang berbeda-beda.
Hal ini sejalan dengan teori Gibson (2011) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku caring yaitu faktor individu yang terdiri dari kemampuan,
keterampilan dan kecerdasan, latar belakang dan data demografi yang terdiri dari tingkat
pendidikan perawat. Berdasarkan teori dan data yang didapatkan dapat diartikan bahwa
perawat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maka akan meningkat pula perilaku caring
perawat terhadap pasien, sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan perawat maka makin
rendah pula perialu caring perawat pada pasien dikarenakan wawasan yang kurang akibat
rendahnya tingkat pendidikan perawat.
Kelemahan Penelitian:
Tidak ada nya kelemahan yang di temukan pada jurnal tersebut.
Kelebihan penelitian:
Kelebihan pada jurnal ialah, menjelaskan dengan perinci mengenai caring pada perawat
terhadap pasien, dan tingkatan pendidikan pada perawat.
Manfaat Penelitian: